Anda di halaman 1dari 4

1.

Faktor- faktor Penyebab Munculnya Aliran dalam Islam


a. Tendensi (kecenderungan) yang dipengaruhi oleh kepartaian dan fanatisme kesukuan
Tiada penyebab perpecahan umat ini yang lebih hebat selain perbedaan pendapat dalam
persoalan Imamah (kepemimpinan umat). Tiada pemberontakan dalam Islam demi suatu
prinsip agama, yang lebih parah, selain yang terjadi sekitar persoalan ini, disetiap zaman.
Pertengkaran dalam masalah itu adalah penyebab utama dan langsung perpecahan selama ini.
Sehingga tubuh umat Islam terkoyak menjadi beberapa firqoh.
Para sahabat setelah wafatnya nabi segera memikirkan penggantinya sebagai kepala
negara dengan mengadakan pemilihan kholifah. Umat islam pada masa kholifah abu bakar
dan umar tetap terjaga kesatuannya, tetapi setelah jabatan kholifah dipegang oleh Utsman Bin
Affan, pada masa akhir pemerintahannya kesatuan umat islam mulai goyah dengan terjadinya
pemberontakan yang berujung terbunuhnya kholifah utsman. Kaum pemberontak
memandang utsman bertindak kurang adil dan menderita nepotisme.setelah wafatnya utsman,
Ali Bin Abi Tholib diangkat oleh sebagian besar umat islam menjadi kholifah ke empat.
Tetapi kerabat utsman yang dipelopori oleh muawiyah bin Abi Sofyan ( Gubernur Syam)
menuntut bela atas kematian Utsman kepada Ali Bin Abi Tholib. Oleh karena Ali tidak
segera menangkap dan mengadili pembunuh Utsman akhirnya mereka menuduh Ali terlibat
dan bersekongkol dengan kaum pemberontak. Sejak itu mulailah berlangsung serankain
pertempuran antara pendukung muawiyah melawan pasukan Ali Bin Abi Tholib yang dikenal
dengan perang shifin.
Pasca perang shiffin (37 hijriyah) yang secara militer dimenangkan oleh pasukan Ali,
terjadi sebuah peristiwa yang dikenal majlis tahkim (arbitrase) yaitu permusyawarah untuk
menyelesaikan pertikaian antara Ali dan muawiyah, berasal dari majlis tahkim inilah umat
islam terpecah menjadi tiga aliran yaitu: pertama, Kelompok yang tetap setia dan
mendukung Ali serta keturunannya yang dikenal dengan syiah Ali. Kedua, Kelompok yang
semula mendukung ali kemudian keluar karena ali menyetujui majlis tahkim yang berakhir
dengan kekalahan secara politis mereka diknal dengan Khowarij. Ketiga, juhur al-muslimin
sebagai kelompok mayoritas umat islam yang mengambil sikap moderat dan mengakui
kekholifahan muawiyah bin abi sofyan setelah mundurnya khasan bin ali sebagai realisasi
dari Amul jamaah.[1]
b. Kesalahpahaman dan pemutarbalikan tentang pembatasan hakikat agama
Kesalahpahaman dan kelalaian di antara sebagian mereka dalam memberikan batasan
aqidah, dikarenakan keterbatasan daya pikir dan kurangnya penalaran sebagian mereka dalam
menelaah esensi agama.
c. Larangan menulis, menukil, serta meriwayatkan hadits Nabi
Larangan menulis hadits nabi ini dikarenakan adanya kekhawatiran akan tercampurnya Al-
Quran dan Al- Hadits.
d. Memberi peluang luas kepada Ahbar (pendeta Yahudi) dan Ruhban (pendeta Nashrani)
menceritakan kisah- kisah orang- orang yang terdahulu dan kemudian
Kerugian yang diderita Islam dan kaum muslim akibat pelarangan penulisan dan penyebaran
hadits amat besar, yang tidak dapat ditaksir dengan bilangan berapapun. Betapa tidak, karena
tersebar luasnya kekacauan dalam aqoid (kepercayaan- kepercayaan), amal ibadah, etika,
pendidikan, dan prinsip- prinsip (islam), akibat pelarangan tersebut. Keadaan ini merupakan
lahan yang cocok untuk lahirnya bidah- bidah israiliyat, cerita- cerita masehiyat, dan
dongeng- dongeng majusiyat. Terutama tindakan para Ahbar dan Ruhban. Mereka banyak
menciptakan seakan hadits itu dari para Nabi dan Rasul. Mereka juga menciptakan dongeng-
dongeng yang seolah- olah bersumber dari lisan Nabi Muhammad SAW.
e. Pencampuran kebudayaan dan peradaban antara kaum Muslimin dan bangsa- bangsa
selainnya
Setelah Nabi Mulia wafat, kaum muslim berhasil mengembangkan sayapnya sehingga
berhasil menguasai beberapa negeri dan wilayah, hasilnya kota- kota Islam pun meluas.
Sedangkan negeri yang berada di bawah kaum muslimin, dijumpai bangsa- bangsa yang
memiliki kebudayaan, peradaban, dan berbagai pengatahuan serta adab.
Kemudian dari kalangan umat muslim, banyak yang menaruh minat untuk mempelajari
pengetahuan peradaban setempat, seperti adab dan kesenian, lalu keinginan itu dikembangkan
melalui diskusi, seminar dengan menukil dan mengutip berbagai buku karya mereka yang
kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
f. Ijtihad yang bertentangan dengan nash
Kita tahu bahwa ummah (generasi penerus), sepeninggal Rasul Allah SAW, (dengan segala
persoalannya) merujuk kepada sohabi dan tabiin, juga kepada siapa yang pernah berjumpa
dengan Nabi. Meskipun begitu, mereka berpaling dari Ahl Al- Bayt An- Nubuwwah (Rumah
tangga kenabian), pusat risalah, persinggahan malaikat, tempat turunnya wahyu. Jadi, upaya
mereka sedemikian itu tak lain adalah ijtihad yang bertentangan dengan nash.

ALIRAN SYIAH

Syiah adalah salah satu aliran dalam Islam yang meyakini Ali bin Abi Talib dan
keturunannya sebagai pemimpin Islam setelah Nabi saw. wafat. Para penulis sejarah Islam
berbeda pendapat mengenai awal mula golongan syiah. Sebagian menganggap Syiah lahir
setelah Nabi Muhammad saw. wafat, yaitu pada suatu perebutan kekuasaan antara kaum
Muhajirin dan Anshar.

Pendapat yang palingpopular tentang lahirnya golongan Syiah adalh setelah gagalnya
perundingan antara Ali bin Abi Talib a Muawiyah bin Abi Sufyan di Siffin. Perundingan ini
diakhiri dengan tahkim atau arbitrasi. Akibat kegagalan itu, sejumlah pasukan Ali
memberontak terhadap kepemimpinannya dan keluar dari pasukan Ali. Mereka itu disebut
golongan Khawarij atau orang-orang yang keluar, sedangkan sebagian besar pasukan yang
tetap setia kepada Ali disebut Syiah atau pengikut Ali.

ALIRAN QODARIYAH

Nama Qadariyah berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya dan bukan nberasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Allah. Dalam sejarah perkembangan teologi Islam, tidak
diketahui secara pasti kapan aliran ini muncul.

Pendiri aliran ini adalah Mabad al-Juhani dan Gailan ad-Dimasyqi. Aliran ini mempunyai
pendapat bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatan baik ataupun jahat. Selain itu,
menurut aliran ini manusia mempunyai kemerdekaan atas tingkah lakunya. Ia berbuat baik
ataupun jahat atas kehendaknya sendiri. Degan demikian, menurut aliran ini manusia
diciptakan Allah mempunyai kebebasan untuk mengatur jalan hidupnyatanpa campur tangan
Allah. Oleh karena itu, jika manusia diberi ganjaran yang baik berupa surga atau disiksa di
neraka, semua itu adalah pilihan mereka sendiri.

ALIRAN JABARIYAH

Nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung sarti memaksa. Smenurut al-
Syahrastani, Jabariyah berarti menghilangkan perbuatan dari hamba secara hakikat dan
menyandarkan perbuatamn tersebut kepada Allah.

Dalam sejarah tercatat bahwa orang yang pertama kali mengemukakan paham Jabariyah di
kalangan umat Islam adalh al-Jaad Ibnu Dirham. Pandangan-pandangan Jaad ini, kemudian
disebarluaskan oleh para pngikutnya, seperti Jahm bin Safwan. Manusia menurut aliran
Jabariyah adalah sangat lemah, tidak berdaya, serta terikat dengan kekuasaan dan kehendak
mutlak Tuhan. Manusia tidak mempunyai kehendak dan kemauan bebas, sebagaimana
dimiliki soleh paham qadariyah. Seluruh tindakan dan perbuatan manusia tidak boleh lepas
dari aturan, scenario, dan kehendak Allah. Segala akibat baik baik dan buruk yang diterima
oleh manusia dalam perjalanan hidupnya adalah merupakan ketentuan Allah. Akan tetapi, ada
kecendrungan bahwa Tuhan bahwa Tuhan lebih memperlihatkan sikap-Nya yang mutlak,
absolute, dan berbuat sekehenak-Nya. Hal ini dapat menimbulkan paham seolah-olah Tuhan
tidak adil. Misalnya, Tuhan menyiksa orang yang berbuat dosa yang dilakukan orang itu
terjadi atas kehendak-Nya.

Baik aliran Qadariyah maupun Jabariyah tampaknya memperlihatkan paham yang saling
bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada Al-Quran. Hal ini
memperlihatkan betapa terbukanya kemungkinan terjadinay perbedaan pendapat dalm Islam.

Anda mungkin juga menyukai