PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak setiap orang dan setiap orang mempunyai hak yang sama
dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan juga mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan bermutu. Di sisi lain, setiap
paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainya. Indonesia merupakan Negara
berkembang sebagai penderita TBC terbesar ketiga di dunia setelah India dan Cina
Tuberkulosis (TB atau TBC ) merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini,belum ada satu negara pun yang bebas TB Paru ,
namun setiap negara berbeda angka insidensinya. Setiap tahun di dunia diperkirakan
terdapat 8,7 juta kasus baru tuberkulosis dan 1,7 juta kematian karena TB Paru . Bila
kematian akan mencapai 40 juta orang per tahun (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
World Health Organization (WHO) merekomendasikan strategi Directly
paling tepat saat ini untuk menanggulangi masalah TBC di Indonesia khususnya
keberhasilan dalam penemuan kasus TBC yang diharapkan dapat mencapai target.
Beberapa fokus utama dalam pencapain target yaitu pengawasan minum obat,
Menurut hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 TBC di
yang merupakan penyakit nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi.
Kemataian akibat TBC pada wanita lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan, dan nifas. Setiap tahun terjadi 583.000 penderita baru dan kematian karena
TBC sekitar 140.000. Selain itu setiap 100.000 penduduk Indonesia terdapat 130
Pada tahun 2005 Indonesia telah berhasil mancapai angka kesembuhan sesuai
dengan target global yaitu sebesar 85% yang tetap dipertahankan dalam lima tahun
terakhir ini. Penemuan kasus TBC di Indonesia pada tahun 2005 baru mencapai angka
67%. Angka ini belum mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 70%, tapi angka
penemuan kasus TBC mengalami peningkatan hingga melewati target yang diharapkan
Paru BTA positif pada tahun 2008 sebanyak 747 orang mengalami penurunan, bila
dibandingkan tahun 2007 sebanyak 750 orang. Hal ini kemungkinan disebabkan karena
beberapa UPK belum memenuhi target program angka penemuan penderita baru Case
Detection Rate (CDR) tahun 2008 sebesar 47% mengalami penurunan, bila dibandingkan
Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 302.861 kasus termasuk kasus Tuberkulosis BTA
2011 merupakan propinsi dengan jumlah kasus tuberkulosis BTA tertinggi di Indonesia
yaitu sebanyak 61.010 kasus termasuk kasus tuberkulosis BTA positif sebanyak 32.649
kasus (53,51%).
dengan pengobatan secara rutin guna mengurangi penyakit yang ditimbulkannya. Namun
pengobatan yang sering kali dilakukan oleh penderita tidak berjalan dengan semestinya.
Hal ini terjadi karena faktor pengetahuan pasien TBC yang masih kurang. Pasien masih
menganggap bahwa meskipun pengobatan yang telah dijalaninya sudah berjalan lama,
namun kondisi penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh (Sukardja, 2004).
Pasien dengan pengobatan lama juga akan menimbulkan tekanan psikologis pada diri
pasien. Pasien akan merasa cemas manakala penyakit yang dideritanya dirasakan tidak
membaik, atau bahkan dirasakan semakin parah. Rasa cemas yang timbul juga dapat
sendiri adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya yang berkaitan dengan perasaan (Stuart, 2006).
Menurut Ibrahim (2012) pendekatan kognitif pada kecemasan merupakan dasar
dari teori bahwa kecemasan merupakan keadaan emosional yang berhubungan dengan
suatu ancaman. Gangguan kecemasan merupakan hasil dari pasien mengolah informasi
pada situasi yang dianggap sebagai suatu ancaman. Demikian pula menurut Alsagaff
dialaminya dimana terdapat perasaan takut yang membuat hati tidak tenang dan timbul
rasa keragu-raguan.
yang dapat berlangsung secara terus menerus. Dengan demikian perlu mendapatkan
penatalaksanaan dengan segera. Jika tidak mendapatkan pertolongan secara tepat, maka
Pada sisi lain, pasien akan Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan
yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
bebas dari gangguan kesehatan baik yang disebabkan karena penyakit termasuk
gangguan kesehatan akibat bencana, maupun lingkungan dan perilaku yang tidak
tuberkulosis tidak hanya menyerang paru-paru dan saluran.Jika tidak diobati denganbaik,
penyakit Tuberkulosis akan memburuk dan dapat memicu komplikasi yang cukup serius
pada organ lain termasuk tulang dan bahkan otak. Beberapa komplikasi yang sering
ditemukan yaitu kerusakan tulang dan sendi, kerusakan otak,kerusakan hati dan ginjal,
Menurut Hartanto (2012) pengobatan pada penyakit TB Paru memerlukan waktu yang
cukup panjang. Pasien yang sudah dipastikan menderita sakit TB Paru minimal harus
minum obat selama enam bulan dan bila minum obat tidak teratur akan mengakibatkan
Mengingat dampak yang ditimbulkan dari penyakit TB yang cukup serius serta
sulit disembuhkan jika pasien TB Paru lalai dalam pengobatan sehingga perlu
Menurut Zami (2012) bahwa pengetahuan merupakan berbagai gejala yang ditemui dan
merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak.
menangani kecemasan pada pasien TB Paru akibat dampak dan gejala yang dirasakan
oleh pasien TB. Menurut Hawari (2005) bahwa tingkat pengetahuan seseorang memiliki
Wilson - Barnett dikutip oleh Roper (1996) dalam Noorkasiani (2009) mengatakan
bahwa adanya hubungan mengalami berbagai gejala yang tidak menyenangkan dan
bahkan akan berdampak pada kehidupan sosial, pekerjaan dan perannya di masyarakat .
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
Apakah ada hubungan pengetahuan tentang penyakit TBC dengan kecemasan pada
penderita TBC ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
penderita TBC.
2. Tujuan khusus
D. Manfaat
pengalaman bagi peneliti dalam menyusun karya tulis ilmiah. Hasil penelitian ini juga
bermanfaat sebagai bahan masukan, bahan referensi atau sumber data untuk
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebgai sumber refernsi perpustakaan dan
TINJAUAN PUSTAKAN
A. Pengetahuan
1. Defeni pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan
objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).
penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan sesuatu sesuai dengan
Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan
diperoleh manusia melalui pengamatan indera atau akal budinya untuk mengenali benda
atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.
didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris
dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga dapat berkembang menjadi pengetahuan
deskriftif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat dan
gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan
melalui akal budi yang kemudian dikenal sebagai rasionalisme. Rasionalisme lebih
memberi arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberi arti
1. Tahu (know)
kembali ( recall ) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
2. Memahami (comprehension)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus
3. Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini
sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
6. Evaluasi (evaluation)
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian ini
(Notoatmodjo, 2007):
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari
orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti
mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang
banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin
1. Pendidikan dasar
merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
2. Pendidikan menengah
yang sederajatnya.
3. Pendidikan tinggi
b. Pendidikan non formal yaitu jalur pendidikan diluar pendidikan formal yang
media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain- lain
pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi
4. Lingkungan.
5. Pengalaman.
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang
6. Usia.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
(Notoatmodjo, 2007).
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Skala pengetahuan ini menggunakan data kuantitatif yang berbentuk orang-orang
Prosedur perskala (scalling) yaitu penentuan pemberian angka atau skor yang
harus diberikan pada setiap jawaban. Untuk Nilai jawaban yang Benar diberi nilai
1 (satu), dan untuk jawaban yang Salah diberi nilai 0 (nol). Pengetahuan seseorang
dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Pengertian
dari mulut atau hidung penderita saat mereka batuk, bersin atau
2. Penyebab
terhadap asam pada pewarnaan oleh karena itu disebut BTA (Basil
asam mikolat). Bakteri ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10
alcohol 70-95 % selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2
3. Patofisilogi
1. Infeksi Primer
status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberculosis pasca primer
adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau
penderita TB Paru BTA (+) dengan orang orang sehat yang ada
keterpajanan.
3. Manifestasi klinis
b. Batuk darah
d. Badan lemah
paru selain tuberculosis. Oleh sebab itu setiap orang yang datang
Tuberkulosis Paru :
2. Status Gizi
perbandingan seimbang.
3. Pendidikan
4. Penghasilan
5. Kebiasaan merokok
6. Sanitasi perumahan
lux.