Anda di halaman 1dari 25

Laporan Praktikum Hidrolika

BAB 1

ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

1.1 PENDAHULUAN

Syarat penting dalam merancang bangunan air adalah dengan mengetahui

sifat-sifat atau karakteristik aliran air yang melewatinya. Hal ini sangat

dibutuhkan untuk membuat bangunan air yang akan sangat berguna dalam

pendistribusian air maupun pengaturan sungai.

Percobaan ambang lebar yaitu melakukan peninjauan aliran yang

melewati ambang lebar yang merupakan aliran berubah tiba-tiba. Ambang yang

digunakan dalam percobaan ini adalah ambang lebar. Ambang lebar dapat

digunakan untuk menghitung debit saluran air dan aplikasinya di lapangan banyak

digunakan pada saluran irigasi dan sungai yang fungsinya meninggikan tinggi

muka air di sungai.

Hal yang akan dilakukan pada percobaan ini adalah meninjau aliran yang

melewati ambang lebar yang merupakan aliran berubah tiba-tiba. Alasan mengapa

digunakannya ambang lebar dalam percobaan ini adalah:

1. Ambang ini akan menjadi model untuk diaplikasikan dalam perancangan

bangunan pelimpah, selain itu dengan memperhatikan aliran pada

ambang lebar, dapat mempelajari karakteristik dan sifat aliran secara

garis besar.

1
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

2. Bentuk ambang ini adalah bentuk yang paling sederhana sehingga proses

pelaksanaan percobaan dapat dilakukan dengan lebih mudah.

Percobaan ini akan melakukan pengamatan karakteristik aliran yang

melalui ambang lebar dengan tipe karakteristik sebagai berikut:

1. Keadaan loncat

Keadaan loncat adalah keadaan tinggi muka air di hulu tidak dipengaruhi

tinggi muka air di hilir saluran.

2. Keadaan peralihan

Keadaan peralihan adalah keadaan tinggi muka air di hulu mulai

dipengaruhi tinggi muka air di hilir saluran.

3. Keadaan tenggelam

Keadaan tenggelam adalah keadaan tinggi muka air di hulu dipengaruhi

tinggi muka air di hilir saluran.

Hasil percobaan ambang lebar adalah memperoleh gambaran mengenai

sifat aliran berupa bentuk atau profil aliran melalui analisa model fisik dari sifat

aliran yang diamati. Pada kondisi di lapangan, ambang lebar berguna untuk

meninggikan muka air di sungai atau pada saluran irigasi sehingga dapat mengairi

areal persawahan yang luas, selain itu ambang juga dapat digunakan untuk

mengukur debit air yang mengalir pada saluran terbuka.

2
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.2 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan dilakukannya percobaan aliran yang melalui ambang lebar adalah

sebagai berikut:

1. Mempelajari karakteristik aliran yang melalui ambang lebar.

2. Mempelajari pengaruh perubahan keadaan tinggi muka air di hilir dan

hulu saluran.

3. Mempelajari hubungan tinggi muka air di atas ambang terhadap debit air

yang melimpah di atas ambang.

1.3 ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN

Alat-alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran aliran yang

melalui ambang lebar ditunjukan oleh gambar 1.2.

HULU HILIR
2 3

5
1
1
4
1 6
7 1
1
Gambar 1.1 Model Saluran Terbuka untuk Percobaan Ambang Lebar
(Sumber: Hendy Kurniawan, 2015)

Keterangan gambar 1.2:

1. Ambang lebar

2. Alat pengukur kedalaman (penggaris)

3. Meteran
3
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

4. Venturimeter dan pipa manometer

5. Sekat pengatur hilir

6. Penampung air

7. Generator dan pompa air

1.4 TEORI DASAR DAN RUMUS

1.4.1 Debit Aliran (Q)

Penggunaan prinsip kekekalan energi, impuls-momentum, dan

kontinuitas (kekekalan massa), dapat diterapkan persamaan Bernoulli untuk

menghitung besar debit berdasarkan tinggi muka air sebelum dan pada kontraksi.

Gambar 1.2 Venturimeter


(Sumber: Laras Kurniyando, 2015)

Besarnya debit aliran (Q) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

hg a d 1 2 gH
1 2

4
Q = (1.1)
d 4

1 1 a
d 2

4
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Di mana:

d1 = 2,62 cm

d2 = 1,62 cm

g = 9,81 m/s2 = 981,00 cm s 2

air = 1,00 g/cm3

hg = 13,60 g/cm3

Berdasarkan persamaan di atas dengan memasukkan nilai yang telah

diketahui didapat besarnya debit aliran (Q):

Q = 110,9069 (H)1/2 (cm3/s) (1.2)

Dimana:

H : Selisih tinggi raksa pada manometer

1.4.2 Koefisien Pengaliran (C)

Aliran pada ambang atau pelimpah (spillway) adalah salah satu jenis

aliran pada saluran terbuka. Profil pelimpah akan menentukan bentuk tirai luapan

(flow nappe) yang akan terjadi di atas ambang tersebut. Tirai luapan ini dianggap

mengalami pengudaraan, yaitu keadaan saat permukaan atas dan bawah tirai

luapan tersebut memiliki tekanan udara luar sepenuhnya. Tetapi, pengudaraan di

bawah tirai luapan kurang sempurana. Hal ini berarti terjadi pengurangan tekanan

di bawah tirai luapan akibat udara yang tergantikan oleh pancaran air.

Pengurangan tekanan ini menimbulkan hal-hal seperti perbedaan tekanan

meningkat di ambang, perubahan bentuk tirai luapan sesuai dengan ambang yang

5
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

digunakan, peningkatan debit disertai fluktuasi dan bentuk hidrolik yang tidak

stabil. Hal-hal ini menyebabkan timbulnya koefisien pengaliran (C) yang berbeda-

beda pada setiap ambang.

He1

He2
t
Y2

Gambar 1.3 Profil Aliran Melalui Ambang Lebar


(Sumber: Hendy Kurniawan, 2016)

Gambar 1.3 menerangkan bahwa terdapat perbedaan bentuk fisik antara

ambang lebar dan ambang tajam, sehingga mempengaruhi jatuhnya aliran. Air

pada ambang lebar akan jatuh lebih lunak dari ambang tajam, meskipun tinggi dan

lebar ambang sama. Perhitungan yang dilakukan untuk menghitung kecepatan

aliran pada ambang lebar, diantaranya:

1. Kecepatan aliran yang melewati diatas pelimpah adalah:

= g y g H e
1/ 2 1/ 2
V (1.3)

He =yt (1.4)

Di mana:

g : Percepatan gravitasi = 9,81 m/s2

T : Tinggi ambang

6
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

2. Debit aliran yang melalui pelimpah tersebut relatif kecil, maka

diperlukan koefisien reduksi bagi debit (Q) maka:

= c g 1/ 2 L H e
3/ 2
Q (1.5)

3. Mensubtitusi C = c g 1 2 ke persamaan (1.5) maka diperoleh persamaan

sebagai berikut:

= C L He
3/ 2
Q (1.6)

4. Debit air yang mengalir sudah diketahui nilainya, sehingga nilai

koefisien pengaliran (C) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:

Q
C = (1.7)
L He
3/ 2

Di mana:

L : Lebar saluran

1.5 PROSEDUR PERCOBAAN

Prosedur dalam percobaan aliran air ambang lebar ini adalah sebagai

berikut:

1. Memasangkan ambang lebar pada posisi tertentu dalam model saluran

terbuka.

2. Mengkalibrasikan venturimeter dan mencatat dimensi ambang.

3. Menyalakan pompa dengan debit air tertentu sesuai dengan yang

diinginkan tetapi tidak meluap.

7
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

4. Mengatur sekat di hilir sedemikian rupa sehingga memperoleh keadaan

loncat pertama, loncat kedua, peralihan, tenggelam pertama dan

tenggelam kedua. Memeriksa masing-masing keadaan apakah aliran

sudah stabil, jika sudah dapat melakukan pengambilan data.

5. Mencatat masing-masing keadaan data tinggi muka air pada delapan titik

pengamatan untuk mengambil profil aliran, dan mencatat tinggi air. Catat

tinggi raksa pada manometer untuk menghitung debit aliran.

6. Mengulangi langkah 4 dan 5 untuk empat debit yang berbeda. Mencatat

hanya kedalaman air di hulu (y1) dan kedalaman air di hilir (y2) saja.

7. Mencatat debit aliran (mulai dari yang kecil ke yang besar).

8. Mencatat tinggi raksa pada manometer pada setiap perubahan debit

aliran.

9. Setelah selesai, mengkosongkan sekat di hilir.

1.6 PROSEDUR PERHITUNGAN

Prosedur perhitungan dalam percobaan aliran air ambang lebar adalah

sebagai berikut:

1. Menggambarkan profil muka air sesuai dengan data yang didapat.

2. Menghitung besarnya debit yang mengalir (Q) menggunakan rumus 1.2

3. Menghitung besarnya He1 dan He2 menggunakan rumus 1.4

4. Menghitung koefisien pengaliran (C) memnggunakan rumus 1.7

5. Menentukan nilai Cd dan Hd menggunakan grafik He1 vs C.

8
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.7 GRAFIK DAN KETERANGANNYA

Prosedur membuat grafik dalam percobaan aliran air ambang lebar

adalah sebagai berikut:

1. Profil muka air untuk kelima keadaan dalam 1 grafik. Data yang diambil

adalah data yang dapat menggambarkan profil aliran dari hulu, pada saat

melewati ambang, keadaan setelah melewati ambang, dan hilir (nilai x

diambil dari posisi sebelum ambang (hulu) sebagai titik nol saluran).

Semua profil aliran digambarkan dalam satu grafik.

2. Grafik He1 vs He2

Grafik ini bertujuan untuk membuktikan karakteristik air yang melewati

ambang lebar. Kondisi tinggi muka air di hulu dan di hilir ditunjukkan

dalam bentuk grafik He1 vs He2. Idealnya, nilai He1 akan selalu sama

selama air masih dalam kondisi loncat, artinya tinggi muka air di hulu

belum dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir dan seterusnya. Semua

debit yang digunakan digambarkan dalam satu grafik.

3. Grafik He1 vs Q

Grafik ini digunakan untuk menunjukkan hubungan antara He1 dan Q.

Idealnya, nilai He1 akan semakin besar pada saat Q yang dialirkan juga

semakin besar. Berdasarkan persamaan hubungan tersebut terlihat

dengan persamaan hasil regresi power (pangkat). Idealnya, trendline

yang sesuai adalah regresi power.

4. Grafik He1 vs C

9
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Grafik ini bertujuan untuk menentukan nilai Cd dan Hd. Nilai Cd

didapatkan dengan cara merata-ratakan nilai C yang berdekatan. Nilai C

yang dianggap menyimpang tidak digunakan, sedangkan nilai Hd didapat

dengan cara menarik garis tegak lurus sumbu x ke arah sumbu y dari nilai

Cd. Grafik ini tidak perlu diberi trendline.

5. Grafik Q vs C

Grafik ini digunakan untuk menunjukkan hubungan antara Q dan C. Nilai

C akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda. Grafik ini juga

dipakai untuk menunjukkan hubungan antara nilai C dan Q di mana

Q
persamaan C, yaitu C
L H 3/ 2
trendline yang digunakan adalah
e

linier.

6. Grafik He1/Hd vs C/Cd

Grafik ini menggunakan nilai Hd dan Cd yang diperoleh dari grafik

He1 vs C. Bertujuan untuk menggambarkan hubungan He1/Hed dengan

C/Cd dan membuktikan pada saat He1/Hd bernilai 1 maka C/Cd juga akan

bernilai 1.

10
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.8 TABEL DAN DATA PERHITUNGAN

1.8.1 Percobaan dengan Debit Tetap

Tabel dan data perhitungan yang didapat dari percobaan ambang lebar

dengan debit tetap adalah sebagai berikut:

Lebar ambang (t) = 10,60 cm

Tinggi ambang (b) = 9,60 cm

Panjang ambang (L) = 25,40 cm

Data untuk menggambarkan profil muka air terdapat pada tabel 1.1 dan 1.2.

Tabel 1.1 Pembacaan Manometer

Pembacaan Manometer

Sebelum Percobaan (cm) Sesudah Percobaan (cm)

H1 10,00 H1 7,50
H2 12,00 H2 14,50
Koreksi 2,00 H 5,00

11
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 1.2 Data untuk Menggambar Profil Muka Air

Loncat 1 Loncat 2 Peralihan Tenggelam 1 Tenggelam 2

Kelompok 2
Titik x y x y x y x y x y
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 5,00 14,00 5,00 14,00 5,00 14,10 5,00 14,40 5,00 16,00
2 25,00 13,90 25,00 13,90 25,00 14,10 25,00 14,40 25,00 16,00
3 50,00 12,10 50,00 12,10 50,00 12,50 50,00 13,70 50,00 15,60
4 60,00 0,30 60,00 0,50 60,00 10,80 60,00 13,50 60,00 15,50
5 76,50 0,50 76,50 2,00 76,50 11,70 110,00 13,30 110,00 15,30
6 180,00 2,00 180,00 3,50 180,00 11,50 150,00 13,50 150,00 16,50
7 300,00 3,00 300,00 4,50 300,00 12,00 300,00 14,20 300,00 17,00
8 375,00 4,00 375,00 5,00 375,00 13,00 375,00 15,00 375,00 17,00
Laporan Praktikum Hidrolika

Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil
12
Laporan Praktikum Hidrolika

1.8.2 Percobaan dengan Debit Berubah

Tabel dan data perhitungan yang didapat dari percobaan ambang lebar

dengan debit berubah terdapat pada tabel 1.3 dan 1.4.

Tabel 1.3 Data untuk Membuat Grafik He1 vs He2 dan He1 vs Q

Manometer (cm) Jenis


Q y1 y2 He1 He2
Q 3 Aliran
H1 H2 Koreksi H (cm /s) (cm) (cm) (cm) (cm)
(cm)

L1 14,00 4,00 3,40 -6,60


L2 14,00 5,00 3,40 -5,60
Q1 7,50 14,50 2,00 5,00 778,71 P 14,10 13,00 3,50 2,40
T1 14,40 15,00 3,80 4,40
T2 16,00 17,00 5,40 6,40
L1 14,20 4,10 3,60 -6,50
L2 14,20 5,30 3,60 -5,30
Q2 7,00 15,00 2,00 6,00 853,03 P 14,30 10,80 3,70 0,20
T1 14,20 15,20 3,60 4,60
T2 16,20 17,20 5,60 6,60
L1 14,40 4,30 3,80 -6,30
L2 14,40 5,40 3,80 -5,20
Q3 6,00 16,00 2,00 8,00 984,99 P 14,50 12,00 3,90 1,40
T1 14,50 15,00 3,90 4,40
T2 16,20 17,30 5,60 6,70
L1 14,70 5,60 4,10 -5,00
L2 14,70 7,60 4,10 -3,00
Q4 5,00 17,00 2,00 10,00 1101,26 P 14,80 14,20 4,20 3,60
T1 14,90 1530 4,30 4,70
T2 16,60 17,50 6,00 6,90

13
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Tabel 1.4 Data untuk Membuat Grafik He1 vs C, Q vs C, dan He1/Hd vs C/Cd

Manometer (cm) Q y1 He1 C

Kelompok 2
Debit Cd Hd He1/Hd C/Cd
H1 H2 Koreksi H (cm3/s) (cm) (cm) (cm1/2/s)

Q1 9,00 5,00 2,00 4,00 696,85 14,30 4,60 7,28 7,60 5,02 0,92 0,96

Q2 9,50 4,50 2,00 5,00 779,10 14,66 4,96 7,27 7,60 5,02 0,99 0,96

Q3 10,00 3,50 2,00 6,50 888.,31 14,84 5,14 7,86 7,60 5,02 1,02 1,03

Q4 11,00 3,00 2,00 8,00 985,49 15,14 5,44 8,01 7,60 5,02 1,08 1,05
Laporan Praktikum Hidrolika

Universitas Gunadarma
Jurusan Teknik Sipil
14
Laporan Praktikum Hidrolika

Berikut merupakan contoh perhitungan debit tetap, dengan tinggi bukaan

pintu sorong terhadap dasar saluran (yg) berubah. Perhitungan yang di lakukan

adalah:

1. Perhitungan H dan debit petama

H = H2 H1 koreksi

= 14,50 7,50 2,00

= 5,00 cm

Q1
= 110,9069 H 1 / 2
= 110,9069 3,14 (5,00)1 / 2

= 778,70 cm3/s

2. Perhitungan He1

He1 = y1 t

= 14,00 10,60

= 3,40 cm

3. Perhitungan C

Q1
C =
b He 3 2

778,70
=
9,60 (3,90) 3 2

= 10,53 cm1/2 /s

4. Perhitungan Cd

10,53 10,78 11,92 11,85


Cd =
4,00

15
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

= 11,27

5. Perhitungan He1/Hd

He 1
He1/Hd =
Hd

3,90
=
4,19

= 0,93

6. Perhitungan C/Cd

C
C/Cd =
Cd

10,53
=
11,27

= 0,93

16
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

1.9 GRAFIK DAN ANALISA

Grafik dan analisia ini bertujuan melihat hasil data yang ada dalam

bentuk grafik dan mengetahui karakter air pada saat air melewati ambang lebar.

1. Grafik Profil Muka Air

Profil Muka Air


18.000
16.000
14.000
12.000 Loncat 1
Y (cm)

10.000 Loncat 2
8.000 Peralihan
6.000 Tenggelam 1
4.000 Tenggelam 2
2.000
0.000
0.000 100.000 200.000 300.000 400.000
X (cm)

Gambar 1.4 Grafik Profil Muka Air (Ambang Lebar)

Tujuan grafik profil muka air adalah untuk menggambarkan profil aliran

dari hulu, saat aliran melewati ambang lebar. Karakteristik aliran yang

akan diamati pada percobaan aliran yang melalui ambang lebar adalah

keadaan loncat satu, loncat kedua, peralihan, tenggelam satu, tenggelam

dua. Grafik profil muka air yang diamati pada percobaan aliran yang

melewati ambang lebar memiliki karakteristik aliran sebagai berikut :

a. Keadaaan loncat I dan loncat II

Keadaan loncat bertujuan untuk mengetahui keadaan tinggi muka air

di hulu tidak mengalami perubahan oleh tinggi muka air di hilir.

17
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sesuai

grafik di atas keadaan loncat satu dan dua tinggi muka air yang

berada di hulu belum terjadi kenaikan dan perbedaan loncat satu dan

dua jarak loncat dua mendekati tinggi ambang, hal ini disebabkan

oleh penambahan sekat pengatur hilir.

b. Keadaan peralihan

Keadaan peralihan bertujuan menunjukkan tinggi muka air di hulu

mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir. Hasil percobaan

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sesuai grafik keadaan

tinggi muka air di hulu mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di

hilir dan sudah mulai tidak terlihat adanya loncatan air hal ini

disebabkan penambahan sekat di hilir. Hal ini sesuai dengan teori

yang sudah ada.

c. Keadaan tenggelam I dan II

Keadaan tenggelam bertujuan untuk mengetahui tinggi muka air di

hulu akan semakin tinggi karena dipengaruhi oleh tinggi muka air di

hilir. Hasil percobaan yang telah dilakukan pada keadaan tenggelam

satu dan dua terbukti sesuai dengan teori bahwa tinggi muka air di

hulu sudah dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir. Terlihat di

grafik tenggelam satu dan tenggelam dua tinggi muka air semakin

tinggi dan juga sudah tidak ada loncatan air, perbedaan tinggi muka

air pada kedua kondisi tersebut yang disebabkan oleh perletakkan

18
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

sekat pengatur hilir yang berbeda karena jika semakin banyak sekat

maka tinggi muka air di hulu akan bertambah naik.

2. Grafik He1 vs He2

He1 vs He2
7.000
6.000
5.000 Q1
4.000 Q2
He1(cm)

3.000 Q3
2.000 Q4
1.000
0.000
-7.000 -2.000 3.000 8.000
He2 (cm)

Gambar 1.5 Grafik He1 vs He2(Ambang Lebar)

Grafik He1 vs He2 adalah grafik yang bertujuan untuk membuktikan

karakteristik air yang melewati ambang dengan debit air berubah pada

keadaan loncat satu, loncat dua, peralihan, tenggelam satu, dan

tenggelam dua. Pada grafik terlihat loncat satu dan loncat dua tidak

terlihat adanya perubahan tinggi muka air di atas ambang yang berada di

hulu (He1) akibat tinggi muka air di hilir (He2). Keadaan peralihan sudah

mulai terlihat perubahan tinggi muka air di atas ambang yang berada di

hulu (He1) walaupun hanya sedikit. Keadaan tenggelam satu dan

tenggelam dua sudah sangat terlihat jelas perubahan tinggi muka air di

atas ambang yang berada di hulu (He1), peningkatan tinggi muka air di

atas ambang yang berada di hulu (He1) pada grafik diakibatkan perubahan
19
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

sekat yang mengakibatkan perubahan tinggi muka air di hilir (He2) pada

saat sebelum terjadinya perubahan debit. Pada saat debit air yang berubah

maka setiap keadaan loncat satu, loncat dua, peralihan, tenggelam satu,

tenggelam dua He1 meningkat berbanding lurus dengan penambahan debit

air.

3. Grafik He1 vs Q

He1 vs Q
4.60
4.50 y = 0.2623x0.4054
4.40 R = 0.9473
4.30
He1 (cm)

4.20
4.10 He1 vs Q
4.00 Power (He1
3.90 vs Q)
3.80
0.00 500.00 1000.00 1500.00
Q (cm)

Gambar 1.7 Grafik He1 vs Q (Ambang Lebar)

Grafik He1 vs Q adalah grafik yang bertujuan untuk menunjukkan

hubungan antara He1 sebagai keadaan tingi muka air di atas ambang dan

Q sebagai debit yang mengalir melalui ambang. Idealnya, He1

berbanding lurus dengan Q sesuai dengan persamaan (1.6). Regresi yang

digunakan adalah regresi power (pangkat). Karena hubungan He1 dan Q

identik dengan y = axb. Berdasarkan gambar 1.7, didapatkan hasil

persamaan regresi y = 0,2623x0.4054 dan R2 = 0,9473. Nilai R2 yang

didapat mendekati 1 menunjukkan bahwa He1 terhadap Q berkorelasi,


20
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

artinya semakin besar debit (Q) yang mengalir maka semakin besar

tinggi muka air di atas ambang (He1). Hal tersebut dapat juga dilihat dari

sebaran data yang berada di dekat trendline regresi power dan bentuk

grafik dengan kenaikan tajam. Berdasarkan analisa gambar 1.7, grafik

dapat dikatakan sudah ideal.

4. Grafik He1 vs C

He1 vs C
4.60
4.50
4.40 y = 0.555x0.8334
R = 0.6973
4.30
He1 (cm)

4.20
4.10 He1 vs C
4.00
Power (He1
3.90 vs C)
3.80
10.00 10.50 11.00 11.50 12.00
C (cm)

Gambar 1.8 Grafik He1 vs C (Ambang Lebar)

Grafik He1 Vs C adalah grafik yang menggambarkan hubungan tinggi

muka air di atas ambang (He1) dengan koefisien pengaliran (C) yang

bertujuan untuk mempelajari hubungan dengan He1 dengan C sekaligus

menentukan nilai Cd dan Hd. Nilai Cd adalah nilai koefisien desain dari

aliran yang diambil dari rata-rata nilai C yang berdekatan dan nilai Hd

adalah nilai ketinggian desain aliran yang didapat dangan cara menarik

garis lurus sejajar sumbu x ke arah sumbu y dari nilai Cd atau dengan

21
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

mengganti x dengan nilai Cd pada hasil persamaan regresi yang didapat.

Hubungan He1 dengan C harus sesuai dengan persamaan (1.7) yang

ditunjukkan dengan persamaan hasil regresi power (pangkat), karena

hubungan He1 dengan C identik dengan y = axb. Berdasarkan gambar

1.8, didapat hasil persamaan regresi power y = 0,555x0,8334 dengan R2 =

0,6973. Nilai Cd yang didapat dari hasil perhitungan rata-rata nilai C

yang berdekatan adalah 11,27 cm/s. Nilai Hd yang didapat dari penarikan

garis sejajar sumbu x ke arah sumbu y dari nilai Cd sebesar 4,19 cm.

Nilai Cd dam Hd digunakan untuk membuat grafik He1/Hd vs C/Cd.

5. Grafik Q vs C

Q vs C
1200.00

1000.00 y = 3.9692x2.2501
R = 0.8818
800.00
Q (cm)

600.00

400.00 Q vs C

200.00 Power (Q
vs C)
0.00
10.00 11.00 12.00
C (cm)

Gambar 1.9 Grafik Hubungan Q vs C (Ambang Lebar)

Grafik Q Vs C adalah grafik yang bertujuan untuk menunjukkan

hubungan antara debit aliran (Q) dan koefisien pengaliran (C). Nilai C

akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang berbeda. Hubungan ini

harus sesuai dengan persamaan (1.7) dengan regresi yang digunakan


22
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

adalah regresi linier. Regresi adalah suatu metode analisis statistik yang

digunakan untuk melihat pengaruh antara dua atau lebih variabel.

Berdasarkan gambar 1.9 didapat hasil persamaan regresi linier y =

3,9692x2,2501 dengan R2 = 0,8818 menunjukkan bahwa koefisien

pengaliran terhadap debit aliran berkolerasi. Bentuk grafik yang juga

menunjukkan setiap kenaikan Q tidak menjadikan kenaikan nilai C yang

tinggi. Hal ini disebabkan faktor lain yaitu (He1) yang mempengaruhi

nilai C sehingga nilai C akan relatif konstan untuk setiap nilai Q yang

berbeda.

6. Grafik He1/Hd vs C/Cd

He1/Hd Vs C/Cd
1.10
y = 0.9971x
1.06 R = 0.654
1.02
He1/Hd (cm)

0.98 He1/Hd Vs
C/Cd
0.94
Linear
0.90 (He1/Hd Vs
0.86 C/Cd)
0.90 0.95 1.00 1.05 1.10
C/Cd (cm)

Gambar 1.10 Grafik Hubungan He1/Hd vs C/Cd (Ambang Lebar)

Grafik He1/Hd Vs C/Cd adalah grafik yang bertujuan untuk

menggambarkan hubungan He1/Hd dengan C/Cd dan membuktikan

bahwa pada saat He1/Hd bernilai 1 maka C/Cd juga akan bernilai 1 yang

berarti He1/Hd dengan C/Cd berhubungan linier y = x dengan intercept


23
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

(0,0) untuk mendapatkan persamaan yang ideal. Berdasarkan grafik di

atas, didapatkan hasil persamaan regresi linier y = 0,9971x , jadi semakin

besar nilai He1/Hd maka C/Cd semakin besar juga nilainya. Hasil

persamaan yang didapat cukup ideal yaitu mendekati persamaan y = x

dengan nilai yaitu slope mendekati 1. Perbedaan persamaan dengan

kondisi ideal dapat dipengaruhi oleh pembacaan manometer atau

pengukuran tinggi muka air di hulu yang kurang akurat, sehingga

memengaruhi besarnya tinggi muka air di atas ambang dan koefisien

pengaliran. Nilai He1/Hd adalah 1,0034 untuk nilai C/Cd sama dengan 1.

1.10 KESIMPULAN

Percobaan aliran ambang lebar dilakukan untuk mengetahui fenomena

aliran yang terjadi dan hal yang mempengaruhi fenomena tersebut. Berdasarkan

percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Karakteristik aliran air yang melewati ambang lebar terbagi menjadi tiga

keadaan yaitu keadaan loncat, keadaan peralihan dan keadaan tenggelam.

Pembagian karakteristik aliran tersebut berdasarkan pengaruh perbedaan

tinggi muka air di hulu dan di hilir.

2. Perbedaan tinggi muka air di hulu dan di hilir berpengaruh pada

karakteristik aliran yang terjadi. Tinggi muka air di hulu pada keadaan

loncat tidak mengalami perubahan karena belum dipengaruhi tinggi

muka air di hilir. Tinggi muka air di hulu pada keadaan peralihan mulai

berubah dipengaruhi tinggi muka air di hilir. Keadaan tinggi muka air di
24
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma
Laporan Praktikum Hidrolika

hulu pada keadaan tenggelam semakin tinggi dengan pengaruh tinggi

muka air yang terus bertambah tinggi. Tinggi muka air di hulu dengan di

hilir untuk setiap debit yang berbeda terus mengalami kenaikan dari

keadaan loncat, keadaan peralihan hingga keadaan tenggelam.

3. Hubungan debit air yang melimpah di atas ambang dengan tinggi muka

air di atas ambang sebagaimana telah digambarkan pada grafik He1 vs Q

adalah berbanding lurus. Hal tersebut berarti semakin besar debit air

maka semakin besar tinggi muka air di hulu sehingga tinggi muka air di

atas ambang juga semakin besar.

25
Kelompok 2 Jurusan Teknik Sipil
Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai