Anda di halaman 1dari 4

Aku Hampir Mati Karena Antibiotik (Part 2)

Kamu semua pasti sering mendengar kata antibiotik kan? Bahkan mungkin pernah
sekali atau dua kali meminumnya ketika sakit dan berobat ke dokter. Biasanya,
apapun penyakitnya, dalam resep obat pasti ada yang namanya antibiotik. Bagiku,
antibiotik sudah seperti makanan sehari-hari (geram), sejak bayi, ketika pertama
sekali aku sakit ketika baru berusia 5 bulan sudah diberi antibiotik. Pengalaman dan
pengetahuan orang tua yang terbatasi tentang hal-hal medis menyebabkan orang tuaku
terutama ayah, sangat percaya pada dokter. Ketika aku sakit, beliau langsung
membawaku ke dokter dan begitu seterusnya, hingga aku terbiasa bahkan mulai
ketergantungan dengan obat-obatan medis. Dokter sering kali mengatakan
antibiotiknya dihabiskan ya pak, bu?. Orang tua ku patuh dan membuat aku
menenggak habis semua obat-obatan itu meski sebenarnya aku tidak lagi
membutuhkannya. Akibat terlalu banyak menkonsumsi antibiotik terutama yang dosis
tinggi, aku terus terusan sakit, orang tua ku bolak balik membawaku ke dokter.
Hingga dewasa, aku nyaris kehilangan semua imunitas (sistem kekebalan tubuh) ku
karena di babat habis oleh ganasnya obat-obatan itu. Semakin besar, aku semakin
gampang sakit. Sepertinya nyawaku bergantung pada dokter, obat dan antibiotik.
Rasanya tak hidup kalau tanpa sakit dalam seminggu. Sangat memprihatinkan
memang. Aku malu, tertekan dan murung. Terus-terus menyesali kesalahan orang
tuaku di masa kecilku. Menyalahkan dokter-dokter itu karena telah menjadikan aku
kelinci percobaannya. Ya Allah, apa salahku, setelah aku besar malah aku yang terus
menerus di tuntut dan disalahkan karena bodoh nya melawan penyakitku.

Yahhh, apa mau dikata. Semua sudah terjadi. Tinggal aku yang harus pintar-pintar
untuk ektra super duper mega giga menjaga kesehatanku supaya gak jadi langganan
dokter dan rumah sakit lagi..

Yuk, simak dikit, sharing ilmu tentang antibiotik..

Penggunaan atau pemberian antibiotik sebenarnya tidak membuat kondisi tubuh


semakin baik, malah dapat merusak sistem kekebalan tubuh karena imunitas anak
bisa menurun akibat pemakaiannya. Alhasil, beberapa waktu kemudian anak mudah
jatuh sakit kembali.

Jika pemberian antibiotik dilakukan berulang-ulang, ujung-ujungnya anak jadi mudah


sakit bahkan hingga ia dewasa dan harus bolak-balik ke dokter gara-gara penggunaan
antibiotik yang tak rasional.

Masyarakat yang awam akan ilmu medis dan kesehatan justru percaya bahwa
antibiotik adalah sejenis obat yang dapat menyembuhkan anak dari penyakit,
menambah kekebalan tubuh dan membunuh bakteri penyebab penyakit. Sebenarnya
itu adalah anggapan yang sangat salah. Menurut salah satu dokter, kenyataannya,
masyarakat boros dalam menggunakan antibiotik sehingga bisa menimbulkan
dampak buruk antara lain sakit berkepanjangan, biaya yang lebih tinggi, penggunaan
obat yang lebih toksik, dan waktu sakit yang lebih lama.

Aku adalah salah satu korban penggunaan antibiotik yang tidak rasional. Penyakit ku
semakin hari semakin bertambah dan sudah mengalami komplikasi. Ada beragam
efek yang mengancam bila anak mengonsumsi antibiotik secara irasional, di
antaranya kerusakan gigi, demam, diare, muntah, mual, mulas, ruam kulit, gangguan
saluran cerna, pembengkakan bibir maupun kelopak mata, hingga gangguan napas.
Bahkan, berbagai penelitian menunjukkan, pemberian antibiotik pada usia dini
berisiko menimbulkan alergi di kemudian hari.

Keterangan di atas semuanya benar dan telah terjadi padaku. Mengenaskan kalau aku
ingat-ingat semua perjuanganku melawan sakit yang tak ada habisnya ini. Sejak usia 5
bulan, aku telah mengkonsumsi antibiotik untuk penyakit demam, benar-benar usia
yang sangat dini.

Efek fatal yang saat ini aku derita adalah gangguan saluran cerna yang menyebabkan
aku sering diare, demam dan susah buang air besar jika tidak dipancing dengan obat
pencahar perut. Selain faktor keturunan, antibiotik yang jumlahnya sudah membludak
di tubuhku juga menyebabkan aku menderita penyakit pneumonia, yaitu penyakit
gangguan sistem pernapasan.

Pernahkan anda merasa gatal-gatal, timbul ruam-ruam merah di sekujur tubuh,


mengalami bengkak di bibir/kelopak mata atau sesak napas setelah meminum obat
(terutama antibiotik)? Kalau begitu anda harus hati-hati! Bisa jadi anda mengalami
alergi terhadap obat tersebut. Mulai sekarang harap diperhatikan, jika tidak ingin
mengalami efek alergi seperti yang aku alami.

Dari kecil aku selalu diberikan dokter antibiotik jenis Cipro atau lebih tepatnya
Ciprofloxacin. Dari awal pemakaian tak ada hal aneh yang terjadi padaku. Aku baru
mengetahui alergi pada antibiotik jenis Cipro ini ketika aku berusia 18 tahun. Ya,
sesuai keterangan sebelumnya, pemeberian antibiotik pada usia dini beresiko
menyebabkan alergi dikemudian hari. Gejala alergi yang aku derita adalah gejala yang
sangat jarang terjadi, yaitu pembengkakan pada kelopak mata dan pasca operasi usus
buntu beberapa waktu lalu aku mendapat 2 gejala alergi sekaligus yaitu sesak napas
dan pembengkakan kelopak mata. Selama 15 menit aku dibantu oleh tabung oksigen
untuk bernapas dan butuh 3 hari untuk memulihkan pembengkakan pada mataku yang
menyebabkan aku hampir tidak bisa melihat saking bengkaknya. Saat itu juga aku
katakan pada dokter jaga bahwa aku alergi antibiotik ciprofloxacin, tolong hentikan
pemberian obat ini dan segera berikan obat penawar alergi. Benarkah ia dokter
abal-abal, hingga ia tak mengerti apa yang kukatakan. Bagaimana sebenarnya
komunikasi yang terjadi antara dokter itu dengan para perawat dan dokter yang
mengoperasi aku??????

Aku terus saja disuntikkan dan sekitar 23 botol antibiotik ciprofloxacin dimasukkan
ke dalam tubuh lewat selang infus. Benar-benar tragis!!! ini percobaan pembunuhan
hatiku berteriak keras. Aku benar-benar sadar kalau aku tengah dijadikan kelinci
percobaan oleh semua pihak yang ada di rumah sakit itu. Ya, karena itu semua, aku
koma hampir 7 jam lamanya. Janjiku memang belum tiba pada sang Khalik hingga
aku masih diberi kesempatan untuk hidup.

Tak cukup sampai disitu, akibat keracunan dan kelebihan dosis antibiotik yang aku
dapatkan, berdampak juga pada kesehatan ku setelah sempat membaik pasca operasi.
Berat badanku turun drastis hingga aku terlihat seperti penderita anorexia,
muntah-muntah, gangguan SPP seperti letih & lemas berkepanjangan, sakit kepala
yang amat sangat, pucat pasi dan trombosit ku turun hingga mencapai 65%.
Innalillah..

Konsumsi antibiotik jenis cipro dalam jumlah yang sangat banyak juga dapat
menyebabkan kerusakan fungsi ginjal. Itulah sebabnya kenapa para dokter sangat
tegas menyarankan para pengguna antibiotik Cipro untuk banyak-banyak
mengkonsumsi air putih agar pil cipro tidak menumpuk di ginjal. Nauzubillah, Ya
Allah, semoga ginjal ku tidak kenapa-kenapa dikemudian hari.

Si suster yang agak baik ini juga mengatakan kalau sendainya mulutku mengeluarkan
buih seperti orang yang OD, maka sudah dapat dipastikan sekitar jam ketika aku
koma itu adalah jam kematian ku juga. Tapi hamdalah, Allah belum mengijinkan..

Ya, gejala kejang yang aku derita selama beberapa kali hingga koma memang mirip
sekali seperti gejala orang yang sedang Over Dosis (OD), berjam-jam kejang, panas
tinggi hingga step, mulut berbuih dan akhirnya kembali kepada Sang Pencipta.

Ciprofloxacin adalah obat antibiotik. Antibiotik melawan infeksi yang disebabkan


oleh bakteri. Ciprofloxacin mampu melawan banyak jenis bakteri. Obat ini juga
dipakai untuk melawan beberapa infeksi proportunistik pada Odha (Orang yang hidup
dengan HIV/AIDS). Antibiotik cipro membunuh bakteri baik yang diperlukan dalam
pencernaan makanan. Kita dapat makan yoghurt atau suplemen (makan tambahan)
asidofilus untuk mengganti bakteri tersebut. Aku baru Mengetahui ini setelah organ
pencernaan ku telah di obrak abrik oleh tumpukan antibiotic ini.

Teman-teman, mulai sekarang jaga kesehatan sebaik-baiknya. Slogan saya sekarang


adalah Dokter dan Obat-Obatan Medis itu Jalan Terakhir, ketika kita mulai
sakit, tidak ada yang lebih baik selain secepatnya istirahat, tenangkan pikiran, makan
yang bergizi dan berobat yang alami. Kalau tak kunjung ada kurang, coba alternatip
atau pengobatan herbal, kalau tidak efektif juga baru ke dokter. Okeh????

Sumber : mardiyatuladawiyah

Anda mungkin juga menyukai