Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Nyeri adalah suatu sensori yang tidak menyenangkan dari satu pengalaman
emosional yang disertai kerusakan jaringan secara actual/potensial. (Medical Surgical
Nursing ).
Nyeri kontraksi atau nyeri persalinan adalah gerakan memendek dan menebal
otot-otot rahim yang terjadi untuk sementara waktu. Kontraksi rahim menyebabkan
kontraksi pada mulut rahim (segmen atas rahim) dan menimbulkan rasa nyeri, dan juga
rahim bagian bawah (segmen bawah rahim) mengalami dilatasi (peregangan)
B. Tujuan
Untuk mengetahui manajemen nyeri persalinan
2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Nyeri
1. Defenisi Nyeri
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun
berat. Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah
pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
menurut (Smeltzer & Bare, 2001), nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan
potensial, disamping itu nyeri adalah apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan
individu yang mengalaminya, yang ada kapanpun individu mengatakannya potensial.
Kozier (2004), menambahkan nyeri adalah sensasi yang tidak menyenangkan dan
sangat individual yang tidak dapat di ungkapkan kepada orang lain.
2. Fisiologi nyeri
Menurut Torrance & Serginson (1997), ada tiga jenis sel saraf dalam proses
penghantaran nyeri yaitu sel syaraf aferen atau neuron sensori, serabut konektor atau
interneuron dan sel saraf eferen atau neuron motorik. Sel-sel syaraf ini mempunyai
reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum
tulang belakang dan otak. Reseptor-reseptor ini sangat khusus dan memulai impuls
yang merespon perubahan fisik dan kimia tubuh. Reseptor- reseptor yang berespon
terhadap stimulus nyeri disebut nosiseptor. Stimulus pada jaringan akan merangsang
nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin,
bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan
mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak (Torrance & Serginson,
1997).
3

Menurut Smeltzer & Bare (2002) kornu dorsalis dari medulla spinalis dapat
dianggap sebagai tempat memproses sensori. Serabut perifer berakhir disini dan
serabut traktus sensori asenden berawal disini. Juga terdapat interkoneksi antara
sistem neural desenden dan traktus sensori asenden. Traktus asenden berakhir pada
otak bagian bawah dan bagian tengah dan impuls-impuls dipancarkan ke korteks
serebri. Agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system asenden harus
diaktifkan. Aktivasi terjadi sebagai akibat input dari reseptor nyeri yang terletak
dalam kulit dan organ internal. Terdapat interkoneksi neuron dalam kornu dorsalis
yang ketika diaktifkan, menghambat atau memutuskan taransmisi informasi yang
menyakitkan atau yang menstimulasi nyeri dalam jaras asenden. Seringkali area ini
disebut “gerbang”. Kecendrungan alamiah gerbang adalah membiarkan semua input
yang menyakitkan dari perifer untuk mengaktifkan jaras asenden dan mengaktifkan
nyeri. Namun demikian, jika kecendrungan ini berlalu tanpa perlawanan, akibatnya
sistem yang ada akan menutup gerbang. Stimulasi dari neuron inhibitor sistem
assenden menutup gerbang untuk input nyeri dan mencegah transmisi sensasi nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002). Teori gerbang kendali nyeri merupakan proses dimana
terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang
mengirim sensasi tidak nyeri memblok transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang
penghambat. Sel-sel inhibitor dalam kornu dorsalis medula spinalis mengandung
eukafalin yang menghambat transmisi nyeri (Wall, 1978 dikutip dari Smeltzer &
Bare, 2002).
3. Teori pengontrolan nyeri
Terdapat berbagai teori yang berusaha menggambarkan bagaimana
nosireseptor dapat menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai
teori yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang
kendali nyeri dianggap paling relevan (Tamsuri, 2007). Teori gate control dari
Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan
impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut
merupakan dasar teori menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas dari
4

neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak mengatur proses pertahanan.
Neuron delta- A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi P untuk
mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor , neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat yang melepaskan
neurotransmitter penghambat.

Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
menutup mekanisme pertahanan. Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat
saat seorang perawat menggosok punggung klien dengan lembut. Pesan yang
dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan
berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut
dan klien mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri dihantarkan ke
otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri. Alur
saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorphin dan dinorfin , suatu
pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator ini menutup
mekanisme pertahanan dengan menghambat pelepasan substansi P. tehnik distraksi,
konseling dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk melepaskan endorfin
(Potter, 2005)

4. Klasifikasi nyeri
a. Berdasarkan Lokasi / Letak
1. Cutaneus/ superficial
yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya terasa
sebagai sensasi yang tajam. Contoh: Terkena ujung pisau atau gunting,
jarum suntik.
2. Deep somatic / nyeri dalam
yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah, tendon dan
syaraf, nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneus. Contoh: Sensasi
pukul, sensasi terbakar misalnya ulkus lambung.
3. Nyeri Alih
merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karena banyak organ
tidak memiliki reseptor, biasanya nyeri terasa di bagian tubuh yang
5

terpisah dari sumber nyeri dan dapat terasa dengan berbagai karakteristik.
Contoh : Infark miokard yang menyebabkan nyeri alih ke rahang, lengan
kiri, dan bahu kiri, batu empedu yang dapat mengalihkan nyeri ke
selangkangan.
4. Radiasi
Sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh yang lain.
Biasanya nyeri terasa seakan menyebatr ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang bagian tubuh. Nyeri dapat menjadi intermitten atau konstan.
Contoh : Nyeri punggung bagian bawah akibat diskus intravetebral yang
ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjag tungkai dari iritasi saraf
skiatik

b. Berdasarkan penyebabnya
1. Fisik : Bisa terjadi karena stimulus fisik (contoh: fraktur femur).
2. Psycogenic Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi,
bersumber dari emosi/psikis dan biasanya tidak disadari. (contoh: orang
yang marah-marah, tiba- tiba merasa nyeri pada dadanya), Biasanya nyeri
terjadi karena perpaduan 2 sebab tersebut.
c. Berdasarkan lama/durasinya
Menurut Smeltzer (2001), nyeri diklasifikasikan berdasarkan durasinya yaitu:
1. Nyeri akut
Nyeri akut merupakan kumpulan pengalaman yang tidak menyenangkan yang
berkaitan dengan sensori, persepsi dan emosi serta berkaitan dengan respon
autonomi psikologi dan perilaku. Nyeri akut merupakan peristiwa yang baru,
tiba-tiba dan durasinya singkat.

2. Nyeri kronik
Nyeri kronis adalah situasi atau keadaan pengalaman nyeri yag menetap atau
kontinyu selama beberapa bulan atau tahu setelah fase penyembuhan dari
suatu penyakit atau injuri.karakteristiknya adalah nyeri dalam skala berat, dan
intensitas nyeri sukar diturunkan
6

5. Factor yang mempengaruhi respon nyeri


a. Usia
Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan diantara
kelompok usia ini dapat mempengaruhimbagaimana anak-anak dan lansia
bereaksi terhadap nyeri. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga
perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada
lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap
nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau
mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Smeltzer &
Bare, 2002).

b. Jenis kelamin
Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya
(contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, sedangkan wanita boleh
mengeluh nyeri dalam situasi yang sama) (Smeltzer & Bare, 2002).
c. Kultur
Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan memahami
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu
untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan
nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan
mempunyai 13 pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan
lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap nyeri
juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer& Bare, 200)

d. Ansietas
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri,
mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga
7

tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif


menurunkan nyeri saat pascaoperatif. Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap
nyeri. Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi
pasien dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara
yang efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan
pengobatan nyeri ketimbang ansietas (Smeltzer & Bare, 2002)
e. Efek placebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespon terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena sesuatu harapan bahwa pengobatan tersebut benar benar
bekerja. Menerima pengobatan atau tindakan saja sudah merupakan efek
positif. Harapan positif pasien tentang pengobatan dapat meningkatkan
keefektifan medikasi atau intervensi lainnya. Seringkali makin banyak
petunjuk yang diterima pasien tentang keefektifan intervensi, makin efektif
intervensi tersebut nantinya.
f. Pengalaman masa lalu
Seringkali individu yang lebih berpengalaman dengan nyeri yang dialaminya,
makin takut individu tersebut terhadap peristiwa menyakitkan yang akan
diakibatkan. Individu ini mungkin akan lebih sedikit mentoleransi nyeri,
akibatnya ia ingin nyerinya segera reda sebelum nyeri tersebut menjadi lebih
parah. Reaksi ini hampir pasti terjadi jika individu tersebut mengetahui
ketakutan dapat meningkatkan nyeri dan pengobatan yang tidak adekuat. Efek
yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya
menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa
lalu pasien dengan nyeri.

g. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri dan
sebaliknya pola koping yang maladaptive akan menyulitkan seseorang
mengatasi nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
h. Support keluarga dan sosial
8

individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota


keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan perlindungan.
Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang di cintai akan
meminimalkan kesepian dan ketakutan (Smeltzer & Bare, 2002)

B. Nyeri persalinan
1. Pengertian
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Melzack, 1984) di
kutip oleh mander (2003). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri), yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2005).
Sedangkan menurut (Varney, 2002), Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis
yang berakhir denagn pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses yang fisiologis
pada umumnya dimulai dengan adanya kontraksi yang ditandai dengan perubahan
progresif pada servik, dan diakhiri dengan kelahiran plasenta.
Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim, Farer (2001).
Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri
bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap
struktur panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir. Nyeri persalinan unik
dan berbeda pada setiap individu karena nyeri tidak hanya dikaitkan dengan kondisi
fisik semata, tetapi berkaitan juga dengan kondisi psikologis ibu pada saat persalinan
2. Tanda –tanda persalinan
Tanda-tanda inpartu menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:
a. Rasa sakit oleh adanya His yang datang lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lendir dan bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan pembukan telah ada.
9

3. Proses persalinan
Persalinan dapat dibagi menjadi 4 kala menurut (Wiknjosastro, 2005).

a. Kala I
Klinis dapat dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut
mengeluarkan lendir yang bersemu darah (bloody show). Lendir yang bersemu
darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka
atau mendatar. Sedangkan darah berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada disekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika
seevikas membuka.
Proses membukanya srviks sebagai akibar his dibagi dalam 2 fase:
b. Fase Laten : Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat
lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
c. Fase Aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni:
1) Fase akselerasi
Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal.
Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
cm menjadi 9 cm.
3) Fase deselarasi pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu
2 jam pembukaan dari 9cm menjadi lengkap
b. Kala II
Kala II adalah kala pengeluaran. Dimulai dari pembukaan engkap sampai
lahirnya bayi. His menjadi lebih kuat dan lebih cepat, yaitu 2-3 menit sekali
karena kepala janin sudah masuk keruang panggul, maka pada his dirasakan
tekanan pada otot- otot dasar panggul, yang secara refleksoris menimbulkan
rasa mengejan.
Perawatan selama kala II :
Pada saat ini, ibu dibantu agar berada dalam posisi yang nyaman baginya,
denyut nadi diperiksa setiap 15 menit. Denyut jantung janin diperiksa antara
10

tiap kontraksi atau his. Wajah dan leher ibu diusap dengan handuk basah,
kandung kemih dikosongkan dan kemajuan persalinan diamati.
c. Kala III atau Kala Uri
Dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya placenta. Placenta biasanya lepas
dalam 6-15 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran placenta disertai pengeluaran
darah.

d. Kala IV
Dimulai dari keluarnya placenta sampai 1-4 jam atau sampai tanda-tanda vital
ibu stabil
4. Penyebab nyeri persalinan
Rasa nyeri saat persalinan merupakan hal yang normal terjadi. Penyebabnya meliputi
faktor fisiologis dan psikis (Hartanti, 2005).
1. Faktor fisiologis
Faktor psikologis yang dimaksud adalah kontraksi. Gerakan otot ini
menimbulkanrasa nyeri karena saat itu otot-otot rahim memanjang dan kemudian
memendek. Serviks juga akan melunak, menipis dan mendatar, kemudian tertarik.
Saat itulah kepala janin menekan mulut rahim dan membukannya. Jadi, kontraksi
merupakan bagian dari upaya membuka jalan lahir. Intensitas rasa nyeri dari
pembukaan satu sampai pembukaan sepuluh akan bertambah tinggi san semakin
sering sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan bayi terhadap struktur
panggul, diikuti regangan bahkan perobekan jalan lahir bagian bawah. dari tak ada
pembukaan sampai pada pembukaan 2 bisa berlangsung sekitar 8 jam. Rasa sakit
pada pembukaan 3 cm sampai selanjutnya rata-rata 0,5-1cm perjam. Maka lama dan
frekuensi nyeri makin sering dan makin bertambah kuat sampai mendekati proses
persalinan
2. Faktor Psikis
Rasa takut dan cemas yang berlebihan akan mempengaruhi rasa nyeri. Setiap ibu
mempunyai versi sendiri-sendiri tentang nyeri persalinan, karena ambang batas
rangang nyeri setiap orang berlainan dan subyektif sekali. Ada yang merasa tidak
sakit hanya perutnya yang terasa kencang. Adapula yang merasa tidak tahan
11

mengalami rasa nyeri. Beragam respon itu merupakan suatu mekanisme proteksi diri
dari rasa nyeri yang dirasakan.

5. Factor –faktor yang memepengaruhi nyeri persalinan


1. Factor internal
a. Pengalaman dan pengetahuan tentang nyeri
Pengalaman sebelumnya seperti persalinan terdahulu akan membantu ibu
dalam mengatasi nyeri, karena ibu telah memiliki koping terhadap nyeri. Ibu
multipara dan primipara kemungkinan akan berespon terhadap nyeri berbeda-
beda walaupun menghadapi kondisi yang sama yaitu suatu persalinan. Hal ini
dikarenakan ibu multipara telah memiliki pengalaman pada persalinan
sebelumnya.
b.Usia
Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondoso psikologis yang masih labil,
yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan menjadi
lebih berat. Usia juga dipakai sebagai salah satu faktor dalam menentukan
toleransi terhadap nyeri . toleransi akan meningkat seiring bertamabahnya
usia dan pehaman terhadap nyeri.
c. Aktifitas Fisik
Aktifitas ringan bermanfaat mengalihkan perhatian dan mengurangi rasa
sakit menjelang persalinan, selama itu tidak melakukanlatihan-latihan yang
tidak terlalu keras dan berat, serta menimbulkan keletihan pada wanita
karena hal ini justru akan memicu nyeri yang lebih berat.
d.Kondisi psikologi
Situai dan kondisi psikologis yang labil memegang peranan penting dalam
memunculkan nyeri persalinan yang lebih berat. Salah satu mekanisme
pertahanan jiwa terhadap stress adalah konversi yaitu memunculkan
gangguan secara psikis menjadi gangguan fisik
2. Factor eksternal
1. Agama
12

Semakin kuat kualitas keimanan seseorang maka mekanisme pertahanan tubuh


terhadap nyeri semakin baik karena berkaitan dengan kondisi psikologis yang
relative stabil

2. Lingkungan Fisik
Lingkungan yag terlalu ekstrim seperti perubahan cuaca, panas, dingin, ramai,
bising memberikan stimulus terhadap tubuh yang memicu terjadinya nyeri.
3. Budaya
Budaya tertentu akan mempengaruhi respon seseorang terhadap nyeri, ada
budaya yang mengekspresikan nyeri secara bebas, tapi ada pula yang tidak perlu
di ekspresikan secara berlebihan.
4. Support System
Tersedianya sarana dan support system yang baik dari lingkungan dalam
mengatasi nyeri, dukungan keluarga dan orang terdekat sangat membantu
mengurangi rangsang nyeri yang dialami oleh seseorang saat menghadapi
persalinan.
5. Sosial Ekonomi
Tersedianya sarana dan lingkungan yang baik dapat membantu mengatasi
rangsang nyeri yang dialami. Seringkali status ekonomi mengikuti keadaan nyeri
persalinan. Keadaan ekonomi yang kurang, pendidikan yang rendah, informasi
yang minimal dan kurang sarana kesehatan yang memadai akan menimbulkan
ibu kurang mengetahui bagaiman mengatasi nyeri yang dialami dan masalah
ekonomi berkaitan dengan biaya dan persiapan persalinan sering menimbulkan
kecemasan tersendiri dalam menghadapi persalinan.
6. Jenis nyeri persalinan
Persalinan berhubungan dengan dua jenis nyeri yang berbeda. Pertama nyeri
berasal dari otot rahim, pada saat otot ini berkontraksi nyeri yang timbul disebut nyeri
viseral. Nyeri ini tidak dapat ditentukan dengan tepat lokasinya (Pain-Pointed )Nyeri
viseral juga dapat dirasakan pada orang lain yang bukan merupakan asalnya disebut
nyeri alih (Reffered pain). Pada persalinan nyeri alih dapat diraasakan pada orang yitu
punggung bagian bawah dan sacrum. Sedangkan nyeri yang kedua timbul pada saat
13

mendekati kelahiran. Tidak seperti nyeri viseral, nyeri ini terlokalisir didaerah vagina,
rectum dan perinium sekitar anus. Nyeri jenis ini disebut nyeri somatik dan disebabkan
peregangan stuktur jalan lahir bagian bawah akibat penurunan bagian terbawah janin
(Ratnaningsih, 2010)
7. Fisiologi nyeri persalinan
Sensasi nyeri dihasilkan oleh jaringan serat saraf kompleks yang menghasilkan sistem
saraf perifer dan sentral. Dalam nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama
komponen simpatis berperan dalam sensasi.
1. Saraf otonom
Sistem saraf otonom mengontrol aktivitas otot polos dan viseral, uterus yang
dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi tanpa kontrol
kesadaran. Terdapat dua komponen yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Saraf
simpatis mensuplay uterus dan membentuk bagian yang sangat penting dari
neuroanatomi nyeri persalinan.
Neuron aferen menstransmisikan informasi dari rangsang nyeri dari sistem saraf
otonom menuju sistem saraf pusat dari visera terutama melalui serat saraf simpatis.
Neuron aferen somatik dan ototnom bersinaps dalam region kornu dorsalis dan
saling mempengaruhi, menyebabkan fenomena yang disebut nyeri alih. Nyeri ini
adalah nyeri yang peling dominan dirasakan selama bersalin terutama selama kala 1
(Mander, 2003). Neuron aferen otonom berjalan keatas melalui medulla spinalis dan
batang otak berdampingan dengan neuron aferen somatik, tetapi walaupun sebagian
besar srat aferen otonom berjalan menuju hipothalamus sebelum menyebar ke
thalamus dan kemudian terakhir pada korteks serebri.
Gambaran yang berada lebih lanjut dari sistem saraf otonom adalah fakta bahwa
neuron aferen yang keluar dari sistem saraf pusat hanya melalui tiga region:

a. Dalam otak (Nervus kranialis III, VII, IX, dan X


b. Dalam region torasika (T1 sampai T12, L1 dan L3)
c. Segmen sakralis kedua dan ketiga medulla spinalis. Region
torasika membentuk aliran keluar sistem saraf simpatis yang
menyuplai organ viseral, misalnya uterus.
14

2. jaras perifer nyeri persalinan


Karya eksperimental pada system saraf otonom menunjukkan bahwa baik
komponen simpatis dan parasimpatis menyuplai sebagiab besar organ abdomen dan
pelvis, termasuk uterus. Secara anatomis, otot polos utetus disuplai sebagian besar
oleh serat – C yang tidak bermielin dan sebagian oleh serat – A delta kecil yang
bermielin.

Selama kala 1 persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi serviks dan segmen
bawah uterus dan distensi korpus uteri. Nyeri selama kala ini diakibatkan oleh
kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan. Hasil temuan bahwa tekanan
cairan omnion lebih dari 15mmHg diatas tonus yang dibutuhkan untuk meregangkan
segmen bawah uterus dan serviks dan dengan demikian menghasilkan nyeri, Mander
(2003). Dengan demikian logis untuk megharapkan bahwa makin tinggi tekanan
cairan omnion, makin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih.. nyeri
ini dilanjutkan ke dermaton yang disuplai oleh segmen medulla spinalis yang sama
dengan segmen yang menerima input nosiseptif dari uterus dan serviks. Nyeri
persalinan selama kala 1 disebabkan oleh kontraksi rahim yang dihantarkan oleh
serabut sarfa simpatis dan serabut saraf thorakal 11 dan 12. nyeri yang disebabkan
peregangan mulut rahim. Nyeri disebarkan melalui saraf dari medulla spinalis yaitu
thorakal 11 dan 12 serta lumbal 1. Rasa nyeri yang timbul dirasakan sebagai nyeri
punggung 10%, nyeri pinggang 20% dan sebagisn besar nyeri pada bagian bawah
perut 70% (Ratnaningsih, 2010).
Pada kala 11 persalinan, nyeri tambahan disebabkan oleh regangan dan
robekan jaringan misalnya pada perineum dan tekanan pada otot skelet perinium.
Nyeri diakibatkan oleh rangsangan struktur somatik superfisial dan digambarkan
sebagai nyeri yang tajam dan terlokalisasi, terutama pada daerah yang disuplai oleh
syaraf pudensus. Nyeri pada kala 11 disebabkan karena peregangan perineum,
tarikan peritoneum, kekuatan yang mendorong pengeluaran janin serta tekanan dari
traktus urinarius bagian bawah dan pelvis. Rangsangan nyeri disebarkan melalui
saraf parasimpatis dari jaringan perinium. Nyeri yang timbul dirasakan pada daerah
dasar panggul dan selangkangan maupun paha.
15

8. Lamanya nyeri persalinan


Nyeri selama persalinan dirasakan selama kala pembukaan dan makin hebat
dalam kala pengeluaran. Pada ibu yang baru pertama kalibersalin, kala pembukaan
berlangsung kira-kira 13 jam dan kala pengeluaran kira-kira 1 ½ jam. Pada wanita yang
pernah melahirkan, kala pembukaan berlangsung lebih singkat yaitu sekitar 7 jam dan
kala pengeluaran sekitar 1/2 jam (Maya, 2010).
9. Penyebaran nyeri persalinan
Rangsangan nyeri persalinan pada kala 1 di transmisiklan dari serat aferen melalui
flesus hipogastrik superior, inferior, dan tengah, rantai somatik torakal bawah dan
lumbal, ke ganglia akar saraf posterior pada T10 sampai L1. Nyeri dapat disebar dari area
pelvis ke umbilicus, paha atas, dan area madsakral. Pada penurunan janin, biasana pada
kala II rangsangan ditransmisikan melalui saraf pudental melalui pleksus sacral ke
ganglia akar sarf posterior pada S2 sampai S4. selama persalinan kala II, ketika tidak ada
lagi tahanan dari serviks, nyeri masih dialami karena distensi lanjut segmen uterus
bawah. Ketika janin turun ke pelvis, nyeri yang disebabkan oleh distensi sepertiga
anterior vagina dan perineum menggantikan nyeri viseral profunda Tekanan dan trauma
pada fascia, jaringan subkutan,dan otot skelet merangsang nosiseptor dan menggeser
lokasi nyeri secara eksternal. Tekanan pada akar pleksus lumbo sacral menimbulkan
nyeri pada paha, kaki, vagina, perinium, dan rectum (Walsh, 2007).

10. Penilaian dan pengukuran nyeri


Kualitas nyeri dapat dinilai sederhana yang meminta pasien menjelaskan nyeri
dengan kata-kata mereka sendiri (misalnya tumpul, berdenyut, seperti terbakar). Evaluasi
ini juga dapat didekati dengan menggunakan penelitian yang lebih formal, seperti
kuesioner nyeri MC bill , yang merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai
nyeri. Kuesioner ini mengukur dimensi fisiologik dan psikologik nyeri yang dibagi
menjadi empat bagian. Bagian pertama klien menandai lokasi nyeri disebuah gambar
tubuh manusia. Pada bagian kedua klien memilih 20 kata yang menjelaskan kualitas
sensorik, afektif, evaluatif, dan kualitas lain dari nyeri. Pada bagian ketiga klien memilih
kata seperti singkat, berirama atau menetap untuk menetap untuk menjalaskan pola nyeri.
16

Pada bagian keempat klien menentukan tingkatan nyeri pada suatu skala 0 sampai 5
(Price,2005).
Alat bantu lain yang digunakan untuk menilai intensitas atau
keparahan nyeri klien:

a. Face Pain Rating Scale

b. Skala intensitas nyeri deskritif

Keterangan

0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik.
17

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
Karakteristik paling subyektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau intensitas
nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai yang
ringan, sedang atau parah.
11. Akibat tidak mengatasi nyeri
Menurut Mander (2004), nyeri persalinan yang berat dan lama dapat
mempengaruhi ventilasi, sirkulasi metabolisme dan aktivitas uterus. Nyeri saat
persalinan bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan konsentrasi ibu selama
persalinan menjadi terganggu, tidak jarang kehamilan membawa “stress” atau rasa
khawatir / cemas yang membawa dampak dan pengaruh terhadap fisik dan psikis, baik
baik pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Misalnya mengakibatkan
kecacatan jasmani dan kemunduran kepandaian serta mental emosional nyeri dan rasa
sakit yang berlebihan akan menimbulkan rasa cemas. Rasa cemas yang berlebihan juga
menambah nyeri.
12. Management nyeri
1. Management farmakologi
Managemen farmakologi merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
menghilangkan nyeridengan menggunakan obat-obatan. Obat merupakan bentuk
pengendalian nyeri yang paling sering diberikan oleh perawat dengan kolaborasi
dengan dokter. Terdapat tiga kelompok obat nyeri yaitu:
a. Analgetik non opioid – Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAISN)
Efektif untuk penatalaksanaan nyeri ringan sampai sedang terutama
asetomenofn (Tylenol) dan OAISN dengan ef anti peritik, analgetik dan anti
iflamasi, Asam asetilsalisilat (aspirin) dan Ibuprofin (Morfin, Advil)
merupakan OAINS yang sering digunakan untuk mengatasi nyeri akut derajat
ringan. OAINS menghasilkan analgetik dengan bekerja ditempat cedera
melalui inhibisi sintesis prostaglandin dari prekorsor asam arokidonat.
18

Prostaglandin mensintesis nosiseptor dan bekerja secara sinergis dengan


prodok inflamatorik lain di tempat cedera, misalnya bradikinibin dan
histamine untuk menimbulkan hiperanalgetik. Dengan demikian OAINS
mengganggu mekanisme transduksi di nosiseptor aferen primer dengan
menghambat sintesis prostaglandin.

b. Analgesia opioid
Merupakan analgetik yang kuat yang bersedia dan digunakan dalam
penatalaksanaan nyeri dengan skala sedang sampai dengan berat. Obat-obat
ini merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait
kanker. Morfin merupakan salah satu jenis obat ini yang digunakan untuk
mengobati nyeri berat. Berbeda dengan OAINS yang bekerja diperifer, Morfin
menimbulkan efek analgetiknya di sentral. Morfin menimbulkan efek dengan
mengikat reseptor opioid di nukleus modulasi di batang otak yang
menghambat nyeri pada system assenden.

c. Adjuvan / Koanalgetik
Merupakan obat yang memiliki efek analgetik atau efek komplementer dalam
penatalaksanaan nyeri yang semula dikembangkan untuk kepentingan lain.
Contoh obat ini adalah Karbamazopin (Tegretol) atau Fenitoin (Dilantin)
(Price & Wilson, 2006).

2. Managemen Non-Farmakologi
Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengatasi (memanajemen) nyeri saat
persalinan, yaitu salah satunya dengan memberikan terapi non farmakologis.Terapi
non- farmakologis yaitu terapi yang digunakan yakni dengan tanpa menggunakan
obat-obatan, tetapi dengan memberikan berbagai teknik yang setidaknya dapat
sedikit mengurangi rasa nyeri saat persalinan tiba. Beberapa hal yang dapat
dilakukan ialah:
1. Distraksi
19

Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri. Ada
empat tipe distraksi, yaitu distraksi visual, misalnya membaca atau menonton
televisi, Distraksi auditory, misalnya mendengarkan musik, Distraksi taktil,
misalnya menarik nafas dan massase, Distraksi kognitif, misalnya bermain
puzzle.
2. Hypnosis-diri
Hypnosis-diri dengan membantu merubah persepsi nyeri melalui
pengaruh sugesti positif. Hypnosis-diri menggunakan sugesti dari dankesan
tentang perasaan yang rileks dan damai. Individu memasuki keadaan rileks
dengan menggunakan bagian ide pikiran dan kemudian kondisi- kondisi yang
menghasilkan respons tertentu bagi mereka(Edelman & Mandel, 1994).
Hypnosis-diri sama seperti dengan melamun. Konsentrasi yang efektif
mengurangi ketakutan dan sters karena individu berkonsentrasi hanya pada
satu pikiran.

Selain itu juga mengurangi persepsi nyeri merupakan salah satu


sederhana untuk meningkatkan rasa nyaman ialah membuang atau mencegah
stimulasi nyeri. Hal ini terutama penting bagi klien yang imobilisasi atau tidak
mampu merasakan sensasi ketidaknyamanan. Nyeri juga dapat dicegah dengan
mengantisipasi kejadian yang menyakitkan, misalnya seorang klien yang
dibiarkan mengalami konstipasi akan menderita distensi dan kram abdomen.
Upaya ini hanya klien alami dan sedikit waktu ekstra dalam upaya menghindari
situasi yang menenyebabkan nyeri (Mander, 2003)

3. Stimulas Kutaneus

Terapi stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang dilakukan untuk


menghilangkan nyeri massase, mandi air hangat, kompres panas atau dingin dan
stimulasi saraf elektrik transkutan (TENS) merupakan langkah-langkah sederhana
dalam upaya menurunkan persepsi nyeri. Cara kerja khusus stimulasi kutaneus
masih belum jelas. Salah satu pemikiran adalah cara ini menyebabkan pelepasan
endorfin, sehingga memblog transmisi stimulasi nyeri. Teori Gate-kontrol
mengatakn bahwa stimulasi kutaneus mengaktifkan transmisi tersebut saraf
20

sensori A-Beta yang lebih besar dan lebih cepat. Proses ini menurunkan transmisi
nyeri melalui serabut dan delta-A berdiameter kecil. Gerbang sinaps menutup
transmisi impuls nyeri. Bahwa keuntungan stimulasi kutaneus adalah tindakan ini
dapat dilakkan dirumah, sehingga memungkinkan klien dan keluarga melakukan
upaya kontrol gejala nyeri dan penanganannya. Penggunaan yang benar dapat
mengurangi persepsi nyeri dan membantu mengurangi ketegangan otot. Stimulasi
kutaneus jangan digunakan secara langsung pada daerah kulit yang sensitif
(misalnya luka bakar, luka memar, cram kulit, inflamasi dan kulit dibawah tulang
yang fraktur) (Mander,2004)

4. Massase
Masasse adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya
otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi
untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi, dan / atau memperbaiki sirkulasi.
Masase adalah terapi nyeri yang paling primitive dan menggunakan reflex lembut
manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang nyeri
(Smeltzer & Bare, 2002).

5. Terapi Hangat dan Dingin


Terapi hangat dan dingin bekerja dengan menstimulasi reseptor tidak nyeri (non-
nosiseptor). Terapi dingin dapat menurunkan prostaglandin yang memperkuat
sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus diletakkan di area sekitar
pembedahan. Penggunaan panas dapat meningkatkan aliran darah yang dapat
mempercepat penyembuhan dan penurunan nyeri (Smeltzer & Bare, 2002)
6. Relaksasi pernafasan
Relaksasi pernafasan yang merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan,
yang dalam hal ini perawat mengajakan pada klien bagaimana cara melakukan
pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana
menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan intensitas nyeri,
teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare,2002). Menurut kegunaanya
teknik relaksasi pernafasan dianggap mampu meredakan nyeri, prosesnya menarik
21

nafas lambat melalui hidung (menahan inspirasi secara maksimal) dan


menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan-lahan.

C. Teknik relaksaksi pernapsan


1. Pengertian
Teknik relaksasi merupakan teknik pereda nyeri yang banyak memberikan
masukan terbesar karena teknik relaksasi dalam persalinan dapat mencegah kesalahan
yang berlebihan pasca-persalinan. Ada pun relaksasi pernapasan selama proses
persalinan dapat mempertahankan komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan
homeostatis sehingga tidak terjadi peningkatan suplai darah, mengurang kecemasan
dan ketakutan agar ibu dapat beradapatasi dengan nyeri selama proses persalinan
(Mander, 2003). Teknik relaksasi pernafasan merupakan suatu bentuk asuhan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan pada klien bagaimana cara
melakukan pernafasan, nafas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Selain dapat menurunkan
intensitas nyeri, teknik relaksasi pernafasan juga dapat meningkatkan ventilasi paru
dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer & Bare, 2002).
Menurut Bobak (2004), Teknik relaksasi pernafasan merupakan suatu tindakan
pengendalian nyeri non farmakologis yang dapat membantu ibu mengendurkan
seluruh tubuhnya kektika rahim berkontraksi.
2. Tujuan

Ada pun relaksasi pernapasan selama proses persalinan dapat mempertahankan


komponen sistem saraf simpatis dalam keadaan homeostatis sehingga tidak terjadi
peningkatan suplai darah, menguragi kecemasan dan ketakutan agar ibu dapat
beradapatasi dengan nyeri selama proses persalinan (Mander, 2003). Relaksasi telah
terbukti meningkatkan kemampuan individu untuk menoleransi nyeri. Relaksasi dan
pernapasan yang terkontrol dapat meningkatkan kemampuan mereka mengatasi
kecemasan dan meningkatkan rasa mampu mengendalikan yang menimbulkan stres
dan nyeri (Schott & Priest, 2008).
22

3. Prosedur teknik relaksasi pernapsan


Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah
pernafasan diafragma yang mengacu pada pendataran bentuk diafragma selama
inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan
dessakan udaara masuk selama inspirasi. Adapun langkah- langkag teknik relaksasi
pernafasan adalah sebagai berikut:
a. Ciptakan lingkungan yang tenang
b. Usahakan tetap rileks dan tenang
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
d. melalui hitungan 1,2,3
e. Perlahan-lahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
f. ekstremitas atas dan bagian bawah rileks
g. Anjurkan bernafas dengan irama normal 3 kali
h. Menarik nafas lagi melalui hidung dan hembuskan melalui mulut secara perlahan-
lahan
i. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks
j. Usahakan agar tetap konsentrasi/ mata sambil terpejam
k. Pada saat kontraksi pusatkan pada daerah yang nyeri
l. Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri terasa berkurang
m. Ulangi sampai 15 kali, dengan seling istirahat singkat setiap 5 kali
n. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
o. cepat (Priharjo, 2002).
23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Nyeri adalah bagian integral dari persalinan dan melahirkan (Melzack, 1984) di
kutip oleh mander (2003). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan uri), yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar
(Wiknjosastro, 2005).
Nyeri persalinan disebabkan adanya regangan segmen bawah rahim, Farer (2001).
Intensitas nyeri sebanding dengan kekuatan kontraksi dan tekanan yang terjadi, nyeri
bertambah ketika mulut rahim dalam dilatasi penuh akibat tekanan bayi terhadap struktur
panggul diikuti regangan dan perobekan jalan lahir.
B. Saran

Diharapkan agar perawat mampu melakukan manajemen nyeri pasa pasien persalinan
agar nyerinya dapat d control .
24

DAFTAR PUSTAKA

Baiti. (2007). Rasa Sakit Melahirkan.

Imami. (2007). Nyeri pada Persalinan.dan Penatalaksanaannya secara Non Farmakologik.

Mirzanie. (2005). Pediatricia. Jakarta: Tosca Enterprise.

Rosemary. (2004). Nyeri Persalinan. Jakarta:EGC.

Tubagus. (2011). Cara untuk Mengurang Persalinan.

Anda mungkin juga menyukai