Anda di halaman 1dari 5

TETANUS

Tetanus merupakan penyakit infeksi akut dengan gangguan neuromuskular akut


berupa trismus, kekakuandan kejang otot disebabkan oleh eksotoksin spesifik dari kuman
anaerob clostridium tetani.

Etiologi

Disebabkan olehclostridium tetani yang berbentuk khas dengan ujung sel menyerupai
tongkat pemukulgenderang atau roket squash. Spora c. Tetani tahan terhadap antiseptik,
pemanasan 100 C dan bahkan otoklaf 120 C selama 15-20 menit. Dapat juga ditemukann
pada feses manusia dan feses kuda, anjing dan kucing.

Patogenesis

C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka, semua jenis luka dapat terkontaminasi
seperti luka lecet, luka tusuk, luka gigitan, luka bakar dan luka bacok, sehingga 60% dari
pasien tetanus. Port de entry terdapat di kaki terutama pada luka tusuk. Bisa juga pada infeksi
uterus pasca persalianan masuk melalui umbilikus setelah talipusatdipotong, otitis media dan
gigi berlubang.

Terdapat 2 hipotesis:

1. Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui aksis silinder dibawa ke
kornu anterior SSp.
2. Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk ke SSP.

Manifetasi klinis

Masa inkubasi berkiar antara 3 hari sampai 4 minggu. Beratpenyakit berhubungan


eratdenagn massa inkubasi, makin pendek masa inkubasinya makin berat penyakitnya dan
prognosisnya makin buruk. Umumnya pada pasien dengan masa inkubasi kurang dari 1
minggu, angka kematiannya tinggi.
Tetanus dapat timbul sebagai tetanus lokal, terutama pada orang yang telah mendapat
imunisasi. Gejalanya berupa kaku persisten pada kelompok otot di dekatluka yang
terkontaminassi basil tetanus kadang-kadang pada trauma kepala timbul tetanus tipe sefalik.

Yang paling sering terjadi adalah tetanus umum. Gejala pertama yang dilihat dan
terasa oleh pasien adalah kaku otot maseter yang mengakibatkan gangguan membuka
mulut/trismus. Selanjutnya timbul opistotonus yang disebabkan oleh kaku kuduk., kakuleher
dan kaku punggung. Selain dinding perut menjadi keras seperti papan, tampak risus
sardonikus karena kaku otot-otot wajah dan keadaan kaku ekstremitas. Penderita sangat
terhganggu oleh gangguan menelan.

Diagnosis

Diagnosis cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis karena pemeriksaan kuman c.


Tetani belum tentu berhasil. Anamnesis tentang adanya kelainan yang dapat menjadi tempat
masuknya kuman tetanus. Adanya trismus, risus sardonikus, kaku kuduk, opistotonus, perut
keras seperti papan atau kejang tanpa gangguan kesadaran cukup untuk menegakkan
diagnosis tetanus.

Pengobatan

Prinsip pengobatan tetanus terdiri dari 3 upaya, yaitu mengatasiakibat eksotosin yang
sudah terikat pada susunan saraf pusat, menetralkan toksin yang masih beredar di dalam
darah dan menghilangkan kuman penyebab.

Mengtasi kaku otot dan kejang, ganguan pernapasan, pengendalian keseimbangan


cairan dan elektrolit, serta perbaikan nutrisi adalah tindakan yang harus dilakukan. Untuk
mengatasi kaku otot diberikan obat yang bersifat untuk melemaskan otot dan untuk sedasi
digunakan fenobarbital, klopromazin atau diazepam. Pasien dengan kaku laring biasanya
memerlukan trakeostomi untuk mengatasi gangguan pernapasan.

Dalam merawat pasien tetanus sebaiknya diusahakan ruangan tenang yang dilindungi
dari rangsangan penglihatan, pendengaran dan perabaan. Ruangan yang gelap tidak
diperlukan karena perubahan dari gelap tidak diperlukan karena perubahan dari gelap ke
terang secara tiba-tiba dapat memicu timbulnya kejang.

Netralisasi toksin yang masih aktif dilakukan dengan memberikan serum antitetanus
(ATS) atau imunoglobulin tetanus human. ATS diberikan 20.000 Iusetiap hari selama 5 hari
berturut-turut. Pemberian imunoglobulin tetanus human cukup dengan dosis tunggall 3000-
6000 unit.

Menghilangkan kuman penyebab dapat dilakukan dengan merawat luka yang


dicurigai sebagai sumberinfeksi dengan cara mencuci luka dengan larutan antiseptik, eksisi
luka atau bahkan histerektomi bila uterus dicurigai sebagai tempat sumber infeksi.antibiotik
yang banyak dianjurkan dan efektif untuk membunuh c. Tetani adalah penisilin.
Metronidazole nyata lebih efektif dibandingkan dengan penisilin dalam menurunkan
morbiditas dan mortalitas. Dosis penisilin yang dianjurkan adalah 3 x 1,5 juta unit/hari dan
metronidazole 3 x 1 gr/hari.

Referensi : Sjamsuhidajat R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed. 2. Jakarta:EGC

Kelainan kongenital bawaan yang lokasinya di midline tubuh

1. Kelainan kongenital yang terdapat pada garis tengah (midline) hidung.


a. Nasal dermoid
Berasal dari epitel yang terdapat pada bagian hidung yang terbentang dari hidung
melalui septum ke dura dan sangat jarang sampai ke ventrikel otak. Pelebaran
yang bervariasi pada bagian saluran disebut kista dermoid yang secara histologis
kista ini berisi epiitel dan organ kulit lainya seperti rambut, akar rambut, kelenjar
keringat, dan sebasea. Beberapa massa dermoid bisa terlihat di dalam hidung,
septum,rongga intrakranial tanpa saluran sinus.
Pembentukan:
Kista dermoid adalah sekelompok epitel yang terjebak pada saat proses
fusi ektodermal
Teori lain: lapisan tengah septum hidung yang terdapat pada janin
merupakan perpanjangan dari dura dan struktur ektodermal.pada umumnya
lapisan ini akan berobliterasi dan menyatu sebagai septum dan pada
akhirnya akan mengalami proses penulangan. Kegagalan pada ektoderm
dalamseptum akan menghasilkan saluran sinus atau kista yang nantinya
terhubung ke dura atau ventrikel otak.

Manifestasi klinik:

Kista dermoid dan sinus umunya terjadi pada garis tengah hidup. Bisa
tampakseperti lubang, sebuah saluran fistolous/ massa yang bisa terdapat
didaerah mana saa mulai dari ujung hidung sampai glabela, khas
ditemukan dalam alur nasolakrimalis dan ujung hidung.

b. Glioma dan encephalocele


Glioma adalah uncapsulated sel glia yang terdapat pada matriks jaringan ikat
yang dapat sampai ke lapisan dura.
Encephalocele adalah herniasi meninges dengan atau tanpa jaringan otak melalui
dasar tengkorak dan dapat berhubungan dengan CSF yang terdapatpada ruang
subarachnoid.
Pembentukan:
Encephalocele: pemisahan tidak lengkap dari neural tube ditutup dari
permukaan ektoderm sehingga penghalang mekanik untuk migrasi selpuncak
neural dan berkurangnya resultan pembentukan tulang di daerah tersebut.
Keterlambatan migrasi sel pial neural menyebabkan wilayah mesenkimal tanpa sel
krista neural yang diperlukan untuk pembentukan tulang normalsehingga
menyebabkan cacat pada tempurung kepala.
Manifestasi Klinis:
Glioma
- Dapat timbul di awal kehidupan
- Bermanifestasi sebagai ekstranasal massa, intrakranial atau keduanya
- Merupkan massa yang tidak keras dan bertrasnluminasi
- Paling sering glioma diglabela
- Dapat muncul rhinorea dan meningitis
Encephalocele
- Diklasikan menurut lokasi lesi yang beradadi dasar tengkorak, sehingga
bisa terdapat di occipital atau basal/suncipital.
- Oksipital dapat berlokasidi atas tengkuk.
- Sincipitalatau basal terjadi di dalam sekat hidung
- Sincipital dapatdibagi menjadi:
Nasofrontal: melewati bagian depan menuju antara tulang frontal dan
hidung, lesi berlokasi di glabela.
Nasoetmoidal: setelah meninggalkan kranium melalui foramen sekum,
kantong menuju ke bagian bawah, di bawah tulang hidung dan diatas
lateral kartilago atas telihat sebagai massa pada idung lateral.
Nassoorbital: melalui lesidasartengkorak yang sama, kantong meluas di
bawah tulang frontal dan hidung kemudian menonjol melalui lesi di
dinding medial orbit.

2. Defek Tuba Neuralis


Merupakan kegagalan penutupan tuba neuralis secara spontan pada minggu ke 3
dan 4
a. Spina Bifida Okulta

Terdiri dari dari defek pada linea mediana korpus vertebra tanpa protrusi
medula spinalis atau meninges.pada beberapa kasus, bercak-bercak rambut,
lipoma dan hilangnya warna kulit atau sinus kulit pada linea media punggung
bawah menandai SBO.
b. Meningokel
Terbentuk saat meninges berherniasimelalui defek pada lengkung vertebra
posterior. Massa linea mediayang berfluktuasi yang dapat bertransluminasi terjadi
sepanjang kolumna vertebralis, biasanya berada di punggung bawah. Sebagian
meningokeltertutup baik dengan kulit.

c. Mielomeningokel
Menggambarkan bentuk disratisme yang paling berat yang melibatkan columna
vertebra. Manifestasi klinis dapat menyebabkan disfungsi organ dan sstruktur
termasuk skeleton, kulit, saluran genitourinaria di samping saraf prifer dan SSP.
Lesi pada daerah sakrum bawah bisa menyebabkan inkontenensia alvi.

d. Anensefali
Defek besar pada kalfarium, meninges dan kulit kepala disertai dengan otal
yang rudimeter atau akibat kegagalan penutupan neuropore sebelah rostral.

3. Defek Pada Celah Bibir dan Palatum


Celah bibir muncul akibat adanya hipoplasia lapisan mesenkim yang
menyebabkan kegagalan penyatuan prosesus nasalis mediadan prosesus maksilaris.
Celah palatum muncul akibat terjadinya kegagalan dalam mendekatkan atau
memfusikan lempeng palatum.
Manifestasi klinik:
- Celah bibir mungkin unilateral (lebih sering kiri) atau bilateral
- Disertai dengan gigi yang cacat bentuk, gigi tambahan atau bahkan tidak
tumbuh gigi
- Celah kartilago cuping hidung, bibir seringkali disertai dengan defisiensi sekat
hidung dan pemanjangan vomer sehingga menghassilkan tonjoln keluar pada
bagian anterior celah prosesus maksilaris.

Referensi:

1. Nelson hal 1282-1284 ; 2643


2. Gamisha H. 2006. Evaluation Of Congenital Midline Nasal Masses. The University of
TexasMedical Branch. Deptof Otolaringology.

Anda mungkin juga menyukai