STROKE HEMORAGIK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh
Disusun Oleh :
Adisti Aristamaya
30101306853
Pembimbing :
dr. Hj. Durrotul DJannah, Sp. S
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEMARANG
2017
1
STATUS PASIEN
I. Identitas Penderita
Nama : Ny. W
Umur : 77 tahun
Status : Kawin
Agama : Islam
No. CM : 013233xx
2
II. Data Subyektif
Anamnesa
1. Keluhan Utama
II. Kualitas
III. Kuantitas : -
lemah tidak bisa digerakkan dan kepala pusing sejak tadi pagi
VII. Gejala Penyerta: Sakit kepala (-), mual (-), muntah (-).
Riwayat DM : disangkal
3
4. Riwayat Penyakit Keluarga
BPJS.
1. Status Present
a. Kesadaran : Somnolen
d. RR : 22x/m
e. Suhu : 36oC
f. GCS : E3 V5 M6
g. Thoraks : dbn
h. Jantung : dbn
i. Paru-paru : dbn
2. Status Psikis
c. Ingatan :-
3. Status Neurologis
4
a. Kepala : mesochepal
c. N. Cranialis
2. N II ( OPTIKUS)
PERGERAKAN BOLA N N
MATA
NISTAGMUS - -
EKSOFTALMUS - -
STRABISMUS - -
MELIHAT KEMBAR - -
4. N V ( TRIGEMINUS )
Dx Sx
5
MEMBUKA MULUT Dbn dbn
MENGUNYAH Dbn dbn
MENGGIGIT Dbn Dbn
REFLEKS KORNEA Dbn Dbn
5. N VII (FACIALIS)
Dx Sx
6. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)
Dx Sx
6
TES RINNE tidak dilakukan tidak dilakukan
7. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)
Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan
8. N X ( VAGUS )
Arkus faring : simetris
Berbicara : dbn
Menelan : dbn
Nadi : dbn
9. N XI (ACCESORIUS )
Mengangkat bahu : lemah bagian kiri
1. BADAN
MOTORIK
Respirasi : dbn
7
SENSIBILITAS
Taktil : dbn
Nyeri : dbn
REFLEK
MOTORIK
Motorik Dx Sx
Pergerakan + -
Kekuatan 5 0
Klonus - -
8
REFLEK
Dx Sx
Biceps + +
Triceps + +
Hoffman - -
Trommer - -
Motorik Dx Sx
Pergerakan + -
Kekuatan 5 0
Klonus - -
SENSIBILITAS
Dx Sx
9
REFLEK
Dx Sx
Patella + -
Achilles + -
Babinski - +
Chaddock - +
Oppenheim - +
Gordon - +
Schaeffer - +
Gonda - +
Bing - +
Rossolimo - +
Mendel-Bechtrew - +
c. Gerakan-gerakan Abnormal
a. Tremor :-
b. Athetosis :-
d. Alat Vegetatif
a. Miksi : dbn
10
b. Defekasi : dbn
DARAH:
Darah rutin :
Hb : 12.7g/dl
Ht : 37.9 %
Eritrosit : 4.28
Diff count :
Basofil % : 0.3
Nutrofil % : 69.8
IG% : 0.3
Index eritrosit
MCV : 88.6
MCH : 29.7
MCHC :33.5
LED
LED 1 : 15
LED 2 : 38 meningkat
11
Golongan Darah/Rh : B/Positif
KIMIA
Ureum : 26
Natrium : 139.3
CT SCAN
Ringkasan
12
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelainan berupa kelumpuhan motorik
pada ekstremitas superior et inferior sinistra.
Hasil Laboratorium menunjukan Limfosit dan HDL menurun, sedangkan
eosinofil, monosit, dan LED 2 meningkat .
Hasil CT Scan Brain menunjukkan ada perdarahan intraserebri di corona
radiate kanan ganglia basalis kanan, volume sekitar 35.7 cc dengan efek
massa
V. Assesment
1. Diagnosa utama
a. Diagnosa Klinis
b. Diagnosa Topis
c. Diagnosa Etiologi
a. Masalah
i. Hemiplegi Sinistra
VII. Terapi
Medikamentosa
- Inf. RL 20 tpm
- Citicolin injeksi
- Amlodipin 10mg
13
- Ranitidine 2x1A (IV)
Nonmedikamentosa
- Pasang DC
- O2 3 liter/menit
VIII. Edukasi
IX. FOLLOW UP
1. Tanggal : 30 Juli 2017
a. Subjektif : lemah anggota gerak kiri
b. Objektif : Keadaan umum lemah, lemas.
: GCS E4M6V5
: Tanda vital (TD 160/90, Nadi 85x/menit, RR:
22x/menit, Suhu 36oC)
c. Assessment : hemiplegi sinistra superior et inferior (SH)
d. Planning :
Inf. RL 20 tpm
Citicolin injeksi
Amlodipin 10mg
14
Paracetamol 2x500 (p.o)
Pasang DC
O2 3 liter/menit
15
: Tanda vital (TD 140/70, Nadi 84x/menit, RR:
22x/menit, Suhu 36oC)
c. Assessment : hemiplegi sinistra superior et inferior (SH)
d. Planning : lanjutkan terapi
16
6. Tanggal : 4 Agustus 2017
a. Subjektif : Perbaikan, perut perih
b. Objektif : Keadaan umum baik
: GCS E4V5M6
: Tanda vital (TD 170/80, Nadi 64x/menit, RR:
20x/menit, Suhu 36.5oC)
c. Assessment : Hemiplegi sinistra superior et inferior (ICH)
d. Planning :
Lanjutkan terapi
Besok boleh pulang setelah visit
7. Tanggal : 3 Agustus 2017
a. Subjektif : Perbaikan, perut perih
b. Objektif : Keadaan umum baik
: GCS E4V5M6
: Tanda vital (TD 100/80, Nadi 73x/menit, RR:
20x/menit, Suhu 36.5oC)
c. Assessment : Hemiplegi sinistra superior et inferior (ICH)
d. Planning : Pulang
Cefixim 2x1
Asam tranexamat 2x500
Citicholine 1x1000
Ranitidin 2x1
Paracetamol 2x500
Flunarizine 1x10
Clobazam (k.p)
Gabapentin 1x300 mg
New diatab 2x1
X. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
17
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
18
TINJAUAN PUSTAKA
STROKE
A. Definisi Stroke
19
B. Faktor Resiko
Faktor risiko stroke adalah faktor yang memperbesar kemungkinan
seseorang untuk menderita stroke. Ada 2 kelompok utama faktor risiko stroke.
Kelompok pertama ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi
tubuh yang normal sehingga tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang termasuk
kelompok ini adalah usia, jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga, dan
serangan Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Kelompok yang
kedua merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi.
Faktor risiko utama yang termasuk kelompok kedua adalah hipertensi, diabetes
mellitus, merokok, hiperlipidemia, dan intoksikasi alkohol (Bounameaux, et al.,
1999).
Adanya faktor risiko stroke ini membuktikan bahwa stroke adalah suatu
penyakit yang dapat diramalkan sebelumnya dan bukan merupakan suatu ha
yang terjadi begitu saja sehingga istilah cerebrovascular accident telah
ditinggalkan. Penelitian epidemiologis membuktikan bahwa pengendalian
faktor risiko dapat menurunkan risiko seseorang untuk menderita stroke
(Hankey, 2002).
C. Klasifikasi
Para ahli mengklasifikasikan stroke menjadi beberapa macam.
Pengklasifikasian tersebut ada yang berdasarkan gambaran klinis, patologi
anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang
berbeda-beda ini perlu karena setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan,
preventif dan prognosis yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa (Victor
M. Dan Ropper A.H., 2001). Klasifikasi modifikasi Marshall untuk stroke
adalah sebagai berikut.
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:
1. Stroke Iskemia
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
b. Trombosit serebri
c. Emboli serebri
2. Stroke Hemoragik
20
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarakhnoid
Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu:
1. Transient Ischemic Attack (TIA)
2. Stroke-in-evolution
3. Completed stroke
Berdasarkan sistem pembuluh darah:
1. Sistem karotis
2. Sistem vertebro-basiler
D. STROKE HEMORAGIK
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan ke dalam jaringan
otak (disebut hemoragia intraserebrum atau hematom intraserebrum)
atau perdarahan ke dalam ruang subarachnoid, yaitu ruang sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak (disebut
hemoragia subarachnoid). Stroke hemoragik merupakan jenis stroke yang
paling mematikan dan merupakan sebagian kecil dari keseluruhan stroke
yaitu sebesar 10-15% untuk perdarahan intraserebrum dan sekitar 5%
untuk perdarahan subarachnoid (Felgin, V., 2006).
21
a) Intracerebri Hemorrhage (ICH)
Kira-kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral.
Hipertensi, khususnya yang tidak terkontrol merupakan penyebab utama
stroke hemoragik. Penyebab lainnya adalah pecahnya aneurisma,
malformasi arteri vena, angioma kavernosa, alkoholisme, diskrasia darah,
terapi antikoagulan, dan angiopati amiloid (Setyopranoto, I., 2011).
Antara 3040 orang per 10.000 orang per tahun terserang stroke
ICH (Yates, 2014). Perdarahan intraserebral (ICH) adalah perdarahan
primer yang berasal dari pembuluh darah dalam parenkim otak dan
bukan disebabkan oleh trauma. Sebesar 70% kasus ICH terjadi di kapsula
interna, 20% terjadi di fosa posterior (batang otak dan serebelum) dan
10% di hemisfer (di luar kapsula interna). ICH terutama disebabkan oleh
hipertensi (50-68%) (Harsono, 2003).
b) Subarachnoid Hemorrhage (SAH)
Stroke SAH terjadi pada 610 orang per 100.000 orang per tahun
pada populasi negara Barat. Di negara lain, prevalensi SAH berbeda. Di
Jepang dan Finlandia, SAH menyerang 1520 orang per 100.000 orang
per tahun. Pada umumnya, pasien terkena SAH pada usia yang relative
muda. Setengah pasien yang terkena SAH berusia < 50 tahun (van Gijn, et
al.,2007).
Perdarahan subarachnoid adalah keadaan akut yaitu terdapatnya/
masuknya darah ke dalam ruangan subarachnoid atau perdarahan yang
terjadi di pembuluh darah di luar otak, tetapi masih di daerah kepala
seperti di selaput otak atau bagian bawah otak (Price, SA, Wilson, LM,
2006). SAH menduduki sekitar 7-15% dari seluruh kasus gangguan
peredaran darah otak. SAH paling banyak disebabkan oleh pecahnya
aneurisma (50%) (Harsono, 2003). Sebagian besar kasus disebabkan
oleh pecahnya aneurisma pada percabangan arteri-arteri besar. Penyebab
lain adalah malformasi arterivena atau tumor (Setyopranoto, I., 2011).
E. Patofisiologi Stroke Hemoragik
22
Kedua jenis stroke hemoragik cukup berbeda dalam hal patofisiologi.
Perdarahan intrakranial meliputi perdarahan di parenkim otak dan perdarahan
subarachnoid. Insidens perdarahan intrakranial kurang lebih sebesar 20 %
adalah stroke hemoragik dan masing-masing 10% untuk perdarahan
subarachnoid dan perdarahan intraserebral (Caplan, 2000).
Pada ICH, perdarahan terjadi di dalam parenkim otak. Hal ini
diperkirakan terjadi akibat bocornya darah dari pembuluh yang rusak akibat
hipertensi kronis. Tempat predileksi antara lain thalamus, putamen, serebellum,
dan batang otak. Selain hipoperfusi, parenkim otak juga terkena kerusakan
akibat tekanan yang disebabkan oleh efek massa hematoma atau kenaikan
tekanan intrakranial (TIK) secara keseluruhan (Liebeskind, 2014). ICH
memiliki tiga fase, yaitu perdarahan awal, ekspansi hematoma, dan edema peri-
hematoma. Perdarahan awal disebabkan oleh faktor-faktor risiko di atas.
Prognosis sangat dipengaruhi oleh kedua fase berikutnya. Ekspansi hematoma,
yang terjadi dalam beberapa jam setelah fase perdarahan awal terjadi, akan
meningkatkan TIK yang pada gilirannya akan merusak BBB (Blood Brain
Barrier). Peningkatan TIK berpotensi menyebabkan herniasi. Kerusakan BBB
ini menyebabkan fase berikutnya yaitu pembentukan edema peri-hematoma.
Fase terakhir ini dapat terjadi dalam beberapa hari setelah fase pertama terjadi
dan merupakan penyebab utama perburukan neurologis, akibat penekanan
bagian otak normal (Magistris, 2013).
Hipertensi kronik menyebabkan pembuluh arteriola yang berdiameter
100400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding pembuluh
darah tersebut yaitu berupa lipohialinosis, nekrosis fibrinoid serta timbulnya
aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah
yang tiba-tiba menyebabkan pecahnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya
darah dari pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriola dan
pembuluh kapiler yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini
mengakibatkan volume perdarahan semakin besar (Caplan, 2000).
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemia
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah
23
yang terkena darah dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul
karena ekstravasasi darah ke jaringan otak yang menyebabkan nekrosis
(Caplan, 2000).
Perdarahan subarachnoid terjadi akibat pembuluh darah di sekitar
permukaan otak pecah sehingga terjadi ekstravasasi darah ke ruang
subarachnoid. Perdarahan subarachnoid umumnya disebabkan oleh rupturnya
aneurisma sakular atau perdarahan dari arteriovenous malformation (AVM)
(Caplan, 2000). SAH mengakibatkan banyak hal. Selain peningkatan TIK, SAH
mengakibatkan vasokonstriksi akut, agregasi platelet, dan kerusakan
mikrovaskular. Hal ini mengakibatkan penurunan bermakna perfusi otak dan
iskemia (Liebeskind, 2014).
F. Gejala Klinis Stroke Hemoragik
Salah satu sistem skoring yang sering digunakan untuk membantu
membedakan kedua subtipe stroke hemoragik adalah sistem skor Siriraj. Sistem
skoring ini telah tervalidasi di berbagai pusat pelayanan kesehatan dan cukup
dapat diandalkan untuk membedakan kedua subtipe stroke dalam keadaan
Computed Tomography (CT) scan tidak tersedia. Skor lain yang cukup sering
digunakan adalah skor Allen (Nouira, 2008). Penelitian lain menyimpulkan
bahwa sistem skoring Siriraj lebih sederhana sekaligus lebih akurat daripada
Allen dalam menentukan subtipe stroke (Sherin, 2011). Jika tersedia, CT scan
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) harus menjadi patokan dalam
membedakan kedua subtipe stroke (Sheta, 2012).
24
G. Diagnosis
Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke di Indonesia tahun 1999
mengemukakan bahwa diagnosis stroke dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Bustan, M.N.,
2000; Arif, dkk. 2000; Wibowo, S. 2001).
a) Anamnesis
Anamnesis dapat dilakukan pada penderita sendiri dan keluarga yang
mengerti tentang penyakit yang diderita. Anamnesis dilakukan dengan
mengetahui riwayat perjalanan penyakit, misalnya waktu kejadian, penyakit
lain yang diderita, dan faktor-faktor risiko yang menyertai stroke.
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain pemeriksaan fisik umum
(yaitu pemeriksaan tingkat kesadaran, suhu, denyut nadi, anemia, paru, dan
jantung), pemeriksaan neurologis dan neurovaskular.
25
c) Pemeriksaan Penunjang
Kemajuan teknologi kedokteran memberikan kemudahan untuk
membedakan antara stroke hemoragik dan stroke iskemia dengan
ditemukannya berbagai modalitas radiologi, mulai dari computerized
tomograph scanning (CT Scan), cerebral angiografi, elektroensefalografi
(EEG), magnetic resonance imaging (MRI), elektrokardiografi (EKG),
pemeriksaan laboratorium dan lainnya.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Umum
1. Umum :
Ditujukan terhadap fungsi vital: paru-paru, jantung, ginjal, keseimbanga
elektrolit dan cairan, gizi, higiene.
2. Khusus
Pencegahan dan pengobatan komplikasi
Rehabilitasi
Pencegahan stroke : tindakan promotif, primer dan sekunder
Penatalaksanaan Khusus
1. Stroke iskemik / infark :
- Anti agregasi platelet : Aspirin, tiklopidin, klopidogrel, dipiridamol,
cilostazol
- Trombolitik : rt-PA (harus memenuhi kriteria inklusi)
- Antikoagulan : heparin, LMWH, heparinoid (untuk stroke emboli)
- Neuroprotektan
2. Perdarahan subarakhnoid :
- Antivasospasme : Nimodipin
- Neuroprotektan
3. Perdarahan intraserebral :
Konservatif:
- Memperbaiki faal hemostasis (bila ada gangguan faal hemostasis)
- Mencegah / mengatasi vasospasme otak akibat perdarahan : Nimodipine
26
- Neuroprotektan
Operatif : Dilakukan pada kasus yang indikatif/memungkinkan:
- Volume perdarahan lebih dari 30 cc atau diameter > 3 cm pada fossa
posterior.
- Letak lobar dan kortikal dengan tanda-tanda peninggian TIK akut dan
ancaman herniasi otak
- Perdarahan serebellum
- Hidrosefalus akibat perdarahan intraventrikel atau serebellum
- GCS > 7
Terapi Komplikasi
- Antiedema : larutan Manitol 20%
- Antibiotika, Antidepresan, Antikonvulsan : atas indikasi
- Anti trombosis vena dalam dan emboli paru.
27