Anda di halaman 1dari 3

A.

PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM


Secara bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka, yang berarti
tumbuh dan berkembang. Makna ini menegaskan sesungguhnya orang
yang selalu menunaikan zakat, hartanya (dengan izin Allah) akan selalu
tumbuh dan erkembang, hal ini disebabkan oleh kesucian dan keberkahan
dari harta yang telah di tunaikan kewajiban zakatnya. 1 Menurut istilah fiqh
islam, zakat berarti harta yang wajib dikeluarkan dari kekayaan orang-
orang kaya untuk disampaikan kepada mereka yang berhak menerimanya,
dengan aturan-aturan yang telah ditentukan dalam syara.2
Dasar hukum diwajibkannya zakat dalam islam adalah sebagai
firman Allah dalam Al-Quran, diantaranya terdapat dalam surat :
a. Al-Baqarah ayat 110 yang artinya Dan gtegakkanlah
sholat serta tunaikanlah zakat
b. Maryam ayat 31 yang artinya Dan dia
(Allah)memerintahku untuk mengerjakan sholat dan
membayarkan zakat, selagi aku masih hidup
c. Maryam ayat 55 yang artinya ia menyuruh keluarganya
untuk mengerjakan sholat dan membayarkan zakat, dan di
hadirat Tuhannya ia memperoleh ridha-Nya

Selain terdapatdalam Al-Quran, dasar hukum di wajibkannya


zakat dalam islam juga terdapat dalam Hadits Nabi, di antaranya :

a. Hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah :


pada suatu hari Rasulullah SAW duduk beserta para
sahabatnya, lalu dtanglah kepadanya seorang lelaki dan
bertanya : wahai Rosulullah, apakah islam itu ? Nabi SAW
menjawab : islam itu ialah engkau menyembah Allah

1
Atik abidah, Zakat Filantropi Dalam Islam,(Ponorogo: STAIN Ponorogo Press, 2011), hlm 15
2
Abdul Ghafur Anshori,Hukum dan Pemberdayaan Zakat,(Yogyakarta: Pilar Media, 2006), hlm
12
sendiri-nya dengan tidak engkau memperikatkan sesuatu
dengann-Nya, dan engkau mendirikan shalat yang di
fardlukannya, dan engkau membayar zakat yang di
fardlukannya dan engkau mengerjkan puasa di bulan
Ramadhan.3

B. KETENTUAN MUZAKKI

Pasal 1 angka 3 Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang


pengelolaan zakat menyatakan bahwa muzakki adalah orang atau badan
yang dimiliki oleh orang muslim yang berkewajiban menunaikan zakat.
Dari pengertian di atas jelaslah bahwa zakat tidak hanya diwajibkan
kepada perorangan saja.

Seluruh ahli fiqih sepakat bahwa setiap muslim, merdeka, baligh


dan berakal wajib menunaikan zakat, hartanya telah dimiliki secara
sempurna, sudah mencapai nishab, dan telah haul. Akan tetapi mereka
berbeda pendapat tentang orang yang belum baligh dan gila.

Menurut madzab imamiyah, harta orang gila, anak-anak dan


budak tidak wajib di zakati dan baru wajib dizakati ketika pemiliknya
sudah baligh, berakal dan merdeka.

Menurut madzab Maliki, Hambali, Syafii, berakal dan baligh tidak


menjadi syarat bagi diwajibkannya zakat. Oleh sebab itu, harta orang gila
dan anak-anak wajib dizakati oleh walinya.4

C. ZAKAT DAN PAJAK DALAM ISLAM

3
Ibid, hlm 14-16
4
Muhammad Ibrahim Jannati,fiqih perbandingan lima mazhab 2,(Jakarta: Cahaya, 2007), hlm 65
Di masa modern sekarang wacana tentang zakat terus bergulir. Sebut saja
Yusuf Qardawi (1997 : 999-1115), seorang cendekiawan muslim asal
mesir yang mengurai secara panjang lebar tentang perbandingan zakat dan
pajak. Dalam karya monumentalnya yang banyak menjadi rujukan di
indonesia, fiqh zakat, yusuf qardawi membandingkan zakat dan pajak
yang termuat dalam 7 bab, yaitu :
1) perbandingan dari segi hakikat pajak dan zakat,
2) asas teori wajib zakat dan pajak,
3) objek
4) prinsip keadilan antara pajak dan zakat
5) tarif tetap dan bertingkat pada pajak dan zakat
6) jaminan pajak dan zakat
7) kewajiban zakt di samping pajak

Dalam bukunya tersebut, Qardawi menganggap zakat dan pajak


sebagai sesuatu yang berbeda dan tidak dapat disatukan, bahkan Qardawi
membolehkan adanya pajak di samping kewajiban zakat.

Dalam catatan Qardawi, beberapa ulama mendukung


pengintegrasian zakat-pajak, tetapi baru pada batas niat saja. Imam
Nawawi dari madzab Syafii, Imam ahmad, dan Ibn Taimiyah berpendapat
bahwa membayar pajak dengan niatan zakat dibolehkan, dan karenanya
kaum muslim cukup membayar pajak. Sementara Ibn Hajar al-haysyami
dari madzab syafii, ibn abidin dari madzab hanafi, dan syaikh ulaith dari
madzab maliki berpendapat sebaliknya, dan karenanya pembayaran atas
pajak tidak menggugurkan kewajiban zakat.5

5
Nuruddin Mhd. Ali,Zakat sebagai instrumen dalam kebijakan fisikal,(Jakarta: PT Rajagrafindo,
2006), hlm 11-12

Anda mungkin juga menyukai