Anda di halaman 1dari 12

BAB IV

SELEKSI PROSES

4.1 Ketersediaan Raw Materials

Bahan baku utama dalam pembuatan Triacetin adalah gliserol.


4.1.2 Gliserol
Perkembangan pembangunan industri di Indonesia semakin meningkat. Kemajuan ini tampak
dengan semakin banyak berdirinya pabrik yang mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi. Kegunaan
gliserol sangat banyak, terutama adalah sebagai : resin sintetis, getah ester, obat obatan kosmetika dan
pasta gigi. Proses pengolahan tembakau dan makanan juga mengkonsumsi gliserin dalam jumlah besar
sebagai bahan pembantu. (Kirk Othmer,Encyclopedia Of Chemical Technology, Vol. 11, Ed. 3, p.921).
Perkembangan Pabrik Gliserol dari tahun-ketahun di Indonesia masih kecil dan melihat
ketersediaan bahan baku CPO yang terbesar kedua setelah Malaysia mendorong untuk dikembangkannya
pabrik gliserol. Dituntut juga perkembangan industry yang memanfaatkan gliserol untuk dijadikan bahan
baku utama dalam produk olahan gliserol. Untuk proses pembuatan gliserol tergolong masih sederhana
dan tidak terlalu sulit untuk pemrosesan. Pertimbangan utama yang melatarbelakangi pendirian Pabrik
Gliserol mendirikan suatu pabrik yang secara sosial-ekonomi cukup menguntungkan. Pendirian Pabrik
Gliserol ini cukup menarik karena masih sedikit Pabrik Gliserol di Indonesia, dan juga karena prospeknya
yang menguntungkan di masa mendatang.

4.1.3 Ketersediaan bahan baku di Indonesia


Potensi CPO Indonesia sangat besar saat ini Indonesia telah menjadi produsen minyak
sawit terbesar di dunia, melebihi Malaysia. Bahan baku untuk pembuatan gliserol adalah minyak
kelapa (CPO). Berikut ini adalah data ketersediaan bahan baku di Indonesia :
Tabel 4.1 Data Bahan Baku CPO dalam negri
Tahun Produksi CPO Indonesia (Ton)
2004 675.003
2005 743.248
2006 867.341
2007 881.392
2008 931.802
2009 987.298
2010 1.119.160
( Sumber : Bahan Statistik Surabaya,2012 )
4.1.4 Kebutuhan Nasional
Indonesia merupakan negara terbesar kedua penghasil CPO di dunia setelah Malaysia.
Bahkan diperkirakan akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2012. Dengan
demikian sumber bahan baku pembuatan gliserol ini banyak tersedia.
Tabel 4.2 Data Konsumsi Gliserol Dalam Negeri
Tahun Konsumsi Gliserol (Ton)

2004 27.071

2005 28.995

2006 30.919

2007 32.439
2008 33.712

2009 34.829

2010 36.5171
2011 37.9632

Sumber : Badan Statistik Surabaya (2012)

Semakin tingginya konsumsi gliserol dalam negeri membuat para perusahaan yang
menggunakan gliserol sebagai bahan baku memperolehnya dari perusahaan yang memproduksi
gliserol. Berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang memproduksi gliserol :
Tabel 4.3 Data perusahaan Gliserol Indonesia
Nama Perusahaan Lokasi Kapasitas/Produksi (ton/thn)
PT. Sinar Oleochemical Int Medan 12.250
PT. Flora Sawita Medan 5.400
PT. Cisadane Raya Chemical Tanggerang 5.500
PT. Sumi Asih Bekasi 3.500
PT. Sayap Mas Utama Bekasi 4000
PT. Bukit Perak Semarang 1.440
PT. Wing Surya Surabaya 3.500
PT. Unilever Surabaya 8.450

Sumber : Badan Statistik Surabaya (2012)

Pengambilan bahan baku untuk pabrik Triacetin yang tengah kami dirikan berasal dari
PT. Cisadane Raya Chemical di Tanggerang yang memproduksi Gliserol dengan jumlah yang
jauh lebih banyak yaitu 5.500 ton/tahun. Jarak tempuh untuk pengambilan bahan baku tidak
terlampau jauh sekitar 1 jam 30 menit dari cilegon ke tanggerang.

4.2 Kondisi Proses, Konversi dan Selektivitas


Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2 sebelumnya bahwa ada dua metode dalam
pembuatan triacetin, yaitu secara esterifikasi dan asetilasi. Setiap metode memiliki kondisi
proses, konversi dan selektivitas yang berbeda beda. Perbedaan ini yang menjadi salah satu
faktor yang digunakan dalam menentukan proses yang akan diambil pada perancangan lebih
lanjut.

4.2.1 Metode Esterifikasi


Menurut (Nuryoto dkk, 2010), triasetin dapat diproduksi dari reaksi gliserol dan asam
asetat menggunakan katalisator yang bersifat asam. Katalis yang digunakan dapat berbentuk
homogen maupun heterogen. Secara teoritik setiap 1 mol gliserol dibutuhkan 3 mol asam asetat.
Reaksi diikuti pelepasan air sebagaimana reaksi yang terjadi dalam produksi triasetin.

Usaha usaha untuk mempercepat reaksi esterifikasi gliserol yang memperbesar reaksi
esterifikasi gliserol yang memperbesar konversi menjadi triasetin dapat ditinjau berdasarkan atas
faktor yang berpengaruh terhadap reaksi yaitu temperatur, katalisator, pengadukan dan
perbandingan zat pereaksi. Poses esterifikasi bertujuan untuk mengkonversi gliserol menjadi
triasetin menggunakan asam asetat. Proses yang dilakukan pada suhu 100C dengan
memvariasikan konsentrasi katalis dan perbandingan pereaksi. Gliserol dengan volume tertentu
dimasukkan kedalam reaktor, kemudian dipanaskan sampai mendekati suhu 100C. Asam asetat
dengan volume 65, 109 dan 152 ml berdasarkan perbandingan gliserol dan asam asetat
dipanaskan mendekati suhu 100C dalam gelas piala, kemudian dimasukkan kedalam labu leher
tiga, dan reaktan dipanaskan sampai suhu 100C, sambil pengadukan dijalankan. Kemudian
katalisator zeolit alam dimasukkan dan waktu dicata sebagai waktu awal. Reaksi dihentikan
setelah waktu reaksi 4 jam (Sari dkk, 2015).

Konversi yang dihasilkan dalam proses esteifikasi pembuatan triasetin menggunakan


katalis zeolit alam adalah berkisar antara 58-91% sedangkan konversi yang dihasilkan pada
proses esterifikasi gliserol menggunakan katalis padat sintesis indion 225Na adalah berkisar
antara 25-42% (Nuryoto, 2010). Hubungan antara perbandingan pereaksi gliserol dan asam
asetat dengan konversi yaitu semakin besar perbandingan pereaksi gliserol dan asam asetat
konversi semakin besar. Semakin besar konsentrasi katalis akan meningkatkan konversi gliserol
menjadi triasetin akan tetapi pada konsentrasi 5% konversi menurun.

Gambar 4.1 Hubungan konsentrasi katalis terhadap konversi gliserol pada variasi perbandingan
pereaksi suhu 100C waktu reaksi 4 jam (Sari dkk, 2015).

4.3.2 Metode asetilasi

Pada proses asetilasi, asetat anhidrat dapat berfungsi dengan katalis asam padat yang grup
karbonilnya diaktifkan dengan proton hydrogen atau asam lewis. Kemudian, karbo aktif dari
asetat anhidrat diputus oleh molekul gliserol untuk menghasilkan monoacetin seiring hilangnya
asam asetat. Monoasetin bereaksi dengan grup karbon aktif dari molekul asetat anhidrat yang
lain, yang mengarah untuk memproduksi diasetin. Karbon aktif dari ketiga asetat anhidrat
selanjutnya diserang oleh diacetin, dan trriasetin diperoleh seiring hilangnya molekul asam
asetat. Menurut prinsip reaksi reversibel, diacetin dan triacetin mungkin dapat dikonversi
menjadi monoacetin dan diacetin selama proses jika ada molekul H2O tertentu. Hal ini juga yang
menjelaskan selektivitas triasetin yang tinggi saat asetat anhidrat digunakan yang berkonstribusi
pada jumlah mol air yang sangat kecil pada proses tersebut. Konversi yang dicapai dengan
proses ini dengan kondisi dibawah suhu yang berbeda adalah sebagai berikut :
Gambar 4.2 Konversi Gliserol dan Selektivitas triacetin pada daur ulang katalis jenuh (Sun et all, 2015)

4.4 Sistem Utilitas


Sebuah pabrik mempunyai dua sistem proses utama, yaitu system pereaksian dan sistem
proses pemisahan dan pemurnian. Kedua system tersebut membutuhkan kondisi operasi pada
suhu dan tekanan tertentu. Dalam pabrik, panas biasanya disimpan dalam fluida yang dijaga
pada suhu dan tekanan tertentu. Fluida yang paling umum digunakan adalah air panas dan uap air
karena alasan murah dan memiliki kapasitas panas tinggi. Fluida lain biasanya digunakan untuk
kondisi pertukaran panas pada suhu di atas 100 oC pada tekanan atmosfer. Air atau uap air
bertekanan (dinamakan kukus atau steam) mendapatkan panas dari ketel uap (boiler.).
Sistem pemindahan panas bertugas memberikan panas dan menyerap panas. Misalnya,
menyerap panas dari sistem proses yangmenghasilkan energi seperti sistem proses yang
melibatkan reaksi eksotermik atau menyerap panas agar kondisi sistem di bawah suhu ruang atau
suhu sekitar. Untuk penyerap panas agar suhu di bawah suhu ruang biasanya pabrik
menggunakan refrigerant, bahan yang sama dengan yang bekerja pada lemari es. Penggunaan air
sebagai media pendingin juga dibatasi sifat fisiknya, yaitu titik didih dan titik beku. Suhu air
pendingin perlu dikembalikan ke suhu sekitar atau suhu ruang agar bisa difungsikan kembali
sebagi pendingin. Sistem pemroses yang melakukan ini adalah cooling tower.
Cooling tower, boiler dan tungku pembakaran merupakan sistemsistem pemroses
untuk sistem penyedia panas dan sistem pembuang panas. Kedua sistem proses ini bersama-sama
dengan sistem penyedia udara bertekanan, sistem penyedia listrik dan air bersih untuk kebutuhan
produksi merupakan sistem penunjang berlangsungnya sistem proses utama yang dinamakan
sistem utilitas. Kebutuhan sistem utilitas dan kinerjanya tergantung pada seberapa baik sistem
utilitas tersebut mampu melayani kebutuhan sistem proses utama dan tergantung pada efisiensi
penggunaan bahan baku dan bahan bakar. Pabrik tidak harus mempunyai sistem pemroses
utilitas sendiri. Listrik misalnya, pabrik bisa membelinya dari PLN jika kapasitas PLN setempat
mencukupi atau membeli dari pabrik tetangga. Demikian pula untuk unit pengolahan limbah,
unit penyedia uap air & air pendingin dan unit penyedia udara bertekanan.

4.4.1 Unit Penyediaan Listrik


Dalam masyarakat modern yang industri dan perekonomiannya maju, tenaga listrik
memegang peranan yang sangat menentukan. Sulit dibayangkan, sebuah pabrik tanpa pemakaian
tenaga listrik. Karena untuk menggerakkan beberapa alat misalnya, dibutuhkan motor listrik.
Dan motor-motor listrik yang dipakai pada berbagai alat semuanya membutuhkan listrik sebagai
tenaga penggerak. Selain untuk menggerakkan motor, listrik di industri juga dubutuhkan untuk
pemanasan tanur dan proses elektrokimia.
Sedangkan di luar kebutuhan untuk industri, tenaga listrik dipakai untuk kebutuhan
kantor, pemanasan atau pendinginan udara, lampu penerangan, lemari es, dapur dan keperluan
kerumahtanggaan lainnya.
Berkaitan dengan penggunaan motor listrik, pada instalasi pabrik yang agak tua dan
sederhana sering menggunakan motor secara bersamaan, yaitu satu motor untuk menggerakkan
beberapa alat produksi sekaligus dengan menggunakan gigi transmisi atau sabuk transmisi. Hal
ini dilakukan dengan pertimbangan biaya investasi. Namun penggunaan motor secara bersamaan
ini kurang baik karena bisa berakibat mudah terjadi kecelakaan. Lagi pula sering terjadi motor
tersebut menggerakkan hanya satu alat produksi, sedangkan alat produksi yang lain tidak dipakai
sehingga motor dimanfaatkan di bawah kapasitas. Pada instalasi pabrik yang lebih modern
umumnya dipakai motor tersendiri untuk setiap alat produksi, meskipun menggunakan motor
kecil saja. Konstruksi motor yang lebih kecil dirancang dengan bentuk yang kompak dan tertutup
agar motor tidak mudah rusak karena pengotoran. Hal ini mengingat pada motor yang lebih kecil
membutuhkan pendinginan yang lebih baik karena bagian untuk pendinginan berukuran lebih
kecil yaitu dengan membuat lubanglubang pada rumah stator.

4.4.2 Unit Penyediaan Air


Kebutuhan air pada umumnya dan air pengisi ketel pada khususnya pada industri-industri
yang menggunakan tenaga uap adalah suatu hal yang amat perlu mendapat perhatian. Pada
pabrik-pabrik dimana uap (steam) merupakan sumber tenaga (sebagai tenaga penggerak) dan
sekaligus juga merupakan sumber panas (dipakai dalam pemanasan, penguapan dan
pengkristalan).
a. Air Pengisi Ketel
1) Sumber-sumber air pengisi ketel
Macam-macam air yang dapat digunakan sebagai air pengisi ketel adalah air sumur dan
air kondensat. Air kondensat sudah murni sehingga tidak perlu mengalami pengolahan yang
khusus, sedangkan untuk air yang berasal dari sumur perlu mendapat pengolahan-pengolahan
lebih dahulu.
2) Syarat Air Pengisi Ketel
Pada dasarya air yang akan digunakan, terutama yang digunakan sebagai air pengisi
ketel, harus memenuhi syarat. Air yang berasal dari alam (sungai dan tanah) tidak ada yang
dalam keadaan mumi, biasanya terdapat pengotor-pengotor, antara lain :
1. Zat tersuspensi, seperti lumpur dan tanah liat. Biasanya dihilangkan dengan penyaringan.
2. Zat terlarut, seperti garam-garam mineral (garam magnesium, kalsium dan lain-lain).
berbeda dari pelunakan, yaitu menyingkirkan atau menghilangkan bahan-bahan organik
dan mikroorganisme dari air.
Klasifikasi (clasification) kadang-kadang amat penting dan digunakan bersamaan dengan
pengendapan (precipitation) dalam proses pelunakan air dingin.
b. Pengolahan air
Pemurnian dan pelunakan air dapat dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada
rencana penggunaan air itu sendiri. Istilah pelunakan (softening) digunakan untuk proses
untuk menyingkirkan atau mengurangi kesadahan air. Sedangkan pemurnian (purification)
berbeda dari pelunakan, yaitu menyingkirkan atau menghilangkan bahan-bahan organik dan
mikroorganisme dari air. Klasifikasi (clasification) kadang-kadang amat penting dan
digunakan bersamaan dengan pengendapan (precipitation) dalam proses pelunakan air
dingin.
1) Penukar Ion
Air sungai dan air tanah mula-mula ditampung di bak tarik yang dilengkapi pompa untuk
dialirkan ke bak pencampur dan diberi tawas sebagai flokulan. Air yang telah diberi tawas
dialirkan ke bak penggumpal untuk memberi waktu flokulasi pengotor dalam air. Air dengan
flok-flok pengotor dialirkan ke bak pengendap agar flok-flok yang terbentuk turun dan
terpisah dari air. Air yang keluar dari bak pengendap sudah jernih tapi masih ada pengotor
yang melayang, oleh karena itu air kemudian disaring dengan saringan untuk memisahkan
partikel ini.
Air yang telah disaring masih mengandung zat-zat terlarut yang menimbulkan kesadahan.
Untuk menghilangkan pengotor yang terlarut ini digunakan zat yang dapat menyerap ion-ion
dalam larutan tersebut. Dengan ion exchanger, diharapkan air yang akan digunakan pada
proses memiliki kesadahan sesedikit mungkin
2) Menara Pendingin (Cooling tower)
Cooling tower digunakan untuk mendinginkan air kondensat sebelum masuk ke dalam
ketel. Air dilewatkan pada kisi kisi sehingga terbentuk tirai air dan diberi blower di bagian
atas untuk menghisap keluar udara panas dan dalam kisi. Sebagian cooling tower dibuat dari
red wood, yaitu sejenis kayu yang sangat tahan (awet) apabila secara terus -menerus kontak
dengan air. Bahan Isian (internal packing) biasanya merupakan susunan kayu yang dipasang
horisontal. Ruang kosong menara sangat besar, biasanya lebih dari 90% supaya penurunan
tekanan (pressure drop) udara bisa serendah mungkin. Luas permukaan kontak antara udara
dan air tidak hanya pada film cairan pada permukaan packing, tetapi juga pada permukaan
tetesan air yang jatuh dan menyerupai hujan. Aliran udara dan air di dalam cooling tower
bisa secara silang atau lawan arah (counter current) atau kombinasi dari keduanya.

4.4.3 Unit Pengadaan Uap


Uap (Steam) sangat berperan penting dalam proses untuk menggerakkan mesin-mesin
bertenaga uap dan pemanas awal. Sebuah ketel uap (boiler) digunakan untuk mengubah air
menjadi uap dengan pertolongan panas. Ditinjau dari tenaga termis (panas) yang didapat dengan
pembakaran bahan bakar, ketel uap termasuk External Combustion Engine, yaitu pesawat tenaga
dimana pembakaran bahan bakar dilakukan di luar pesawat (mesin uap) itu sendiri. Uap yang
dihasilkan mempunyai tenaga termis, tenaga potensial dan tenaga kinetis yang dimanfaatkan
sebagai berikut:
Tenaga termis yang dikandung uap dapat langsung digunakan sebagai bahan pemanas
pada proses industri.
Tenaga potensial dari uap diubah menjadi tenaga mekanik dengan mesin uap untuk
selanjutnya diperoleh tenaga mekanik
Tenaga kinetis dari uap diubah menjadi tenaga putar dengan suatu turbin uap.
Selanjutnya dapat digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik.

4.6 Gross Profit Margin (GPM)

Kelayakan pendirian pabrik Alkil Poliglikosida dari Alkohol Lemak dan Glukosa diuji
secara kasar melalui Gross Profit Margin (GPM). GPM merupakan perkiraan secara global
mengenai keuntungan yang diperoleh dari penjualan produk utama dan produk samping
dikurangi dengan biaya bahan baku, tanpa melihat biaya peralatan, biaya operasi, dan biaya
perawatan. Perhitungan GPM dapat dilakukan dengan membandingkan reaksi pada masing-
masing prosesnya.

Jenis reaksi yang dimiliki :

a. Esterifikasi

C3H8O + 3 C2H3OOH C9H14O6 + H2O


Gliserol + Asam Asetat Triacetin + Air
b. Asetilasi

C3H8O + (CH3CO)2O C9H14O6


Gliserol + Asetat Anhidrat Triacetin

Data pendukung :

Chemical Berat Molekul Chemical Formula Cost


(g/mole) ( $ / lb)

Gliserol 92.09 C3H8O 0.7 0.8

Asam Asetat 60.05 C2H3OOH 0.68


Triacetin 218.21 C9H14O6 0.95

Air 18 H2O 0
Asetat Anhidrat 102.09 (CH3CO)2O 0.48 0.51

Nilai cost diambil dari www.icis.com yang diakses pada tanggal 27 september 2017

Perhitungan GPM

a. Esterifikasi

C3H8O + 3 C2H3OOH C9H14O6 + H2O

Lbmol 1 3 1 1

Berat molekul 92.09 60.05 218.21 18


(g/mole)
Lb 92.09 60.05 218.21 18

lb/lb of triacetin 0.422 0.826 1 0.0825

$ / lb 0.7 0.68 0.95 0

Gross Profit = 0.95*(1) + 0*(0.0825) 0.7*(0.422) 0.68*(0.826)


= 0.0789 $/lb

b. Asetilasi

C3H8O + (CH3CO)2O C9H14O6


Lbmol 1 1 1
Berat molekul (g/mole) 92.09 102.09 218.21

Lb 92.09 102.09 218.21

lb/lb of triacetin 0.422 0.468 1

$ / lb 0.7 0.48 0.95

Gross Profit = 0.95*(1) 0.7*(0.422) 0.48*(0.468)


= 0.416 $/lb

Dari nilai gross profit yang diperoleh diatas, nilai gross profit asetilasi lebih menguntungkan dari
pada esterifikasi. Dengan kapasitas pabrik 60,000 lb/yr dengan pabrik beroperasi 300 hari dalam
1 tahun, maka didapat keuntungan sementara untuk setiap tahunnya :

= 0.416 $/lb * 60,000 lb/yr


= 24960 $/yr dengan laju produksi 8.33 lb/hr

4.7 Proses Yang Terpilih

Pada pabrik Triacetin yang akan didirikan beroperasi dengan proses asetilasi, hal ini
dikarenakan pabrik menggunakan GPM sebagai parameternya. GPM dengan proses asetilasi jauh
lebih menguntungkan dibandingkan jika pabrik beroperasi menggunakan proses esterifikasi.

4.8 Aplikasi Produk


Triasetin memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam dunia industry yaitu :
1. Triasetin merupakan senyawa kimia artifisial yang banyak digunakan sebagai bahan
tambahan untuk industry makanan dengan standard food grade dan didukung oleh
dokumen kosher serta diproses dengan standar good manufacturing processes (GMP).
2. Triasetin merupakan solvent dengan fungsi humectant dalam industry.
3. Triasetin juga berfungsi sebagai excipient dalam industry farmasi.
4. Triasetin juga digunakan sebagai bahan aditif untuk industry bahan bakar sebagai anti
knock agent dimana fungsinya dapat mengurangi engine knocking dalam gasoline serta
meningkatkan daya pada viskositas dari biodiesel.
5. Triasetin juga digunakan dalam industry cigarette yang aplikasinya sebagai plasticizer
pada filter cigarette.
6. Triasetin merupakan turunan acetate ester yang digunakan sebagai plasticizer pada
pembuatan sintetis rubber dan turunan cellulose.

Anda mungkin juga menyukai