PENDAHULUAN
Dalam pembuatan suatu suspensi, kita harus mengetahui dengan baik karakteristik
fase terdispersi dan medium dispersinya. Dalam beberapa hal fase terdispersi mempunyai
afinitas terhadap pembawa untuk digunakan dan dengan mudah dibasahi oleh pembawa
tersebut selama penambahannya. Obat yang tidak dipenetrasi dengan mudah oleh
pembawa tersebut dan mempunyai kecenderungan untuk bergabung menjadi satu atau
mengambang di atas pembawa tersebut. Dalam hal yang terakhir, serbuk mula-mula harus
dibasahi dahulu dengan apa yang disebut zat pembasah agar serbuk tersebut lebih bisa
dipenetrasi oleh medium dispersi. Alkohol, gliserin, dan cairan higroskopis lainnya
digunakan sebagai zat pembasah bila suatu pembawa air akan digunakan sebagai fase
dispersi. Bahan-bahan tersebut berfungsi menggantikan udara dicelah-celah partikel,
mendispersikan partikel tersebut dan kemudian menyebabkan terjadinya penetrasi medium
dispersi ke dalam serbuk.
Dalam pembuatan suspensi skala besar, zat pembasah dicampur dengan partikel-partikel
menggunakan suatu alat seperti penggiling koloid (coloid mill), pada skala kecil, bahan-
bahan tersebut dicampur dengan mortir dan stamper. Begitu serbuk dibasahi, medium
dispersi (yang telah ditambah semua komponen-komponen formulasi yang larut seperti
pewarna, pemberi rasa, dan pengawet) ditambah sebagian-sebagian ke serbuk tersebut, dan
campuran itu dipadu secara merata sebelum penambahan pembawa berikutnya. Sebagian
dari pembawa tersebut digunakan untuk mencuci alat-alat pencampur agar bebas dari
suspenoid, dan bagian ini digunakan untuk mencukupi volume suspensi dan menjamin
bahwa suspensi tersebut mengandung konsentrasi zat padat yang diinginkan.
.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui sediaan suspense
b. Mengetahui proses pembuatan sediaan suspense
1.3 Manfaat
a. Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspense
b.Memahami proses pembuatan suspense
c. Mengetahui macam-macam golongan sediaan suspensi
d. Mengetahui bahan yang baik untuk sediaan suspense
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Suspensi adalah sediaan cairan yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terspersi dalam fase cair. Sediaan yang digolongkan sebagai suspensi adalah :
1. Suspeni oral adalah sediaan cair mengandung partikel dapat yang terdispersi dalam
pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam golongan
ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan sedangkan yang lain berupa campuran
padat yang harus dikonstitusikan terlabih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera
sebelum digunakan.
2. Suspensi topikal adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam
pembawa cair yang ditujukan untuk pengguanan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi
etiket sebagai lotio termasuk dalam kategori ini.
3. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang
ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar.
4. Suspensi optalmik adalah sedaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang
terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi haru
dalam bentu termikronisasi agar tidak menimbulka iritasi atau goresan pada kornea.
Supensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau
menggumpal.
5. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang
sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal.
6. Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan kering dengan bahan pembawa yang
sesuai untuk membentuklaruatan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril
setelah penambahan bahan yang sesuai.
2.2. Stabilitas suspensi
Salah satu problem yang dihadapu dalam proses pembuatan suspensi adalah
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homo genitas dari partikel. Cara
tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor
yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
o Ukuran partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya
tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama).
Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
o Kekentalan (viscositas)
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin
kental susu caira kecepatan alirannya makin turun(kecil). Kecepatan aliran dari cairan
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya.
Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan , gerakan turun dari partikel yang
kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang.
Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum STOKES
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan, atau
polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang
bermuatan negatif dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan
positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase.
Suspensi sulfameranzin yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Alumunium trichlorida).
Bahan pengawet.
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi,
antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk
suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh
bakteri.
Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil para benzoat (1:1250), etil p. Benzoat
(1:14000), nipasol, nipagin 1 %. Disamping itu, banyak pula digunakan garam komplek
dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak
iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
2. Derajat flokulasi
Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume
sedimen akhir suspensi deflokulasi (Voc).
3. Metode reologi
Berhubungan dengan faktor sedimen dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku
pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel
Digunakan carafreeze thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu
dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat pertumbuhan kristal,
yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
c. Rentan terhadap degradasi dan kemungkinan terjadinya reaksi kimia antar kandungan
dalam larutan di mana terdapat air sebagai katalisator .
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Dalam membuat sediaan suspensi kita harus memperhatikan syarat-syarat atau
karakteristik bahan yang akan digunakan sehingga hasilnya memuaskan. Kita juga harus
mengetahui mengetahui kekurangan dan kelemahan dari sediaan suspensi serta mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi formulasi pembuatan sediaan farmasi.
3.2 Saran
Sebagai tenaga kefarmasiaan kita harus mempelajari dan memahami tentang
sediaan suspensi. Karena sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yang akan kita geluti