Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PERBEDAAN FOTO PERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN &

KADAR KLOROFIL PADA HAEMATOCOCCUS

Azat Sudrajat1, a), Rijal M.,M.Si1, Irania Madiana1


1
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
a)
Email: bio.azats@gmail.com
Abstrak telah dilakukan pengamatan terhadap Haematococcus dengan kultivasi berdasarkan control
perlakuan 24 jam gelap, 12 jam gelap, dan 6 jam gelap. Pertumbuhan Haematococcus akan mendapati
jumlah klorofil a, b dan a+b. Pemberian cahaya pada control 6 jam gelap tersebut memberikan pengaruh
yang terbaik terhadap pertumbuhan Haematococcus. Pengaruh media yakni dengan Mbb menyebabkan
klorofil B stabil dalam pertumbuhan dari ketiga control. Jumlah sel pada ketiganya, control 24 jam gelap
mengalami pembludakan pada fase lag. Namun dalam kultivasi, control 6 jam gelap lebih efektif untuk
digunakan sebagai control penumbuhan.
Kata Kunci : Haematococcus, Klorofil, Kultivasi

PENDAHULUAN Klorofil adalah pigmen hijau


Alga adalah mikroorganisme utama fotosintetis yang terdapat dalam tanaman,
yang berperan dalam HRAP. Alga Algae dan Cynobacteria. nama
merupakan protista bertalus yang memiliki "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani
pigmen dan khlorofil. Tubuhnya terdiri atas kuno : choloros = green (hijau), and
satu sel (uniseluler) dan ada pula yang phyllon= leaf (daun). Fungsi krolofil pada
banyak sel (multiseluler). Pada umumnya tanaman adalah menyerap energi dari sinar
alga hidup di dalam air. Alga memiliki ciri- matahari untuk digunakan dalam proses
ciri khusus, diantaranya adalah memiliki fotosintetis yaitu suatu proses biokimia
pigmen fotosintesis seperti klorofil atau dimana tanaman mensintesis karbohidrat
karotenoid, bahan dinding sel terdiri dari (gula menjadi pati), dari gas karbon dioksida
polisakarida, lipid dan bahan protein, aspek dan air dengan bantuan sinar matahari
struktur selnya sendiri tidak memiliki (Makhzuni, et al., 2009).
membran yang memisahkan nukleus, Di dalam sel alga terdapat plastid
pembagian nukleus tidak berlaku secara yaitu organel sel yang mengandung zat
mitosis, dan adanya dinding sel yang warna (pigmen). Plastid yang terdapat pada
melindungi nukleopeptida tertentu sebagai alga terutama khloroplas yang mengandung
komponen yang menguatkannya (Siregar pigmen klorofil yang berperan penting
dan Hermana, 2012). dalam proses fotosintesis. Sehingga alga
bersifat autotrof, karena dapat menyusun terhadap pertumbuhan mikroalga, antara lain
sendiri makanannya berupa zat organik dan cahaya, suhu, pH air, dan salinitas (Yudha,
zat-zat anorganik. Pigmen lain yang terdapat 2008).
dalam alga, yaitu fikosianin (warna biru), Proses kultivasi alga dapat dilakukan
xantofil (warna kuning), karoten (warna dalam sistem kultivasi terbuka atau tertutup
keemasan), fikosantin (warna pirang) dan (fotobioreaktor). Beberapa pengamalaman
fikoeritrin (warna merah) (Siregar dan menunjukkan bahwa proses kultivasi alga
Hermana, 2012). dengan sistem tertutup lebih menguntungkan
Proses penyerapan CO2 oleh dibandingkan dnegna sistem terbuka.
mikroalga terjadi pada saat fotosintesis, Pertimbangan ini didasari atas kemudahan
dimana CO2 digunakan untuk reproduksi dalam mengontrol kondisi kultivasi, lebih
sel-sel tubuhnya. Pada proses fotosintesis terjaga dari adanya kontaminan yang masuk
tersebut selain memfiksasi gas CO2, juga ke dalamnya dan produksi biomassa yang
memanfaatkan nutrien yang ada dalam diperoleh lebih besar. Untuk sistem kultivasi
badan air. Nutrien dalam proses ini dapat terbuka biasanya proses kultivasi alga
berasal dari material yang sengaja dilakukan dengan menggunakan
ditambahkan atau dapat juga berasal dari pencahayaan alami, sedangkan untuk sistem
material limbah cair. Penggunaan limbah kultivasi yang tertutup, kultur alga dapat
cair sebagai input nutrien akan mengurangi dikultivasi dengan sistem pencahayaan
biaya operasional FBR sekaligus alami, buatan ataupun keduanya. Dalam
meningkatkan performance FBR sebagai kegiatan penelitian untuk skala
piranti penyerap emisi gas CO2 sekaligus laboratorium, sistem pencahayaan yang
memperbaiki kulitas limbah cair dalam dipilih kebanyakan adalah sistem
suatu areal industri (Santoso, et al., 2011). pencahayaan buatan (Dianursanti, 2012).
Kultur mikroalga dalam skala Dengan demikian, dalam
laboratorium biasanya memerlukan kondisi pengamatan ini akan dilakukan kultivasi
lingkungan yang terkendali. Pertumbuhan Haematococcus dengan beberapa control
mikroalga sangat erat kaitannya dengan perlakuan. Berdasarkan kultivasi tersebut
ketersediaan hara makro dan mikro serta bertujuan untuk mendapati dan mengetahui
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. pengaruh pemberian cahaya terhadap
Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh pertumbuhan alga, pengaruh media terhadap
kandungan klorofil, dan jumlah sel alga ditambahkan dengan 3 larutan stok (a, b, c)
yang tumbuh. sebanyak masing-masing 5 tetes kemudian
METODE KERJA diautoklaf sekitar 15 menit larutan yang
2.1 Alat dan Bahan telah diautoklaf jadi, setelah itu larutan
Peralatan yang digunakan dalam
ditambahkan dengan 5 tetes larutan vitamin
menghitung jumlah sel dan kandungan
yang telah disediakan, larutan yang sudah
klorofil mikrolaga sebagai berikut: Rak
selesai dibuat kemudian didiamkan dengan
kultur, botol kultur, selang, aerator, lampu
menambahkan selang aerasi pada labu
TL 40 Watt, Haemacytometer, lux meter,
Erlenmeyer sebagi perlakuannya.
pipet tetes, Spektofotometer, centrifuge,
2.2.2 Menghitung Jumlah
Gelas ukur, tabung reaksi, Glass bed, dan Sel Mikroalga Haematococcus sp.
Pada penghitungan alga dilakukan
kuvet. Bahan yang digunakan Isolat
dengan membuat media basal bold, kemudia
Nanochloropsis oculata, Media F2 air laut,
dipasang selang kultur pada aerator
kultur mikrolaga dan etanol.
kemudian masukkan pada botol kultur,
2.2 Cara Kerja
2.2.1 Kultur Alga setelah itu aturlah pencahayaan lampu TL
Pengamatan sel alga ini tidaklah
maksimal 5000 lux, kemudian inokukasikan
mengambil dari air laut melainkan bahan
10% Haematococcus sp. pada media, kultur
yang diperlukan dibuat secara manual
isolate Haematococcus tersebut selama 1-2
dengan bahan antara lain air dan garam
minggu dan hitung pertambahan jumlah sel
(Mbb). Pertama disiapkan alat dan bahan,
per hari menggunakan haemacytometer
labu Erlenmeyer disiapkan dua buah, satu
dibawah mikroskop.
untuk melarutkan garam dan satunya untuk
2.2.3 Pengukuran Kadar
penyaringan kedua larutan. Air yang Klorofil Mikroalga Haematoccus sp.
Pengukuran kadar Klorofil dilakukan
diperlukan sebanyak 500 ml, untuk air 500
dengan mengambil 10 ml sampel kultur
ml tersebut garam yang dibutuhkan sekitar
mikroalga setelah itu di sentrifugasi sample
15 gr. Garam yang sudah ditimbang
dengan kecepetan 3000 rpm selama 10
kemudian dilarutkan dalam Erlenmeyer
menit setelah itu membung supernetannya
yang telah diisi dengan air 500 ml. diaduk
dimabil endapannya dan endapan ditambah
kedua larutan sampai larut dan homogeny,
etanol 96 % sehingga volume akhir menjadi
kemudian setelah penyaringa, larutan garam
10 ml dan memasukan beberapa butir glass
ini ditambahkan dengan 3 larutan garam ini
bead dan mensentrifugasi kempali dengan HASIL & PEMBAHASAN
kecepatan dan waktu yang sama, mengambil Kultivasi atau pengkulturan yang
supernatan mengukurnya menggunakan dilakukan pada Haematococcus dilakukan
Spektofotometer pada panjang gelombang dengan perlakuan 24 jam gelap, 12 jam
645 nm dan 663 nm. Sampel kultul gelap, dan 6 jam gelap menyebabkan
mikroalga disentrifugasi terlebih dahulu terjadinya perbedaan pertumbuhan pada
bertujuan untuk memisahkan komponen jumlah selnya. Isnansetyo dan Kurniastuty
klorofil dari cairannya, sehingga cairannya (1995) dalam Yudha (2008) mengatakan
bisa dipakai untuk pemeriksaan. Prinsip bahwa pertumbuhan mikroalga dalam kultur
metode untuk pengukuran klorofil secara dapat ditandai dengan bertambah besarnya
spektrofotometri didasarkan pada ukuran sel atau bertambah banyaknya
penyerapan maksimum oleh ekstrak klorofil jumlah sel. Sampai saat ini kepadatan sel
dalam aceton di daerah spektrum cahaya. digunakan secara luas untuk mengetahui
Penyerapan maksimum untuk klorofil a dan pertumbuhan mikroalga. Pertumbuhan
klorofil b terjadi pada gelombang 663 dan mikroalga dalam kultur sangat dipengaruhi
645. oleh kondisi cahaya, suhu, aerasi dan nutrisi.

Grafik Pertumbuhan Haematococcus


Dengan Control Perlakuan Cahaya
100,000,000
80,000,000
Jumlah

60,000,000
40,000,000
20,000,000
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hari ke-

24 jam gelap 12 jam gelap 6 jam gelap

Graf.1 Kultivasi Pertumbuhan Haematoccus dari tiga


Berdasarkan diagram Graf.1 tersebut perlakuan tersebut mengalami 5 fase. Fogg
terdapat perbedaan pertumbuhan yang (1975) dalam Yudha (2008) menjelaskan
signifikan dari Haematococcus. pertumbuhan mikroalga dibagi dalam lima
fase pertumbuhan, yaitu fase lag, fase pada fase lag ini pada umumnya meningkat.
logaritmik atau eksponensial, fase Organisme mengalami metabolisme, tetapi
penurunan laju pertumbuhan, fase stasioner, belum terjadi pembelahan sel sehingga
dan fase kematian. kepadatan sel belum meningkat.
Fase lag yang terjadi pada Hal ini pun sesuai dengan penelitian
pertumbuhan ketiga specimen memiliki Suantika dan Hendrawandi (2009) pada
perpedaan. Pada control 24 jam gelap terjadi kultur mengalami fase lag terlebih dahulu,
pada hari ke 1 hingga 2. Ini berbeda pada yaitu selama dua hari dengan karakteristik
alga dengan control 12 jam dimana fase lag sedikitnya penambahan kepadatan sel, yaitu
terjadi pada hari ke 1. Sedangkan, pada alga dari 1,00 x 103 sel/mL pada hari ke-0
control 6 jam gelap terjadi pada hari ke 1 periode kultur menjadi 1,34 0,1 x 103
hingga 3. Pada fase ini alga mengalami sel/mL pada hari ke-1 periode kultur. Pada
adaptasi yang sangat tampak pada control 6 hari ke-2 jumlah sel menjadi 2,03 0,21 x
jam gelap. Ini disebabkan foto atau cahaya 103 sel/mL. Hal ini menunjukkan kultur
akan menghambat hormone pertumbuhan masih beradaptasi dengan medium yang
sehingga alga akan terlebih dahulu digunakan.
beradaptasi untuk mendapatkan kondisi Fase logaritma atau eksponensial
yang sesuai dengan pertumbuhannya. dimasuki oleh alga control 24 jam gelap
Yudha (2008) menjelaskan fase ini pada hari ke 2 hingga 3. Berbeda pada alga
ditandai dengan peningkatan populasi yang control 12 jam gelap pada hari ke 2 hingga
tidak nyata. Fase ini disebut juga sebagai 4. Sedangkan pada 6 jam gelap terjadi pada
fase adaptasi karena sel mikroalga sedang hari ke 4 hingga 6. Pertumbuhan ini terjadi
beradaptasi terhadap media tumbuhnya. sebab alga telah mendapati kondisi yang
Lamanya fase lag tergantung pada umur sesuai sehingga mampu bereproduksi.
inokulum yang dimasukkan. Sel-sel yang Menurut suantika dan Hendrawandi (2009)
diinokulasikan pada awal fase log akan mengatakan Fase ini terjadi ketika nutrisi,
mengalami fase lag yang singkat. Inokulum pH, dan intensitas cahaya pada medium
yang berasal dari kultur yang sudah tua akan masih dapat memenuhi kebutuhan fisiologis
mengalami fase lag yang lama, karena alga sehingga dalam fase ini sel masih
membutuhkan waktu untuk menyusun memiliki kemampuan bereproduksi
enzim-enzim yang tidak aktif. Ukuran sel sehingga populasi masih bertambah.
Setelah itu ketiga alga memasuki menghasilkan nutrisinya sendiri sebab
fase stationer. Pada alga control 24 jam mampu berfotosintesis. Sehingga
gelap terjadi pada hari ke 3-5, alga control membuktikan bahwa semakin lama
12 jam gelap pada hari ke 4, dan alga control penyinaran yang diberikan semakin tinggi
6 jam gelap pada hari ke 7-8. Fase ini jumlah sel pada puncak-puncak populasi.
disebabkan reproduksi sel mulai stabil dan Pemberian cahaya pada control 6 jam gelap
terhambat. Sesuai dengan Suantika dan tersebut memberikan pengaruh yang terbaik
Hendrawandi (2009) yang menambahkan terhadap pertumbuhan. Ini berdasarkan
bahwa hal ini disebabkan oleh pembelahan pendapat Fay dalam Utami, et al. (2012),
sel yang mulai lambat karena kondisi nutrisi mengatakan dalam melaksanakan kultur
dan factor fisika kimia lain yang mulai fitoplankton untuk proses fotosintesis
membatasi pertumbuhan. sebaiknya pencahayaan yang terdiri dari
Kemudian, alga memasuki pada fase gelap, terang dan pencahayaan rendah.
decline atau kematian. Pada alga control 24 Pertumbuhan sel dapat terjadi baik pada saat
jam gelap terjadi pada hari ke 6-8. terang maupun pada saat gelap.
Sedangkan pada alga 12 jam gelap pada hari Dari kultivasi Hematococcus
ke 6-11. Disisi lain, pada alga control 6 jam tersebut didapati jumlah klorofil. Klorofil
gelap tidak didapati fase ini. ini disebabkan tersebut diantaranya klorofil a, klorofil b
pemberian cahaya yang mumpuni yakni serta jumlah klorofil a+b. Ketiga control
dengan porsi cahaya yang selama 18 jam pada alga tersebut memiliki perbedaan
terang mengakibatkan alga mampu seperti pada Graf.2.

Jumlah Klorofil
30
25
20
Jumlah

15 Klorofil A
10 Klorofil B
5 Klorofil A+B
0
24 jam gelap 12 jam gelap 6 jam gelap
Perlakuan

Graf.2 Jumlah Klorofil


Dari diagram Graf.2 menunjukkan perbedaan kecil antara struktur kedua
adanya perbedaan antara ketiga alga dengan klorofil pada sel keduanya terikat pada
control berbeda. Pada klorofil A terdapat protein. Sedangkan perbedaan utama antar
perbedaan, alga dengan control 24 jam gelap klorofil dan heme ialah karena adanya atom
memiliki jumlah klorofil a terbanyak. magnesium (sebagai pengganti besi) di
Sedangkan terkecil pada klorofil a pada tengah cincin profirin, serta samping
control 12 jam gelap. Ini disebabkan hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol
pengaruh cahaya gelap pada 24 jam gelap (Santoso, 2004).
mengakibatkan alga menghasilkan klorofil a KESIMPULAN
lebih banyak untuk mendapatkan cahaya Dalam pengamatan ini didapati
yang mumpuni. bahwa semakin lama penyinaran yang
Klorofil B yang dimiliki terbanyak diberikan semakin tinggi jumlah sel pada
ialah pada alga dengan control 6 jam gelap. puncak-puncak populasi. Pemberian cahaya
Sedangkan pada klorofil a+b menunjukkan pada control 6 jam gelap tersebut
pada alga terbanyak ialah 6 jam gelap. memberikan pengaruh yang terbaik terhadap
Menurut Makhzuni, et al. (2009), klorofil pertumbuhan Haematococcus. Pengaruh
merupakan pigmen hijau tumbuhan dan media yakni dengan Mbb menyebabkan
merupakan pigmen yang paling penting klorofil B stabil dalam pertumbuhan dari
dalam proses fotosintesis. Sekarang ini, ketiga control. Jumlah sel pada ketiganya,
klorofil dapat dibedakan dalam 9 tipe : control 24 jam gelap mengalami
klorofil a, b, c, d, dan e. Bakteri klorofil a pembludakan pada fase lag. Namun dalam
dan b, klorofil chlorobium 650 dan 660. kultivasi, control 6 jam gelap lebih efektif
klorofil a biasanya untuk sinar hijau biru. untuk digunakan sebagai control
Sementara klorofil b untuk sinar kuning dan penumbuhan.
hijau. Klorofil lain (c, d, e) ditemukan hanya DAFTAR PUSTAKA
pada alga dan dikombinasikan dengan Dianursanti. 2012. Pengembangan Sistem
klorofil a. bakteri klorofil a dan b dan Produksi Biomassa Chlorella Vulagaris
klorofil chlorobium ditemukan pada bakteri Dalam Reactor Plat Datar Melalui
fotosintesin. Optimasi Pencahayaan Menggunakan
Klorofil pada tumbuhan ada dua Teknik Filtrasi Pada Aliran Kultur
macam, yaitu klorofil a dan klorofil b. Media. Desertasi. Program Studi
Teknik Kimia Fakultas Teknik Suantika Gede Dan Hendrawandi. 2009.
Universitas Indonesia. Depok. Efektivitas Teknik Kultur
Makhzuni R., Gusnimar, Desriningsih, Menggunakan Sistem Kultur Statis,
Resya Dewi S., Dan Resti A.P. 2009. Semi-Kontinyu, Dan Kontinyu
Fotosintetis. Universitas Andalas. Terhadap Produktivitas Dan Kualitas
Padang. Kultur Spirulina Sp. Jurnal Matematika
Santoso, A.D., Darmawan, R.A., Dan Dan Sains. 14(02): 41-50.
Susanto, J. 2011. Microalgae For Co2 Utami N.P., Yuniarti M.S., Dan Kiki H.
Reduction And Wastewater Treatment 2012. Pertumbuhan Chlorella Sp. Yang
Application In Industrial Area. Jurnal Dikulturkan Pada Perioditas Cahaya
Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, Yang Berbeda. Jurnal Perikanan Dan
3(2):62-70. Kelautan. 3(3): 237-244.
Santoso. 2004. Fisiologi Tumbuhan. Yudha, A.P. 2008. Senyawa Antibakteri
Universitas Muhammadiyah Bengkulu. Dari Mikroalga Dunaliella sp. Pada
Bengkulu. Siregar, B.I.T., Dan Umur Panen Yang Berbeda. Skripsi.
Hermana,J.H. 2012. Identification Of The Program Studi Teknologi Hasil
Domination Of Algaes Genus In Perikanan Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Morokembrangan Boezem Water As A Kelautan Institute Pertanian Bogor.
High Rate Algae Pond (Hrap) System.
Bogor.
Jurnal Teknik Lingkungan ITS.
LAMPIRAN

Jumlah sel Haematococcus


24 jam 12 jam 6 jam
T ke-
gelap gelap gelap
0 1000000 1000000 1000000
1 48300000 8100000 1650000
2 4700000 12300000 1550000
3 27700000 31500000 1250000
4 23350000 43900000 3625000
5 19000000 26875000 6000000
6 35250000 9850000 30750000
7 7400000 9280000 7600000
8 2050000 8975000 6300000
9 2350000 8500000 40450000
10 3650000 7860000 32725000
11 4950000 7220000 25000000
12 5400000 30550000 92400000

Jumlah Klorofil Haematococcus

Klorofil 24 jam gelap 12 jam gelap 6 jam gelap

Klorofil a 1.865,7 2.124,1 15.519,4


Klorofil b 7.586,7 7.430,1 27.980,3

Klorofil a + b 6.322,2 5.567,4 24.678,4

(Gambar 1. Media (Gambar 4. Media


(Gambar 2. Media (Gambar 3. Media
pertumbuhan yang pertumbuhan yang
pertumbuhan yang pertumbuhan yang
telah disterilisasi. telah ditambahkan
akan ditambahkan ditambahkan
Dok. Pribadi, 2016) vitamin. Dok.
vitamin. Dok. vitamin. Dok.
Pribadi, 2016)
Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)
(Gambar 8. Proses
(Gambar 7.
(Gambar 6. Media penambahan
Pengukuran
(Gambar 5. Media pertumbuhan yang mikroalga ke
jumlah volume
pertumbuhan. dibagi menjadi 2 dalam media
mikroalga
Dok. Pribadi, 2016) bagian. Dok. tumbuh. Dok.
sebanyak 14 ml.
Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)
Dok. Pribadi, 2016)

(Gambar 11.
(Gambar 9. Media (Gambar 10. Media Media (Gambar 12.
pertumbuhan yang pertumbuhan yang pertumbuhan Pengambilan
telah ditambahkan diberi perlakuan 24 dihomogenkan sampel mikroalga
mikroalga. Dok. jam gelap. Dok. selama 6 jam untuk diukur. Dok.
Pribadi, 2016) Pribadi, 2016) sekali. Dok. Pribadi, 2016)
Pribadi, 2016)

(Gambar 13. (Gambar 15. (Gambar 16.


(Gambar 14.
Pemasukan mikroalga pada mikroalga pada
Sampel mikroalga
sampel ke dalam T1R1. Dok. Pribadi, T1R2. Dok. Pribadi,
yang siap untuk
botol dengan pipet 2016) 2016)
diamati. Dok.
tetes. Dok. Pribadi,
Pribadi, 2016)
2016)
(Gambar 17. (Gambar 18. (Gambar 19. (Gambar 20.
mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T1R3. Dok. Pribadi, T1R4. Dok. Pribadi, T1R5. Dok. Pribadi, T2R1. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 21. (Gambar 22. (Gambar 23. (Gambar 24.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T2R2. Dok. Pribadi, T2R3. Dok. Pribadi, T2R4. Dok. Pribadi, T2R5. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 25. (Gambar 26. (Gambar 27. (Gambar 28.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T3R1. Dok. Pribadi, T3R2. Dok. Pribadi, T3R3. Dok. Pribadi, T3R4. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 29. (Gambar 30. (Gambar 31. (Gambar 32.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T3R5. Dok. Pribadi, T4R1. Dok. Pribadi, T4R2. Dok. Pribadi, T4R4. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)
(Gambar 33. (Gambar 34. (Gambar 35. (Gambar 36.
mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T4R5. Dok. Pribadi, T5R1. Dok. Pribadi, T5R2. Dok. Pribadi, T5R3. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 37. (Gambar 38. (Gambar 39. (Gambar 40.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T5R4. Dok. Pribadi, T5R5. Dok. Pribadi, T6R1. Dok. Pribadi, T6R2. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 41. (Gambar 42. (Gambar 43. (Gambar 44.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T7R1. Dok. Pribadi, T7R2. Dok. Pribadi, T7R3. Dok. Pribadi, T7R4. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 45. (Gambar 46. (Gambar 47. (Gambar 48.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T7R5. Dok. Pribadi, T8R1. Dok. Pribadi, T8R2. Dok. Pribadi, T8R3. Dok. Pribadi,
2016) 2016) 2016) 2016)

(Gambar 49. (Gambar 50. (Gambar 51. (Gambar 52.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T8R4. Dok. Pribadi, T8R5. Dok. Pribadi, T9R1. Dok. Pribadi, T9R12 Dok.
2016) 2016) 2016) Pribadi, 2016)
(Gambar 53. (Gambar 54. (Gambar 55. (Gambar 56.
mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T9R3. Dok. Pribadi, T9R4. Dok. Pribadi, T9R5. Dok. Pribadi, T10R1. Dok.
2016) 2016) 2016) Pribadi, 2016)

(Gambar 57. (Gambar 58. (Gambar 59. (Gambar 60.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T10R2. Dok. T10R3. Dok. Pribadi, T10R4. Dok. T10R5. Dok.
Pribadi, 2016) 2016) Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)

(Gambar 61. (Gambar 62. (Gambar 63. (Gambar 64.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T11R1. Dok. T11R2. Dok. Pribadi, T11R3. Dok. T11R4. Dok.
Pribadi, 2016) 2016) Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)

(Gambar 65. (Gambar 66. (Gambar 67. (Gambar 68.


mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada mikroalga pada
T11R5. Dok. T12R1. Dok. Pribadi, T12R2. Dok. T12R3. Dok.
Pribadi, 2016) 2016) Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)
(Gambar 69. (Gambar 70. (Gambar 71. (Gambar 72.
mikroalga pada mikroalga pada Mikroalga yang Mikroalga
T11R4. Dok. T12R5. Dok. Pribadi, diambil dengan dimasukkan ke
Pribadi, 2016) 2016) pipet volume 10 dalam tabung
ml. Dok. Pribadi, reaksi. Dok.
2016) Pribadi, 2016)

(Gambar 73. (Gambar 76.


(Gambar 74. (Gambar 75.
Mikroalga Pengambilan
Mikroalga yang Penumbukan glass
disentrifugasi larutan etanol 96%
telah disentrifugasi. bead. Dok. Pribadi,
selama 15 menit. 10 ml. Dok.
Dok. Pribadi, 2016) 2016)
Dok. Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)

(Gambar 77. (Gambar 80.


(Gambar 78. (Gambar 79.
Penambahan Larutan sampel
Penambahan glass Larutan sampel
larutan etanol ke disentrifugasi
bead ke dalam divorteks selama
dalam endapan kembali selama 15
larutan. Dok. 20 menit. Dok.
mikroalga. Dok. menit. Dok.
Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)
Pribadi, 2016) Pribadi, 2016)
(Gambar 84.
(Gambar 83.
(Gambar 81. (Gambar 82. Sampel mikroalga
Sampel mikroalga
Sampel mikroalga Sampel mikroalga diukur kadar
dimasukkan ke
yang telah dipindahkan ke klorofilnya dengan
dalam sediaan
disentrifugasi. dalam kuvet. Dok. menggunakan
kuvet. Dok.
Dok. Pribadi, 2016) Pribadi, 2016) spektrofotometer.
Pribadi, 2016)
Dok. Pribadi, 2016)

Anda mungkin juga menyukai