Spina Bifida merupakan defek neural tube yang terjadi di regio spinal. Kelainan ini berupa
pemisahan pada arkus vertebrae.
Klasifikasi
Epidemiologi
Insidensi di negara-negara Asia (termasuk Indonesia) berkisar antara 0,1-0,3 per 1000
kelahiran bayi hidup.
Etiologi
Penyebab timbulnya spina bifida multifaktorial yakni berupa kelainan genetik, lingkungan, dan
nutrisi (defisiensi asam folat).Wanita dengan penyakit kronis seperti diabetes dan epilepsi memiliki
resiko tinggi untuk mempunyai bayi dengan spina bifida.
Spina bifida timbul akibat adanya defek pada neural tube yang diiringai dengan pemisahan
pada arcus vertebrae posterior.
Herniasi sakus pada spina bifida sistika yang disertai dengan jaringan neural
akan menyebabkan kerusakan pada korda spinalis dan saraf, sehingga terjadi penurunan atau
gangguan fungsi pada bagian tubuh yang dipersarafi oleh saraf tersebut. Seperti timbulnya
inkontinensia alvus dan urin.
Manifestasi Klinis
Hampir selalu disertai dengan hidrosefalus dan mungkin disertai dengan deformitas ekstremitas
bawah atau pelvis.
Kelainan neurologik (sesuai letak defek), yang mudah ditemukan seperti inontinensia alvus dan urin.
Biasa disertai dengan kelainan kulit seperti berambut banyak, sinus dermalis, atau lipoma.
Gambaran spina bifida sistika (mielomeningokel)
Pemeriksaan Penunjang
Skreening : pemeriksaan MSAFP, USG Prenatal, dan Amniosentesis (untuk periksa kadar AFP)
Gamabaran X-Ray spina bifida (kiri) dan gambaran X-Ray sinus epidermis
Tatalaksana
Pada mielomeningokel, tindakan ditujukan untuk perbaikan umum dan mencegah pecahnya
mielomeningokel. Bila disertai hidrosefalus, segara dipasang pintasan.
Selama menunggu pembedahan, jaga bayi sehingga tidak terjadi trauma dan kontaminasi
pada benjolan (bayi ditelungkupkan dan benjolan ditutup dengan kassa steril yang dibasahi
larutan garam fisiologis.
Prognosis
Prognosis tergantung dari tipe spina bifida, jumlah dan beratnya abnormalitas, dan semakin
jelek apabila disertai dengan paralisis, hidrosefalus, malformasi Chiari II dan defek kongenital lain.
Dengan perawatan yang sesuai, banyak anak dengan spina bifida dapat hidup sampai dewasa.
Mielomeningokel merupakan spina bifida dengan prognosis yang jelek. Setelah dioperasi
mielomeningokel memiliki harapan hidup 92 %.