Seorang perempuan berusia 12 tahun, masuk Rumah Sakit dengan keluhan tonjolan dibelakang
telinga. Benjolan disertai dengan demam, nyeri (+), keluhan sakit kepala (+) kadang-kadang
mual muntah disangkal, pandangan kabur disangkal, keluhan pusing berputar disangkal. Sejak
6 tahun yang lalu os mengeluh sering keluar cairan dari telinga kiri, cairan berwarna kekuningan
dan kadang-kadang berbau. Sejak 5 tahun yang lalu, os beberapa kali timbul bisul dibelakang
telinga dan dioperasi di Puskesmas. Sejak 2 minggu sebelum masuk Rumah Sakit, timbul lagi
benjolan di belakang telinga dan os kemudian di rujuk ke Rumah Sakit.
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum : tampak sakit sedang, compos mentis, dyspneu (-),
stidor (-), retraksi (-). Pada pemeriksaan THT : telinga : AD : dalam batas normal, retroaurikula
dekstra : dalam batas normal. AS : liang telinga lapang, secret (+), mukopurulen, membrane
timpani perforasi total. Retroaurikula sinistra : benjolan (+), fluktuatif (+), nyeri tekan (+).
Hidung dan tenggorok dalam batas normal.
Pasien didiagnosis sebagai Otitis Media Supuratif kronik dengan abses retroaurikula sinistra
dengan kecurigaan komplikasi intracranial. Dilakukan insisi dan drainase abses RAS, didapatkan
pus 5 cc dan dipasang drain. Dilakukan pemeriksaan Rontgen Mastoid posisi schuller dengan
hasil : tampak gambaran kronik mastoiditis kanan dan kiri tipe sklerotik. Tak ada destruksil
kolesteatoma.
Hasil audiogram : AD : pendengaran normal. AS tuli konduktif ringan. Hasil kultur pus adalah
staphylococcus aureus.
Pasien dikonsulkan ke bagian neurologi dan didapatkan kesan OMSK dengan suspek abses
serebri disarankan CT-Scan kepala. Dilakukan CT-Scan mastoid dengan hasil : mastoiditis
duplek dengan tanda destruksi pada tulang mastoid dan CT-Scan kepala dengan hasil : SOL pada
temporoparietal kiri. Pasien diberi terapi sesuai dengan protokol OMSK dengan komplikasi
intracranial : cefotaksim 2 x 500 mg, metronidazole 3 x 250 mg, klorampenikol 4 x 550 mg.
Pasien dikonsulkan ke bagian bedah saraf : kesan abses intraserebral temporoparietal sinistra.
Saran : IVFD NaCl, Kemicetin 2 x . % ampul, penicillin 4 x 500 mg, metrodidazole 3 x 250
Mg, rencana operasi drainase abses bila keluarga setuju, dilakukan insisi drainase abses otak
dengan burr hole oleh bedah saraf.
a. Analisa Data
b. Diagnosa
1. Nyeri kronis b.d pasca trauma karena gangguan (misl infeksi/inflamasi)
2. Hipertermi b.d penyakit
3. Risiko Infeksi b.d factor risiko gangguan integritas kulit
4. Insomnia b.d ketidaknyamanan fisik
5. Hambatan komunikasi verbal b.d gangguan persepsi (pendengaran)
6. Risiko perlambatan pemulihan pasca-bedah b.d Edema pada sisi pembedahan
7. Harga diri rendah situasional fak.res gangguan citra tubuh
8. Defisiensi Pengetahuan b.d kurang infornmasi
3 Risiko infeksi
Kontrol Risiko Kontrol Infeksi Kontrol Infeksi
b.d factor
risiko Setelah dilakukan 1. Ajarkan pasien dan 1. Pengetahuan tentang
gangguan tindakan keperawatan keluarga mengenai tanda tanda dan gejala
integritas kulit selama 1 x 30 menit. dan gejala infeksi dan dimulainya infeksi
Control risiko yang kapan harus dapat membantu
dapat dilakukan klien melaporkannya kepada individu atau keluarga
meningkat. penyedia perawatan untuk melakukan
kesehatan. penanganan infeksi,
Kriteria hasil :
2. Ajarkan ada pasien dan jika terjadi.
Ket :
1 : berat
2 : cukup berat
3 : sedang
4 : ringan
5 : tidak ada
4. Evaluasi
Tgl / No. Diagnosa Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
1 S: Pasien sudah tidak lagi mengeluhkan Nyeri pada kepalanya
O:
a. Wajah pasien sudah berkurang meringisnya
b. TTV :
RR : 48 x /mnt
T : 36,50C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
c. Skala nyeri dari 8 ke 3
A: masalah teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjutkan
2 S: Pasien mengatakan sudah tidak mengeluhkan sulit bernafas
O:Suara nafas sudah normal
RR : 48 x /mnt
T : 36,50C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan. Tetapi pantau kondisi pasien
3 S :Pasien mengatakan tidak ada lagi darah yang keluar di
kepala,hidung dan telinga
RR : 48 x /mnt
T : 36,50C
Nadi : 85x/mnt
TD : 110/60 mmHg
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan. Tetapi pantau kondisi pasien