Ulcus Cornea Nov
Ulcus Cornea Nov
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan utama : Mata kiri buram
Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan mata kirinya semakin
buram, pasien mengatakan hanya bisa melihat lambaian tangan. Pasien juga
mengeluhkan mata kiri nya semakin merah, terasa nyeri, berair, dan terasa ada yang
mengganjal. Hal tersebut dialami 5 hari SMRS setelah terkena siraman air kelapa yang
sudah busuk. Sebelumnya pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan obat
chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg, as.mefenamat 3x500 mg,
paracetamol 3x500 mg. Pasien merupakan rujukan dari klinik PT pulau seribu dengan
ulcus cornea sinistra. Riwayat pemakaian kontak lensa tidak ada. Riwayat pemakaian
kaca mata tidak ada.
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi tidak ada, Diabetes mellitus tidak ada, asma
tidak ada.
Riwayat pemakaian obat : chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg,
as.mefenamat 3x500 mg, paracetamol 3x500 mg
1
N : 80 kali/menit
RR : 16 kali/menit
T : 36,8 C
Kepala : normal
Leher : normal
Thorax : normal
Abdomen : normal
Ekstremitas
- Superior : Akral teraba hangat, CRT < 2
- Inferior : Akral teraba hangat, CRT < 2
2
Gambar mata pasien
1.5 Ringkasan
Laki-laki, berusia 34 tahun yang datang ke IGD RSOB dengan keluhan utama
mata kirinya semakin buram, pasien mengatakan hanya bisa melihat lambaian tangan,
Pasien juga mengeluhkan mata kiri nya semakin merah, terasa nyeri, berair, dan terasa
ada yang mengganjal. Hal tersebut dialami 5 hari SMRS setelah terkena siraman air
kelapa yang sudah busuk. Sebelumnya pasien sudah berobat ke klinik dan diberikan
obat chloramfenicol ED 2x1 gtt OS, ciprofloxacin 3x500mg, as.mefenamat 3x500 mg,
paracetamol 3x500 mg.
Pada pemeriksaan fisik dan tanda vital dalam batas normal, Dari status
oftalmologi orbita sinistra, didapatkan visus hanya bisa melihat lambaian tangan yaitu
1/300, gerakan bola mata full kesegala arah, palpebra didapatkan blefarospasme dan
edema. Didapatkan injeksi siliar pada konjungtiva. Pada cornea didapatkan Ulcus
8mm, Fluorescense (+), edema, ring infiltrat, melting. Camera oculi anterior sedang
dan terdapat hipopion 2 mm, pupil, iris dan lensa sulit dinilai, didapatkan peningkatan
tekanan intra okuli per palpasi. Pada pemeriksaan laboratorium pewarnaan KOH
didapatkan jamur, USG didapatkan segmen posterior dalam batas normal. Pada
pemeriksaan O.D dalam batas normal.
3
1.6 Diagnosa
Ulcus Cornea OS cum hipopion ec Mixed infection jamur + susp. bacteri gram negatif
dd/acantoemoeba + Glaukoma sekunder
1.7 Penatalaksanaan
- Ceftriaxone 2x1 gr (iv) skin test (-)
- Ketokonazole 2x300 mg per oral
- Moxifloxacin ED 1 gtt/jam OS
- Natamicyn ED 1 gtt/jam OS
- Sulfas atropin 1 % ED 3x 1 gtt OS
-Timolol maleate 0,5 % ED 2x 1 gtt OS
-As.mefenamat 3x500 mg per oral
-Hand higiene
-Rawat inap
1.8 Follow up
Hari 1
S : pasien mengatakan nyeri pada mata sudah berkurang
O : compos mentis, Tampak sakit sedang
Tanda vital dalam batas normal
Orbita sinistra : visus 1/300, melihat lambaian tangan , Palpebra terdapat
blefarospasme , edema sudah berkurang, Konjungtiva terdapat Injeksi siliar,
Kornea terdapat Ulcus 8mm, edema, ring infiltrat, melting, COA Sedang,
hipopion 2mm, Pupil, Iris, Lensa Sulit dinilai, TIO Meningkat per palpasi.
A : ulcus cornea OS cum hipopion ec mixed infecttion jamur + susp.bacteri dd ulcus
acantoemoba + glaukoma sekunder
P: terapi lanjut
Hari ke 2
S : pasien mengatakan nyeri pada mata sudah berkurang
4
O : compos mentis
Tanda vital dalam batas normal
Orbita sinistra : visus 1/300, melihat lambaian tangan, Palpebra terdapat
blefarospasme , edema sudah berkurang, Konjungtiva terdapat Injeksi siliar,
Kornea terdapat Ulcus 8 mm, edema, ring infiltrat, melting. COA Sedang,
hipopion berkurang. Pupil, Iris, Lensa, Sulit dinilai.
A : ulcus cornea OS cum hipopion ec mixed infecttion jamur + susp.bacteri dd ulcus
acantoemoba + glaukoma sekunder
P: terapi lanjut
-pasien pulang : ceftriaxone 2x1 gr (iv) di ganti dengan ciprofloxacin 2x500
mg.
-kontrol kepoli mata 1 minggu kemudian
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
6
1. Epithelium
- Tebalnya terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Sel basal bermitosis sel dan sel muda ini terdorong ke depan menjadi lapis sel
sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berkaitan erat
dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di depannya melalui
desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit,
dan glukosa yang merupakan barrier. Epithelium ini menahan lapisan air mata
dan juga mencegah air yang masuk ke kornea dan mengganggu serat kolagen.
Hal ini melindungi terjadinya edema kornea, yang dapat menyebabkan
pandangan berkabut. 1
2. Lapisan Bowman
3. Stroma
- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara
serat kolagen stroma. Disuga keratosit membentuk bahan dasar dan serat
kolagen dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.
- Posterior dari stroma adalah membrana descemet, dan pada bagian dasarnya
adalah endothelium kornea. 1
7
4. Membrana Descemet
5. Endothelium
Ulkus kornea adalah erosi atau luka terbuka pada lapisan luar kornea.
Ulkus kornea merupakan suatu keadaan patologik kornea yang ditandai oleh
adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dengan diskontinuitas jaringan
kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma 3
2.3 ETIOLOGI
1. Infeksi
2. Devisiensi vitamin A
3. trauma
Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, achantamoeba dan herpes simpleks.
8
bakteri :
streptokokus pneumonia
streptokokus alfa hemolitik
stafilokokus aureus
moraxela likuefasiens
psedomonas aeruginosa
streptokokkus anaerobik
streptokokkus betahemolitik
enterobakter hanifae
proteus sp
stafilokkokus epidermidis4
2.4 Gejala
Subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b. Sekret mukopurulen
c. Merasa ada benda asing di mata
d. Pandangan kabur
e. Mata berair
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
g. Silau
h. Nyeri
i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat
pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel
kornea.
Objektif
a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion 5
9
a. ulkus terlokalisir dan sembuh
b. penetrasi lebih dalam sampai dapat terjadi perforasi, atau
c. Menyebar secara cepat pada seluruh kornea dalam bentuk ulkus kornea. 2
10
kekaburan pada kornea pada ulkus tersebut. Bila ulkus mencapai lapisan Bowman
dan sebagian lamella stroma, jaringan parut yang terbentuk disebut dengan nebula.
Makula dan leukoma adalah hasil dari proses penyembuhan pada ulkus yang lebih
dari 1/3 stroma kornea. 2
11
Tanda :
1. Kelopak mata bengkak
2. Blefarospasme
3. Konjungtiva kemosis dan hiperemi serta kongesti silier
4. Diawali dengan defek epitelial berupa infiltrat putih keabu-abuan. Kemudian
membesar dan berkembang menjadi edema stroma. Gambarannya bisa
berbentuk oval dan ireguler, tepinya bengkak dan meninggi, dasar ditutupi
material nekrotik, edema stromal di sekitar ulkus
5. Pupil bisa mengecil karena toksin mengakibatkan iritis
2
6. Tekanan intraokuli kadang meningkat
Ulkus kornea hipopion dapat disebabkan oleh berbagai organisme piogenik,
tetapi yang paling berbahaya yaitu pseudomonas pyocyanea dan pneumococcus.
Ulkus kornea hipopion yang disebabkan oleh pneumococcus disebut ulcus serpens.
Gejala dan tandanya sebagai berikut :
Gejala :
Sama dengan gejala ulkus kornea secara umum, tetapi pada stadium awal nyeri yang
dirasakan sedikit sekali. Hal ini yang menyebabkan terapi sering terlambat.
Tanda :
Sama dengan tanda ulkus kornea secara umum, tetapi pada ulkus serpens terdapat
tanda-tanda khas yaitu
1. Ulkus berbentuk disk berwarna putih keabu-abuan atau kekuningan terjadi di
dekat sentral kornea
2. Mempunyai kecenderungan meluas dan mamiliki resiko terjadi perforasi lebih
tinggi.
3. Hipopion bertambah dengan cepat dan sering menimbulkan glaukoma sekunder
b. Pemeriksaan laboratorium
Pewarnaan Gram dan giemsa dan kultur di blood agar medium.
12
Gambar 2. Ulkus Kornea Bakterial
Ulkus kornea jamur (Mycotic corneal ulcer)
1. Gambaran klinis yang khas
Gejala : sama dengan ulkus kornea bakterial tetapi lebih ringan dan
perkembangannya lambat
Tanda :
a. Ulkus tampak kering, putih keabu-abuan, dengan tepi meninggi
b. Feathery finger-like extensions
c. Sterile immune ring (garis demarkasi kuning)
d. Lesi satelit yang kecil-kecil dan multipel
2. Ulkus yang memburuk secara kronis
3. Laboratorium. Meliputi pemeriksaan KOH basah, Calcoflour white, Gram dan
giemsa ditemukan hifa fungi serta kultur pada Saborauds agar.
13
3) Kadang terdapat anestesi sehingga pasien tidak datang lebih awal.
Tanda :
1) Lesi paling khas adalah ulkus dendritik.
2) Ulserasi geografis.
3) Keratitis epitelial blotchy, keratitis epitelial stellata, keratitis filamentosa yang
bersifat sementara dan kemudian menjadi dendritik yang khas.
4) Kekeruhan subepitelial
5) Pada stroma terjadi keratitis diskiformis.
6) Endapan presipitat di bawah lesi diskiformis atau menyebar ke seluruh endotel.
b. Laboratorium
Kerokan dari lesi epitel keratitis HSV dan cairan lesi mengandung sel-sel
raksasa multinuklear. Virus ini dapat dibiakkan pada membran korio-allantois
embrio telur ayam dan sel jaringan lain seperti sel HeLa dengan bentuk plak-plak
khusus.
14
4) Kultur di agar nor nutrient 6
2.7 DIAGNOSIS
15
Melakukan swab pada kornea dan melihatnya dengan mikroskop dengan
pengecatan Gram dan preparasi KOH mungkin dapat melihat adanya bakteri dan
jamur dengan jelas. 7
2.9 TERAPI
Diagnosa tepat sangat penting untuk memberikan terapi secara optimal. Ulkus
kornea bakterial membutuhkan antibiotik yang intensif untuk mengobati infeksi, seperti:
16
- Sulfonamida kokus dan basil gram (+) dan (-), klamidia, aktinomices, dan
nokardia
Ulkus kornea viral yang disebabkan herpes virus mungkin membutuhkan anti
viral topikal seperti topikal acyclovir dalam bentuk salep 3% yang diberikan 4 jam
sekali, sedikitnya lima kali sehari . 2
Selain itu, terapi suportif seperti anti nyeri juga diberikan, termasuk topikal
cycloplegic seperti atropin atau homatropin untuk mendilatasi pupil dan
menghilangkan spasme muskulus siliaris. Ulkus superfisial dapat sembuh kurang
dari satu minggu. Ulkus dalam dan descemetoceles mungkin membutuhkan graft
conjunctiva atau flap conjunctiva, kontek lensa lunak, atau transplantasi kornea.
Nutrisi yang baik, termasuk intake protein dan vitamin C selalu disarankan. Pada
kasus Keratomalacia, dimana ulkus kornea disebabkan oleh defisiensi vitamin A,
suplemen vitamin A peroral atau intramuskular diberikan. 2
17
apapun karena dapat menghalangi proses penyembuhan, mungkin dapat menyebabkan
superinfeksi jamur dan bakteri lainnya dan dapat menyebabkan kondisi semakin parah. 2
2.10 KOMPLIKASI 2
2.11 PROGNOSIS
Apabila ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat
sembuh, mungkin bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi
yang tidak diterapi dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau
bahkan perforasi pada kornea. Masalah lainnya dapat muncul termasuk glaucoma.
Pasien dengan penyakit sistemik dapat menghambat proses peyembuhan (seperti
diabetes mellitus atau rheumatoid arthritis) yang membutuhkan terapi agresif. Semakin
lambat terapi yang diberikan, akan semakin menambah kerusakan yang terjadi dan scar
yang lebih luas. Transplantasi kornea adalah standar terapi yang memiliki kemungkinan
keberhasilan yang besar. 2
18
2.12 PENCEGAHAN
Pemakaian kontak lensa yang baik akan mengurangu insiden kerusakan kornea
dan ulserasi. Kuman pada mulut dan tangan dapat merusak mata, jadi pemakai lensa
kontak harus mencuci tangannya sebelum menyentuh lensa tersebut dan tidak boleh
menggunakan air ludah untuk melembabkannya. Air pipa tidak boleh digunakan untuk
mencuci kontak lensa. Kontak lensa harus dilepas bila terjadi iritasi dan tidak boleh
dipakai lagi sampai mata menjadi normal kembali. Tidak disarankan menggunakan
kontak lensa untuk berenang atau saat di pemandian air panas. Kontak lensa yang sekali
pakai lebih tidak beresiko daripada kontak lensa yang dipakai sepanjang hari (dipakai
berulang kali). Organisme yang telah dikultur dari tempat kontak lensa, jadi tempat
tersebut harus dicuci menggunakan air panas dan dikeringkan. Tempat tersebut harus
diganti setiap tiga bulan sekali. Pasien harus mematuhi jadwal dokter untuk mengganti
kontak lensa. 7
19
BAB III
PEMBAHASAN
20
mengetahui pasti jenis bakteri belum dapat dilakukan. pada pemeriksaan KOH
didapatkan jamur.
Pemberikan terapi secara optimal pada ulkus kornea bakterial dan jamur
membutuhkan antibiotik yang sesuai dengan jenis bakteri yang menginfeksi dan
pemberian anti jamur. Selain itu, terapi suportif seperti anti nyeri juga diberikan,
termasuk topikal cycloplegic seperti sulfas atropin untuk mendilatasi pupil dan
menghilangkan spasme muskulus siliaris. Dan diberikan juga timolol meleat yaitu
golongan beta bloker untuk menurunkan tekanan bola mata dengan mengurangi cairan
yang menumpuk pada ruang depan lensa mata hal ini untuk membantu mencegah
kebutaan, karena pada pasien ini sudah terjadi komplikasi yaitu glaukoma sekunder.
Dan edukasi untuk Nutrisi yang baik, termasuk intake protein dan vitamin C serta
vitamin A tetes mata. Pasien ini diterapi dengan tetes mata natamicyn sebagai anti
jamur, moxifloxacin sebagai antibiotik, ketokonazole tablet, fluconazole setiap jam.
Frekuensi pemberian kemudian dikurangi secara bertahap sesuai respon klinis.
Prognosa pada pasien ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat
lambatnya mendapat pertolongan, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul. Apabila
ulkus kornea segera diterapi, infeksi pada kornea biasanya dapat sembuh, mungkin
bahkan tanpa terjadinya ulkus pada kornea. Bagaimanapun, infeksi yang tidak diterapi
dapat menyebabkan ulkus kornea yang dapat menimbulkan scar atau bahkan perforasi
pada kornea. Pasien di rawat inap guna pemberian antibiotik dsn anti jamur dengan
tepat waktu dan sesuai dosis, setelah 2 hari rawat inap pasien boleh pulang dan
dianjurkan untuk kontrol ke poli mata 2 minggu kemudian.
21
BAB IV
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23