Anda di halaman 1dari 10

gnitif dan teori humanistik) yaitu: teori belajar dari psikologi behavioristik, yang berpendapat

tingkah laku manusia dikendalikan ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement) dari
lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavior dengan slimulasi, teori belajar dari psikologi kognitif yang
beranggapan bahwa tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, tindakan
mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi, jadi kaum kognitif
berpandangan tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada pemahaman (insight) terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi, teori telajar dari psikologi humanistik
menekankan pada bagaimana individu dipengaruhi dan dibimbing pribadi yang mereka
hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri atau dengan kata lain pandangan
ini berusaha untuk memahami prilaku seseorang dari sudut perilaku( behaver). Bukan dari
pengamat (observer).

Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan
simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang
ada di dalam lingkungannya dapat menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa
tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya.

A. Riwayat Singkat Jerome Bruner

Jerome Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit
katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang
menyebabkan ia harus pindah ke rumah familinya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-
pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University
Durham, New York City ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D
dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard
University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la menghabiskan waktunya di
New York University School of Law dan New School For Social Research di New York
City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori
behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner
menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai
psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon
F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk
International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika.
Bruner juga seorang penulis produktif. Dantara karya tulisnya antara lain:

1. Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)


2. The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
3. The Process of Education (Harvard University press. 1960)
4. Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
5. Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
6. Childs Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
7. Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan
dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan
memainkan peranan penting dalam Structur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu,
beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
Jerome Bruner adalah seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif. Pendekatannya tentang psikologi adalah eklektik. Penelitiannya yang demikian
banyak itu meliputi persepsi manusia, motivasi, belajar dan berfikir. Dalam mempelajarai
manusia, ia menganggap manusia sebagai pemroses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner
menganggap, bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif, yaitu memperoleh informasi
baru, transformasi pengetahuan, dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.
Pandangan terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental itu,
didasarkan pada dua prinsip, yaitu pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-
model mengenai kenyataan yang dibangunnya, dan model-model itu diadaptasikan pada
kegunaan bagi orang itu.

Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori belajar kognitif lebih
mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Para penganut aliran kognitif
mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon.
Tidak seperti model berajar behavioristik yang mempelajari proses belajar hanya sebagai
hubungan stimulus-respon, model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang
sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah
laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang
berhubungan dengan tujuan belajarnya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan
pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.

Teori kognitif berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan aspek-aspek kejiwaan lainnya.
Belajar merupakan aktifitas yang melibatkan proses berfikir yang sangat kompleks. Proses
belajar terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Bruner ternyata tidak mengambangkan suatu teori belajar yang sistematis. Yang penting
baginya ialah cara-cara bagaimana orang memilih, mempertahankan dan mentransformasikan
informasi secara aktif, dan inilah menurut bruner inti dari belajar. Oleh karena itu Bruner
memusatkan perhatiannya pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan informasi yang
diterimanya, dan apa yang dilakukannya sesudah memperoleh informasi yang diskrit itu
untuk mencapai pemahaman yang memberikan kemampuan padanya.

Jerome Bruner (1915), seorang ahli psikologi perkembangan dan ahli psikologi belajar
kognitif, yang menjabat sebagai direktur pusat untuk studi kognitif di Harvard University.
Teori Bruner tidak mengembangkan suatu teori bulat tentang belajar sebagaimana yang
dilakukan oleh Robert M. Gagne. Refleksinya berkisar pada manusia pengolah aktif terhadap
informasi yang diterimanya untuk memperoleh Pemahaman.

Yang menjadi ide dasar Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak
harus berperan secara aktif dalam belajar di kelas, untuk itu menurut Bruner, murid
mengorganisir bahan yang dipelajari dalam suatu bentuk akhir. Teori ini disebutnya dengan
discovery learning, atau dengan kata lain bagaimana cara orang memilih mempertahankan
dan mentransformasikan informasi secara aktif, dan inilah menurut Bruner inti dari berajar.
Menurut Bruner dalam proses belajar ada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap informasi, yaitu tahap awal untuk memperoleh pengetahuan atau pengalaman
baru dimana dalam setiap pelajaran diperoleh sejumlah informasi yang berfungsi
sebagai penambahan pengetahuan yang lama, memperluas dan memperdalam dan
kemungkinan informasi yang baru bertentangan dengan informasi yang lama.
2. Tahap tansformasi, yaitu tahap memahami, mencerna dan menganalisis pengetahuan
baru serta ditransformasikan dalam bentuk yang baru yang mungkin bermanfaat untuk
hal-hal yang lain, yaitu informasi harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam
bentuk yang lebih abstrak atau konsetual agar dapat digunakan dalam hal lebih luas.
3. Tahap evaluasi, yaitu untuk mengetahui apakah hasil transformasi pada tahap ke dua
benar atau tidak. Evaluasi kemudian dinilai sehingga diketahui mana-mana
pengetahuan yang diperoleh dan transformasi dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.

Pendewasaan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh


bertambahnya ketidaktergantungan respons dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung
pada bagaimana seseorang menginternalisasi peristiwa-peristiwa menjadi suatu sistem
simpanan yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain
tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.

B. Ciri khas Teori Pembelajaran Menurut Bruner

1. Empat Tema tentang Pendidikan

1.

Tema pertama mengemukakan pentingnya arti struktur pengetahuan. Hal ini perlu karena
dengan struktur pengetahuan kita menolong siswa untuk untuk melihat, bagaimana fakta-
fakta yang kelihatannya tidak ada hubungan, dapat dihubungkan satu dengan yang lain.

Tema kedua adalah tentang kesiapan untuk belajar. Menurut Bruner kesiapan terdiri atas
penguasaan keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana yang dapat mengizinkan
seseorang untuk mencapai kerampilan-ketrampilan yang lebih tinggi.

Tema ketiga adalah menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan. Dengan intuisi,
teknik-teknik intelektual untuk sampai pada formulasi-formulasi tentatif tanpa melalui
langkah-langkah analitis untuk mengetahui apakah formulasi-formulasi itu merupakan
kesimpulan yang benar atau tidak.

Tema keempat adalah tentang motivasi atau keingianan untuk belajar dan cara-cara yang
tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.

2. Model dan Kategori

Pendekatan Bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi. Asumsi pertama adalah
bahwa perolehan pengetahuan merupakan suatu proses interaktif. Berlawanan dengan
penganut teori perilakau Bruner yakin bahwa orang yang belajar berinteraksi dengan
lingkungannya secara aktif, perubahan tidak hanya terjadi di lingkungan tetapi juga dalam
diri orang itu sendiri.

Asumsi kedua adalah bahwa orang mengkonstruksi pengetahuannya dengan menghubungkan


informasi yang masuk dengan informasi yang disimpan yang diperoleh sebelumnya, suatu
model alam (model of the world). Model Bruner ini mendekati sekali struktur kognitif
Aussebel. Setiap model seseorang khas bagi dirinya. Dengan menghadapi berbagai aspek dari
lingkungan kita, kita akan membentuk suatu struktur atau model yang mengizinkan kita
untuk mengelompokkan hal-hal tertentu atau membangun suatu hubungan antara hal-hal yang
diketahui.

Bruner menandai perkembangan kognitif manusia sebagai berikut:

1. Perkembangan intelektul ditandai dengan adanya kemajuan dalam menanggapi suatu


rangsangan.
2. Peningkatan pengetahuan tergantung pada perkembangan sistem penyimpanan
informasi secara realis
3. Perkembangan intelekual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri
sendiri atau pada orang lain melalui kata-kata atau lambang tentang apa yang telah
dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Hal ini berhubungan dengan kepercayaan
pada diri sendiri.
4. Interaksi secara sistematis antara pembimbing, guru atau orang tua dengan anak
diperlukan bagi perkembangan kognitifnya
5. Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif karena bahasa merupakan alat
komunikasi antara manusia. Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan
bahasa. Bahasa diperlukan untuk mengkomunikasikan suatu konsep ke pada oraag
lain.
6. Perkembaagan kognitif ditandai dengan kecakapan untuk mengemukakan beberapa
alternatif secara simultan. memilih tindakan yang tepat, dapat memberikan prioritas
yang berurutan dalam berbagai situasi

3. Belajar sebagai Proses Kognitif

1.

Bruner mengemukakan bahwa belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir
bersamaan. Ketiga proses itu adalah (1) memperoleh informasi baru, (2) transformasi
informasi dan (3) menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan.

Informasi baru merupakan penghalusan dari informasi sebelumnya yang dimiliki seseorang
atau informasi itu dapat bersifat sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan informasi
sebelumnya yang dimiliki seseorang. Dalam transformasi pengetahuan seseorang
memperlakukan pengetahuan agar cocok dengan tugas baru. Jadi, transformasi menyangkut
cara kita memperlakukan pengetahuan, apakah dengan cara ekstrapolasi atau dengan
mengubah bentuk lain.

Hampir semua orang dewasa melalui penggunaan tiga sistem keterampilan untuk menyatakan
kemampuannya secara sempurna. Ketiga sistem keterampilan itu adalah yang disebut tiga
cara penyajian (modes of presentation) oleh Bruner. Ketiga cara itu ialah: cara enaktif, cara
ikonik dan cara simbolik.

Kajian Bruner menekankan perkembangan kognitif. Ia menekankan cara-cara manusia


berinteraksi dalam alam sekitar dan menggambarkan pengalaman secara mendalam. Menurut
Bruner, perkembangan kognitif juga melalui tiga tahapan yang ditentukan cara melihat
lingkungan, yaitu enaktif (0-2 tahun), ikonik (2-4 tahun), dan simbolik (5-7 tahun).
1. Tahap enaktif (0-2 tahun), seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya
untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya,
anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan,
pegangan dan sebagainya.
2. Tahap ikonik (2-4 tahun), seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia
sekitarnya, anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan
(komperasi)
3. Tahap simbolik (5-7 tahun), seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-
gagasan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,
logika, matematika dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan
banyak sistem simbol. Semakin matang seseorang dalam proses pemikirannya,
semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak lagi sistem
enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah
satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ekonik dalam proses belajar.

Cara penyajian enaktif ialah melalui tindakan, jadi bersifat manipulatif. Dengan cara ini
seseorang mengetahui suatu aspek dari kenyataan tanpa menggunakan pikiran atau kata-kata.
Jadi cara ini terdiri atas penyajian kejadian-kejadian yang lampau melalui respon-respon
motorik. Misalnya seseorang anak yang enaktif mengetahui bagaimana mengendarai sepeda.

Cara penyajian ikonik didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan oleh
sekumpulan gambar-gambar yang mewakili suatu konsep, tetapi tidak mendefinisikan
sepenuhnya konsep itu. Misalnya sebuah segitiga tidak menyatakan konsep kesegitigaan.

Penyajian simbolik menggunakan kata-kata atau bahasa. Penyajian simbolik dibuktikan oleh
kemampuan seseorang lebih memperhatikan proposisi atau pernyataan dari pada objek-
objek, memberikan struktur hirarkis pada konsep-konsep dan memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan alternatif dalam suatu cara kombinatorial.

Sebagai contoh dari ketiga cara penyajian ini, tentang pelajaran penggunaan timbangan. Anak
kecil hanya dapat bertindak berdasarkan prinsip-prinsip timbangan dan menunjukkan hal
itu dengan menaiki papan jungkat-jungkit. Ia tahu bahwa untuk dapat lebih jauh kebawah ia
harus duduk lebih menjauhi pusat. Anak yang lebih tua dapat menyajikan timbangan pada
dirinya sendiri dengan suatu model atau gambaran. Bayangan timbangan itu dapat diperinci
seperti yang terdapat dalam buku pelajaran. Akhirnya suatu timbangan dapat dijelaskan
dengan menggunakan bahasa tanpa pertolongan gambar atau dapat juga dijelaskan secara
matematik dengan menggunakan Hukum Newton tentang momen.

Belajar Penemuan

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner yang
dikenal dengan nama belajar penemuan (discovery learning). Bruner menganggap bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan
sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner menyarankan agar siswa hendaknya
belajar melalui berpartisipasi aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka
dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan konsep dan prinsip itu sendiri.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kebaikan.
Diantaranya adalah:

1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat.


2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik.
3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan
untuk berfikir secara bebas.

Asumsi umum tentang teori belajar kognitif: a. Bahwa pembelajaran baru berasal dari proses
pembelajaran sebelumnya. b. Belajar melibatkan adanya proses informasi (active learning). c.
Pemaknaan berdasarkan hubungan. d. Proses kegiatan belajar mengajar menitikberatkan pada
hubungan dan strategi.

Model kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai protes terhadap teori perilaku
yang yang telah berkembang sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para
peserta didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya mengorganisir,
menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan antara pengetahuan yang baru dengan
pengetahuan yang telah ada. Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Peneliti yang mengembangkan kognitif ini adalah Ausubel, Bruner, dan Gagne. Dari ketiga
peneliti ini, masing-masing memiliki penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada
apsek pengelolaan (Advance Organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar. Menurut Ausubel, konsep tersebut dimaksudkan untuk penyiapan struktur kognitif
peserta didik untuk pengalaman belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau
penyediaan bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik memperoleh
informasi dari lingkungan. Bruner mengembangkan teorinya tentang perkembangan
intelektual, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.

Sejalan dengan pernyataan di atas, maka untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai
anak mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan
melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).

Bruner mempreskripsikan pembelajaran hendaknya dapat menciptakan situasi agar siswa


dapat belajar dari diri sendiri melalui pengalaman dan eksperimen untuk menemukan
pengetahuan dan kemampuan yang khas baginya. Sedangkan Ausubel mempreskripsikan
agar siswa dapat mengembangkan stuasi belajar, memilih dan menstrukturkan isi, serta
menginformasikannya dalam bentuk sajian pembelajaran yang terorganisasi dari umum
menuju kepada yang rinci dalam satu satuan bahasan yang bermakna.

Teori pembelajaran Burner mementingkan pembelajaran melalui penemuan bebas (Free


discovery learning) atau penemuan yang dibimbing, atau latihan penemuan. Bruner
mementingkan aspek-aspek berikut dalam teori pembelajarannya yaitu; cara manusia
berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan pengalamannya, perkembangan mental manusia
dan pemikiran semasa proses pembelajaran, pemikiran secara logika, penggunaan istilah
untuk memahami susunan struktur pengetahuan, pemikiran analisis dan intuitif, pembelajaran
induktif untuk menguasai konsep/kategori, dan pemikiran metakognitif. Teori-teori tersebut
dapat diaplikasikan dalam 10 cara sebagai berikut:

1. Pembelajaran penemuan
2. Pembelajaran melalui metode induktif
3. Memberi contoh-contoh yarg berkaitan dan tidak berkaitan dengan konsep
4. Membantu siswa melihat hubungan antar konsep
5. Membiasakan siswa membuat pemikiran intuitif
6. Melibatkan siswa
7. Pengajaran untuk pelajar tahap rendah
8. Menggunakan alat bantu mengajar
9. Pembelajaran melalui kajian luar

10. Mengajar mengikuti kemampuan siswa

Teori Bruner mempunyai ciri khas dari pada teori belajar yang lain yaitu tentang discovery,
yaitu belajar dengan menemukan konsep sendiri. Disamping itu, karena teori Bruner ini
banyak menuntut pengulangan-penulangan, maka desain yang berulang-ulang itu disebut
kurikulum spiral kurikulum. Secara singkat, kurikulum spiral menuntut guru untuk
memberi materi pelajaran setahap demi setahap dari yang sederhana ke yang kompleks,
dimana materi yang sebelumnya sudah diberikan suatu saat muncul kembali secara
terintegrasi di dalam suatu materi baru yang lebih kompleks. Demikian seterusnya sehingga
siswa telah mempelajari suatu ilmu pengetahuan secara utuh.

Bruner berpendapat bahwa seseorang murid belajar dengan cara menemui struktur konsep-
konsep yang dipelajari. Anak-anak membentuk konsep dengan melihat benda-benda
berdasarkan ciri-ciri persamaan dan perbedaan. Selain itu, pembelajaran didasarkan kepada
merangsang siswa menemukan konsep yang baru dengan menghubungkan kepada konsep
yang lama melalui pembelajaran penemuan

Langkah-langkah discovery learning

1. Siswa dihadapkan pada problem-problem yang menimbulkan suatu perasaan gagal di


dalam dirinya lni dimulai proses inquiry
2. Siswa mulai menyelidiki problem itu secara individual
3. Siswa berusaha memecahkan problem dengan menggunakan pengetahuan yang
sebelumnya
4. Siswa menunjukkan pengertian dari generalisasi itu
5. Siswa menyatakan konsepnya atau prinsip-prinsip dimana generalilisasi itu
didasarkan.

C. Penerapan Teori Kognitif Bruner dalam Dunia Pendidikan

Pada bagian ini akan dibahas bagaimana menerapkan belajar penemuan pada siswa, ditinjau
dari segi metode, tujuan serta peranan guru khususnya dalam dunia pendidikan.

1. Metode dan Tujuan


Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya beriring. Tujuan belajar bukan
hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sepenuhnya ialah untuk
memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual
siswa dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi kemampuan mereka. Inilah
yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalui belajar penemuan. Sebagaimana
yang dikemukakan oleh Bruner dalam bukunya Toward a Theory of Instruction yang diambil
dari buku Teori-Teori Belajar tulisan Ratna Wilis Dahar, Bruner mengatakan:

We teach a subject not to produce litle living libraries on the subject, but rather to get a
student to think mathematically for him self, to consider matters as an historian does, to take
part in the process of knowledge-getting. Knowing is a process, not aproduct.

Jadi kalau kita mengajar sains misalnya, kita bukan akan menghasilkan perpustakaan-
perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-anak kita berfikir
secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan.
Mengetahui itu adalah suatu proses, bukan suatu produk.

2. Peranan Guru

Langkah guru sebagai fasilitator pembelajaran dalam belajar penemuan adalah:

1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada


masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Guru hendaknya memulai dengan sesuatu yang sudah dikenal
siswa. Kemudian guru mengemukakan sesuatau yang berlawanan. Dengan demikian
terjadi konflik dengan pengalaman siswa. Akibatnya timbulah masalah. Dalam
keadaan yang ideal, hal yang berlawanan itu menimbulkan suatu kesangsian yang
merangsang para siswa untuk menyelidiki masalah itu, menyusun hipotesis-hipotesis
dan mencoba menemukan konsep atau prinsip yang mendasari masalah itu.
3. Guru harus menyajikan dengan cara enaktif, ikonik dan simbolik. Enaktif adalah
melaui tindakan atau dengan kata lain belajar sambil melakukan (learning by doing).
Ikonik adalah didasarkan atas pikiran internal. Pengetahuan disajikan melalui gambar-
gambar yang mewakili suatu konsep. Simbolik adalah menggunakan kata-kata atau
bahasa-bahasa.
4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya
berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi
hendaknya memberikan saran-saran bila diperlukan. Sebagai seorang tutor, guru
hendaknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis
besar belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan
menemukan sendiri konsep-konsep itu. Di lapangan, penilaian hasil belajar penemuan
meliputi pemahaman tentang konsep dasar, dan kemampuan untuk menerapkan
konsep itu ke dalam situsi baru dan situasi kehidupan nyata sehari-hari pada siswa.

Jadi dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran. Guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah. Penilaian hasil
belajar meliputi tentang konsep dasar dan penerapannya pada situasi yang baru.
3. Langkah-langkah pembelajaran discovery learning menurut Bruner

Bruner mengajukan beberapa langkah-langkah pembelajaran, yaitu:

1. Menentukan tujuan pembelajaran


2. Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar dan
sebagainya)
3. Memilih materi pelajaran
4. Menentukan topik-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-
contoh kegeneralisasi)
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas,
dan sebagainya untuk dipelajari siswa
6. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana kepada yang kompleks, dari yang
konkrit kepada yang abstrak, atau dari tahap enaktik, ikonik sampai kepada tahap
simbolik melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa.

Dasamping itu ada beberapa saran-saran tambahan yang berdasarkan pendekatan discovery
learning terhadap pengajaran.

1. Mendorong memberikan dugaan sementara dengan memberikan pertanyaan-


pertanyaan
2. Menggunakan berbagai alat peraga dan permainan
3. Guru harus mendorong siswa untuk memuaskan keingintahuan jika mereka ingin
mengembangkan pikirannya atau ide-ide yang kadang-kadang tidak langsung
berhubungan dengan mata pelajaran
4. Gunakan sejumlah contoh yang belawanan dengan mata pelajaran yang berhubungan
dengan topik.
5. D. Keistimewaan dan Kelemahan Discovery Learning

Dalam setiap teori pastilah ada keistimeaan dan kelemahan. Begitu juga halnya dengan teori
discovery learning yang cetuskan oleh Jerome Bruner. Ada beberapa keistimewaan discovery
learning itu, antara lain:

& Discovery learning menimbulkan keingintahuan siswa, dapat memotivasi mereka untuk
melanjutkan pekerjaan sampai mereka menemukan jawaban-jawaban.

& Pendekatan ini dapat mengajar keterampilan menyelesaikan masalah secara mandiri dan
mungkin memaksa siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi dan tidak hanya
menyerap secara sederhana saja

Hasilnya lebih berakar dari pada cara belajar yang lain.


Lebih mudah dan cepat ditangkap
Dapat dimanfaatkan dalam bidang sudi lain atau dalam kehidupan sehari-hari
berdaya guna untuk meningkatkan kemampuan siswa menalar dengan baik

Sedangkan kelemahan teori Discovey Learning Jerome Bruner antara lain:

Belajar discovery learning belum tentu bisa diaplikasikan karena kondisi dan sistem
yang belum mendukuag penemuan sendiri, sementara secara realistis murid
didominasi hanya menerima dari guru
Discovery learning belum tentu semua murid mahir untuk menerapkannya

Discavery learning berbahaya bagi murid yang kurang mahir, sebab pengetahuan
yang ia peroleh tidak akan menambah pengetahuan yang sempurna tapi baru sebatas
coba-coba.

Kesimpulan

Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya Bruner mengemukakan empat tema,
yaitu; struktur, kesiapan, intuisi dan motivasi. Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi
tiga proses kognitif, yaitu; memperoleh informasi baru, transformasi ilmu pengetahuan, dan
menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan. Pandangannya terhadap belajar yang
disebutnya sebagai konseptualisme instrumental didasarkan pada dua prinsip, yaitu;
pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model menganai kenyataan yang
dibangunnya, dan model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang, dan
kemudian model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.

Pematangan intelektual seseorang ditunjukkan oleh bertambahnya ketidakbergantungan


respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan itu tergantung pada bagaimana seseorang
menginternalisasi peristiwa- peristiwa menjadi suatu sistem simpanan yang sesuai dengan
lingkungan.pertumbuhan itu menyangkut peningkatan kemampuan seseorang untuk
mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain tentang apa yang telah atau akan
dilakukannya.

Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu; cara enaktif, ekonik, dan cara
simbolik. Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan
(discovery learning). Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan bertahan lama,
dan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Belajar penemuan meningkatkan penalaran dan
kemampuan dan berfikir secara bebas, dan memilih keterampilan-keterampilan kognitif untuk
menemukan dan memecahkan masalah.

Saran-saran

Sebagai seorang guru ada baiknya menggunakan metode yang variatif dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas. Diantaranya dengan menggunakan teori belajar kognitif Bruner dengan
pendekatan discovery learning.

Dalam menerapkan belajar penemuan, tujuan-tujuan mengajar hendaknya dirumuskan secara


garis besar dan cara-cara yang digunakan para siswa untuk mencapai tujuan tidak perlu sama.
Dalam belajar penemuan guru tidak begitu mengendalikan proses belajar-mengajar.guru
hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan masalah selain itu guru
diminta pula untuk memperhatikan tiga cara penyajian, yaitu penyajian enaktif, ekonik, dan
simbolik. Semoga Bermanfaat.. JJJ

Anda mungkin juga menyukai