ASFIKSIA
ASFIKSIA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut hasil berbagai survei, tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) disuatu Negara dapat dilihat dari kemampuan untuk memberikan
pelayanan obstetric yang bermutu dan menyaluruh.Dari hasil survei yang dilakukan AKI telah
menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target
tujuan pembangunan millenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus
menerus.
Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, AKI di
Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup, AKB 34 per 1.000Menurut data Survei
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI di Indonesia masih tinggi jika dibandingkan
dengan negara ASEAN lainnya, yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Upaya
penurunan AKI harus difokuskan pada Tujuan Jaminan Persalinan ini adalah meningkatnya
akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan dalam rangka
menurunkan AKI dan AKB (Angka Kematian Bayi) melalui jaminan pembiayaan untuk
pelayanan persalinan.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASN
A. BBLR
1. Pengertian BBLR
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir atau lebih rendah (WHO, 1961).
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Etiologi BBLR
Penyebab kelahiran prematur secara pasti tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
2. Faktor kehamilan
3. Faktor janin
4. Faktor Lingkungan
Radiasi
Zat-zat beracun
Asfiksia Neonatorum
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis.
Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan
iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang
berperan pada kejadian asfiksia.
Bayi tidak bernapas atau napas megap-megap, denyut jantung kurang dari 100 x/menit,
kulit sianosis, pucat, tonus otot menurun, tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.
Pemeriksaan fisik :
Nilai Apgar
Klinis 0 1 2
Dilakukan pemantauan nilai apgar pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan
prognosis,bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila
bayi tidak menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar)
Pemeriksaan penunjang :
- USG kepala
Penyulit
- Jantung dan paru : hipertensi pulmonal persisten pada neonatus, perdarahan paru, edema paru
- Hematologi : DIC
b. Terapi medikamentosa :
1) Epinefrin : Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik dilakukan ventilasi
adekuat dan pemijatan dada. 0,1-0,3 ml/kg BB dalam larutan 1 : 10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg
BB) Cara : i.v atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu.
2) Bikarbonat, 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/Kg BB (4,2%) atau 1 ml/kg bb (8,4%). Diencerkan
dengan aquabides atau dekstrose 5% sama banyak diberikan secara intravena dengan kecepatan
minimal 2 menit.
3) Nalokson: 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml). Intravena, endotrakeal atau bila perpusi
baik diberikan i.m atau s.c
c. Suportif
Jaga kehangatan.
d. Pemberian cairan, Jenis cairan larutan kristaloid yang isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat,
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi ( Perawatan Anak
Sakit, Ngastiah. Hal 3).
Penyakit Membran Hialin (PMH)
Penyebab kelainan ini adalah kekurangan suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah
kolaps paru. PMH sering kali mengenai bayi prematur, karena produksi surfaktan yang di mulai
sejak kehamilan minggu ke 22, baru mencapai jumlah cukup menjelang cukup bulan.
Penyebab PMH adalah surfaktan paru. Surfaktan paru adalah zat yang memegang
peranan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari protein,
karbohidrat, dan lemak. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin. Zat ini mulai di bentuk pada
kehamilan 22-24 minggu dan mencapai maksimum pada minggu ke 35. Fungsi surfaktan adalah
untuk merendahkan tegangan permukaan alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi,
sehingga untuk bernafas berikutnya di butuhkan tekanan negatif intrathoraks yang lebih besar
dan di sertai usaha inspiarsi yang lebih kuat. Kolaps paru ini menyebabkan terganggunya
ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2. dan oksidosis.
Prognosis bayi dengan PMH terutama ditentukan oleh prematuritas serta beratnya
penyakit. Bayi yang sembuh mempunyai kesempatan tumbuh dan kembang sama dengan bayi
prematur lain yang tidak menderita PMH.
PMH umumnya terjadi pada bayi prematur dengan berat badan 1000-2000 gram. Atau
masa generasi 30-36 minggu. Gangguan pernafasan mulai tampak dalam 6-8 jam pertama setelah
lahir dan gejala yang karakteritis mulai terlihat pada umur 24-72 jam.
a. Atas dasar adanya gangguan pernafasan yang dapat di sebabkan oleh berbagai penyebab dan
untuk melihat keadaan paru, maka bayi perlu dilakukan pemeriksaan foto thoraks.
b. Pemeriksaan darah : perlu pemeriksaan darah lengkap, analisis gas darah dan elektrolit.
7. Penatalaksanaan Sindrom Gangguan Pernafasan
a. Memberikan lingkungan yang optimal, suhu tubuh bayi harus dalam batas normal (36.5-37oc)
dan meletakkan bayi dalam inkubator.
b. Pemberian oksigen dilakukan dengan hati-hati karena terpengaruh kompleks terhadap bayi
prematur, pemberian oksigen terlalu banyak menimbulkan komplikasi fibrosis paru, kerusakan
retina dan lain-lain.
c. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan hemeostasis dan
menghindarkan dehidrasi. Permulaan diberikan glukosa 5-10 % dengan jumlah 60-125 ML/ Kg
BB/ hari.
d. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Penisilin dengan dosis 50.000-10.000
untuk / kg BB / hari / ampisilin 100 mg / kg BB/ hari dengan atau tanpa gentasimin 3-5 mg / kg
BB / hari.
e. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian surfaktan ekstrogen (
surfaktan dari luar).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir atau lebih rendah (WHO, 1961). BBLR dibedakan menjadi Prematuritas murni
dan Retardasi.
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 di dalam darah rendah
(hipoksemia), hiperkarbia (Pa CO2 meningkat) dan asidosis. Penyebab asfiksia dapat berasal dari
faktor ibu, janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan
fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia
Sindrom gawat nafas neonatus merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau
hiperapnea dengan frekuensi pernafasan lebih dari 60 kali per menit, sianosis, merintih, waktu
ekspirasi dan retraksi di daerah epigastrium, interkostal pada saat inspirasi.
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena
adanya deposisi produk akhir katabolisme hem yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus pada
neonatus akan tampak bila konsentrasi bilirubin serum lebih 5 mg/dL. Hiperbilirubinemia adalah
keadaan kadar bilirubin dalam darah >13 mg/dL.
Perdarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari trauma pengikatan
tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses pembentukkan trombus normal. Selain itu
perdarahan pada tali pusat juga bisa sebagi petunjuk adanya penyakit pada bayi.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah (glukosa) secara abnormal
rendah Istilah hepoglikemia digunakan bila kadar gula darah bayi secara bermakna dibawah
kadar rata-rata. Dikatakan hepoglikemia bila kadar glukosa darah kurang dari 30 mg/dl pada
semua neonatus tanpa menilai masa gestasi atau ada tidaknya gejala hepoglikemia. Umumnya
hepoglikemia terjadi pada neonatus umur 1 2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
mendapatkan lagi glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih tinggi dengan kadar glukosa
darah yang menurun.
B. Saran
Resum kondisi bayi pasca persalinan harus dilakukan dengan baik. Ketidak akuratan
dalam proses pengkajian dapat menyebabkan tidak diketahuinya kelainan dan resiko kelainan
pada bayi.
A. Latar Belakang
Permasalahan dibidang kesehatan terutama yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu Anak
dan Keluarga Berencana merupakan suatu hal yang sangat mendapatkan perhatian besar dan
menjadi sorotan di dunia kesehatan. Tidak hanya menjadi persoalan dan permasalahan yang di
hadapi di Indonesia, namun juga menjadi permasalahan dihadapai di berbagai belahan dunia.
WHO mencatat bahwa Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi masih merupakan
kejadian yang sangat tinggi di dunia kesehatan, sedangkan untuk program Keluarga Berencana,
terjadinya pembludakan jumlah populasi penduduk dunia seiring dengan perkembangan zaman.
Oleh karena itu, berbagai instansi dan juga program yang mampu mengendalikan
permsalahan yang sedang di hadapi utnuk menangani kasus tersebut telah banyak di keluarkan,
baik oleh badan kesehatan dunia maupun oleh dinas kesehatan di negara masing-masing
dalamupaya menurunkan kejadian Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi yang sangat
tinggi, serta untuk menanggulangi pembludakan jumlah Populasi penduduk di dunia, tidak
terkecuali di Indonesia.