BAB 1
PENDAHULUAN
1
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
3
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
4
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
5
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
6
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.2.Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan mukosa membran dengan pembuluh darah tipis, yang
penampilan normalnya mengkilap. Konjungtiva membentuk kantong konjungtiva
bersama-sama dengan permukaan kornea. Konjungtiva bulbi melekat longgar dengan
sklera dan lebih melekat erat dengan limbus kornea. Epitel konjungtiva melebur
dengan epitel kornea. Garis palpebra konjungtiva berada pada permukaan dalam
kelopak mata dan melekat pada tarsus. Palpebra konjungtiva yang longgar
membentuk lipatan di fornik konjungtiva, di mana bergabung dengan konjungtiva
7
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
8
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Fungsi Pelindung.
Konjungtiva harus mampu melindungi mata dari patogen. Folikel-seperti
agregasi limfosit dan sel plasma (kelenjar getah bening mata) yang terletak di
bawah konjungtiva palpebra dan di forniks. Antibakteri zat, imunoglobulin,
interferon,dan prostaglandin membantu melindungi mata.3
9
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
memiliki riwayat atopi. Ketika muncul gejala, gajala klinis sindrom atopi
(aksema,asma, dan rinitis) tidak muncul bersamaan dengan konjungtivitis.9
2.3.4. Patogenesis
Pada KKV terjadi proses patologi yaitu :
Epitel konjungtiva mengalami hiperplasia dan mengirimkan proyeksi ke
dalam jaringan subepitel.
Lapisan Adenoid menunjukkan infiltrasi seluler ditandai oleh eosinofil, sel
plasma, limfosit dan histiosit.
10
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
11
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
antigen dengan IgE pada permukaan sel mast, maka mediator kimia yang
terbentuk kemudian akan dilepaskan seperti histamin, leukotrien C4 dan
derivat-derivat eosinofil yang dapat menyebabkan inflamasi di jaringan
konjungtiva.
Reaksi hipersensitivitas tipe IV, terjadi karena sel limfosit T yang
telah tersensitisasi bereaksi secara spesifik dengan suatu antigen tertentu,
sehingga menimbulkan reaksi imun dengan manifestasi infiltrasi limfosit dan
monosit (makrofag) serta menimbulkan indurasi jaringan pada daerah
tersebut. Setelah paparan dengan alergen, jaringan konjungtiva akan
diinfiltrasi oleh limfosit, sel plasma, eosinofil dan basofil. Bila penyakit
semakin berat, banyak sel limfosit akan terakumulasi dan terjadi sintesis
kolagen baru sehingga timbul nodul-nodul yang besar pada lempeng tarsal.
Aktivasi sel mast tidak hanya disebabkan oleh ikatan alergen IgE, tetapi dapat
juga disebabkan oleh anafilatoksin, IL-3 dan IL-5 yang dikeluarkan oleh sel
limfosit. Selanjutnya mediator tersebut dapat secara langsung mengaktivasi
sel mast tanpa melalui ikatan alergen IgE. Reaksi hiperreaktivitas konjungtiva
selain disebabkan oleh rangsangan spesifik, dapat pula disebabkan oleh
rangsangan non spesifik, missal rangsangan panas sinar matahari, angin.10
12
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Gejala lain yang dapat timbul adalah gatal yang hebat, fotofobia
(sensitif terhadap cahaya). Gatal diperburuk oleh paparan angin, debu,
cahaya terang, dan cuaca panas. Beberapa pasien mengeluh mata terasa
lengket dan dijumpai sekret mukus. Keterlibatan kornea menyebabkan
keluhan penglihatan berkurang.12
Klasifikasi KKV didasarkan pada lokasi utama tejadi reaksi papiler
yaitu tarsal dan limbal. KKV tarsal terlihat dominan pada ras Kaukasia,
sedangkan KKV limbal dominan pada ras non-Kaukasia. Bentuk tarsal
ditandai dengan papila hipertropi berukuran tidak teratur (cobblestone)
pada tarsal atas. Sedangkan KKV limbal (bulbar) ditandai dengan infiltrat
gelatin bada limbus. KKV Campuran memiliki papila raksasa pada
konjungtiva tarsal atas dan infiltrasi gelatin pada limbus.13
13
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
14
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Grade 4 Berat dan gejala Sedang- Berat Sedang Trantas dot Erosi
Very Severe menetap Berat Berat dengan (+) Banyak Kornea /
injeksi dan ulkus
oedem
Grade 5 - / ringan dan -/ringan - Ringan - -
Evolution gejala kadang Berat fibrosis
muncul
Klasifikasi Keratokonjungtivitis Vernal berdasarkan klinis:14
Tabel 2 . Grade Kerato Konjungtivitis Vernal
( Sumber : Bonini S., et all. 2007. Clinical grading of vernal
keratoconjunctivitis in Curr Opin Allergy Clin Immunol. Vol 7. Pages
:436441)
2.3.6. Diagnosis
Diagnosis keratokonjungtivitis vernal adalah ditegakkan berdasarkan
riwayat gejala yang khas, gambaran klinis, dan pemeriksaan mata di bawah
slit lamp.1
Anamnesa
Gejala umum yang biasa dikeluhkan adalah gatal, fotofobia, terbakar,
dan mata berair. Tanda-tanda umum yang muncul konjungtiva hyperemis,
hipertrofi papiler, dan keratitis superfisial.15
15
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
16
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
2.3.8. Tatalaksana
a. Non Farmakologi
Identifikasi alergen dan hindari faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan eksaserbasi penyakit. Menghindari papaean faktor pemicu
nonspesifik seperti, matahari, angin, dan air laut dengan menggunakan
kacamata hitam, topi, dan kaca mata renang sangat direkomendasikan. Sering
mencuci tangan, muka dan telinga harus dianjurkan. Kompres dingin sangat
membantu ketika mata bengkak. Obat pengganti air mata menstabilkan air
mata berfungsi sebagai pencuci mata dan mencairkan konsentrasi alergen dan
mediator pada air mata. Tetes mata yang terdiri dari ekstrak herbal harus
dihindari karena dapat membuat reaksi sentisisasi alergen.16
17
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
18
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Imunomodulator
Siklosporin efektif mengendalikan KKV yang menimbulkan
peradangan mata dengan memblok proliferasi limfosit Th2 dan produksi
interleukin-2. Siklosporin juga menghambat rilis histamin dari sel mast
dan basofil melalui penurunan produksi IL-5 dan dapat mengurangi
keterlibatan eosinofil dan efek pada konjungtiva dan kornea.8
2. Terapi sistemik
Pengobatan sistemik dengan antihistamin oral atau antileukotrin dapat
mengurangi keparahan serangan dan hiper-reaktivitas umum. Generasi
pertama antagonis reseptor H1 dapat menurunkan keluhan rasa gatal di
mata. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah bersifat sedatif dan
memiliki efek antikolinergik seperti mulut kering, mata kering,
penglihatan kabur dan retensi urin. Antihistamin generasi kedua
mempunyai efek yang sama, tetapi efek sedatif rendah dan aktivitas
antikolinergik rendah. Contohnya adalah acrivastine, cetirizine, ebastine,
fexofenadine, loratadine dan mizolastine.7
19
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
3. Terapi bedah
Operasi pengangkatan plak kornea dianjurkan untuk meringankan gejala
berat dan re-epitelisasi kornea. Krioterapi atau eksisi papila raksasa harus
dihindari karena ini tindakan ini hanya untuk mengatasi komplikasi dan
tidak menyelesaikan
penyebab penyakit. Krioterapi dan dapat menyebabkan jaringan parut
yang tidak perlu.8
2.3.9. Komplikasi
Komplikasi timbul dapat diakibatkan oleh perjalanan penyakitnya atau
efek samping pengobatan yang diberikan. Komplikasi pada mata yang
ditimbulkan adalah kebutaan dan gangguan penglihatan yang berat.
Penggunaan steroid dapat memicu timbulnya katarak, glaukoma, skar pada
sentral kornea, astigmatisme iregular dan keratoconus. Sangat perlu dilakukan
staging pada KKV untuk penatalaksanaan sesuai tingat staging.17
2.3.10. Prognosis
Keratokonjungtivitis vernalis merupakan penyakit yang ringan dan
bersifat self-liminting. KKV mengalami resolusi setelah pubertas tanpa
adanya gejala lanjut atau komplikasi visual, akan tetapi terapi yang adekuat
yang dapat menyebabkan prognosis yang lebih baik. Penyakit KKV kronis
yang telah terjadi komplikasi terhadap kornea dan penggunaan kortikosteroid
dapat menyebabkan pembentukan keratokonus dan prognosisnya menjadi
buruk. 18,19
BAB 3
20
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
KESIMPULAN
21
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
DAFTAR PUSTAKA
22
PAPER NAMA : LUPITA YESSICA TARIGAN
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA NIM : 110100142
FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
23