Anda di halaman 1dari 9

KOMPETENSI SOSIAL GURU

Oleh : Afdhol Abdul Hanaf

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan icon fundamental dalam rangka membenahi kehidupan
beragama, berbangsa dan bernegara. Dengan pendidikan, manusia akan memiliki akhlak,
moral, ataupun etika yang baik sehingga tercipta kehidupan yang teratur. Dengan
pendidikan yang sesungguhnyalah manusia akan mampu merekonstruksi pola pikirnya.
Dunia pendidikan saat ini sedang diguncang oleh berbagai perubahan. Perubahan-
perubahan ini merupakan penyesuaian dari kebutuhan masyarakat maupun permasalahan-
permasalahan yang terjadi pada saat ini. Di Indonesia, permasalahan-permasalahan dalam
pendidikan sangatlah bervariasi. Sebagai contoh tawuran antara SMA 70 Jakarta dengan
SMA 6 Jakarta yang memakan korban meninggal dunia. Hal ini merupakan ketidakberhasilan
dari sebuah proses pendidikan sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan pun sangat sulit
untuk dicapai.
Guru merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah proses pendidikan. Pada
dasarnya guru merupakan pendamping dari peserta didik dalam rangkamengembangkan
potensinya dan mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Proses
pendidikan/pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik apabila guru tidak mampu
berkomunikasi dengan peserta didik. Oleh karena itu, guru haruslah memiliki sebuah
kemampuan dalam bergaul ataupun berkomunikasi dengan peserta didik. Tidak hanya itu,
guru juga harus dapat berkomunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sosial. Kemampuan inilah yang sering disebut dengan
kompetensi sosial guru.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian dari kompetensi sosial?
b. Apa saja ruang lingkup kompetensi sosial guru?
c. Apa karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial?
d. Apa saja aspek-aspek kompetensi sosial?
e. Mengapa kompetensi sosial sangat penting dimiliki oleh seorang guru?
f. Bagaimana peran guru di lingkungan masyarakat?
g. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi sosial?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kompetensi Sosial


Menurut Buchari Alma (2008:142), kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah maupun di luar
lingkungan sekolah[1]. Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasi dengan
orang tua peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan
adanya komunikasi dua arah, peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan dapat
mengembangkan karakternya secara lebih efektif pula. Suharsimi juga memberikan
argumennya mengenai kompetensi sosial. Menurut beliau, kompetensi sosial haruslah
dimiliki seorang guru, yang mana guru harus memiliki kemampuan dalam berkomunikasi
dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, dan masyarakat sekitarnya.[2]
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar[3]. Hal
tersebut diuraikan lebih lanjut dalam RPP tentang guru, bahwa kompetensi sosial merupakan
kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-kurangnya memiliki
kompetensi untuk[4] :
1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, dan isyarat.
2. Menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi secara fungsional.
3. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan
orang tua/wali peserta didik.
4. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial menurut Slamet yang dikutip oleh Syaiful Sagala dalam bukunya
kemampuan Profesional Guru dan tenaga Kependidikan terdiri dari sub kompetensi yaitu :
1. Memahami dan menghargai perbedaan serta memiliki kemampuan mengelola konflik dan
benturan.
2. Melaksanakan kerja sama secara harmonis.
3. Membangun kerja team (team work) yang kompak, cerdas, dinamis dan lincah
4. Melaksanakan komunikasi secara efektif dan menyenangkan.
5. Memiliki kemampuan memahami dan menginternalisasikan perubahan lingkungan yang
berpengaruh terhadap tugasnya.
6. Memiliki kemampuan menundukkan dirinya dalam system nilai yang berlaku di masyarakat.
7. Melaksanakan prinsip tata kelola yang baik.[5]
Berdasarkan beberapa pengertian kompetensi sosial di atas, dapat disimpulkan bahwa
kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang guru dalam
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses pembelajaran serta
masyarakat sekitar.
B. Ruang Lingkup Kompetensi Sosial Guru
Berkaitan dengan ruang lingkup kompetensi sosial guru, Sanusi (1991)
mengungkapkan bahwa kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri
kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai
guru. Menurut Permendiknas No. 16 tahun 2007 terdapat 5 kompetensi sosial yang harus
dimiliki oleh guru yang diuraikan secara perinci sebagai berikut:
1. Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.
2. Bersikap simpatik.
3. Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah.
4. Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan.
5. Memahami dunia sekitarnya (lingkungannya).
C. Karakteristik Guru yang Memiliki Kompetensi Sosial
Menurut Musaheri, ada dua karakteristik guru yang memiliki kompetensi sosial, yaitu[6]:
1. Berkomunikasi secara santun
Les Giblin menawarkan lima cara terampil dalam melakukan komunikasi dengan santun,
yaitu[7]:
a. Ketahuilah apa yang ingin anda katakan
b. Katakanlah dan duduklah
c. Pandanglah pendengar
d. Bicarakan apa yang menarik minat pendengar
e. Janganlah membuat sebuah pidato.
2. Bergaul secara efektif
Bergaul secara efektif mencakup mengembangkan hubungan secara efektif dengan siswa.
Dalam bergaul dengan siswa, haruslah menggunakan prinsip saling menghormati, mengasah,
mengasuh dan mengasihi.
Ada 7 kompetensi sosial yang harus dimiliki agar guru dapat berkomunikasi dan bergaul
secara efektif, baik disekolah maupun dimasyarakat, yakni: [8]
1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama.
2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi.
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi.
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika.
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran sosial.
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan.
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru berkaitan dengan
kompetensi sosial dalam berkomunikasi dengan orang lain, antara lain:
1. Bekerja sama dengan teman sejawat
Jagalah hubungan baik dengan sejawat, buahnya adalah kebahagiaan.[9]Guru-guru
harus berinteraksi dengan sejawat[10]. Mereka harus dapat bekerja sama dan saling menukar
pengalaman. Dalam bekerjasama, akan tumbuh semangat dan gairah kerja yang tinggi.[11]
Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Ini berarti bahwa: (1) guru hendaknya
menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2)
guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan
sosial didalam dan diluar lingkungan kerjanya.
2. Bekerjasama dengan kepala sekolah
Kepala sekolah merupakan unsur pembina guru yang paling strategis dalam jabaran
tugas di lingkungan pendidikan formal. Menurut Smith, mereka harus mampu menciptakan
sistem kerja yang harmonis, menampakkan suatu tim kerja yang mampu mendorong guru
bekerja lebih efektif.
3. Bekerja sama dengan siswa
Guru bertugas menciptakan iklim belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat
belajar dengan nyaman dan gembira. Kreatifitas siswa dapat dikembangkan apabila guru
tidak mendominasi proses komunikasi belajar, tetapi guru lebih banyak mengajar, memberi
inspirasi agar mereka dapat mengembangkan kreatifitas melalui berbagai kegiatan belajar
sehingga siswa memperoleh berbagai pengalaman belajar Hal itu dapat memberi kesegaran
psikologis dalam menerima informasi. Disinilah terjadi proses individualisasi dan proses
sosialisasi dalam mendidik.[12]
Adapun hal-hal yang menentukan keberhasilan komunikasi dalam kompetensi sosial
seorang guru adalah:
1. Audience atau sasaran komunikasi, yakni dalam berkomunikasi hendaknya memperhatikan
siapa sasarannya sehingga sang komunikator bisa menyesuaikan gaya dan irama
komunikasi menurut karakteristik sasaran. Berkomunikasi dengan siswa SD tentu berbeda
dengan siswa SMA
2. Behaviour atau perilaku, yakni perilaku apa yang diharapkan dari sasaran setelah
berlangsung dan selesainya komunikasi. Misalnya seorang guru sejarah sebagai komunikator
ketika sedang berlangsung dan setelah selesai menjelaskan Peristiwa Pangeran Diponegoro,
perilaku siswa apa yang diharapkan. Apakah siswa menjadi sedih dan menangis merenungi
nasib bangsanya, atau siswa mengepalkan tangan seolah-olah akan menerjang penjajah
Belanda. Hal ini sangat berkait dengan keberhasilan komunikasi guru sejarah tersebut.
3. Condition atau kondisi, yakni dalam kondisi yang seperti apa ketika komunikasi sedang
berlangsung. Misalnya ketika guru Matematika mau menjelaskan rumus-rumus yang sulit
harus. Seorang guru harus mengetahui kondisi siswa tersebut, apakah sedang gembira atau
sedang sedih, atau sedang kantuk karena semalam ada acara. Dengan memahami
kondisi seperti ini maka guru dapat menentukan strategi apa yang ia gunakan agar nantinya
apa yang diajarkan bisa diterima oleh siswa.
4. Degree atau tingkatan, yakni sampai tingkatan manakah target bahan komunikasi yang harus
dikuasai oleh sasaran itu sendiri. Misalnya saja ketika seorang guru Bahasa Inggris
menjelaskan kata kerja menurut satuan waktunya, past tense, present tense dan future tense,
berapa jumlah minimal kata kerja yang harus dihafal oleh siswa pada hari itu. Jumlah
minimal kata kerja yang dikuasai oleh siswa dapat dijadikan sebagai alat ukur keberhasilan
guru Bahasa Inggristersebut., Apabila tercapai berarti ia berhasil, sebaliknya apabila tidak
tercapai berarti ia gagal.
D. Aspek-Aspek Kompetensi Sosial
Gullotta dkk (1990) mengemukakan beberapa aspek kompetensi sosial, yaitu[13]:
1. Kapasitas kognitif, merupakan hal yang mendasari keterampilan sosial dalam menjalin dan
menjaga hubungan interpersonal positif. Kapasitas kognitif meliputi harga diri yang positif,
kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang sosial, dan keterampilan memecahkan
masalah interpersonal.
2. Keseimbangan antara kebutuhan bersosialisasi dan kebutuhan privasi. Kebutuhan sosialisasi
merupakan kebutuhan individu untuk terlibat dalam sebuah kelompok dan menjalin
hubungan dengan orang lain. Sedangkan kebutuhan privasi adalah keinginan untuk menjadi
individu yang unik, berbeda, dan bebas melakukan tindakan tanpa pengaruh orang lain.
3. Keterampilan sosial dengan teman sebaya, merupakan kecakapan individu dalam menjalin
hubungan dengan teman sebaya sehingga tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan
diri dengan kelompok dan dapat terlibat dalam kegiatan kelompok.
E. Pentingnya Kompetensi Sosial
Dalam menjalani kehidupan, guru menjadi seorang tokoh dan panutan bagi peserta
didik dan lingkungan sekitarnya. Abduhzen mengungkapkan bahwa Imam Al-Ghazali
menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat
pekerjaan masyarakat. Guru mengemban dua misi sekaligus, yaitu tugas keagamaan dan
tugas sosiopolitik. Yang dimaksud dengan tugas keagamaan menurut Al-Ghazali adalah
tugas guru ketika ia melakukan kebaikan dengan menyampaikan ilmu pengetahuan kepada
manusia guru merupakan makhluk termulia di muka bumi. Sedangkan yang dimaksud dengan
tugas sosiopolitik adalah bahwa guru membangun, memimpin, dan menjadi teladan yang
menegakkan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan masyarakat.[14]
Sebagai individu yang berkecimpung dalam pendidikan, guru harus memiliki
kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik. Tuntutan akan kepribadian sebagai
pendidik kadang-kadang dirasakan lebih berat dibanding profesi lainnya. Ungkapan yang
sering digunakan adalah bahwa guru bisa digugu dan ditiru. Digugu maksudnya bahwa
pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola hidupnya
bisa ditiru atau diteladani. Untuk itu, guru haruslah mengenal nilai-nilai yang dianut dan
berkembang di masyarakat tempat melaksanakan tugas dan bertempat tinggal. Apabila ada
nilai yang bertentangan dengan nilai yang dianutnya, maka haruslah ia menyikapinya dengan
hal yang tepat sehingga tidak terjadi benturan nilai antara guru dengan masyarakat. Apabila
terjadi benturan antara keduanya maka akan berakibat pada terganggunya proses pendidikan.
Oleh karena itu, seorang guru haruslah memiliki kompetensi sosial agar nantinya apabila
terjadi perbedaan nilai dengan masyarakat, ia dapat menyelesaikannya dengan baik sehingga
tidak menghambat proses pendidikan.[15]
F. Peran Guru di Masyarakat
Guru merupakan kunci penting dalam menjalin hubungan antara sekolah dengan
masyarakat. Oleh karena itu, ia harus memiliki kompetensi untuk melakukan beberapa hal
sebagai berikut:[16]
1. Membantu sekolah dalam melaksanakan tekhnik-tekhnik hubungan sekolah dan masyarakat.
2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam masyarakat karena pada dasarnya guru adalah tokoh
milik masyarakat.
3. Guru merupakan teladan bagi masyarakat sehingga ia harus melaksanakan kode etiknya.
Adapun peran guru di masyarakat dalam kaitannya dengan kompetensi sosial dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Guru sebagai Petugas Kemasyarakatan
Guru memegang peranan sebagai wakil masyarakat yang representatif sehingga jabatan guru
sekaligus merupakan jabatan kemasyarakatan. Guru bertugas membina masyarakat agar
mereka dapat berpartisipasi dalam pembangunan.
2. Guru sebagai Teladan di Masyarakat
Dalam kedudukan ini, guru tidak lagi dipandang sebagai pengajar di kelas, akan tetapi
diharapkan pula tampil sebagai pendidik di masyarakat yang seyogyanya memberikan teladan
yang baik kepada masyarakat.
3. Guru Memiliki Tanggungjawab Sosial
Peranan guru di sekolah tidak lagi terbatas untuk memberikan pembelajaran, akan tetapi
harus memikul tanggungjawab yang lebih besar, yakni bekerjasama dengan pengelola
pendidikan lainnya di dalam lingkungan masyarakat. Untuk itu, guru harus lebih banyak
melibatkan diri dalam kegiatan di luar sekolah.
G. Cara Mengembangkan Kompetensi Sosial Guru
Kemasan pengembangan kompetensi sosial untuk guru, calon guru (mahasiswa
keguruan), dan siswa tentu berbeda. Kemasan itu harus memperhatikan karakteristik masing-
masing, baik yang berkaitan dengan aspek psikologis maupun sistem yang mendukungnya.
Untuk mengembangkan kompetensi sosial seorang pendidik, kita perlu tahu target atau
dimensi-dimensi kompetensi ini. Beberapa dimensi ini, misalnya, dapat kita saring dari
konsep life skills. Dari 35 life skills atau kecerdasan hidup itu, ada 15 yang dapat dimasukkan
ke dalam dimensi kompetensi sosial, yaitu:[17]
1. Kerja tim 9. Berempati
2. Melihat peluang 10. Kepedulian kepada sesama
3. Peran dalam kegiatan kelompok 11. toleransi
4. Tanggung jawab sebagai warga 12. Solusi konflik
5. Kepemimpinan 13. Menerima perbedaan
6. Relawan sosial 14. Kerjasama
7. Kedewasaan dalam berelasi 15. komunikasi
8. Berbagi
Kelimabelas kecerdasan hidup ini dapat dijadikan sebagai pengembangan kompetensi
sosial bagi para pendidik dan calon pendidik. Topik-topik ini dapat dikembangkan menjadi
materi ajar yang dikaitkan dengan kasus-kasus yang aktual dan relevan atau kontekstual
dengan kehidupan masyarakat kita. Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan
sekolah antara lain: diskusi, berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung
ke masyarakat dan lingkungan sosial yang beragam.
BAB III
KESIMPULAN

Kompetensi guru merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru
agar nantinya proses pendidikan dapat berjalan dengan efektif dan dapat mencapai tujuan
pendidikan yang diharapkan. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial guru adalah kemampuan dan kecakapan seorang
guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif pada pelaksanaan proses
pembelajaran. Berdasarkan pengertian tersebut, seorang guru harus memiliki kompetensi
sosial yang baik agar dapat memperlancar dalam pencapaian tujuan pendidikan. Seorang
siswa akan merasa nyaman dan segan ketika seorang guru mampu berkomunikasi dengan
baik dengan siswanya.
Seorang guru yang memiliki kompetensi sosial akan diterima baik di lingkungan
masyarakat sekitar. Hal tersebut terjadi karena dengan penguasaan kompetensi sosial bagi
guru, maka ia mampu berkomunikasi dengan baik dengan masyarakat, dapat menyesuaikan
diri dengan nilai-nilai yang menjadi pegangan masyarakat dimana ia bertugas, serta mampu
mengatasi masalah sosial yang timbul di masyarakat. Seorang guru juga menjadi teladan bagi
masyarakat. Oleh sebab itu kompetensi sosial perlu dimiliki oleh setiap guru agar nantinya ia
mampu beradaptasi dan diterima oleh masyarakat dengan baik. Apabila guru bisa beradaptasi
dengan baik dan tidak ada pertentangan di dalam masyarakat, maka tujuan pendidikan pun
akan mudah untuk dicapai.
Cara mengembangkan kecerdasan sosial di lingkungan sekolah antara lain: diskusi,
berani menghadapi masalah, bermain peran, kunjungan langsung ke masyarakat dan
lingkungan sosial yang beragam. Jika kegiatan dan metode pembelajaran tersebut dilakukan
secara efektif maka akan dapat mengembangkan kecerdasan sosial bagi seluruh warga
sekolah, sehingga mereka menjadi warga yang peduli terhadap kondisi sosial masyarakat dan
ikut memecahkan berbagai permasalahan sosial yang dihadapi oleh masyarakat.

[1] Agus Wibowo dan Hamrin, Menjadi Guru Berkarakter : Strategi Membangun Kompetensi dan
Karakter Guru, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2012), halaman 124.
[2] Kang Anjum, Kompetensi Sosial Guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com/
2012/03/01/kompetensi-sosial-guru/, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 22.08.
[3] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2007), halaman 173.
[4] Ibid.
[5] Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009) hal. 38
[6] Kang Anjum, Kompetensi Sosial Guru, https://ahmadmuhli.wordpress.com/
2012/03/01/kompetensi-sosial-guru/, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 22.08.
[7] Ibid.
[8] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru..., hal.176
[9] Sudarwan Danim, Pengembangan Ptofesi Guru: Dari Pra-Jabatan, Induksi, ke Profesional
Madani, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 229
[10] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hal. 16
[11] Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional, (Yogyakarta: Andi Offset, 1994), hal. 62-63
[12] Piet A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional..., hal. 63
[13] Ekal Ghifari, Kompetensi Sosial, http://www.scribd.com/doc/47441892/BAB-2-kompetensi-
sosial, diakses pada tanggal 29 Oktober 2012 pukul 19.16.
[14] E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2007), halaman 174.
[15] Ibid.,
[16] Ibid, halaman 175..
[17] Kompetensi Sosial Guru dalam www.gamadidaktika.com
http://afdholhanaf.blogspot.com/2013/09/kompetensi-sosial-guru-oleh-
afdhol_24.html

RUANG LINGKUP KOMPETENSI SOSIAL GURU


1. Terampil Berkomunikasi dengan Peserta Didik dan Orang Tua Peserta Didik
Keterampilan berkomunikasi dengan orang tua peserta didik, baik melalui bahasa lisan
maupun tertulis, sangan diperlukan oleh guru. Penggunaan bahasa lisan dan tulisan yang baik
dan benar diperlukan agar orang tua peserta didik dapat memahami bahan yang disampaikan
oleh guru, dan lebih dari itu agar guru dapat menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat
dalam menggunakan bahasa secara baik dan benar.

2. Bersikap Simpatik
Mengingat peserta didik daan orang tuanya berasal dari latar belakang pendidikan dan sosial
ekonomi keluarga yang berbeda, guru dituntut untuk mampu menghadapinya secara
individual dan ramah. Ia diharapkan dapat menghayati perasaan peserta didik dan orang tua
yang dihadapinya sehingga dapat berhubungan dengan mereka secara luwes.

3. Dapat Bekerja Sama dengan Dewan Pendidikan/Komite Sekolah


Guru harus dapat menampilkan dirinya sedemikian rupa, sehingga kehadirannya diterima
masyarakat. Dengan cara demikian, dia akan mampu bekerja sama dengan Dewan
Pendidikan/Komite Sekolah baik di dalam maupun di luar kelas.

4. Pandai Bergaul dengan Kawan Sekerja dan Mitra Pendidikan


Guru diharapkan dapat menjadi tempat mengadu oleh sesama kawan sekerja dan orang tua
peserta didik, dapat diajak berbicara mengenai berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain
atau orang tus berkenaan dengan anaknya, baik di bidang akademis ataupun sosial.

5. Memahami Dunia Sekitarnya (Lingkungan)


Sekolah ada dan hidup dalam suatu masyarakat. Masyarakat yang ada di sekitar sekolah
selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di sekolah karena itu guru wajib mengenal
dan menghayati dunia sekitar sekolah minimal masyarakat kelurahan/desa dan kecamatan di
mana sekolah dan guru berada.
http://widianofendri.blogspot.com/2015/04/kompetensi-sosial-guru.html
http://eprints.walisongo.ac.id/1586/6/083111023_Bab2.pdf

Simpati merupakan sikap yang menunjukkan adanya sambung rasa, ikatan batin, dan kepedulian
pada orang lain. Sikap simpati ditandai dengan adanya empati, perhatian penuh, kepedulian, dan
kesediaan untuk mendengarkan. Setiap anak pada dasarnya suka diperhatikan, karena perhatian
merupakan satu bentuk penghargaan. Penguasaan kelas yang baik menuntut guru mampu bersikap
yang membuat siswa berharga dan diperhatikan.
Sikap simpati dalam penguasaan kelas ditunjukkan dengan menyebut nama siswa dengan penuh
respek, mengarahkan fokus perhatian pada siswa, dan penggunaan ungkapan-ungkapan yang
bernada positif dan menghormati. Ungkapan-ungkapan bernada keras dan intimidasi sama sekali
bertolakbelakang dengan sikap simpatik.

Perlu diketahui bahwa kompetensi sosial guru merupakan kemampuan seorang guru
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kemampuan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (bermasyarakat) itu diwujudkan oleh guru dalam bentuk
tindakan nyata di masyarakat baik saat ia sedang bertugas maupun saat sedang
tidak bertugas.

Ada beberapa jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh mereka yang
berprofesi sebagai seorang guru. Cece Wijaya dalam Satori (2009) mengemukakan
jenis-jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki guru sebagai berikut.
1. Terampil berkomunikasi dengan siswa dan orang tua siswa
Berkomunikasi bisa dilakukan secara lisan maupun tulisan. Bagi guru, kemampuan
berkomunikasi merupakan syarat wajib yang harus dimiliki. Dengan berkomunikasi,
maka akan terjadi pertukaran informasi timbal balik dengan orang tua untuk
kepentingan anaknya. Guru harus menerima dengan lapang dada setiap kritikan
orang tua siswa yang bersifat membangun dan mampu memberi teladan bagi
masyarakat dan para siswa dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
secara baik dan benar.
2. Bersikap Simpatik
Guru harus menyadari bahwa siswa dan orang tuanya berasal dari latar belakang
sosial dan pendidikan yang berbeda. Saat berhadapan dengan mereka, keramahan,
keluwesan, dan perilaku simpatik guru akan menimbulkan rasa kedekatan antara
orang tua dan guru serta siswa tidak merasa takut terhadap gurunya.

3. Dapat bekerja sama dengan komite sekolah


Dengan berperan sedemikian rupa, maka guru akan diterima di masyarakat. Dengan
demikian guru akan mudah dan mampu bekerja sama dengan komite sekolah baik
di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini guru dituntut untuk memiliki kemampuan
dalam memahami aturan-aturan psikologi yang melandasi perilaku manusia,
terutama yang berkaitan dengan hubungan sosial masyarakat.

4. Pandai bergaul dengan rekan sejawat dan mitra pendidikan


Guru diharapkan bisa menjadi tempat mengadu dan berbagi oleh sesama rekan
sejawat dan orang tua siswa. Guru juga bersedia untuk diajak diskusi tentang
berbagai kesulitan yang dihadapi guru lain atau orang tua siswa berkenaan dengan
anaknya baik di bidang akademis maupun sosial.

5. Memahami lingkungannya
Masyarakat di sekitar sekolah selalu mempengaruhi perkembangan pendidikan di
sekolah. Oleh karena itu guru harus mengenal, memahami, dan menghayati dunia
sekitar (lingkungan) sekolah paling tidak masyarakat desa dan kecamatan di mana
guru dan sekolah berada. Lingkungan sekitar sekolah mungkin saja merupakan
kawasan industri, pertanian, perdagangan, perkebunan yang memiliki adat istiadat,
kebudayaan, dan kepercayaan yang berbeda. Guru harus mampu menyebarkan dan
ikut merumuskan program pendidikan kepada dan dengan masyarakat sehingga
sekolah bisa berfungsi sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kebudayaan
di tempat itu.

Itulah beberapa jenis kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh guru yang pada
intinya merupakan tindakan guru dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan
masyarakat (sosial) pada saat ia melaksanakan perannya sebagai seorang guru.

http://www.gurukelas.com/2012/10/jenis-jenis-kompetensi-sosial-guru.html

Anda mungkin juga menyukai