tingkah laku manusia dikendalikan ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavior dengan slimulasi, teori belajar dari psikologi kognitif yang
beranggapan bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi, jadi kaum kognitif
berpandangan tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada pemahaman (insight) terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi, teori telajar dari psikologi humanistik
menekankan pada bagaimana individu dipengaruhi dan dibimbing pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri atau dengan kata lain pandangan
ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut perilaku( behaver). Bukan dari
pengamat (observer).
Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan
simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang
ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa
tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya.
Jerome Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit
katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang
menyebabkan ia harus pindah ke rumah familinya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-
pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University
Durham, New York City ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D
dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard
University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la menghabiskan waktunya di
New York University School of Law dan New School For Social Research di New York
City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori
behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner
menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai
psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon
F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk
International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika.
Bruner juga seorang penulis produktif. Dantara karya tulisnya antara lain:
Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan
dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan
memainkan peranan penting dalam Structur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu,
beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian
banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai
manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi
baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu,
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-
model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada
kegunaan bagi orang itu.
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Tidak seperti model berajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang
sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting
baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan
informasi secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari belajar. Oleh karena itu Bruner
memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang
diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu
untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.
Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard University.
Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar sebagaimana yang
dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada manusia pengolah aktif terhadap
informasi yang diterimanya untuk memperoleh Pemahaman.
Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak
harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid
mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan
discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan
dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari berajar.
Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:
1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman
baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang berfungsi
sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan
kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan
baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap ke dua
benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-mana
pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
1.
Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena
dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-
fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.
Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan
seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.
Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi,
teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan
kesimpulan yang benar atau tidak.
Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah
bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan
penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan
lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam
diri orang itu sendiri.
1.
Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang
atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut
cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan
mengubah bentuk lain.
Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan
kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga
cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara
ikonik dan cara simbolik.
Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini
seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon
motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.
Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak menyatakan konsep kesegitigaan.
Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh
kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-
objek, memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.
Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak
kecil hanya dapat bertindak berdasarkan prinsip-prinsip timbangan dan menunjukkan hal
itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia
harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. Bayangan timbangan itu dapat diperinci
seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan
dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara
matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.
Belajar Penemuan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang
dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya
belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.
Diantaranya adalah:
Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses
pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning). c.
Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada
hubungan dan strategi.
Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku
yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para
peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.
Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada
apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif
peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan
intelektual, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai
anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan
melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
1. Pembelajaran penemuan
2. Pembelajaran melalui metode induktif
3. Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep
4. Membantu siswa melihat hubungan antar konsep
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
6. Melibatkan siswa
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
8. Menggunakan alat bantu mengajar
9. Pembelajaran melalui kajian luar
Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu tentang discovery,
yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini
banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
kurikulum spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk
memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,
dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara
terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga
siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.
Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-
konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep
yang lama melalui pembelajaran penemuan
Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa, ditinjau
dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam dunia pendidikan.
We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a
student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take
part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct.
Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-
perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir
secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan.
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.
2. Peranan Guru
Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil
belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
3. Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Bruner
Dasamping itu ada beberapa saran-saran tambahan yang berdasarkan pendekatan discovery
learning terhadap pengajaran.
Dalam setiap teori pastilah ada keistimeaan dan kelemahan. Begitu juga halnya dengan teori
discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan discovery
learning itu, antara lain:
& Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk
melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban.
& Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan
mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya
menyerap secara sederhana saja
Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem
yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis murid
didominasi hanya menerima dari guru
Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya
Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan
yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas
coba-coba.
Kesimpulan
Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya Bruner mengemukakan empat tema,
yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi
tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi baru, transformasi ilmu pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang
disebutnya sebagai konseptualisme instrumental didasarkan pada dua prinsip, yaitu;
pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model menganai kenyataan yang
dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan
kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif, ekonik, dan cara
simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan
(discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan
kemampuan dan berfikir secara bebas, dan memilih keterampilan-keterampilan kognitif untuk
menemukan dan memecahkan masalah.
Saran-saran
Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang variatif dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Diantaranya dengan menggunakan teori belajar kognitif Bruner dengan
pendekatan discovery learning.