BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan icon fundamental dalam rangka membenahi kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan, manusia akan memiliki akhlak,
moral, ataupun etika yang baik sehingga tercipta kehidupan yang teratur. Dengan
pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu merekonstruksi pola pikirnya.
Dunia pendidikan saat ini sedang diguncang oleh berbagai perubahan. Perubahan-
perubahan ini merupakan penyesuaian dari kebutuhan masyarakat maupun permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada saat ini. Di Indonesia, permasalahan-permasalahan dalam
pendidikan sangatlah bervariasi. Sebagai contoh tawuran antara SMA 70 Jakarta dengan
SMA 6 Jakarta yang memakan korban meninggal dunia. Hal ini merupakan ketidakberhasilan
dari sebuah proses pendidikan sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan pun sangat sulit
untuk dicapai.
Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah proses pendidikan. Pada
dasarnya guru merupakan pendamping dari peserta didik dalam rangkamengembangkan
potensinya dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Proses
pendidikan/pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila guru tidak mampu
berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu, guru haruslah memiliki sebuah
kemampuan dalam bergaul ataupun berkomunikasi dengan peserta didik. Tidak hanya itu,
guru juga harus dapat berkomunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sosial. Kemampuan inilah yang sering disebut dengan
kompetensi sosial guru.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari kompetensi sosial?
b. Apa saja ruang lingkup kompetensi sosial guru?
c. Apa karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial?
d. Apa saja aspek-aspek kompetensi sosial?
e. Mengapa kompetensi sosial sangat penting dimiliki oleh seorang guru?
f. Bagaimana peran guru di lingkungan masyarakat?
g. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi sosial?
BAB II
PEMBAHASAN
Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru
agar nantinya proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang
guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses
pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang guru harus memiliki kompetensi
sosial yang baik agar dapat memperlancar dalam pencapaian tujuan pendidikan. Seorang
siswa akan merasa nyaman dan segan ketika seorang guru mampu berkomunikasi dengan
baik dengan siswanya.
Seorang guru yang memiliki kompetensi sosial akan diterima baik di lingkungan
masyarakat sekitar. Hal tersebut terjadi karena dengan penguasaan kompetensi sosial bagi
guru, maka ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat, dapat menyesuaikan
diri dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat dimana ia bertugas, serta mampu
mengatasi masalah sosial yang timbul di masyarakat. Seorang guru juga menjadi teladan bagi
masyarakat. Oleh sebab itu kompetensi sosial perlu dimiliki oleh setiap guru agar nantinya ia
mampu beradaptasi dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Apabila guru bisa beradaptasi
dengan baik dan tidak ada pertentangan di dalam masyarakat, maka tujuan pendidikan pun
akan mudah untuk dicapai.
Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi,
berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan
lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran tersebut dilakukan
secara efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga
sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan
ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.
[1] Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter : Strategi Membangun Kompetensi dan
Karakter Guru, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), halaman 124.
[2] Kang Anjum, Kompetensi Sosial Guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com/
2012/03/01/kompetensi-sosial-guru/, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 22.08.
[3] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2007), halaman 173.
[4] Ibid.
[5] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009) hal. 38
[6] Kang Anjum, Kompetensi Sosial Guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com/
2012/03/01/kompetensi-sosial-guru/, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 22.08.
[7] Ibid.
[8] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru..., hal.176
[9] Sudarwan Danim, Pengembangan Ptofesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional
Madani, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 229
[10] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 16
[11] Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal. 62-63
[12] Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional..., hal. 63
[13] Ekal Ghifari, Kompetensi Sosial, http://www.scribd.com/doc/47441892/BAB-2-kompetensi-
sosial, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 19.16.
[14] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2007), halaman 174.
[15] Ibid.,
[16] Ibid, halaman 175..
[17] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
http://afdholhanaf.blogspot.com/2013/09/kompetensi-sosial-guru-oleh-
afdhol_24.html
2. Bersikap Simpatik
Mengingat peserta didik daan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial
ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara
individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan peserta didik dan orang tua
yang dihadapinya sehingga dapat berhubungan dengan mereka secara luwes.
Simpati merupakan sikap yang menunjukkan adanya sambung rasa, ikatan batin, dan kepedulian
pada orang lain. Sikap simpati ditandai dengan adanya empati, perhatian penuh, kepedulian, dan
kesediaan untuk mendengarkan. Setiap anak pada dasarnya suka diperhatikan, karena perhatian
merupakan satu bentuk penghargaan. Penguasaan kelas yang baik menuntut guru mampu bersikap
yang membuat siswa berharga dan diperhatikan.
Sikap simpati dalam penguasaan kelas ditunjukkan dengan menyebut nama siswa dengan penuh
respek, mengarahkan fokus perhatian pada siswa, dan penggunaan ungkapan-ungkapan yang
bernada positif dan menghormati. Ungkapan-ungkapan bernada keras dan intimidasi sama sekali
bertolakbelakang dengan sikap simpatik.
Perlu diketahui bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan seorang guru
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (bermasyarakat) itu diwujudkan oleh guru dalam bentuk
tindakan nyata di masyarakat baik saat ia sedang bertugas maupun saat sedang
tidak bertugas.
Ada beberapa jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh mereka yang
berprofesi sebagai seorang guru. Cece Wijaya dalam Satori (2009) mengemukakan
jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru sebagai berikut.
1. Terampil berkomunikasi dengan siswa dan orang tua siswa
Berkomunikasi bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Bagi guru, kemampuan
berkomunikasi merupakan syarat wajib yang harus dimiliki. Dengan berkomunikasi,
maka akan terjadi pertukaran informasi timbal balik dengan orang tua untuk
kepentingan anaknya. Guru harus menerima dengan lapang dada setiap kritikan
orang tua siswa yang bersifat membangun dan mampu memberi teladan bagi
masyarakat dan para siswa dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
secara baik dan benar.
2. Bersikap Simpatik
Guru harus menyadari bahwa siswa dan orang tuanya berasal dari latar belakang
sosial dan pendidikan yang berbeda. Saat berhadapan dengan mereka, keramahan,
keluwesan, dan perilaku simpatik guru akan menimbulkan rasa kedekatan antara
orang tua dan guru serta siswa tidak merasa takut terhadap gurunya.
5. Memahami lingkungannya
Masyarakat di sekitar sekolah selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu guru harus mengenal, memahami, dan menghayati dunia
sekitar (lingkungan) sekolah paling tidak masyarakat desa dan kecamatan di mana
guru dan sekolah berada. Lingkungan sekitar sekolah mungkin saja merupakan
kawasan industri, pertanian, perdagangan, perkebunan yang memiliki adat istiadat,
kebudayaan, dan kepercayaan yang berbeda. Guru harus mampu menyebarkan dan
ikut merumuskan program pendidikan kepada dan dengan masyarakat sehingga
sekolah bisa berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kebudayaan
di tempat itu.
Itulah beberapa jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru yang pada
intinya merupakan tindakan guru dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat (sosial) pada saat ia melaksanakan perannya sebagai seorang guru.
http://www.gurukelas.com/2012/10/jenis-jenis-kompetensi-sosial-guru.html