Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Studi mengenai evapotranspirasi merupakan dasar dalam memahami
ekosistem terestrial. Evapotranspirasi memegang peranan yang penting dalam
siklus hidrologi dan keseimbangan air di daerah tangkapan air. Dalam
keseimbangan energi di bumi, evapotranspirasi merupakan komponen utama yang
menentukan karakteristik lapisan batas atmosfer. Hal ini berpengaruh terhadap
pola sirkulasi mesoscale dan juga iklim. Evapotranspirasi merupakan
penggabungan proses penguapan yang terjadi pada vegetasi yang disebut
transpirasi dan dari permukaan lahan yang disebut evaporasi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi besar kecilnya evapotranspirasi diantaranya adalah faktor
meteorologi seperti suhu, kecepatan angin, tekanan atmosfer, radiasi matahari,
gradien tekanan uap air, kelembaban relatif dan faktor biologis seperti jenis
vegetasi, ketinggian kanopi dan kepadatan tanaman (Yanto, 2011).
Air sangat diperlukan dalam siklus hidup tanaman dan proses metabolisme
tanaman tidak dapat berlangsung tanpa adanya air. Air dapat masuk ke dalam sel
tanaman melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Kemampuan partikel
tanah menahan air dan kemampuan akar untuk menyerap air menentukan kadar air
dalam tanah dan banyaknya air yang diserap oleh akar tanaman. Cekaman
kekeringan akan mengurangi pertumbuhan akar dan bagian tanaman di atas
permukaan tanah, menurunkan luas daun dan berat kering, mengurangi laju
fotosintesis dan transpirasi serta merusak asam amino, enzim dan protein lainnya.
Cekaman kekeringan yang ringan pada tanaman dapat menurunkan laju
pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif. Kekurangan air pada fase vegetatif
mengakibatkan daun menjadi lebih kecil. Kekeringan mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, yaitu berkurangnya pertumbuhan akar, batang dan daun
karena fotosintesis dan transpirasi terganggu akibat rusaknya asam amino, enzim
dan protein yang berperan dalam kedua proses tersebut (Ai, 2011).
Air di dalam jaringan tanaman selain berfungsi sebagai penyusun utama
jaringan yang aktif mengadakan kegiatan fisiologis, juga berperan penting
2

dalam memelihara turgiditas yang diperlukan untuk pembesaran dan pertumbuhan


sel. Peranan yang penting ini menimbulkan konsekuensi bahwa secara langsung
atau tidak langsung defisit air tanaman akan mempengaruhi semua proses
metabolisme dalam tanaman yang mengakibatkan terganggunya proses
pertumbuhan. Kekurangan air di dalam jaringan tanaman dapat disebabkan
oleh kehilangan air yang berlebihan pada saat transpirasi melalui stomata dan sel
lain seperti kutikula atau disebabkan oleh keduanya. Namun lebih dari 90%
transpirasi terjadi melalui stomata di daun. Selain berperan sebagai alat untuk
penguapan, stomata juga berperan sebagai alat untuk pertukaran CO2. Stomata
berperan penting sebagai alat untuk adaptasi tanaman terhadap cekaman
kekeringan. Pada kondisi cekaman kekeringan maka stomata akan menutup
sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi (Lestari, 2006).
Dalam daur hidrologi, air presipitasi akan mengalami infiltrasi sebagai air
tanah, intersepsi dan sebagian lainnya hilang melalui limpasan permukaan.
Sebagian air presipitasi yang mengalami intersepsi oleh kanopi akan dievaporasi
ke atmosfer dan sebagian lainnya akan masuk ke dalam tanah melalui proses
infiltrasi menjadi air tanah. Proses kehilangan air tanah akan terjadi dari perakaran
melalui proses transpirasi dan proses evaporasi akan terjadi melalui permukaan
tanah pada lahan kosong. Kadar lengas tanah merupakan karakter tanah yang
diduga berpengaruh terhadap laju transpirasi, dimana semakin tinggi kadar lengas
tanah maka semakin besar volume air yang diabsorbs dan ditranspirasi oleh
tamanan (Prijono dan Laksamana, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah yang dimaksud dengan transpirasi dan evaporasi?
2. Apasajakah faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi dan evaporasi?
3. Bagaimana proses transpirasi dan evaporasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan transpirasi dan evaporasi.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi dan
evaporasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses transpirasi dan evaporasi.
3

BAB II
ISI

2.1 Transpirasi dan Evaporasi


2.1.1 Transpirasi
Transpirasi merupakan proses pergerakan air dalam tubuh tanaman dan hilang
menjadi uap air ke atmosfir. Proses transpirasi dimulai dari absorbs air tanah oleh
akar tanaman yang kemudian ditransport melalui batang menuju daun dan
dilepaskan sebagai uap air ke atmosfir. Laju transpirasi dipengaruhi oleh karakter
vegetasi, karakter tanah, lingkungan serta pola budidaya tanaman. Laju transpirasi
mempunyai relasi dengan jenis dan populasi tanaman. Perbedaan jenis tanaman
berpengaruh terhadap laju transpirasinya. Tiap vegetasi mempunyai struktur akar
dan tajuk yang berbeda-beda. Struktur tajuk, fisiologi tanaman, indeks luas daun
dan conductance stomata berpengaruh terhadap transpirasi. Volume air tanah
yang diserap tanaman bergantung pada pola perakaran, semakin tinggi penetrasi
akar pada tanah maka akan semakin banyak air yang mampu diserap oleh tanaman
sehingga volume air yang mengalami transpirasi juga semakin tinggi. Perbedaan
struktur kanopi dapat dilihat dari perbedaan batang serta daun yaitu luas daun
tanaman, dimana semakin tinggi indeks luas daun maka semakin tinggi laju
transpirasi tanaman.
Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang
lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun
umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas
pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan
bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan
banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya. Ruang interseluler udara
dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada
dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal
banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur
yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup
oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk
4

terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka
dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata.

2.1.2 Evaporasi
Evaporasi adalah salah satu komponen siklus hidrologi, yaitu peristiwa
menguapnya air dari permukaan air, tanah,dan bentuk permukaan bukan dari
vegetasi lainnya. Evaporasi merupakan proses penguapan air yang berasal dari
permukaan bentangan air atau dari bahan padat yang mengandung air. Evaporasi
(penguapan) adalah perubahan air menjadi uap air. Air yang ada di bumi bila
terjadi proses evaporasi akan hilang ke atmosfer menjadi uap air. Evaporasi dapat
terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air, kolam, waduk, sungai
ataupun laut. Proses evaporasi dapat terjadi pada benda yang mengandung air,
lahan yang gundul atau pasir yang basah. Pada lahan yang basah, evaporasi
mengakibatkan tanah menjadi kering dan dapat memengaruhi tanaman yang
berada di tanah itu. Mengetahui banyaknya air yang dievaporasi dari tanah adalah
penting dalam usaha mencegah tanaman mengalami kekeringan dengan
mengembalikan sejumlah air yang hilang karena evaporasi.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Transpirasi dan Evaporasi


2.2.1 Transpirasi
Transpirasi yang besar akan memaksa tumbuhan untuk melakukan
penyerapan dalam jumlah yang besar pula. Faktor-faktor yang memengaruhi
kecepatan transpirasi adalah berikut ini.
1. Faktor Dalam
a. Jumlah stomata tiap satuan luas daun
Jumlah stomata bergantung kepada jenis tumbuhan dan faktor lingkungan pada
saat daun itu berkembang.
b. Struktur anatomi daun
Alat tambahan yang berupa trikoma dapat mencegah penguapan. Selain itu,
penguapan dapat dikurangi dengan terbentuknya lapisan kutikula pada permukaan
daun yang cukup tebal serta letak stomata yang tersembunyi.
c. Potensial osmosis daun
5

Sel daun mempunyai potensial osmosis yang tinggi sehingga air tidak mudah
menguap.
2. Faktor Luar atau Lingkungan
1. Cahaya matahari
Kenaikan temperatur sampai pada suatu batas yang tertentu menyebabkan
melebarnya stoma dan dengan demikian memperbesar transpirasi. Daun-daun
yang terkena cahaya matahari langsung mempunyai suhu beberapa derajat lebih
tinggi daripada udara disekitarnya, dan karena itu cahaya mempengaruhi
transpirasi bukan hanya melalui pengendalian pembukaan dan penutupan stomata
tetapi juga melalui efek sekunder terhadap suhu daun.
Cahaya mempengaruhi laju transpirasi melalui dua cara sebagai berikut :
a. Sehelai daun yang dikenai cahaya matahari secara langsung akan mengabsorbsi
energi radiasi. Hanya sebagian kecil dari energi tersebut yang digunakan dalam
fotosintesis. Pemanasan tersebut meningkatkan transpirasi, karena suhu daun
biasanya merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi laju proses tersebut.
Fakta yang menunjukkan bahwa daun yang kena cahaya matahari mempunyai laju
suhu yang lebih tinggi daipada suhu udara memungkinkan laju transpirasi yang
cepat, bahkan dalam udara yang jenuh.
b. Cahaya tidak usah selalu berbentuk cahaya langsung, dapat pula mempengaruhi
transpirasi melalui pengaruhnya terhadap buka-tutupnya stomata.
2. Temperatur
Merupakan faktor lingkungan yang terpenting yang mempengaruhi
transpirasi daun yang ada dalam keadaan turgor. Suhu daun di dalam naungan
kurang lebih sama dengan suhu udara. Pengaruh temperatur terhadap transpirasi
daun dapat pula ditinjau dari sudut lain, yaitu didalam hubungannya dengan
tekanan uap air di dalam daun dan tekanan uap air di luar daun. Kenaikan
tempratur menambah tekanan uap di dalam daun. Kenaikan temperatur itu sudah
barang tentu juga menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi berhubung
udara di luar daun itu tidak di dalam ruang yang terbatas, maka tekanan uap tiada
akan setinggi tekanan uap yang terkurung didalam daun. Akibat dari pada
perbedaan tekanan ini, maka uap air akan mudah berdifusi dari dalam daun ke
udara bebas.
6

3. Kebasahan udara (Kelembaban udara)


Pada hari cerah udara tidak banyak mengandung uap air. Di dalam
keadaan yang demikian itu, tekanan uap di dalam daun jauh lebih lebih tinggi dari
pada tekanan uap di luar daun, atau dengan kata lain, ruang di dalam daun itu
lebih kenyang akan uap air daripada udara di luar daun, jadi molekul-molekul air
berdifusi dari konsentrasi tinggi (di dalam daun) ke konsentrasi yang rendah (di
luar daun. Kesimpulannya ialah, udara yang basah menghambat transpirasi,
sedang udara kering melancarkan transpirasi Pada kondisi alamiah, udara selalu
mengandung uap air, biasanya dengan konsentrasi antara 1 sampai 3 persen.
Sebagian dari molekul air tersebut bergerak ke dalam daun melalui stomata
dengan proses kebalika transpirasi. Laju gerak masuknya molekul uap air tersebut
berbanding dengan konsentrasi uap air udara, yaitu kelembaban
4. Angin
Pada umumnya angin yang sedang, menambah kegiatan transpirasi.
Karena angin membawa pindah uap air yang bertimbun-timbun dekat stoma.
Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun kemudian mendapat
kesempatan untuk difusi ke luar. Dalam udara yang sangat tenang suatu lapisan
tipis udara jenuh terbentuk di sekitar permukaan daun yang lebih aktif
bertranspirasi. Jika udara secara keseluruhan tidak jenuh, maka akan terdapat
gradasi konsentrasi uap air dari lapisan udara jenuh tersebut ke udara yang
semakin jauh semakin tidak jenuh. Dalam kondisi seperti itu transpirasi terhenti
karena lapisan udara jenuh bertindak sebagai penghambat difusi uap air ke udara
di sekitar permukaan daun. Oleh karena itu, dalam udara yang tenang terdapat dua
tahanan yang harus ditanggulangi uap air untuk berdifusi dari ruang-ruang antar
sel ke udara luar. Yang pertama adalah tahanan yang harus dilalui pada lubang-
lubang stomata, dan yang kedua adalah tahanan yang ada dalam lapisan udara
jenuh yang berdampingan dengan permukaan daun. Tetapi efek angin secara
keseluruhan adalah selalu meningkatkan transpirasi
5. Keadaan air dalam tanah
Air di dalam tanah ialah satu-satunya suber yang pokok, dari mana akar-akar
tanaman mendapatkan air yang dibutuhkannya. Absorpsi air lewat bagian-bagian
lain yang ada di atas tanah seperti batang dan daun juga ada, akan tetapi
7

pemasukan air lewat bagian-bagian itu tiada seberapa kalau dibanding dengan
penyerapan air melalui akar. Tersedianya air dalam tanah adalah faktor
lingkungan lain yang mempengaruhi laju transpirasi. Bila kondisi air tanah
sedemikian sehingga penyediaan air ke sel-sel mesofil terhambat, penurunan laju
transpirasi akan segera tampak. Laju transpirasi dapat dipengaruhi oleh
kandungan air tanah dan laju absorbsi air dari akar.

2.2.2 Evaporasi
Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat evaporasi adalah
sebagai berikut:
1. Radiasi matahari
Evaporasi adalah proses perubahan air dengan wujud cair menjadi wujud gas.
Proses ini terjadi di siang hari dan kerap kali juga di malam hari. Perubahan dari
wujud cair menjadi gas, memerlukan energi berupa panas. Sumber energi utama
proses evaporasi adalah sinar matahari, dan proses tersebut terjadi semakin besar
pada saat penyinaraan langsung dari matahari. Awan merupakan penghalang
proses evaporasi, yang mengurangi input energi matahari.
2. Angin
Ketika air menguap ke atmosfir, maka lapisan batas antara tanah dengan
udara menjadi jenuh dengan uap air, sehingga proses evaporasi 15 berhenti. Agar
proses evaporasi dapat terus berjalan, maka udara tersebut haruslah diganti dengan
udara kering. Pergantian tersebut dapat dimungkinkan jika terjadi angin, jadi
kecepatan angin memegang peranan dalam proses evaporasi.
3. Kelembaban relatif
Faktor lain yang mempengaruhi evaporasi adalah kelembaban relatif udara.
Jika kelembaban relatif ini naik, kemampuannya untuk menyerap uap air akan
berkurang sehingga laju evaporasinya akan menurun. Penggantian lapisan udara
pada batas tanah dan udara dengan udara yang sama kelembaban relatifnya tidak
akan menolong untuk memperbesar laju evaporasi.
4. Suhu atau temperatur
Seperti disebutkan di atas suatu input energi sangat diperlukan agar evaporasi
berjalan terus. Jika suhu udara dan tanah cukup tinggi, proses evaporasi akan
berjalan lebih cepat dibandingkan jika suhu udara dan tanah rendah, karena
8

adanya energi panas tersedia. Karena kemampuan udara untuk menyerap uap air
akan naik jika suhunya naik, maka suhu udara memiliki efek ganda terhadap
besarnya evaporasi, sedangkan suhu tanah dan air mempunyai efek tunggal.

2.3 Proses Transpirasi dan Evaporasi


2.3.1 Transpirasi

Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.


Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan
untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari
sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak
langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi
pergerakannya.
Air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom
berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar
ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi . Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan,
kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.
Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stomta yang membuka dan menutupnya
dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan
kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas
9

antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk
mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Sebagian besar
transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis
Penyerapan air dari dalam tanah ke bagian atas tumbuhan memiliki arti
bahwa tanaman tersebut harus melawan gaya gravitasi bumi yang selalu
mengakibatkan benda jatuh ke bawah. Akan tetapi, tanaman berhasil melakukan
hal itu. Kuncinya ialah tanaman-tanaman ini menggunakan tekanan akar, tenaga
kapilari, dan juga tarikan transpirasi. Namun pada tanaman-tanaman yang sangat
tinggi, yang berperan paling penting adalah tarikan transpirasi. Dalam proses ini,
ketika air menguap dari sel mesofil, maka cairan dalam sel mesofil akan menjadi
semakin jenuh. Sel-sel ini akan menarik air melalu osmosis dari sel-sel yang
berada lebih dalam di daun. Sel-sel ini pada akhirnya akan menarik air yang
diperlukan dari jaringan xylem yang merupakan kolom berkelanjutan dari akar ke
daun. Oleh karena itu, air kemudian dapat terus dibawa dari akar ke daun
melawan arah gaya gravitasi, sehingga proses ini terus menerus berlanjut. Proses
penguapan air dari sel mesofil daun biasa kita sebut dengan proses transpirasi.
Oleh itu, pengambilan air dengan cara ini biasa kita sebut dengan proses tarikan
transpirasi dan selama akar terus menerus menyerap air dari dalam tanah dan
transpirasi terus terjadi, air akan terus dapat diangkut ke bagian atas sebuah
tanaman Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya
gravitasi bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di
bawah sinar matahari. Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh
teriknya panas matahari karena melalui proses transpirasi, terjadi penguapan air
dan penguapan akan membantu menurunkan suhu tanaman. Selain itu, melalui
proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air yang cukup untuk
melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus terjamin.

2.3.2 Evaporasi
Penguapan atau evaporasi terjadi ketika cairan merubah bentuknya
menjadi bentuk gas atau uap. Kebanyakan yang terjadi di Bumi adalah perubahan
dari keadaan cair dari air ke uap air. Meskipun terlihat sangat sederhana, air tidak
10

hanya senyawa yang paling berlimpah di Bumi, hal ini juga sangat kompleks.
Jumlah air di bumi tidak pernah berubah, itu hanya berubah bentuk saat melewati
apa yang dikenal sebagai siklus air. Setiap tahap memerlukan proses yang berbeda
yang diperlukan untuk mengubah air menjadi bentuk baru.

Air memiliki tiga keadaan yang berbeda: cair, uap, dan es. Penguapan air
adalah proses yang berubah dari cair ke uap. Untuk melakukan hal ini, air
memerlukan salah satu dari beberapa kondisi berada di tempat. Untuk badan air
seperti danau, sungai, atau laut untuk memungkinkan beberapa molekul air untuk
beralih dari cairan dan akan dilepas sebagai uap air ke udara, panas dari matahari
harus hadir untuk memulai proses. Perubahan energi atau tekanan selalu
diperlukan dari beberapa sumber untuk proses ini terjadi. Molekul air yang
terkandung dalam badan air lainnya, seperti laut, tidak memiliki tingkat energi
yang sama. Molekul individual dengan energi yang lebih tinggi akan melepaskan
diri dari molekul lain ketika matahari memberikan panas, atau energi, ke seluruh
badan air. Ini adalah bagaimana penguapan terjadi di lautan. Semakin banyak
energi yang disediakan, semakin kuat beberapa molekul menjadi dan semakin
mudah bagi mereka untuk memutuskan ikatan mereka ke molekul air dengan
sedikit energi kinetik.
Transpirasi Evaporasi
1. Proses fisiologis atau fisika 1. Proses fisika murni
termodifikasi
2. Diatur bukaan stomata 2. Tidak diatur bukaan stomata
3. Diatur beberapa macam tekanan 3. Tidak diatur oleh tekanan
4. Terjadi di jaringan hidup 4. Tidak terbatas pada jaringan hidup
5. Permukaan sel basah 5. Permukaan yang menjalankannya
menjadi kering
Tabel 1. Perbedaan Transpirasi dan Evaporasi
11

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Semakin tinggi kadar lengas tanah maka semakin besar volume air yang
diabsorbs dan ditranspirasi oleh tamanan.
2. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang
lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun.
3. Penguapan atau evaporasi terjadi ketika cairan merubah bentuknya menjadi
bentuk gas atau uap.
4. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan, kadar CO2, cahaya, suhu,
aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.
5. Evaporasi dapat terjadi dari permukaan air bebas seperti bejana berisi air,
kolam, waduk, sungai ataupun laut.
12

DAFTAR PUSTAKA

Ai, N.S. 2011. Biomassa dan Kandungan Klorofil Total Daun Jahe
(Zingiber officinale L.) yang Mengalami Cekaman Kekeringan. Jurnal
Ilmiah Sains. 11(1) : 1-4.

Andrayani, D. 2015. Evaporasi. Diakses pada 09 Oktober 2014.


http://eprints.polsri.ac.id/1883/3/03.%20BAB%20II.pdf.

Lestari, E. G. 2006. Hubungan antara Kerapatan Stomata dengan Ketahanan


Kekeringan pada Somaklon Padi Gajahmungkur, Towuti, dan IR 64. Jurnal
Biodiversitas. 7(1) : 44.

Prijono, Sugeng. dan Laksmana, Moh.T.S. 2016. Studi Laju Transpirasi


Peltophorum dassyrachis dan Gliricidia sepium Pada Sistem Budidaya
Tanaman Pagar Serta Pengaruhnya Terhadap Konduktivitas Hidrolik
Tidak Jenuh. Jurnal J-Pal. 7(1) : 15-16.

Yanto. 2011. Model Evapotranspirasi Pada Vegetasi Dengan Ketebalan Kanopi


Yang Bervariasi. Jurnal Dinamika Rekayasa. 7(1): 17.

Anda mungkin juga menyukai