Anda di halaman 1dari 6

Nama : Annisa S.K.

Nim : 155121064

Kelas : AKS 5B

PERENCANAAN AUDIT

A. Tahapan dalam Perencanaan Audit


Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah berikutnya
yang perlu ditempuh adalah merencanakan audit. Ada tujuh tahap yang harus ditempuh oleh
auditor dalam merencanakan auditnya :
1. Memahami bisnis dan industri klien.
2. Melaksanakan prosedur analitik.
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal.
4. Mempertimbangkan risiko bawaan.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan
dengan klien berupa audit tahun pertama.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.
7. Memahami pengendalian intern klien.

Berikut merupakan penjelasan mengenai tujuh tahapan dalam perencanaan audit:

1. Memahami bisnis dan industry klien


Sebelum auditor melakukan verifikasi dan analisis transaksi atau akun-akun tertentu,ia
perlu mengenal lebih baik industri tempat klien berusaha seerta kekhususan bisnis
klien.Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi
auditoruntuk memahami bisnis dan industri klien :
a. Pengalaman sebelumnya tentang entitas dan industry
b. Dikusi dengan orang dalam entitas
c. Diskusi dengan personel dari fungsi audit interndan reviw terhadap laporan auditor
intern
d. Diskusi dengan auditor lain dan dengan penaihat hukum atau penasihat lain yang
telahmemberikan jasa kepada entitas atau dalam industry
e. Diskusi dengan orang yang berpengetahuan diluar entitas
f. Publikasi yang berkaitan dengan indutri
g. Perundangan dan peraturan yang secara signifikan berdampak terhadap entitas
h. Dokumen yang dihasilkan oleh entitas
2. Melaksanakan prosedur analitik
a. Konsep prosedur analitik
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang dicatat atau rasio
yangdihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yangdikembangkan oleh auditor.
b. Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan analitik
Prosedur analitik dalam perencanaan audit harus ditujukan untuk:
Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi atau peristiwa
yangterjadi sejak tanggal audit terakhir,dan
Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu
yang bersangkutan dengan audit.
Prosedur analitik dapat mengungkapkan: Peristiwa atau transaksi yang tidak
biasa,Perubahan akuntansi, Perubahan usaha, Fluktuasi acak, Salah saji
c. Tahap-tahap prosedur analitik: Mengidentifikasi perhitungan / perbandingan yang
harusdibuat, Mengembangkan harapan, Melaksanakan perhitungan/perbandingan,
Menganalisisdata dan mengidentifikasi perbedaan signifikan, Menyelidiki perbedaan
signifikan yangtidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut, Menentukan
dampak hasil proseduranalitik terhadap perencanaan audit
d. Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
e. Mengembangkan harapan
f. Menganaliis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan.
g. Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi
perbedaansignifikan
h. Menentukan dampah hasil prosedur analitik tahap perencanaan audit
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Pada tahap perencanaan audit, auditor perlu mempertimbangkan materialitas awal pada
Tingkat laporan keuangan dan Tingkat saldo akun.
4. Mempertimbangkan Risiko Bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai
dengan tahap-tahap proses auditnya. Pada tahap perencanaan audit auditor harus
mempertimbangkan risiko bawaan yaitu suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo
akun atau aersi tentang saldo akun.
5. Mempertimbangkan Beberapa Factor Yang Berpengaruh Terhadap saldo Awal, Jika
Perikatan Dengan Klien Berupa Audit Tahun pertama
Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha tahun berjalan,
namun juga mencerminkan dampak:
Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ketahun berikutnya dari tahun-
tahun sebelumnya
Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun-tahun berikutnya
Kedua hal tersebut diatas berdampak pada saldo awal,dalam suatu perikatan audit
tahun pertama, sebelumnya auditor tidak memperoleh bukti audit yang mendukung
saldo awal tersebut
Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa:
Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap
laporan keuangan tahun berjalan
Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ketahun berjalan atau
telah dinyatakan kembali
Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten.
Sifat dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal
tergantung pada:
kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan
apakah laporan keuangan entitas tahun sebelumnya telah diaudit, dan jika demikian
apakah pendapat auditor atas laporan keuangan terebut berupa pendapat selain
pendapat wajar tanpa pengecualian
sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan
6. Mengembangkan Strategi Audit Awal terhadap Asersi Signifikan
Ada dua strategi audit awal yang dapat dipilih oleh auditor: Primarily substantive approach
dan Lower assessed level of control risk approach.
7. Memahami Pengendalian Intern Klien
Salah satu tipe bukti yang dikumpulkan oleh auditor adalah pengendalian intern. Langkah
pertama dalam memahami pengendalian intern klien adalah dengan mempelajari unsur
unsur pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah dengan melakukan
penilaian terhdapa efktivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan
kelemahan pengendalian intern tersebut.

B. Jenis Jenis Pengujian


Dalam audit, auditor melakukan berbagai macam pengujian (test), yang secara garis besar
dapat dibagi menjadi 3 golongan berikut ini:
1. Pengujian Analitik
Pengujian ini dilakukan oleh auditor dengan cara mempelajari perbandingan dan hubungan
antara data yang satu dengan data yang lain. Pengujian analitik dimaksudkan untuk
membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam menemuka bidang yang
memerlukan audit lebih intensif.
2. Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian terutama ditujukan untuk mendapatkan informasi mengenai:
a. Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian.
Dalam pengujian pengendalian, auditor memeriksa seberapa banyak transaksi
pembelian diotorisasi dari pejabat yang berwenang dalam periode yang diperiksa.
b. Mutu pelaksanaan aktivitas pengendallian tersebut.
Otorisasi dari pejabat yang berwenang merupakan salah satu aktivitas pengendalian
untuk mengawasi transaksi pembelian. Pelaksanaan suatu aktivitas pengendalian
dikatakan baik mutunya jika aktivitas tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak
dicapai dengan melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut.
c. Karyawan yang melaksanakan aktivitas pengendalian tersebut
Aktivitas pengendalian ini dilaksanakan oleh klien dengan perhitungan fisik sediaan.
Perhitungan fisik sediaan dilakukan oleh karyawan gudang dan karuawan yang
mencatat sediaan, maka hasil pengujian pengendalian akn menunjukan bahwa aktivitas
pengenalian tersebut tidak efektif. Karena orang yang terlibat dalam pengendalian
adalah karyawan yang seharusnya diawasi dengan pengendalian tersebut.
3. Pengujian Substantif
Kesalahan moneter yang terdapat dapat dalam informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan kemungkinan terjadi karena kesalahan dalam:
a. Penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
b. Tidak diterapkannya prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
c. Ketidakkonsistenan dalam penerapan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
d. Ketidaktepatan pisah batas pencatatan transaksi.
e. Perhitungan.
f. Pekerjaan penyalinan, penggolongan dan peringkasan informasi.
g. Pencantuman pengungkapan unsur tertentu dalam laporan keuangan.

C. Pemilihan Jenis Pengujian


Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih,
termasuk untuk kesediian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap pengujian, efektifitas
pengendalian internal serta risiko bawaan.
1. Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan.
2. Biaya-biaya Relatif
3. Hubungan pengujian pengendalian dengan pengujian subtantif.
4. Hubungan prosedur analitis dan pengujian subtantif
5. Dilema antara pengujian pengendalian dan pengujian subtantif

D. Perancangan Program Audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan penekanan
yang tepat pada masing-masing dari empat jenis pengujian lainnya,program audit khusus bagi
setiap jenis harus dirancang. Program audit ini kemudian digabungkan untuk membentuk
program audit. Pada bagian besar audit, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu
merekomendasikan bauran bukti kepada manajer penugasan. Setelah bauran bukti tersebut
disetujui, auditor yang bertanggung jawab atas penugasan itu merekomendasikan bauran bukti
kepada manajer penugasan. Setelah bauran bukti tersebut disetujui, auditor yang bertanggung
jawab lalu menyusun program audit atau memodifikasi program yang sudah ada agar memenuhi
semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bauran bukti, risiko
inhern, risiko pengendalian, dan setiap risiko kecurangan yang diidentifikasi, serta kebutuhan
akan audit yang terintegrasi bagi sebuah perusahaan publik. Auditor yang bertanggung jawab
itu juga cenderung mendapat persetujuan dari manajer sebelum melaksanakan prosedur audit
atau mendelegasikan tugasnya kepada asisten.
Program audit dirancang untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan. Selain pada bagian program audit yang berisi prosedur penilaian resiko.
Prosedur pelaksanaan resiko tersebut dilaksanakan pada tahap perencanaan. Program audit
bagi kebanyakan audit juga dirancang dalam tiga bagian tambahan yaitu pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur analitis substantif, dan
pengujian rincian saldoBahwa auditor juga akan merancang program audit untuk memenuhi
tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan. Misalnya, dalam siklus
penjualan dan penagihan, auditor dapat menggunakan:
1. Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
penjualan dan penerimaan kas;
2. Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus
3. Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, bebanpiutang tak
tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutangusaha rupa-rupa

DAFTAR PUSTAKA

Haryono, Yusuf. 2011. Auditing. Yogyakarta: BPSTIE-YKPN.

Mulyadi. 2002. Auditing Buku 1 Edisi 6. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai