Anda di halaman 1dari 29

SISTEM PERSARAFAN

BIOLOGI DASAR dan PERKEMBANGAN

Kelompok 4

Amanda Sari Laras Nur Afifah

Arms Dian Nur Sabrina Nada Nafisah

Dana Indania Sari Refti Yurisma

Erma Nurcahyani Tazkiyatun Nafs

Febrisha Tri Marchziani Viola Finka Ramadhanty

Kelas 1A

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata kuliah biologi dasar dengan dosen pengampu
Ibu Dewi Nurmala Sari dan Tim

Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta III
Tahun Ajaran 2016-2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta ridho-Nya kepada kita semua, sehingga makalah kami dapat terselesaikan dengan
tema Konsep Ketuhanan. Makalah ini disetujukan untuk memahami lebih detail
tentang sistem persarafan , diharapkan pembaca dapat memahami sistem persarafan.

Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dewi Nurmala Sari
Selaku dosen mata kuliah Biologi Dasr yang telah membimbing kami. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.

Dalam makalah ini dijelaskan tentang sistem persarafan yang ditujukan untuk
memenuhi tugas kelompok, kami hanya manusia biasa tempat di mana ada kesalahan-
kesalahan, maka kami mohon maaf apabila ada kesalahan ataupun kekurangan dalam
makalah yang kami buat ini. Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat
untuk pengetahuan kita semua. Untuk tercapainya kesempurnaan makalah ini, kami
mohon kritik dan saran teman-teman yang membacanya.

Jakarta, 4 Oktober 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar ........................................................................................................... 2

Daftar isi ....................................................................................................................... 3

Bab 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4


1.2 Rumusan masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan penulisan .................................................................................................. 4

Bab II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Persarafan............................................................................... 6


2.2 Sel Sel Pada Sistem Persarafan ..........................................................................6
2.3 Pengertian dan Macam-Macam Neutransmitter ...............................................8
2.4 Organisasi Struktur Sistem Persarafan .............................................................. 11
2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan ...........................................................11
2.6 Kelainan Sistem Persarafan ..................................................................................27

Bab III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan .............................................................................................................28


3.2 Saran .......................................................................................................................28

Daftar Pustaka ..............................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbagai organ tubuh atau alat-alat tubuh dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan antara alat-alat tubuh yang satu
dengan yang lainnya. Tubuh manusia dikendalikan dari berbagai macam sistem, yaitu
sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni dapat
mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang merangsangnya.
Semua kegiatan manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem saraf . Sebagai alat
pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh. Susunan saraf mempunyai
kemampuan menerima rangsangan dan mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls
saraf ke pusat susunan saraf, setelah itu memberikan tanggapan atau reaksi terhadap
rangsangan tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas terkait dengan pembahasan sistem persarafan,


maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian sistem persyarafan?


2. Apa saja sel-sel pada sistem saraf ?
3. Apa pengertian neutransmiter dan macam-macam neutransmiter ?
4. Apa saja organisasi struktural sistem saraf ?
5. Jelaskan anatomi dan fisiologi sistem saraf ?
6. Apa saja kelainan pada sistem persarafan ?

4
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengertian sistem persyarafan


2. Sel-sel pada sistem saraf
3. Apa pengertian neutransmiter dan macam-macam neutransmiter
4. Organisasi struktural sistem saraf
5. Anatomi dan fisiologi sistem saraf
6. Kelainan pada sistem persarafan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Persarafan

Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf
memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta
sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistem ini meliputi sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem
saraf, yaitu:
a. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang
bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.
b. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas
serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
c. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh
penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar.

2.2 Sel Sel Pada Sistem Persarafan

6
1. Neuron

yaitu sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma. Neuron
terdiridari komponen-kompen sebagai berikut.

A. Badan sel : mengendalikan metabolisme ke seluruh neuron.


B. Akson
Suatu proses tunggal yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrit. Bagian ini
menghantarkan implus menjauhi badan sel ke neuron lain.
Semua akson dalam sistem syaraf dilapisi oleh lapisan schwan (neurolema)
yang dihasilkan oleh sel-sel schwan.
Mielin berfungsi sebagai insulator listrik dan mempercepat hantaran implus
syaraf.
C. Dendrit yaitu perpanjangan sitoplasma yang biasanya berganda dan pendek yang
berfungsi sebagai penerima dan penantar rangsang ke badan sel. Permukaan dendrit
dipenuhi dengan spina dendrit yang dikhususkan untuk berhubungan dengan
neuron lain.

Tipe Dasar Neuron

1. Neuron sensori : Mempunyai impuls yang berisikan informasi dari organ indra tubuh
ke SSP, mempunyai serabut perifer yang panjang yang berlanjut dgn serabut sentral

2. Neuron konektor : Neuron ini merupakan jumlah terbanyak yang menghubungkan


dan mengaitkan aktivitas neuron motorik dan sensorik.

3. Neuron motorik : Neuron ini membawa impuls menjauh dari SSP ke otot dan kelenjar
tubuh.

Hubungan antara neuron satu dan yang lainnya melalui satu sambungan disebut
sinaps.Bagian bagian sinaps meliputi membran presinaptik, celah sinaps, membran
postsinaptik

7
2. Sel Neurogial

Yaitu sel penunjang tambahan pada susunan syaraf pusat yang berfungsi sebagai
jaringan ikat yang mendukung sel dari nervous sistem. Peran memberi nutrisi pada sel
saraf. Sel glia setiap saat bisa membelah dan membentuk sel baru. kanker pada sistem
saraf biasanya mengenai sel glia ini.

Jenis-jenis sel neurogial

Oligodendrocyt di SSP berfungsi membentuk selubung mielin


Sel schwan pada SST berfungsi membentuk selubung mielin
Microglia dan astroglia berperan membuang limbah (ekskresi) dari saraf pusat
Ependyma berfungsi untuk memproduksi cairan serebro spinalis

2.3 Pengertian dan Macam-Macam Neutransmitter .

Penjalaran impuls melalui celah sinaps memerlukan zat kimia yang disebut
Neurotransmitter.

Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam
gelembung sinaptik pada ujung akson. Zat kimia ini dilepaskan dari akson terminal
melalui eksositosis dan juga direabsorpsi untuk daur ulang. Neurotransmiter merupakan
cara komunikasi antar neuron. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas
sel neuron, sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls,
tergantung dari neuron dan transmiter tersebut. Contoh-contoh neurotransmiter adalah
norepinefrin, acetilkolin, dopamin, serotonin, asam gama aminobutirat (GABA), glisin,
dan lain-lain.

Zat kimia pada neurotransmitter antara lain :

Asetilkolin (Acth)
Nor-epinefrin (NE) atau noradrenalin (NA)

8
Epinefrin (adrenalin)

Sifat Neurotransmitter dibagi menjadi dua yaitu eksitsi dan inhibisi. Eksitasi adalah
proses penyerahan energi radiasi ke suatu atom tanpa mengakibatkan ionisasi, Energi
radiasi mungkin diserap oleh inti atau elektron, dan mungkin pula dibebaskan dalam
bentuk radiasi. Ihibisi adalah hambatan bagi otot- otot dalam bekerja.

Neurotransmitter yang bersifat eksitasi:

a. Acetylcholine : Acetylcholine merupakan substansi transmitter yang disintesis


diujung presinap dari koenzim asetil A dan kolin dengan menggunakan enzim
kolin asetiltransferase. Kemudian substansi ini dibawa ke dalam gelembung
spesifiknya. Ketika kemudian gelembung melepaskan Acetylcholine ke dalam
celah sinap, Acetylcholine dengan cepat memecah kembali asetat dan kolin dengan
bantuan enzim kolinesterase, yang berikatan dengan retikulum proteoglikan dan
mengisi ruang celah sinap. Kemudian gelembung mengalami daur ulang dan kolin
juga secara aktif dibawa kembali ke dalam ujung sinap untuk digunakan kembali
bagi keperluan sintesis Acetylcholine baru.
b. Norepinephrine, Dopamine, epinephrine
Noepinephrine, epinephrine, dan dopamine dikelompokkan dalam cathecolamines.
Hidroksilasi tirosin merupakan tahap penentu (rate-limiting step) dalam biosintesis
cathecolamin. Disamping itu, enzim tirosin hidroksilase ini dihambat oleh oleh
katekol (umpan balik negatif oleh hasil akhirnya).
Dopamin merupakan neurotransmiter yang mirip dengan adrenalin dimana
mempengaruhi proses otak yang mengontrol gerakan, respon emosional dan
kemampuan untuk merasakan kesenangan dan rasa sakit. Dopamin sangat penting
untuk mengontrol gerakan keseimbangan. Jika kekurangan dopamin akan
menyebabkan berkurangnya kontrol gerakan seperti kasus pada penyakit
Parkinson. Jika kekurangan atau masalah dengan aliran dopamine dapat
menyebabkan orang kehilangan kemampuan untuk berpikir rasionil, ditunjukkan
dalam skizofrenia. dari perut tegmental area yang banyak bagian limbic sistem

9
akan menyebabkan seseorang selalu curiga dan memungkinkan untuk mempunyai
kepribadian paranoia. Jika kekurangan Dopamin di bidang mesocortical dari
daerah perut tegmental ke neocortex terutama di daerah prefrontal dapat
mengurangi salah satu dari memori.
Norephineprin disekresi oleh sebagian besar neuron yang badan sel/somanya
terletak pada batang otak dan hipothalamus. Secara khas neuron-neuron penyekresi
norephineprin yang terletak di lokus seruleus di dalam pons akan mengirimkan
serabut-serabut saraf yang luas di dalam otak dan akan membantu pengaturan
seluruh aktivitas dan perasaan, seperti peningkatan kewaspadaan. Pada sebagian
daerah ini, norephineprin mungkin mengaktivasi reseptor aksitasi, namun pada
yang lebih sempit malahan mengatur reseptor inhibisi. Norephineprin juga
sebagian disekresikan oleh sebagian besar neuron post ganglion sistem saraf
simpatisdimana ephineprin merangsang beberapa organ tetapi menghambat organ
yang lain.
c. Glutamate : Glutamate merupakan neurotransmitter yang paling umum di sistem
saraf pusat, jumlahnya kira-kira separuh dari semua neurons di otak. Sangat
penting dalam hal memori. Kelebihan Glutamate akan membunuh neuron di otak.
Terkadang kerusakan otak atau stroke akan mengakibatkan produksi glutamat
berlebih akan mengakibatkan kelebihan dan diakhiri dengan banyak sel-sel otak
mati daripada yang asli dari trauma. AlS, lebih dikenal sebagai penyakit Lou
Gehrigs, dari hasil produksi berlebihan glutamate. Banyak percaya mungkin juga
cukup bertanggung jawab untuk berbagai penyakit pada sistem saraf, dan mencari
cara untuk meminimalisir efek.
d. Histamine : Terletak diotak, sebagian besar histamine berfungsi inhibisi,
pengaturan suhu tubuh dan mengatur keseimbangan tubuh.

Neurotransmitter yang menginhibisi :

gamma aminobutyric acid (GABA) pada jaringan otak


glycine pada medula spinalis

10
Serotinin menghambat dan mengontrol tidur, lapar dan mempengaruhi
kesadaran.

2.4 Organisasi Struktur Sistem Persarafan

1. Sistem Saraf Pusat (Central Nervous System = CNS)

Komponen :

Modula Spinalis ( Sum-sum tulang belakang)


Otak ( serebelum, serebrum, batang otak).

2. Sistem Saraf Perifer (Peripheral Nervous System = PNS)

Komponen :

susunan saraf somatic


susunan saraf otonom
1) susunan saraf simpatis
2) susunan saraf para simpatis

2.5 Anatomi dan Fisiologi Sistem Persarafan

1. Sistem Saraf Pusat

Otak dan medula spinalis


Di dalam medula spinalis mengandung cairan cerebrospinalis, mengandung
ventrikel otak dan saluran sentral medula spinalis
berasal dari filtrasi darah pleh plexus choroid (anyaman pembuluh darah).
berfungsi memberi nutrisi sel otak dan medula spinalis.

11
SSP dilindungi oleh selubung kuat yang disebut meninges yang tersusun atas 3 lapisan
dari luar kedalam yaitu durameter, arachnoid, dan piamete.

A. Otak

Otak merupakan suatu alat tubuh yang sangat penting kerena merupakan pusat
komputer dari semua alat tubuh, bagian dari syaraf sentral yang terletak didalam rongga
tengkorak (kranium) yang dibungkus oleh selaput otak yang kuat.

12
a. Otak Depan (Forebrain) :
Thalamus
kelenjar pitutiari
kortek cerebri (cerebrum)
Otak besar memiliki permukaan yang berlipat-lipat dan terbagi atas dua
belahan. Belahan otak kiri melayani tubuh sebelah kanan dan belahan otak
kanan melayani tubuh sebelah kiri. Otak besar terdiri atas dua lapisan. Lapisan
luar berwarna kelabu disebut korteks, berisi badan-badan sel saraf. Lapisan
dalam berwarna putih berisi serabut-serabut saraf (neurit/akson). Otak besar
berfungsi sebagai pusat kegiatan-kegiatan yang disadari seperti berpikir,
mengingat, berbicara, melihat, mendengar, dan bergerak.

Cerebrum terdiri dari atas 4 lobus: Lobus osipitalis, bertanggung jawab pada
hal-hal yang berkenaan dengan input visual. Lobus temporalis, bertanggung
jawab pada hal-hal yang berkenaan dengan sensasi suara. Lobus parietalis,
berfungsi sebagai pusat kesadaran posisi tubuh, yang mengacu pada
propriosepsi. Lobus frontalis, berfungsi menerima dan memproses input sensori
dari permukaan tubuh seperti sentuhan, tekanan, panas, dingin, dan rasa sakit.
bulbus olfaktorius
sistem limbik (meliputi hipotalamus dan hipocampus)

13
b. Otak Tengah (Midbrain)
Otak tengah bertanggung jawab untuk mengontrol semua tanggapan terkait dengan
informasi sensorik dan mengatur tindakan tubuh untuk respon-respon. Sebagai contoh,
jika tangan mengalami rasa sakit yang tajam, otak tengah memberitahu otak bahwa
tangan perlu untuk menarik kembali.
Tectum : Mengatur rangsangan pendengaran dan visual dan tanggapan
Tegmentum : menangani kontrol motorik, kesadaran, dan tanggapan otonom
colliculus superior : menangani informasi visual dan dapat ditemukan di bawah
thalamus
colliculus inferior

c. Otak Belakang
medula oblongata
Sumsum lanjutan (medula Oblongata) terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
dalam yang berwarna kelabu karena banyak mengandung badan sel-sel saraf dan
lapisan luar berwarna putih karena berisi neurit (akson). Sumsum lanjutan
berfungsi sebagai pusat pengendali pernapasan, menyempitkan pembuluh darah,
mengatur denyut jantung, mengatur suhu tubuh dan kegiatan-kegiatan lain yang
tidak disadari.
pons varolli
Cerebellum (Otak kecil)
Otak kecil terletak di bawah otak besar bagian belakang. Susunan otak kecil
seperti otak besar. Terdiri atas belahan kanan dan kiri. Belahan kanan dan kiri
otak kecil dihubungkan oleh jembatan Varol. Terbagi menjadi dua lapis sama
seperti otak besar yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan lapisan dalam
berwarna putih. Otak kecil berfungsi untuk mengatur keseimbangan tubuh dan
mengkoordinasi kerja otot-otot ketika kita bergerak.

14
B. Medulla Spinalis

Sumsum tulang belakang terdapat memanjang di dalam rongga tulang belakang,


mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas tulang pinggang ke dua. Sumsum tulang
belakang juga dibungkus oleh selaput meninges. Bila diamati secara melintang, sumsum
tulang belakang bagian luar tampak berwarna putih (substansi alba) karena banyak
mengandung akson (neurit) dan bagian dalam yang berbentuk seperti kupu-kupu,
berwarna kelabu (substansi grissea) karena banyak mengandung badan sel-sel saraf.
Medula spinalis berfungsi :
gerak refleks
Pusat pengontrolan yang penting
Mengatur dentak jantung
Mengatur tekanan darah
Pernafasan
Menelan
Muntah

15
2. Sistem Saraf Perifer
1. Susunan Saraf Somatic

Sistem saraf somatis disebut juga dengan sistem saraf sadar. Sistem saraf somatis
melakukan sistem pergerakan otot yang disengaja dan tidak disengaja yang meliputi
gerakan refleks. Misalnya ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari
telinga akan sampai ke otak. Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan
isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke tangan untuk
membukakan pintu.

Sistem saraf somatic terdiri atas :

1. Saraf-saraf spinal (31 pasang) timbul dari medula spinalis untuk mempersarafi
batang tubuh dan anggota gerak.

16
Sisi superior medulla spinalis memperlihatkan radiks dari 31 pasang saraf spinal. Saraf
spinal dinamakan sesuai dengan regia umum korda tempat awal kemunculan saraf dan
diberi angka sesuai urutan.

2. Saraf-saraf kranial (12pasang) timbul dari batang otak untuk mempersarafi


sebagian besar kepala dan leher.

17
Pada dasarnya, gerak ada 2 macam. Yaitu gerak sadar dan gerak tidak sadar.

GERAK SADAR : gerak yang secara sadar kita ingin lakukan.

contoh: duduk, berdiri, dan lain sebagainya. Saraf yang bertanggung jawab atas gerak
ini adalah saraf somatik (biasa juga disebut saraf sadar). Proses terjadinya gerak ini
adalah: Impuls - Reseptor - saraf sensorik otak - saraf motoric efektor

GERAK REFLEK : gerak yang secara spontan terjadi karena suatu rangsangan tanpa
perlu berpikir terlebih dahulu.

Contoh gerak refleks, adalah saat kaki kita tidak sengaja menginjak bara api, maka
secara spontan kaki kita akan segera terloncat. Proses terjadinya gerak ini:

Impuls - reseptor - saraf sensorik - sumsum tulang belakang - saraf motoric -


efektor

18
Macam- Macam Reflek

1. Refleks Tendon

Refleks Biceps (BPR) : berikan pukulan pada bagian atas siku dengan posisi
tangan setengan ditekuk, maka respon lengan fleksi lengan pada persendian
siku.
Refleks Triceps (TPR) : lakukan ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi, maka akan terjadi gerakan ekstensi
pada lengan bawah bagian siku.
Refleks Periosto Radialis : lakukan : ketukan pada periosteum ujung distal os
symmetric posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi, maka akan terjadi
gerakan fleksi pada lengan bawah pada sendi siku dan supinasi.
Refleks Periostoulnaris : jika diberian ketukan pada pada periosteum prosesus
styloid ilna, posisi lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi, maka akan
terjadi gerakan pronasi pada tangan akibat kontraksi m.pronator quadrates.
Refleks Patela (KPR) : berikan ketukan pada daerah tendon patella dengan
menggunakan hammer , maka akan terjadi gerakan plantar fleksi longlegs
karena kontraksi m.quadrises femoris.
Refleks Achilles (APR) : jika dilakukan ketukan pada tendon acilles, maka akan
ada gerakan plantar fleksi longlegs karena kontraksi m.gastroenemius.
Refleks Klonus Lutut : pegang dan dorong os patella ke arah distal, maka akan
terjadi kontraksi reflektorik m.quadrisep femoris selama stimulus berlangsung.
Refleks Klonus Kaki : posisikan klien dorsofleksi secara maksimal dan posisi
tungkai fleksi pada sendi lutut, maka akan terjadi kontraksi reflektorik otot betis
selama stimulus berlangsung.

2. Refleks Superficial

reflek superficial terdiri dari 3 jenis reflek yaitu:

1. Reflek dinding perut : jika terjadi geresan baik secara sengaja maupun tidak
sengaja pada bagian dinding perut bagian epigastrik, supra umbilikal, umbilikal,
intra umbilikal dari lateral ke medial,maka akan terjadi kontraksi pada dinding
perut.
2. Reflek cremaster : berikan goresan pada paha bagian medial dari atas ke bawah,
maka akan terjadi elevasi testes ipsilateral.
3. Reflek gluteal : lakukan goresan pada bagian gluteal maka terjadi gerakan
reflektorik otot gluteal ipsilateral.

19
3. Refleks Patologis

Babinsky : berikan goresan pada telapak kaki dari bagian atas ke bawah, maka
akan terjadi : ekstensi ibu jari longlegs dan pengembangan jari longlegs lainnya.
Rossolimo : brikan pukulan ringan pada telapak kaki, maka akan terjadi fleksi
pada jari jari kaki.
Hoffman : jika diberikan goresan pada jari tengah maka akan terjadi gerakan
fleksi pada bagian jari jari.
Leri : fleksi maksimal tangan pada pergelangan tangan, sikap lengan diluruskan
dengan bagian ventral menghadap ke atas, maka tidak akan terjadi gerakan fleksi
pada sendi siku.
Mayer : fleksi maksimal jari tengah pasien ke arah telapak tangan, maka tidak
akan terjadi oposisi pada ibu jari.

20
PEMERIKSAAN REFLEK DALAM (REFLEKS REGANG OTOT)

Langkah Pemeriksaan Ilustrasi Pada Gambar


A. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
1. Mintalah klien berbaring
telentang dengan santai
2. Fleksikanlah lengan bawah klien
di sendi siku
3. Letakkanlah tangan klien di
daerah perut di bawah umbilikus
4. Letakkanlah ibu jari pemeriksa
pada tendo biseps klien lalu
ketuklah tendo tersebut palu

B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS


1. Mintalah klien berbaring dengan
santai
2. Fleksikan lengan bawah klien di
sendi siku dan tangan sedikit
dipronasikan
3. Letakkanlah tangan klien di
daerah perut di atas umbilikus
4. Ketuklah tendo otot triseps pada
fosa olekrani

21
C. PEMERIKSAAN REFLEKS
BRAKHIORADIALIS
1. Mintalah klien berbaring dengan
santai
2. Posisikan lengan bawah klien
dalam posisi setengah fleksi dan
tangan sedikit dipronasikan
3. Posisikan lengan bawah klien
dalam posisi setengah fleksi dan
tangan sedikit dipronasikan
4. Ketuklah pada processus
styloideus

D. PEMERIKSAAN REFLEKS
PATELLA
1. Mintalah klien berbaring
telentang dengan santai
2. Letakkan tangan pemeriksa di
belakang lutut
3. Fleksikan tungkai klien pada
sendi lutut
4. Ketuklah pada tendon muskulus
kuadriseps femoris di bawah
patella

E. PEMERIKSAAN REFLEKS
ACHILLES
1. Mintalah klien berbaring dengan
santai
2. Fleksikan tungkai bawah sedikit,
kemudian pegang kaki pada
ujungnya untuk memberikan
sikap dorsofleksi ringan pada kaki
3. Ketuklah pada tendo achilles
4. Lakukan cuci tangan rutin

22
PEMERIKSAAN REFLEK DINDING PERUT SUPERFISIALIS (REFLEKS
ABDOMINALIS)

Langkah Pemeriksaan Ilustrasi pada Gambar


1. Mintalah klien berbaring telentang dengan
santai
2. Posisikan kedua lengan pasien berada di
samping badan
3. Goreslah dinding perut dengan benda yang agak
runcing, misalnya ujung gagang palu refleks,
kayu geretan atau kunci. Penggoresan dilakukan
dengan dari samping menuju ke garis tengah
perut pada setiap segmen (pada berbagai
lapangan dinding perut)
4. Segmen epigastrium (otot yang berkontraksi
diinervasi oleh Th 6 Th 7)
5. Supra umbilikus (perut bagian atas, diinervasi A B
oleh Th 7 Th 9)
6. Umbilikus (perut bagian tengah, diinervasi oleh
Th 9 Th 11) A. Goresan pada kulit dinding perut untuk
7. Infraumbilikus ( perut bagian bawah, diinervasi membangkitkan refleks kulit dinding perut
oleh Th 11, Th 12 dan lumbal atas) B. Refleks dinding perut superfisialis
8. Lakukan cuci tangan rutin

(+) Jika terdapat kontraksi otot, dimana terlihat pusar


(-) Biasanya negatif pada wanita normal yang banyak
anak (sering hamil), yang dinding perutnya lembek,
demikian juga pada orang gemuk dan orang usia lanjut,
juga pada bayi baru lahir sampai usia 1 tahun.
Pada orang muda yang otot-otot dinding perutnya
berkembang baik, bila refleks ini negatif (-), hal ini
mempunyai nilai patologis.
Refleks dinding perut superfisialis menghilang pada
lesi piramidalis. Hilangnya refleks ini berkombinasi
dengan meningkatnya refleks otot dinding perut adalah
khas bagi lesi di susunan piramidalis. Pada keadaan-
keadaan perut tersebut di atas dan lesi di segmen-
segmen medulla spinalis yang dilintasi busur refleks
kulit dinding perut, sudah barang tentu refleks kulit
dinding perut tidak dapat dibangkitkan.

23
PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS

Langkah Pemeriksaan Ilustrasi pada Gambar


A. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN
1. Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
2. Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari-
jarinya disuruh fleksi-entengkan
3. Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan
jari tengah kita.
4. Dengan ibu jari kita gores kuat ujung jari tengah
klien
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan
fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.

B. PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER


1. Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
2. Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari-
jarinya disuruh fleksi-entengkan
3. Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan
jari tengah (ibu jari) kita.
4. Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari
klien
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi mengakibatkan
fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.
C. PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI
(EXTENSOR PLANTAR RESPONSE)

1. Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai


diluruskan.
2. Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien
supaya tetap pada tempatnya.
3. Telapak kaki klien digores dengan menggunakan
ujung gagang palu refleks secara perlahan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks A. Cara menggores
menarik kaki. Goresan dilakukan pada telapak kaki B. Ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari-
bagian lateral, mulai dari tumit menuju pangkal ibu jari
jari kaki
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari ,
yang dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya.

24
2.Susunan Saraf Otonom

Sistem saraf otonom merupakan bagian dari susunan saraf tepi yang bekerjanya
tidak dapat disadari dan bekerja secara otomatis. Sistem saraf autonom mengendalikan
kegiatan organ-organ dalam seperti otot perut, pembuluh darah, jantung dan alat-alat
reproduksi.

Menurut fungsinya, saraf autonom terdiri atas dua macam yaitu:


a. Sistem saraf simpatik
b. Sistem saraf parasimpatik

Sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik bekerja secara antagonis
(berlawanan) dalam mengendalikan kerja suatu organ. Fungsi saraf parasimpatik dan
simpatik adalah sebagai berikut

PARASIMPATIK SIMPATIK

Mengecilkan pupil Membesarkan pupil

Menstimulasi aliran ludah Menghambat aliran ludah

Memperlambat denyut Mempercepat denyut jantung


jantung
Memperbesarkan bronkus Mengecilkan bronkus

Menstimulasi sekresi Menghambat sekresi kelenjar


kelenjar pencernaan pencernaan

25
Perbedaan saraf simpatik dan saraf parasimpatik

2.6 Kelainan Umum Pada Sistem Persarafan


1. Epilepsi
Suatu gangguan pada sistem saraf otak manusia karena terjadinya aktivitas yang
berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan berbagai
reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan, gangguan
kesadaran, kejang- kejang, dan kontraksi otot.
2. Neuritis
Atau peradangan pada neuron. Kondisi inflamatori atau peradangan yang
mempengaruhi saraf optic dan berotensi menyebabkan kebutaan. Kondisi ini
biasanya menjadi penyebab umum hilangnya penglihatan pada orang dewasa muda.
Diakibatkan oleh infeksi, kurang vitamin, obat-obatan dan racun.
3. Amnesia
Konidsi dimana seseorang kehilangan inatan seperti informasi, pengalaman, dan
kenyataan. sulit mengingat kejadian yang telah lalu biasanya diakibatkan oleh
goncangan batin dan cidera kepala.
4. Parkinson

26
Degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi
mengatur pergerakan tubuh. Disebut penyakit tremor. kelainan kekurangan
neurotransmitter dopamine pada dasar ganglion.
5. Stroke
Kondisi yang terjadi ketika pasokan darah keotak terputus akibat penyumbatan atau
pecahnya pembuluh darah, sehingga terjadi kematian sel- sel sebagian area diotak.
Ini merupakan kondisi kesehatan yang serius dan membutuhkan penanganan yang
cepat.
6. Alzheimer
Jenis penyakit dimensia paling umum, yang awalnya ditndai dengan melemahya
daya ingat hingga gangguan otak dalam melakukan perencanaan, penalaran,
persepsi dan berbahasa. Biasanya terjadi pada umur lebih dari 65 th.
7. Afasia
Gangguan fungsi bicara pada seseorang akibat kelainan otak. Orang yang menderita
afasia tidak mampu mengerti maupun menggunakan bahasa lisan. kehilngan daya
ingat. Afasia terjadi adanya kerusakan otak besar bagian Tengah.
8. Ataksia
Terjadinya gangguan neurologis yang terjadi karena adanya gangguan persarafan di
otak kecil atau bagian dari otak lain dan sistem saraf. Ditandai dengan sulit
mengontrol gerak tubuh.
9. Hidrocefalus
Adanya peradangan selaput otak sehingga cairan terkkumpul diotak dan
mengakibatkan kepala membesar.
10. Transeksi
Kerusakan sebagian atau seluruh segmen tertentu dari sumsum tulang belakang.
Diakibatkan oleh benturan keras atau terjatuh. Jika transeksi terjadi pada kepala bisa
mengakibatkan kematian.

27
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang sistem persarafan, makan diambil kesimpulan

1. Anatomi dan fisiologi sistem persarafan pada manusia terdiri dari neuron.
Neuron adalah susunan bentuk dan fungsional sel saraf dalam suatu sistem
saraf. neuron memiliki bagian-bagian yang diantaranya terdiri dari badan sel,
dendrit, dan akson. Masing-masing memiliki fungsi tersendiri. Akson terdiri
dari selubung myelin, sel schwann, dan nodus ranvier yang memiliki fungsi
tersendiri. Saraf sensorik,motoric,dan konektor adalah macam-macam dari
neuron (sel saraf)
2. Organisasi sistem saraf terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat terdiri atas otak, dan medulla spinalis. Sedangkan sistem
saraf tepi terdiri atas saraf somatic (sadar) dan saraf otonom (tak sadar).
3. Dalam mekanisme gerak tubuh, pihak-pihak yang terlibat dalam pergerakan
diantaranya, reseptor, sistem saraf, efektor dan neuron. Dan gerak ada 2 macam
yaitu gerak sadar dan gerak refleks.
4. Neurontransmirrer merupakan zat kimia yang disintesis dalam neuron dan
disimpan dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Macam-macam
neurontransmitter diantaranya Asetilkolin, dopamine, norepinephrine,
serotonin, glutamate, GABA, peptide,endorphin, dan lain-lain

3.2 Saran

Sebagai seorang pemula, kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun . Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki atau memperdalam kajian ini

28
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yoyakarta: Graha Ilmu.

Sloane Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC

29

Anda mungkin juga menyukai