Anda di halaman 1dari 61

1.

SEJARAH PEMBENTUKAN BUMI


Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan sejarah
terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan bumi merupakan salah satu anggota
keluarga matahari, di samping planet-planet lain, komet, asteroid, dan meteor.
Bahkan para ilmuwan memperkirakan bahwa matahari terbentuk terlebih dahulu,
sedangkan planet-planet masih dalam wujud awan debu dan gas kosmis yang
disebut nebula berputar mengelilingi matahari. Awan, debu, dan gas kosmis
tersebut terus berputar dan akhirnya saling bersatu karena pengaruh gravitasi,
kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola besar yang disebut
planet, termasuk planet bumi.
Dari proses tersebut, dapat diperoleh gambaran bahwa sistem tata surya
berasal dari massa gas (kabut gas atau nebula) yang bercahaya dan berputar
perlahan-lahan. Massa gas tersebut secara berangsur-angsur mendingin,
mengecil, dan mendekati bentuk bola. Karena massa gas itu berotasi dengan
kecepatan yang makin lama semakin tinggi, pada bagian khatulistiwa
(ekuatornya) yang mendapat gaya sentrifugal paling besar, sehingga massa
tersebut menggelembung. Akhirnya dari bagian yang menggelembung tersebut
ada bagian yang terlepas (terlempar) dan membentuk bola-bola pijar dengan
ukuran berbeda satu sama lain.
Massa gas induk tersebut akhirnya menjadi matahari, sedangkan
bolabola kecil yang terlepas dari massa induknya mendingin menjadi planet,
termasuk bumi kita. Pada saat terlepas dari massa induknya, planet-planet
anggota tata surya masih merupakan bola pijar dengan suhu sangat tinggi.
Karena planet berotasi, maka ada bagian tubuhnya yang terlepas dan berotasi
sambil beredar mengelilingi planet tersebut. Benda tersebut selanjutnya
dinamakan bulan (satelit alam).
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, bumi terbentuk
atau terlepas dari tubuh matahari sekitar 4500 juta tahun yang lalu. Perkiraan
terbentuknya bumi ini didasarkan atas penelaahan palentologi (ilmu yang
mempelajari fosil-fosil sisa mahluk hidup purba pada masa lampau) dan
stratigrafi (ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk
muka bumi).
Pada saat terlahir (sekitar 4500 juta tahun yang lalu) bumi kita pada
awalnya masih merupakan bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya
mencapai 4.0000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, secara berangsurangsur
bumi kita mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian luar bumi membeku
membentuk lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang disebut litosfer, sedangkan
bagian dalam planet bumi sampai sekarang masih dalam keadaan panas dan
berpijar.
Selain pembekuan kerak bumi, pendinginan massa bumi ini
mengakibatkan terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke
angkasa. Proses penguapan ini terjadi dalam waktu jutaan tahun, sehingga terjadi
akumulasi uap dan gas yang sangat banyak. Pada saat inilah mulai terbentuk
atmosfer bumi.
Uap air yang terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut,
pada akhirnya dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk pertama kalinya di bumi,
dengan intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air hujan
yang jatuh selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka bumi membentuk
bentang perairan laut dan samudera.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pada awal pembentukannya,
seluruh bagian planet bumi relatif dingin. Kemudian pada proses selanjutnya,
suhu bumi semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini.
Berdasarkan penelitian para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang
menyebabkan naiknya suhu bumi tersebut, yaitu sebagai berikut:
1. Akresi (accretion) yaitu naiknya suhu bumi akibat tumbukan
bendabenda angkasa atau meteor yang menghujani bumi. Energi dari
bendabenda tersebut berubah menjadi panas. Bayangkan saja, 5 ton berat benda
angkasa, kemudian menghantam bumi dengan kecepatan 30 km per detik,
diperkirakan memberikan energi yang sama dengan ledakan nuklir sebesar 1000
ton. Daerah sekitar tumbukan tersebut meninggalkan lubang-lubang yang sangat
besar (kawah) di permukaan bumi. Pada saat bersamaan, bulan juga ditabrak
oleh benda angkasa tersebut. Karena itu, apabila kamu melihat bulan dengan
menggunakan teropong maka kamu bisa menyaksikan kawah yang terbentuk
pada masa lampau.
2. Kompresi yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya gaya
gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar dibandingkan
bagian luarnya, sehingga pada bagian dalam bumi suhunya lebih panas.
Tingginya suhu di bagian dalam bumi (inti bumi) mengakibatkan unsur besi
pada bumi menjadi cair, sehingga inti bumi merupakan cairan.
3. Adanya disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif seperti
uranium, thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya relatif
kecil tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari unsur-unsur
tersebut secara spontan terurai dan mengeluarkan partikel-partikel atom yang
berubah menjadi unsur lain dan diserap oleh batuan di sekitarnya.
Itulah proses pembentukan bumi, tempat kita tinggal dan hidup di
dalamnya. Lalu bagaimana dengan proses terjadinya perlapisan di bumi? Secara
ringkas, proses pembentukan bumi hingga terjadinya perlapisan tersebut terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau belum
terjadi diferensiasi dan zonafikasi.
2. Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang
lebih berat tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih ringan
bergerak ke permukaan. Dengan demikian, bumi tidak lagi dalam keadaan
homogen, melainkan terdiri atas material yang lebih berat (besi) di pusat bumi
dan material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar atau kerak bumi.
3. Proses zonafikasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa
zona atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah,
zona transisi, astenosfer yang cair, dan litosfer yang terdiri atas kerak benua dan
kerak samudera. Dengan demikian, perubahan suhu yang dimulai dari bahan
pembentuk bumi hingga terbentuk bumi, kemudian mengalami pendinginan dan
terjadinya kenaikan suhu kembali, seperti yang dijelaskan di atas,
mengakibatkan bumi sebagai planet yang memiliki lapisan-lapisan. Proses
zonafikasi pada bumi telah membaginya ke dalam beberapa lapisan.
Berikut ini beberapa hipotesa yang telah dikemukakan oleh para akhlikebumian yang
berkaitan dengan proses kejadian planit-planit yang menghuni tata surya, yaitu:
1. Hipotesa Nebula
Proses bagaimana terjadinya Bumi dan Tata Surya kita ini telah lama menjadi
bahan perdebatan diantara para ilmuwan. Banyak pemikiran-pemikiran yang
telah dikemukakan untuk menjelaskan terjadinya planit-planit yang menghuni
Tata Surya kita ini. Salah satu diantaranya yang merupakan gagasan bersama
antara tiga orang ilmuwan yaitu, Immanuel Kant, Pierre Marquis de Laplace.
Agar kita dapat lebih menghayati dan memahami sifat-sifat yang terkandung dan
Helmholtz, adalah yang beranggapan adanya suatu bintang yang berbentuk
kabut raksasa dengan suhu yang tidak terlalu panas karena penyebarannya yang
sangat terpencar. Benda tersebut yang kemudian disebutnya sebagai awal-mula
dari MATAHARI, digambarkannya sebagai suatu benda (masa) yang bergaris
tengah 2 bilyun mil yang berada dalam keadaan berputar. Gerakan tersebut
menyebabkan Matahari ini secara terus-menerus akan kehilangan daya
energinya dan akhirnya mengkerut. Akibat dari proses pengkerutan tersebut,
maka ia akan berputar lebih cepat lagi. Dalam keadaan seperti ini, maka pada
bagian ekuator kecepatannya akan semakin meningkat dan menimbulkan
terjadinya gaya sentrifugal. Gaya ini akhirnya akan melampaui tarikan dari
gayaberatnya, yang semula mengimbanginya, dan menyebabkan sebagian dari
bahan yang berasal dari Matahari tersebut terlempar. Bahan-bahan yang
terlempar ini kemudian dalam perjalanannya juga berputar mengikuti induknya,
juga akan mengkerut dan membentuk sejumlah planet-planet.
Pada gambar dibawah diilustrasikan bagaimana Bumi dan 8 planet lainnya serta
Matahari muncul pada waktu yang bersamaan dari debu dan gas (nebula).
Sekitar 5 milyar tahun yang lalu, nebula mulai kontraksi karena gaya gravitasi
dan mulai berputar dan menjadi lebih pipih. Pada akhirnya Matahari mulai
mengalami fusi dan planet planet baru terbentuk dan mulai memisahkan diri,
unsur unsur dan komponen-komponen kimia yang lebih berat bergerak kebagian
tengah/pusat dan material batuan membentuk kerak. Planet-planet yang baru
terbentuk serta bulan melepaskan gas yang merupakan pembentukan awal dari
atmosfir.

Pembentukan Sistem Tata Surya Berdasarkan Hipotesa Nebula


2. Hipotesa Planetisimal
Karena ternyata masih ada beberapa masalah yang berkaitan dengan kejadian-
kejadian didalam Tata Surya yang tidak berhasil dijelaskan dengan teori ini,
maka muncul teori-teori baru lainnya yang mencoba untuk memberikan
gambaran yang lebih sempurna. Salah satu nya adalah yang disebut dan dikenal
sebagai teori Planetisimal yang dicetuskan oleh Thomas C. Chamberlin dan
Forest R. Moulton. Teori ini mengemukakan adanya suatu Bintang yang besar
yang menyusup dan mendekati Matahari. Akibat dari gejala ini, maka sebagian
dari bahan yang membentuk Matahari akan terkoyak dan direnggut dari
peredarannya. Mereka berpendapat bahwa bumi kita ini terbentuk dari
bahanbahan yang direnggut tersebut yang kemudian memisahkan diri dari
Matahari. Sesudah itu masih ada bermunculan teori-teori lainnya yang juga
mencoba menjelaskan terjadinya planit-planit yang mengitari Matahari. Tetapi
rupanya kesemuanya itu lebih memfokuskan terhadap pembentukan planit-planit
itu sendiri saja tanpa mempedulikan bagaimana sebenarnya Matahari itu sendiri
terbentuk.
Teori Planetesimal
3. Hipotesa Pasang Surut Bintang
Hipotesa pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada
tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada
matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah
besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut
bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun
astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang
sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry
Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesa tersebut.

Teori Pasang Surut Gas

4. Hipotesa Kondensasi
Hipotesa kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang
bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesa kondensasi
menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar
membentuk cakram raksasa.
Teori Bintang Kembar

5. Hipotesa Bintang Kembar


Hipotesa bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001)
pada tahun 1956. Hipotesa mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita
berupa dua bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah
satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu
terperangkap oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai
mengelilinginya.

Teori Big Bang

Masih sangat banyak teori lainnya yang Dikemukakan oleh para ahli seperti:
Teori Buffon dari ahli ilmu alam Perancis George Louis Leelere Comte de
Buffon. Beliau mengemukakan bahwa dahulu kala terjadi tumbukan antara
matahari dengan sebuah komet yang menyebabkan sebagian massa matahari
terpental ke luar. Massa yang terpental ini menjadi planet.

Teori Kuiper atau teori kondensasi dikemukakan oleh Gerald


P.Kuiper mengemukakan bahwa pada mulanya ada nebula besar berbentuk
piringan cakram. Pusat piringan adalah protomatahari, sedangkan massa gas
yang berputar mengelilingi promatahari adalah protoplanet.Pusat piringan yang
merupakan protomatahari menjadi sangat panas, sedangkan protoplanet menjadi
dingin. Unsur ringan tersebut menguap dan menggumpal menjadi planet
planet.Dalam teorinya beliau juga mengatakan bahwa tata surya pada mulanya
berupa bola kabut raksasa. Kabut ini terdiri dari debu, es, dan gas. Bola kabut ini
berputar pada porosnya sehingga bagian-bagian yang ringan terlempar ke luar,
sedangkan bagian yang berat berkumpul di pusatnya membentuk sebuah cakram
mulai menyusut dan perputarannya semakin cepat, serta suhunya bertambah,
akhirnya terbentuklah matahari.

Teori Weizsaecker dimana pada tahun 1940, C.Von Weizsaecker, seorang ahli
astronomi Jerman mengemukakan tata surya pada mulanya terdiri atas matahari
yang dikelilingi oleh massa kabut gas. Sebagian besar massa kabut gas ini terdiri
atas unsur ringan, yaitu hidrogen dan helium. Karena panas matahari yang
sangat tinggi, maka unsur ringan tersebut menguap ke angkasa tata surya,
sedangkan unsur yang lebih berat tertinggal dan menggumpal. Gumpalan ini
akan menarik unsur unsur lain yang ada di angkasa tata surya dan selanjutnya
berevolusi membentuk palnet planet, termasuk bumi.

Teori Whipple oleh seorang ahli astronom Amerika Fred L.Whipple,


mengemukakan pada mulanya tata surya terdiri dari gas dan kabut debu kosmis
yang berotasi membentuk semacam piringan. Debu dan gas yang berotasi
menyebabkan terjadinya pemekatan massa dan akhirnya menggumpal menjadi
padat, sedangkan kabutnya hilang menguap ke angkasa. Gumpalan yang padat
saling bertabrakan dan kemudian membentuk planet planet.

Menurut seorang astronom asal inggris,pada pertengahan abad 20 yang


bernama Sir Fred Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady-
State.Teori steady-state menyatakan bahwa alam semesta berukuran tak hingga
dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis,
teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan
bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori
steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan
justru meruntuhkan pandangan mereka.
Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia
mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa,
sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu,
radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang
'seharusnya ada' ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti
bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa
sengaja. Radiasi ini, yang disebut 'radiasi latar kosmis', tidak terlihat memancar
dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa.
Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari
tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel
untuk penemuan mereka.Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic
Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian
tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan
perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa
yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai
penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas
membuktikan teori Big Bang.

Dan menurut gagasan kuno yang mengatakan bahwa alam semesta itu kekal.
Gagasan yang umum di abad 19 adalah bahwa alam semesta merupakan
kumpulan materi berukuran tak hingga yang telah ada sejak dulu kala dan akan
terus ada selamanya. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis,
pandangan ini menolak keberadaan sang Pencipta dan menyatakan bahwa alam
semesta tidak berawal dan tidak berakhir.

Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-


satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi.
Berakar pada kebudayaan Yunani Kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas
di abad 19, sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham
Materialisme dialektika Karl Marx.Para penganut materalisme meyakini model
alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Misalnya,
dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie, filosof materialis
George Politzer mengatakan bahwa "alam semesta bukanlah sesuatu yang
diciptakan" dan menambahkan: "Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan
oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan".
Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan,
ia berpijak pada model alam semesta statis abad 19, dan menganggap dirinya
sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Namun, sains dan teknologi
yang berkembang di abad 20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang
dinamakan materialisme ini.
Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan 'Big
Bang', dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa
'volume nol' merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan
pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep 'ketiadaan', yang
berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai
'titik bervolume nol'. Sebenarnya, 'sebuah titik tak bervolume' berarti 'ketiadaan'.
Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata
lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan
fisika modern pada abad 20.
2. BAGIAN-BAGIAN BUMI
Bumi tinggal saat ini merupakan salah satu anggota tata surya dengan
matahari sebagai pusatnya. Bumi merupakan planet terbesar kelima dari
sembilan planet tatasurya kita. Bentuknya mirip dengan bola bundar dengan
keliling sekitar 12.743 km. luasnya sekitar 510 juta km. Sekitar 29 % adalah
daratan. Inti bumi terdapat pada lapisannya yang paling dalam, kelilingnya kira
kira 6.919 m. disebelah atasnya ada kerak bumi yang juga merupakan batuan
yang keras dan padat.
Berdasarkan letaknya dari Matahari, Bumi adalah planet ketiga dari
sembilan planet dalam Tata Surya. Diperkirakan usianya mencapai 4,6 milyar
tahun. Jarak antara Bumi dengan matahari adalah 149.6 juta kilometer atau 1 AU
(Astronomical Unit). Bumi mempunyai lapisan udara (atmosfer) dan medan
magnet yang disebut (magnetosfer) yang melindung permukaan Bumi dari angin
matahari, sinar ultraungu, dan radiasi dari luar angkasa. Lapisan udara ini
menyelimuti bumi hingga ketinggian sekitar 700 kilometer. Lapisan udara ini
dibagi menjadi Troposfer, Stratosfer, Mesosfer, Termosfer, dan Eksosfer.
Bumi diperkirakan tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi
nikel beku setebal 1.370 kilometer dengan suhu 4.500C, diselimuti pula oleh
inti luar yang bersifat cair setebal 2.100 kilometer, lalu diselimuti pula oleh
mantel silika setebal 2.800 kilometer membentuk 83% isi bumi, dan akhirnya
sekali diselimuti oleh kerak bumi setebal kurang lebih 85 kilometer.
Sebagai planet yang memiliki kehidupan di dalamnya, bumi terdiri atas
beberapa struktur yang memungkinkan untuk dijadikan tempat tinggal. Di antara
macam-macam struktur bumi di antaranya adalah terdiri dari banyak jenis
material seperti berbagai jenis batuan, tanah, serta air yang kesemuanya
membentuk planet bumi yang sekarang ini kita tinggali.

Secara garis besar, lapisan bumi terdiri atas beberapa bagian, yaitu: kerak
bumi (crush), selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip
dengan telur, yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan
kuningnya sebagai inti bumi. Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai bagian-
bagian tersebut.
1. Kerak Bumi (crush)

Lapisan ini menempati bagian paling luar dengan tebal 6-50 km. Tebal
lapisan ini tidak sama di setiap tempat, di benua tebalnya 20-50 km, samudra 0-5
km atau bersamaan dengan air diatasnya sekitar 6-12 km. Tersusun dari materi-
materi padat yang kaya silisium dan uluminium. Kerak bumi ini dapat dibagi 2
yaitu:

a. Kerak samudra mempunyai ketebalan sekitar 0-5 km atau bersamaan dengan air
diatasnya sekitar 6-12 km. Kerak samudera atau kerak oseanik, merupakan kerak
bumi yang menyusun lantai dasar samudera. Kerak ini menyusun sekitar 65%
dari luas kerak bumi. Kedalaman dai kerak oseanik ini rata-rata sekitar 4000
meter dari permukaan air laut, meskipun pada beberapa palung laut
kedalamannya ada yang mencapai lebih dari 10 km. Batuan yang menyusun
kerak samudera adalh batuan yang bersifat basa atau mafik. Bagian atas dari
kerak samudera dengan ketebalan sekitar 1,5 kn disusun oleh batuan yang
bersifat basa atau basaltik, Sedangkan bagian bawahnya disusun oleh batuan
metamorf dan batuan beku gabbro. Permukaan kerak samudera ditutupi oleh
endapan sedimen dengan ketebalan rata-rata sekitar 500 meter.

b. Kerak benua mempunyai ketebalan sekitar 20-50 km. Batuan penyusun kerak
benua yang utama adalah granit, yang tidak sepadat batuan basalt. Kerak benua
atau kerak kontinen, merupakan kerak bumi yang menyusun daratan atau benua.
Kerak benua mempunyai ketebalan antara 30 sampai 35 km dengan ketebalan
rata-rata sekitar 35 km. Kerak benua ini menyusun sekitar 79% dari volume
kerak bumi. Ketinggian permukaan dari kerak benua rata-rata sekitar 800 meter
dari permukaan laut, meskipun ada daerah yang ketinggiannya mencapai lebih
dari 8000 meter. Batuan yang menyusun kerak benua pada umumnya adalah
batuan granitik atau yang bersifat asam. Bagian atas dari kerak benua ini disusun
oleh batuan beku, batuan metamorf dan batuan endapan. Sedangkan secara
keseluruhan batuan beku dan batuan metamorf menyusun sekitar 95% , sisanya
yang 5% merupakan batuan endapan.
Kerak Bumi dan sebagian mantel Bumi membentuk lapisan litosfer
dengan ketebalan total kurang lebih 80 km. Suhu dibagian bawah kerak bumi
mencapai 1.100oC. Unsur-unsur kimia utama pembentuk kerak Bumi adalah:
Oksigen (O) (46,6%), Silikon (Si) (27,7%), Aluminium (Al) (8,1%), Besi (Fe)
(5,0%), Kalsium (Ca) (3,6%), Natrium (Na) (2,8%), Kalium (K) (2,6%),
Magnesium (Mg) (2,1%).

Berdasarkan materi-materi penyusunnya, kerak bumi masih


dikelompokkan menjadi beberapa lapisan yaitu:
1. Lapisan atas, pada lapisan ini merupakan tempat dimana makhluk hidup
berkembangbiak. Lapisan atas terdiri atas pelapukan batuan dan sisa-sisa
makhluk hidup yang sudah mati. Lapisan ini disebut sebagai tanah humus.
2. Lapisan tengah, lapisan ini merupakan lapisan yang sedikit gersang dan terdiri
atas air serta pelapukan batuan. Lapisan tengah disebut dengan nama lapisan
tanah liat.
3. Lapisan bawah, lapisan bawah merupakan lapisan batuan yang masih belum
sempurna pembentukannya.
4. Lapisan batuan induk, pada lapisan ini terdapat bebatuan padat sebagai
penyusunnya.

2. Selimut Bumi (Mantle)

Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya dibawah


lapisan kerak bumi. Lapisan ini sebagian besar berupa silikat/besi dan
magnesium. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk melindungi
bagian dalam bumi. Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan merupakan
lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan magnesium. Suhu
dibagian bawah selimut mencapai 3.000oC, tetapi tekanannya belum
mempengaruhi kepadatan batuan.
Selimut bumi dibagi menjadi tiga bagian yaitu litosfer, astenosfer dan
mesosfer. Penjelasan lebih lengkap sebagai berikut:

1. Litosfer
Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas
materi-materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 100
km. Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng
litosfer. Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu laipsan sial dan lapisan
sima.
Lapisan Sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3.. Batuan
yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan
metamorf.
Lapisan Sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan MgO. Berat
jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis lapisan sial.
Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.

2. Astenosfer

Astenosfer merupakan lapisan yang teletak dibawah lapisan litosfer.


Lapisan ini tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma
(magma induk). Astenosfer ini terdiri dari materi dalam keadaan cair atau semi-
cair. Astenosfer suhu normalnya adalah antara 1.400 sampai 3.000oC, sangat
tinggi suhu dalam segala hal menyebabkan lapisan, termasuk batu, mencair. Hal
ini terutama terdiri dari silikat besi dan magnesium. Suhu astenosfer bervariasi
dengan bahwa dari barysphere atau inti. Pada daerah tertentu di permukaan bumi
di mana suhu inti lebih tinggi, masalah membangun astenosfer dapat ditemukan
dalam keadaan cair. astenosfer memainkan bagian integral dalam gerakan
lempeng tektonik dari kerak bumi. Lempeng tektonik merupakan bagian dari
litosfer yang mengapung di atas astenosfer semipadat bawah. Hal ini lempeng-
lempeng yang bertanggung jawab untuk perubahan geologis besar seperti
pembentukan pegunungan, lembah keretakan, dataran tinggi dan juga gempa
bumi dan letusan gunung berapi.

3. Mesosfer
Mesosfer merupakan lapisan yang terletak dibawah lapisan astenosfer.
Lapisan ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa
dan besi.

3. Inti Bumi (Core)

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi yang terdiri
dari material cair, dengan penyusun utama logam besi (90%), nikel (8%), dan
lain-lain yang terdapat pada kedalaman 2900 5200 km. Lapisan ini dibedakan
menjadi dua, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam.
a. Inti bumi bagian luar merupakan salah satu bagian dalam bumi yang melapisi
inti bumi bagian dalam. Inti bumi bagian luar mempunyai tebal 2250 km dan
kedalaman antara 2900-4980 km. Inti bumi bagian luar terdiri atas besi dan nikel
cair dengan suhu 3900C.
b. Inti Bumi bagian dalam merupakan bagian bumi yang paling dalam atau dapat
juga disebut inti bumi. Inti bumi mempunyai tebal 1200 km dan berdiameter
2600 km. Inti bumi terdiri dari besi dan nikel berbentuk padat dengan temperatur
dapat mencapai 4800C.

Berdasarkan susunan kimianya, bumi dapat dibagi menjadi empat


bagian, yakni lithosfer, hidrosfer, atmosfer, dan biosfer.

A. Lithosfer

Lithosfer berasal dari bahasa yunani yaitu lithos artinya batuan, dan
sphera artinya lapisan. Lithosfer merupakan lapisan kerak bumi yang paling luar
dan terdiri atas batuan dengan ketebalan rata-rata 1200 km. Lithosfer adalah
lapisan kulit bumi paling luar yang berupa batuan padat. Lithosfer tersusun
dalam dua lapisan, yaitu kerak dan selubung, yang tebalnya 50 100
km. Lithosfer merupakan lempeng yang bergerak sehingga dapt menimbulkan
persegeran benua.
Penyusun utama lapisan lithosfer adalah batuan yang terdiri ari campuran
antar mineral sejenis atau tidak sejenis yang saling terikat secara gembur atau
padat. Induk batuan pembentuk litosfer adalah magma, yaitu batuan cair pijar
yang bersuhu sangat tinngi dan terdapat di bawah kerak bumi. Magma akan
mengalami beberapa proses perubahan sampi menjadi batuan beku, batuan
sedimen dan batuan metamorf.
Lithosfer memegang peranan penting dalam kehidupan
tumbuhan. Tanah terbentuk apabila batu-batuan di permukaan litosfer
mengalami degradasi, erosi maupun proses fisika lainnya menjadi batuan kecil
sampai pasir. Selanjutnya bagian ini bercampur dengan hasil pemasukan
komponen organisme mahluk hidup yang kemudian membentuk tanah yang
dapat digunakan sebagai tempat hidup organisme.
Tanah merupakan sumber berbagai jenis mineral bagi mahluk
hidup. Dalam wujud aslinya, mineral-mineral ini berupa batu-batuan yang
terletak berlapis di permukaan bumi. Melalui proses erosi mineral-mineral yang
menjadi sumber makanan mahluk hidup ini seringkali terbawa oleh aliran sungai
ke laut dan terdeposit di dasar laut.

Lithosfer terdiri dari dua bagian utama, yaitu:

1. Lapisan sial yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium, senyawanya dalam bentuk SiO2 dan Al2O3. Pada lapisan sial
(silisium dan alumunium) ini antara lain terdapat batuan sedimen, granit andesit
jenis-jenis batuan metamor, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua.
Lapisan sial dinamakan juga lapisan kerak, bersifat padat dan batu bertebaran
rata-rata 35 km. Kerak bumi ini terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan granit di bagian
atasnya dan batuan beku basalt di bagian bawahnya. Kerak ini yang merupakan
benua.
b. Kerak samudera, merupakan benda padat yang terdiri dari endapan di laut pada
bagian atas, kemudian di bawahnya batuan batuan vulkanik dan yang paling
bawah tersusun dari batuan beku gabro dan peridolit. Kerak ini menempati dasar
samudra.

2. Lapisan sima (silisium magnesium) yaitu lapisan kulit bumi yang tersusun
oleh logam logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan
MgO lapisan ini mempunyai berat jenis yang lebih besar dari pada lapisan sial
karena mengandung besi dan magnesium yaitu mineral ferro magnesium dan
batuan basalt. Lapisan merupakan bahan yang bersipat elastis dan mepunyai
ketebalan rata rata 65 km.

Batuan Pembentuk Lithosfer


Semua batuan pada mulanya dari magma yang keluar melalui puncak
gunung berapi. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan
membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku, yang dalam
ribuan tahun dapat hancur terurai selama terkena panas, hujan, serta aktifitas
tumbuhan dan hewan.
Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau
hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan
disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Baik batuan sedimen atau beku
dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan
temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan
atau batuan metamorf.

a. Batuan beku
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari magma yang
membeku. Secara umum batuan beku mempunyai ciri-ciri homogen dan
kompak, tidak ada pelapisan, dan umumnya tidak mengandung
fosil. Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibagi menjadi:
1. Batuan Beku Dalam adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah
permukaan bumi, pada kedalaman 1550 km. Karena tempat pembekuannya
dekat dengan astenofer, pendinginan magmanya sangat lambat serta,
2. Batuan Beku Gang terbentuk di bagian celah/gang dari kerak bumi, sebelum
sampai ke permukaan bumi. Proses pembekuan magma ini agak cepat sehingga
membentuk batuan yang mempunyai cristal yang kurang sempurna.
3. Batuan Beku Luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.
Magma yang keluar dari bumi mengalami proses pendinginan dan pembekuan
Sangat cepat sehingga tidak menghasilkan kristal batuan. Contohnya riolit dan
basalt.

b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses
pengendapan. Butir-butir batuan sedimen berasal dari berbagai macam batuan
melalui proses pelapukan, baik oleh angin maupun air. Proses pembentukan
batuan sedimen disebut diagenesis yang menyatakan perubahan bentuk dari
bahan deposit menjadi batuan endapan.
Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik,
sedimen kimiawi dan sedimen organik. Sedimen klastik berupa campuran
hancuran batuan beku, contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen
kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu
giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan dan tumbuhan laut
contohnya batu gamping dan koral.

c. Batuan Malihan (Batuan Metamorf)


Batuan malihan atau metamorf adalah batuan yang telah mengalami
perubahan baik secara fisik maupun kimiawi sehingga menjadi batuan yang
berbeda dari batuan induknya. Faktor yang mempengaruhi perubahannya adalah
suhu yang tinggi, tekanan yang kuat serta waktu yang lama. Contohnya adalah
batu kapur (kalsit) yang berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa
menjadi kuarsit.
Lithosfer merupakan bagian bumi yang langsung berpengaruh terhadap
kehidupan dan memiliki manfaat yang sangat besar bagi kehidupan di bumi.
Lithosfer bagian atas merupakan tempat hidup bagi manusia, hewan dan
tanaman.
Manusia melakukan aktifitas di atas lithosfer. Selanjutnya lithosfer bagian
bawah mengandung bahan bahan mineral yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Bahan bahan mineral atau tambang yang berasal dari lithosfer bagian bawah
diantaranya minyak bumi dan gas, emas, batu bara, besi, nikel dan timah.

B. Atmosfer
Atmosfer adalah lapisan udara yang menyelimuti bumi secara
menyeluruh dengan ketebalan lebih dari 650 km. Gerakan udara dalam atmosfer
terjadi terutama karena adanya pengaruh pemanasan sinar matahari serta
perputaran bumi. Perputaran bumi ini akan mengakibatkan bergeraknya masa
udara, sehingga terjadilah perbedaan tekanan udara di berbagai tempat di dalam
atmosfer yang dapat menimbulkan arus angin. Berdasarkan profil temperatur
secara vertikal, lapisan-lapisan atmosfer dapat dibagi menjadi:
1. Troposfer (0 10 km), merupakan atmosfer terbawah dan dekat dengan Bumi.
Pada lapisan ini, terjadi adanya awan, angin, hujan ,petir, dan lain lain.
2. Stratosfer (10 30 km), pada lapisan ini, terjadi peningkatan temperatur karena
bertambahnya ketinggian. Ozon (O3) terdapat pada lapisan ini dengan
ketinggian 25 Km dari permukaan Bumi.
3. Mesosfer (30 50 km), lapisan ini mempunyai ion atau udara yang bermuatan
listrik (Lapisan D) yang berfungsi untuk memantulkan gelombang radio. Karena
adanya muatan listrik tersebut, Kita dapat berkomunikasi dengan orang lain di
luar negri.
4. Termosfer (50 400 km), lapisan ini berfungsi untuk melindungi bumi dari
meteor dengan cara membakarnya. Hal ini disebabkan karena lapisan atmosfer
mempunyai atom yang bermuatan listrik atau terionisasi radiasi matahari
5. Eksosfer (> 400 km), merupakan lapisan atmosfer yang paling tinggi. Pada
lapisan ini, kandungan gas-gas atmosfer sangat rendah. Batas antara ekosfer
(yang pada dasarnya juga adalah batas atmosfer) dengan angkasa luar tidak
jelas. Daerah yang masih termasuk ekosfer adalah daerah yang masih dapat
dipengaruhi daya gravitasi bumi. Garis imajiner yang membatasi ekosfer
dengan angkasa luar disebut magnetopause.

Keberadaan atmosfer yang menyelimuti seluruh permukaan bumi


memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan hidup berbagai organisme
di muka bumi. Fungsi atmosfer antara lain:
1. Mengurangi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi pada siang hari
dan hilangnya panas yang berlebihan pada malam hari.
2. Mendistribusikan air ke berbagai wilayah permukaan bumi
3. Menyediakan okisgen dan karbon dioksida.
4. Sebagai penahan meteor yang akan jatuh ke bumi.

Peran atmosfer dalam mengurangi radiasi matahari sangat


penting. Apabila tidak ada lapian atmosfer, suhu permukaan bumi bila 100%
radiasi matahari diterima oleh permukaan bumi akan sangat tinggi dan
dikhawatirkan tidak ada organisme yang mampu bertaham hidup, termasuk
manusia.
Dalam mendistribusikan air antar wilayah di permukaan bumi, peran
atmosfer ini terlihat dalam siklus hidrologi. Tanpa adanya atmosfer yang
mampu menampung uap air, maka seluruh air di permukaan bumi hanya akan
mengumpul pada tempat yang paling rendah. Sungai-sungai akan kering, seluruh
air tanah akan merembes ke laut, sehingga air hanya akan mengumpul di
samudra dan laut saja. Pendistribusian air oleh atmosfer ini memberikan
peluang bagi semua mahluk hidup untuk tumbuh dan berkembang di seluruh
permukaan bumi.
Secara kasar, komposisi atmosfer alami tersusun oleh 78% nitrogen, 21%
oksigen, 1% argon dan gas-gas lainnya. Secara detail, gas-gas penyusun
atmosfer dapat dilihat pada tabel berikut.
C. Hidrosfer

Air adalah senyawa gabungan dua atom hidrogen dengan satu atom
oksigen menjadi H2O. Sekitar 71% permukaan bumi merupakan wilayah
perairan. Lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi disebut
hidrosfer. Siklus Air / Siklus hidrologi merupakan suatu proses peredaran atau
daur ulang air secara yang berurutan secara terus-menerus. Pemanasan sinar
matahari menjadi pengaruh pada siklus hidrologi. Air di seluruh permukaan
bumi akan menguap bila terkena sinar matahari. Pada ketinggian tertentu ketika
temperatur semakin turun uap air akan mengalami kondensasi dan berubah
menjadi titik-titik air dan jatuh sebagai hujan. Macam-macam hidrosfer antara
lain:
1. Samudra-samudra dan laut-laut
Samudra-samudra dan laut-laut menempati 71% permukaan bumi. Bila
di lihat dari luar bumi, terlihat seperti bulatan air. Tubir samudra yang paling
dalam 10 km, dengan rata-ratanya 4 km. Bila semua air ini diratakan di
permukaan bumi dapat mencapai dalamnya 2,84 km.
2. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar melalui suatu saluran menuju laut, danau
dan atau sungai lain yang lebih besar. Air sungai dapat berasal dari gletser (es),
danau yang meluap atau mata air pegunungan. Dalam perjalanannya, aliran air
sungai mempunyai tiga aktivitas, ayitu melakukan erosi, transportasi dan
sedimentasi.
3. Danau
Danau adalah masa airdalam jumlah besar yang berada dalam satu
cekungan atau basin di wilayah daratan. Berdasarkan proses terjadinya, danau
terbagi menjadi:
a. Danau alam; terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia.
b. Danau buatan (waduk) yang merupakan buatan manusia untuk keperluan
tertentu. Misalnya waduk Jatiluhur dan Saguliang di Jawa Barat. Waduk ini
antara lain manfaatkan untuk pembangkit listrik, pengairan lahan pertanian,
pengendali banjir, rekreasi dan budidaya ikan.

4. Rawa
Rawa adalah tanah rendah yang selalu tergenang air karena tidak ada
pelepasan air (drainase). Oleh karena itu, air rawa bersifat asam. Berdasarkan
sifatnya, rawa dapat dibedakan menjadi:
a. Rawa air asin, yaitu rawa yang terdapat di daerah pantai.
b. Rawa air payau, yang terdapat di sekitar muara air sungai di dekat laut.
c. Rawa air tawar, yang terdapat di sekitar sungai-sungai besar.

5. Air Tanah
Air Tanah merupakan air yang terdapat di lapisan tanah di bawah
permukaan bumi, berasal ari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Semakin
banyak air hujan yang meresap ke dalam tanah, semkain banyak pula air yang
tersimpan di dalam tanah. Secara umum air tanah dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Air tanah dangkal, yang terdapat di atas lapisan batuan kedap air.
b. Air tanah dalam, yang terletak di antara dua lapisan batuan kedap air.
Air tanah dapat juga keluar ke permukaan bumi dalam bentuk sumber air
panas yang disebut geyser. Geyser merupakan sumber air panas yang erat
hubungannya dengan aktivitas vulkanisme.

D. BIOSFER

Biosfer merupakan sistem kehidupan paling besar karena terdiri dari gabungan
ekosistem yang ada di planet bumi. Sistem ini mencakup semua mahluk hidup
yang berinteraksi dengan lingkungannya sebagai kesatuan utuh.

Secara entimologi, biosfer berasal dari dua kata, yaitu bio yang berarti
hidup dan sphereyang berarti lapisan. Dengan demikian dapat diartikan biosfer
adalah lapisan tempat tinggal mahluk hidup. Termsuk semua bisofer adalah
semua bagian permukaan bumi yang dapat dihuni oleh mahluk hidup.
Pemahaman mengenai biosfer sangat penting untuk pengelolaan
sumberdaya hayati, terutama karena perkembangan flora dan fauna yang
semakin berkurang. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya degradasi hutan
akibat kebakaran ataupun pembukaan hutan untuk pemukiman.
3. TEORI TEKTONIK LEMPENG

Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori


dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap
adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi.
Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang
lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor
spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an.

Bagian terluar dari interior bumi terbentuk dari dua lapisan. Di bagian atas
terdapat litosfer yang terdiri atas kerak dan bagian teratas mantel bumi yang kaku
dan padat. Di bawah lapisan litosfer terdapat astenosfer yang berbentuk padat
tetapi bisa mengalir seperti cairan dengan sangat lambat dan dalam skala waktu
geologis yang sangat lama karena viskositas dan kekuatan geser (shear strength)
yang rendah. Lebih dalam lagi, bagian mantel di bawah astenosfer sifatnya
menjadi lebih kaku lagi. Penyebabnya bukanlah suhu yang lebih dingin,
melainkan tekanan yang tinggi.

Lapisan litosfer dibagi menjadi lempeng-lempeng tektonik (tectonic


plates). Di bumi, terdapat tujuh lempeng utama dan banyak lempeng-lempeng
yang lebih kecil. Lempeng-lempeng litosfer ini menumpang di atas astenosfer.
Mereka bergerak relatif satu dengan yang lainnya di batas-batas lempeng, baik
divergen (menjauh), konvergen (bertumbukan), ataupun transform (menyamping).
Gempa bumi, aktivitas vulkanik, pembentukan gunung, dan pembentukan palung
samudera semuanya umumnya terjadi di daerah sepanjang batas lempeng.
Pergerakan lateral lempeng lazimnya berkecepatan 50-100 mm/a.

Perkembangan Teori

Pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, geolog berasumsi bahwa
kenampakan-kenampakan utama bumi berkedudukan tetap. Kebanyakan
kenampakan geologis seperti pegunungan bisa dijelaskan dengan pergerakan
vertikal kerak seperti dijelaskan dalam teori geosinklin. Sejak tahun 1596, telah
diamati bahwa pantai Samudera Atlantik yang berhadap-hadapan antara benua
Afrika dan Eropa dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan memiliki
kemiripan bentuk dan nampaknya pernah menjadi satu. Ketepatan ini akan
semakin jelas jika kita melihat tepi-tepi dari paparan benua di sana. Sejak saat itu
banyak teori telah dikemukakan untuk menjelaskan hal ini, tetapi semuanya
menemui jalan buntu karena asumsi bahwa bumi adalah sepenuhnya padat
menyulitkan penemuan penjelasan yang sesuai. Penemuan radium dan sifat-sifat
pemanasnya pada tahun 1896 mendorong pengkajian ulang umur bumi, karena
sebelumnya perkiraan didapatkan dari laju pendinginannya dan dengan asumsi
permukaan bumi beradiasi seperti benda hitam. Dari perhitungan tersebut dapat
disimpulkan bahwa bahkan jika pada awalnya bumi adalah sebuah benda yang
merah-pijar, suhu Bumi akan menurun menjadi seperti sekarang dalam beberapa
puluh juta tahun. Dengan adanya sumber panas yang baru ditemukan ini maka
para ilmuwan menganggap masuk akal bahwa Bumi sebenarnya jauh lebih tua
dan intinya masih cukup panas untuk berada dalam keadaan cair.

Teori Tektonik Lempeng berasal dari Hipotesis Pergeseran Benua


(continental drift) yang dikemukakan Alfred Wegener tahun 1912. dan
dikembangkan lagi dalam bukunya The Origin of Continents and Oceans terbitan
tahun 1915. Ia mengemukakan bahwa benua-benua yang sekarang ada dulu adalah
satu bentang muka yang bergerak menjauh sehingga melepaskan benua-benua
tersebut dari inti bumi seperti 'bongkahan es' dari granit yang bermassa jenis
rendah yang mengambang di atas lautan basal yang lebih padat. Namun, tanpa
adanya bukti terperinci dan perhitungan gaya-gaya yang dilibatkan, teori ini
dipinggirkan. Mungkin saja bumi memiliki kerak yang padat dan inti yang cair,
tetapi tampaknya tetap saja tidak mungkin bahwa bagian-bagian kerak tersebut
dapat bergerak-gerak. Di kemudian hari, dibuktikanlah teori yang dikemukakan
geolog Inggris Arthur Holmes tahun 1920 bahwa tautan bagian-bagian kerak ini
kemungkinan ada di bawah laut. Terbukti juga teorinya bahwa arus konveksi di
dalam mantel bumi adalah kekuatan penggeraknya.

Bukti pertama bahwa lempeng-lempeng itu memang mengalami


pergerakan didapatkan dari penemuan perbedaan arah medan magnet dalam
batuan-batuan yang berbeda usianya. Penemuan ini dinyatakan pertama kali pada
sebuah simposium di Tasmania tahun 1956. Mula-mula, penemuan ini
dimasukkan ke dalam teori ekspansi bumi, namun selanjutnya justeru lebih
mengarah ke pengembangan teori tektonik lempeng yang menjelaskan pemekaran
(spreading) sebagai konsekuensi pergerakan vertikal (upwelling) batuan, tetapi
menghindarkan keharusan adanya bumi yang ukurannya terus membesar atau
berekspansi (expanding earth) dengan memasukkan zona subduksi/hunjaman
(subduction zone), dan sesar translasi (translation fault). Pada waktu itulah teori
tektonik lempeng berubah dari sebuah teori yang radikal menjadi teori yang
umum dipakai dan kemudian diterima secara luas di kalangan ilmuwan. Penelitian
lebih lanjut tentang hubungan antara seafloor spreading dan balikan medan
magnet bumi (geomagnetic reversal) oleh geolog Harry Hammond Hess dan
oseanograf Ron G. Mason menunjukkan dengan tepat mekanisme yang
menjelaskan pergerakan vertikal batuan yang baru

Seiring dengan diterimanya anomali magnetik bumi yang ditunjukkan


dengan lajur-lajur sejajar yang simetris dengan magnetisasi yang sama di dasar
laut pada kedua sisi mid-oceanic ridge, tektonik lempeng menjadi diterima secara
luas. Kemajuan pesat dalam teknik pencitraan seismik mula-mula di dalam dan
sekitar zona Wadati-Benioff dan beragam observasi geologis lainnya tak lama
kemudian mengukuhkan tektonik lempeng sebagai teori yang memiliki
kemampuan yang luar biasa dalam segi penjelasan dan prediksi.

Penelitian tentang dasar laut dalam, sebuah cabang geologi kelautan yang
berkembang pesat pada tahun 1960-an memegang peranan penting dalam
pengembangan teori ini. Sejalan dengan itu, teori tektonik lempeng juga
dikembangkan pada akhir 1960-an dan telah diterima secara cukup universal di
semua disiplin ilmu, sekaligus juga membaharui dunia ilmu bumi dengan
memberi penjelasan bagi berbagai macam fenomena geologis dan juga
implikasinya di dalam bidang lain seperti paleogeografi dan paleobiologi.

Prinsip-prinsip Utama

Bagian luar interior bumi dibagi menjadi litosfer dan astenosfer


berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Litosfer
lebih dingin dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik
lemah. Selain itu, litosfer kehilangan panasnya melalui proses konduksi,
sedangkan astenosfer juga memindahkan panas melalui konveksi dan memiliki
gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat berbeda dengan
pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri
mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel. Suatu bagian mantel bisa saja
menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu yang berbeda, tergantung
dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik lempeng adalah
bahwa litosfer terpisah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang berbeda-beda.
Lempeng ini bergerak menumpang di atas astenosfer yang mempunyai
viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempeng biasanya bisa
mencapai 10-40 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic
Ridge, ataupun mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di
Lempeng Nazca. Lempeng-lempeng ini tebalnya sekitar 100 km dan terdiri atas
mantel litosferik yang di atasnya dilapisi dengan hamparan salah satu dari dua
jenis material kerak. Yang pertama adalah kerak samudera atau yang sering
disebut dengan "sima", gabungan dari silikon dan magnesium. Jenis yang kedua
yaitu kerak benua yang sering disebut "sial", gabungan dari silikon dan
aluminium. Kedua jenis kerak ini berbeda dari segi ketebalan di mana kerak benua
memiliki ketebalan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kerak samudera.
Ketebalan kerak benua mencapai 30-50 km sedangkan kerak samudera hanya 5-
10 km.

Dua lempeng akan bertemu di sepanjang batas lempeng (plate boundary),


yaitu daerah di mana aktivitas geologis umumnya terjadi seperti gempa bumi dan
pembentukan kenampakan topografis seperti gunung, gunung berapi, dan palung
samudera. Kebanyakan gunung berapi yang aktif di dunia berada di atas batas
lempeng, seperti Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) di Lempeng Pasifik
yang paling aktif dan dikenal luas.

Lempeng tektonik bisa merupakan kerak benua atau samudera, tetapi


biasanya satu lempeng terdiri atas keduanya. Misalnya, Lempeng Afrika
mencakup benua itu sendiri dan sebagian dasar Samudera Atlantik dan Hindia.
Perbedaan antara kerak benua dan samudera ialah berdasarkan kepadatan material
pembentuknya. Kerak samudera lebih padat daripada kerak benua dikarenakan
perbedaan perbandingan jumlah berbagai elemen, khususnya silikon. Kerak
samudera lebih padat karena komposisinya yang mengandung lebih sedikit silikon
dan lebih banyak materi yang berat. Dalam hal ini, kerak samudera dikatakan
lebih bersifat mafik ketimbang felsik. Maka, kerak samudera umumnya berada di
bawah permukaan laut seperti sebagian besar Lempeng Pasifik, sedangkan kerak
benua timbul ke atas permukaan laut, mengikuti sebuah prinsip yang dikenal
dengan isostasi.

Tiga jenis batas lempeng (plate boundary).

Ada tiga jenis batas lempeng yang berbeda dari cara lempengan tersebut bergerak
relatif terhadap satu sama lain. Tiga jenis ini masing-masing berhubungan dengan
fenomena yang berbeda di permukaan. Tiga jenis batas lempeng tersebut adalah:

1. Batas transform (transform boundaries) terjadi jika lempeng bergerak dan


mengalami gesekan satu sama lain secara menyamping di sepanjang sesar
transform (transform fault). Gerakan relatif kedua lempeng bisa sinistral
(ke kiri di sisi yang berlawanan dengan pengamat) ataupun dekstral (ke
kanan di sisi yang berlawanan dengan pengamat). Contoh sesar jenis ini
adalah Sesar San Andreas di California.
2. Batas divergen/konstruktif (divergent/constructive boundaries) terjadi
ketika dua lempeng bergerak menjauh satu sama lain. Mid-oceanic ridge
dan zona retakan (rifting) yang aktif adalah contoh batas divergen
3. Batas konvergen/destruktif (convergent/destructive boundaries) terjadi
jika dua lempeng bergesekan mendekati satu sama lain sehingga
membentuk zona subduksi jika salah satu lempeng bergerak di bawah
yang lain, atau tabrakan benua (continental collision) jika kedua lempeng
mengandung kerak benua. Palung laut yang dalam biasanya berada di zona
subduksi, di mana potongan lempeng yang terhunjam mengandung banyak
bersifat hidrat (mengandung air), sehingga kandungan air ini dilepaskan
saat pemanasan terjadi bercampur dengan mantel dan menyebabkan
pencairan sehingga menyebabkan aktivitas vulkanik. Contoh kasus ini
dapat kita lihat di Pegunungan Andes di Amerika Selatan dan busur pulau
Jepang (Japanese island arc)

Kekuatan Penggerak Pergerakan Lempeng

Pergerakan lempeng tektonik bisa terjadi karena kepadatan relatif litosfer


samudera dan karakter astenosfer yang relatif lemah. Pelepasan panas dari mantel
telah didapati sebagai sumber asli dari energi yang menggerakkan tektonik
lempeng. Pandangan yang disetujui sekarang, meskipun masih cukup
diperdebatkan, adalah bahwa kelebihan kepadatan litosfer samudera yang
membuatnya menyusup ke bawah di zona subduksi adalah sumber terkuat
pergerakan lempeng. Pada waktu pembentukannya di mid ocean ridge, litosfer
samudera pada mulanya memiliki kepadatan yang lebih rendah dari astenosfer di
sekitarnya, tetapi kepadatan ini meningkat seiring dengan penuaan karena
terjadinya pendinginan dan penebalan. Besarnya kepadatan litosfer yang lama
relatif terhadap astenosfer di bawahnya memungkinkan terjadinya penyusupan ke
mantel yang dalam di zona subduksi sehingga menjadi sumber sebagian besar
kekuatan penggerak pergerakan lempeng. Kelemahan astenosfer memungkinkan
lempeng untuk bergerak secara mudah menuju ke arah zona subduksi Meskipun
subduksi dipercaya sebagai kekuatan terkuat penggerak pergerakan lempeng,
masih ada gaya penggerak lain yang dibuktikan dengan adanya lempeng seperti
lempeng Amerika Utara, juga lempeng Eurasia yang bergerak tetapi tidak
mengalami subduksi di manapun. Sumber penggerak ini masih menjadi topik
penelitian intensif dan diskusi di kalangan ilmuwan ilmu bumi. Pencitraan dua
dan tiga dimensi interior bumi (tomografi seismik) menunjukkan adanya distribusi
kepadatan yang heterogen secara lateral di seluruh mantel. Variasi dalam
kepadatan ini bisa bersifat material (dari kimia batuan), mineral (dari variasi
struktur mineral), atau termal (melalui ekspansi dan kontraksi termal dari energi
panas). Manifestasi dari keheterogenan kepadatan secara lateral adalah konveksi
mantel dari gaya apung (buoyancy forces). Bagaimana konveksi mantel
berhubungan secara langsung dan tidak dengan pergerakan planet masih menjadi
bidang yang sedang dipelajari dan dibincangkan dalam geodinamika. Dengan satu
atau lain cara, energi ini harus dipindahkan ke litosfer supaya lempeng tektonik
bisa bergerak. Ada dua jenis gaya yang utama dalam pengaruhnya ke pergerakan
planet, yaitu friksi dan gravitasi.

Gaya Gesek
Basal drag :

Arus konveksi berskala besar di mantel atas disalurkan melalui astenosfer,


sehingga pergerakan didorong oleh gesekan antara astenosfer dan litosfer.
Slab suction :

Arus konveksi lokal memberikan tarikan ke bawah pada lempeng di zona


subduksi di palung samudera. Penyerotan lempengan (slab suction) ini
bisa terjadi dalam kondisi geodinamik di mana tarikan basal terus bekerja
pada lempeng ini pada saat ia masuk ke dalam mantel, meskipun
sebetulnya tarikan lebih banyak bekerja pada kedua sisi lempengan, atas
dan bawah

Gravitasi :
Runtuhan gravitasi: Pergerakan lempeng terjadi karena lebih tingginya
lempeng di oceanic ridge. Litosfer samudera yang dingin menjadi lebih
padat daripada mantel panas yang merupakan sumbernya, maka dengan
ketebalan yang semakin meningkat lempeng ini tenggelam ke dalam
mantel untuk mengkompensasikan beratnya, menghasilkan sedikit
inklinasi lateral proporsional dengan jarak dari sumbu ini. :Dalam teks-
teks geologi pada pendidikan dasar, proses ini sering disebut sebagai
sebuah doronga. Namun, sebenarnya sebutan yang lebih tepat adalah
runtuhan karena topografi sebuah lempeng bisa jadi sangat berbeda-beda
dan topografi pematang (ridge) yang melakukan pemekaran hanyalah fitur
yang paling dominan. Sebagai contoh, pembengkakan litosfer sebelum ia
turun ke bawah lempeng yang bersebelahan menghasilkan kenampakan
yang bisa mempengaruhi topografi. Lalu, mantel plume yang menekan sisi
bawah lempeng tektonik bisa juga mengubah topografi dasar samudera.

Slab-pull (tarikan lempengan) :

Pergerakan lempeng sebagian disebabkan juga oleh berat lempeng yang


dingin dan padat yang turun ke mantel di palung samudera.[21] Ada bukti
yang cukup banyak bahwa konveksi juga terjadi di mantel dengan skala
cukup besar. Pergerakan ke atas materi di mid-oceanic ridge mungkin
sekali adalah bagian dari konveksi ini. Beberapa model awal Tektonik
Lempeng menggambarkan bahwa lempeng-lempeng ini menumpang di
atas sel-sel seperti ban berjalan. Namun, kebanyakan ilmuwan sekarang
percaya bahwa astenosfer tidaklah cukup kuat untuk secara langsung
menyebabkan pergerakan oleh gesekan gaya-gaya itu. Slab pull sendiri
sangat mungkin menjadi gaya terbesar yang bekerja pada lempeng. Model
yang lebih baru juga memberi peranan yang penting pada penyerotan
(suction) di palung, tetapi lempeng seperti Lempeng Amerika Utara tidak
mengalami subduksi di manapun juga, tetapi juga mengalami pergerakan
seperti juga Lempeng Afrika, Eurasia, dan Antarktika. Kekuatan
penggerak utama untuk pergerakan lempeng dan sumber energinya itu
sendiri masih menjadi bahan riset yang sedang berlangsung

Gaya dari luar

Dalam studi yang dipublikasikan pada edisi Januari-Februari 2006 dari


buletin Geological Society of America Bulletin, sebuah tim ilmuwan dari Italia
dan Amerika Serikat berpendapat bahwa komponen lempeng yang mengarah ke
barat berasal dari rotasi Bumi dan gesekan pasang bulan yang mengikutinya.
Mereka berkata karena Bumi berputar ke timur di bawah bulan, gravitasi bulan
meskipun sangat kecil menarik lapisan permuikaan bumi kembali ke barat.
Beberapa juga mengemukakan ide kontroversial bahwa hasil ini mungkin juga
menjelaskan mengapa Venus dan Mars tidak memiliki lempeng tektonik, yaitu
karena ketiadaan bulan di Venus dan kecilnya ukuran bulan Mars untuk memberi
efek seperti pasang di bumi.[22] Pemikiran ini sendiri sebetulnya tidaklah baru. Hal
ini sendiri aslinya dikemukakan oleh bapak dari hipotesis ini sendiri, Alfred
Wegener, dan kemudian ditentang fisikawan Harold Jeffreys yang menghitung
bahwa besarnya gaya gesek oasang yang diperlukan akan dengan cepat membawa
rotasi bumi untuk berhenti sejak waktu lama. Banyak lempeng juga bergerak ke
utara dan barat, bahkan banyaknya pergerakan ke barat dasar Samudera Pasifik
adalah jika dilihat dari sudut pandang pusat pemekaran (spreading) di Samudera
Pasifik yang mengarah ke timur. Dikatakan juga bahwa relatif dengan mantel
bawah, ada sedikit komponen yang mengarah ke barat pada pergerakan semua
lempeng

Signifikansi relatif masing-masing mekanisme

Vektor yang sebenarnya pada pergerakan sebuah planet harusnya menjadi


fungsi semua gaya yang bekerja pada lempeng itu. Namun, masalahnya adalah
seberapa besar setiap proses ambil bagian dalam pergerakan setiap lempeng
Keragaman kondisi geodinamik dan sifat setiap lempeng seharusnya
menghasilkan perbedaan dalam seberapa proses-proses tersebut secara aktif
menggerakkan lempeng. satu cara untuk mengatasi masalah ini adalah dengan
melihat laju di mana setiap lempeng bergerak dan mempertimbangkan bukti yang
ada untuk setiap kekuatan penggerak dari lempeng ini sejauh mungkin. Salah satu
hubungan terpenting yang ditemukan adalah bahwa lempeng litosferik yang
lengket pada lempeng yang tersubduksi bergerak jauh lebih cepat daripada
lempeng yang tidak. Misalnya, Lempeng Pasifik dikelilingi zona subduksi (Ring
of Fire) sehingga bergerak jauh lebih cepat daripada lempeng di Atlantik yang
lengket pada benua yang berdekatan dan bukan lempeng tersubduksi. Maka, gaya
yang berhubungkan dengan lempeng yang bergerak ke bawah (slab pull dan slab
suction) adalah kekuatan penggerak yang menentukan pergerakan lempeng
kecuali untuk lempeng yang tidak disubduksikan. Walau bagaimanapun juga,
kekuatan penggerak pergerakan lempeng itu sendiri masih menjadi bahan
perdebatan dan riset para ilmuwan
Lempeng-lempeng utama

Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua


Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India
antara 50 sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua
Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut -
Lempeng benua
Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

Lempeng-lempeng penting lain yang lebih kecil mencakup Lempeng India,


Lempeng Arabia, Lempeng Karibia, Lempeng Juan de Fuca, Lempeng Cocos,
Lempeng Nazca, Lempeng Filipina, dan Lempeng Scotia.

Pergerakan lempeng telah menyebabkan pembentukan dan pemecahan


benua seiring berjalannya waktu, termasuk juga pembentukan superkontinen yang
mencakup hampir semua atau semua benua. Superkontinen Rodinia diperkirakan
terbentuk 1 miliar tahun yang lalu dan mencakup hampir semua atau semua benua
di Bumi dan terpecah menjadi delapan benua sekitar 600 juta tahun yang lalu.
Delapan benua ini selanjutnya tersusun kembali menjadi superkontinen lain yang
disebut Pangaea yang pada akhirnya juga terpecah menjadi Laurasia (yang
menjadi Amerika Utara dan Eurasia), dan Gondwana (yang menjadi benua
sisanya)
Zona subduksi
Lempeng Tektonik
(Tectonic Plate)

Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari
suatu lempengan tipis dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif
terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi secara terus-menerus sejak bumi ini
tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul sejak tahun 1960-an,
dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa geologis,
seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.

Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun


kerak samudra (oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi
(earths mantle). Kerak benua dan kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel
ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada kerak samudra lebih tinggi
dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-elemen zat pada
kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak b enua
(felsik).

Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer.


Karena suhu dan tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di
lapisan ini bergerak mengalir seperti cairan (fluid).

Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling


bersinggungan satu dengan lainnya. Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik
yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta Tektonik.

Lempeng Tektonik
Pasifik
Arab
Amerika Utara
Philipina
Eurasia
Fiji
Afrika
Juan de Fuka
Antartika
Karibia
Indo-Australia
Kokos
Amerika Selatan
Nazka
India
Skotia
Peta Tektonik
Pergerakan Lempeng (Plate Movement)

Berdasarkan arah pergerakannya, perbatasan antara lempeng tektonik yang


satu dengan lainnya (plate boundaries) terbagi dalam 3 jenis, yaitu divergen,
konvergen, dan transform. Selain itu ada jenis lain yang cukup kompleks namun
jarang, yaitu pertemuan simpang tiga (triple junction) dimana tiga lempeng kerak
bertemu.

1. Batas Divergen
divergenTerjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break
apart). Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan
terbelah, membentuk batas divergen.

Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan
terbentuknya lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua
lempeng yang saling menjauh tersebut.

Pematang Tengah-Atlantik (Mid-Atlantic Ridge) adalah salah satu contoh


divergensi yang paling terkenal, membujur dari utara ke selatan di sepanjang
Samudra Atlantik, membatasi Benua Eropa dan Afrika dengan Benua Amerika.

2. Batas Konvergen
konvergenTerjadi apabila dua lempeng tektonik tertelan (consumed) ke arah kerak
bumi, yang mengakibatkan keduanya bergerak saling menumpu satu sama lain
(one slip beneath another).

Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau
lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona
tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan
parit samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.

3. Batas Transform
transformTerjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide
each other), yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling
memberai maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai
sesar ubahan-bentuk (transform fault).

san andreas fault


Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di
daratan, salah satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di
California, USA. Sesar ini merupakan pertemuan antara Lempeng Amerika Utara
yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng Pasifik yang bergerak ke arah
barat laut.

Batas Konvergen

Batas konvergen ada 3 macam, yaitu:

1) antara lempeng benua dengan lempeng samudra.

2) antara dua lempeng samudra.

3) antara dua lempeng benua.

Konvergen lempeng benuasamudra (OceanicContinental)


samudra-benua

Ketika suatu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng benua, lempeng ini
masuk ke lapisan astenosfer yang suhunya lebih tinggi, kemudian meleleh. Pada
lapisan litosfer tepat di atasnya, terbentuklah deretan gunung berapi (volcanic
mountain range). Sementara di dasar laut tepat di bagian terjadi penunjaman,
terbentuklah parit samudra (oceanic trench).

Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang


terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara
Lempeng Nazka dan Lempeng Amerika Selatan.

Konvergen lempeng samudrasamudra (OceanicOceanic)


2 samudra

Salah satu lempeng samudra menunjam ke bawah lempeng samudra lainnya,


menyebabkan terbentuknya parit di dasar laut, dan deretan gunung berapi yang
pararel terhadap parit tersebut, juga di dasar laut. Puncak sebagian gunung berapi
ini ada yang timbul sampai ke permukaan, membentuk gugusan pulau vulkanik
(volcanic island chain).

Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini.
Pulau ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng
Amerika Utara.
Konvergen lempeng benuabenua (ContinentalContinental)
2 benua

Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena
keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup
berat untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang
bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non
vulkanik (mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang
terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara
Lempeng India dan Lempeng Eurasia.

Bagaimana Dengan Indonesia?

Negeri kita tercinta berada di dekat batas lempeng tektonik Eurasia dan Indo-
Australia. Jenis batas antara kedua lempeng ini adalah konvergen. Lempeng Indo-
Australia adalah lempeng yang menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Selain itu
di bagian timur, bertemu 3 lempeng tektonik sekaligus, yaitu lempeng Philipina,
Pasifik, dan Indo-Australia.
Peta Tektonik Indonesia
Peta Tektonik dan Gunung Berapi di Indonesia. Garis biru melambangkan batas
antar lempeng tektonik, dan segitiga merah melambangkan kumpulan gunung
berapi.
Sumber: MSN Encarta Encyclopedia

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, subduksi antara dua lempeng menyebabkan


terbentuknya deretan gunung berapi dan parit samudra. Demikian pula subduksi
antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya
deretan gunung berapi yang tak lain adalah Bukit Barisan di Pulau Sumatra dan
deretan gunung berapi di sepanjang Pulau Jawa, Bali dan Lombok, serta parit
samudra yang tak lain adalah Parit Jawa (Sunda).

Lempeng tektonik terus bergerak. Suatu saat gerakannya mengalami gesekan atau
benturan yang cukup keras. Bila ini terjadi, timbullah gempa dan tsunami, dan
meningkatnya kenaikan magma ke permukaan. Jadi, tidak heran bila terjadi
gempa yang bersumber dari dasar Samudra Hindia, yang seringkali diikuti dengan
tsunami, aktivitas gunung berapi di sepanjang pulau Sumatra dan Jawa juga turut
meningkat.

Gempa Bumi dan Dampaknya


Jika kita mempertanyakan dari mana gempa itu berasal atau bagaimana gempa itu
terjadi, maka kita dapat melihat pada tiga sumber terjadinya gempa, yaitu karena
pergerakan lempeng tektonik, aktivitas gunung api, atau karena runtuhan tambang
atau lubang-lubang interior di dalam Bumi. Gempa karena lepasnya sejumlah
energi pada saat pergerakan lempeng Bumi disebut gempa tektonik. Akibat
aktivitas gunung api, maka disebut gempa vulkanik, dan karena adanya runtuhan
disebut gempa runtuhan.

"MACAM-MACAM JENIS GEMPA

Berdasarkan kedalaman pusat gempa atau hiposentrum

Gempa dalam, jika hiposentrumnya terletak 300700 km di bawah


permukaan Bumi.
Gempa intermidier, jika hiposentrumnya terletak 100300 km di bawah
permukaan Bumi.
Gempa dangkal, jika hiposentrumnya kurang dari 100 km di bawah
permukaan Bumi.

Berdasarkan bentuk episentrumnya

Gempa linier, jika episentrum berbentuk garis. Contoh: Gempa tektonik


karena patahan.
Gempa sentral, jika episentrumnya berbentuk titik. Contoh: Gempa
vulkanik dan gempa runtuhan.

Berdasarkan letak episentrumnya:

Gempa daratan, jika episentrumnya di daratan.


Gempa laut, jika episentrumnya di dasar laut.
Berdasarkan jarak episentrumnya:

Gempa setempat, jika jarak episentrum dan tempat gempa terasa sejauh
kurang dari 1.000 km.
Gempa jauh, jika jarak episentrumnya dan tempat gempa terasa sekitar
10.000 km.
Gempa sangat jauh, jika jarak episentrum dengan tempat terasa lebih dari
10.000 km.

AKTIFITAS DAERAH GEMPA BUMI

Berdasarkan sejarah kekuatan sumber gempa, aktivitas gempa bumi di Indonesia


terbagi dalam enam daerah aktivitas:

Daerah Sangat Aktif


Wilayah sangat aktif memungkinkan terjadinya gempa dengan kekuatan lebih dari
8 skala Richter. Meliputi wilayah Halmahera dan lepas pantai utara Papua.

Daerah Aktif
Di wilayah ini kemungkinan gempa dengan kekuatan 8 sampai 7 skala Richter
sering terjadi. Yaitu di lepas pantai barat Sumatra, Kepulauan sunda, dan Sulawesi
Barat.

Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan


Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter bisa terjadi. Wilayah ini
meliputi Sumatra, Kepulauan Sunda, dan Sulawesi Tengah.

Daerah Lipatan dengan atau Tanpa Retakan


Gempa dengan kekuatan kurang dari 7 skala Richter mungkin terjadi. Wilayah ini
meliputi pantai barat Sumatra, Jawa bagian utara, dan Kalimantan bagian timur.

Tektonik Indonesia : Kondisi dan Potensinya

Kepulauan Indonesia adalah salah satu wilayah yang memiliki kondisi geologi
yang menarik. Menarik karena gugusan kepulauannya dibentuk oleh tumbukan
lempeng-lempeng tektonik besar. Tumbukan Lempeng Eurasia dan Lempeng
India-Australia mempengaruhi Indonesia bagian barat, sedangkan pada Indonesia
bagian timur, dua lempeng tektonik ini ditubruk lagi oleh Lempeng Samudra
Pasifik dari arah timur. Kondisi ini tentunya berimplikasi banyak terhadap
kehidupan yang berlangsung di atasnya hingga saat ini. Mari kita perhatikan
gambar-gambar di bawah ini.
Gambar di atas menunjukkan kondisi tektonik Kepulauan Indonesia. Garis merah,
jingga dan hijau menunjukkan batas-batas lempeng tektonik. Garis merah
menunjukkan pemekaran lantai samudra. Garis jingga menunjukkan pensesaran
relatif mendatar. Sedangkan garis hijau menunjukkan tumbukan/penunjaman antar
lempeng tektonik.

Mari kita perhatikan satu per satu. Garis hijau di sebelah barat Pulau Sumatra dan
di sebelah selatan Pulau Jawa, menerus hingga ke Laut Banda, sebelah selatan
Flores kemudian membelok ke utara menuju Laut Arafuru (utara Maluku)
menunjukkan zona penunjaman Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia.

Karena di Indonesia bagian timur ini ada lagi Lempeng Samudra Pasifik yang
menubruk dari arah timur. Salah satu korban paling parah dari tubrukan tiga
lempeng ini adalah Pulau Sulawesi. Tangan-tangannya pada mlintir gak karuan.
Ditambah lagi terbentuknya luka sesar mendatar di bagian tengah Pulau Sulawesi.

Penunjaman yang terjadi di sebelah barat Sumatra tidak benar-benar tegak lurus
terhadap arah pergerakan Lempeng India-Australia dan Lempeng Eurasia.
Lempeng Eurasia bergerak relatif ke arah tenggara, sedangkan Lempeng India-
Australia bergerak relatif ke arah timurlaut. Karena tidak tegak lurus inilah maka
Pulau Sumatra dirobek sesar mendatar (garis jingga) yang dikenal dengan nama
Sesar Semangko.

Di sebelah utara Aceh, ada proses pemekaran lantai samudra (garis merah). Saya
rasa itu terjadi sebagai bagian dari proses Escape Tectonics akibat tumbukan
Lempeng Anak Benua India terhadap Lempeng Eurasia.

Di sebelah utara Papua juga terbentuk zona penunjaman akibat tumbukan


Lempeng Samudra Pasifik terhadap Lempeng India-Australia. Pada bagian
Kepala Burung, Papua, ini juga terbentuk sesar mendatar (garis warna jingga)
yang dikenal dengan nama Sesar Sorong. Masih menjadi perdebatan apakah
penyebab Gempa Papua 4 Januari 2009 yang lalu. Sebagian ahli menyebutkan
pergerakan aktif Sesar Sorong ini yang menyebabkan gempa, sebagian lagi
menyebutkan gempa bersumber dari zona penunjaman di sebelah utara Sesar
Sorong. Mengikuti perdebatan para ahli geologi bisa dilihat di blog Dongeng
Geologi-nya Pakdhe Rovicky.

Zona penunjaman (warna hijau) yang terbentuk di Samudra Pasifik umumnya


sebagai akibat benturan Lempeng Samudra Pasifik dengan Lempeng Eurasia.
Sedangkan zona pemekaran (warna merah) sebagai akibat ikutan proses Escape
Tectonics setelah terjadinya tumbukan.

Gambar di atas menunjukkan sebaran gunungapi (segitiga merah), titik gempa


(tanda plus ungu) dan hot spot (tanda bintang jingga).
4. KOMPOSISI BUMI

Keadaan dalam bumi selama ini hanya dikemukakan berdasarkan


hipotesis-hipotesis. Penyelidikan tentang isi bumi sebenarnya hanya meliputi
daerah dengan kedalaman tidak lebih dari dalamnya terowongan tempat
pengeboran atau kedalaman sungai bawah tanah.

Massa bumi kira-kira adalah 5,981024 kg. Kandungan utamanya adalah


besi (32,1%), oksigen (30,1%), silikon (15,1%), magnesium (13,9%), sulfur
(2,9%), nikel (1,8%), kalsium (1,5%), and aluminium (1,4%); dan 1,2%
selebihnya terdiri dari berbagai unsur-unsur langka. Karena proses pemisahan
massa, bagian inti bumi dipercaya memiliki kandungan utama besi (88,8%) dan
sedikit nikel (5,8%), sulfur (4,5%) dan selebihnya kurang dari 1% unsur
langka.[10]

Ahli geokimia F. W. Clarke memperhitungkan bahwa sekitar 47% kerak


bumi terdiri dari oksigen. Batuan-batuan paling umum yang terdapat di kerak
bumi hampir semuanya adalah oksida (oxides); klorin, sulfur dan florin adalah
kekecualian dan jumlahnya di dalam batuan biasanya kurang dari 1%. Oksida-
oksida utama adalah silika, alumina, oksida besi, kapur, magnesia, potas dan soda.
Fungsi utama silika adalah sebagai asam, yang membentuk silikat. Ini adalah sifat
dasar dari berbagai mineral batuan beku yang paling umum. Berdasarkan
perhitungan dari 1,672 analisa berbagai jenis batuan, Clarke menyimpulkan
bahwa 99,22% batuan terdiri dari 11 oksida . Konstituen lainnya hanya terjadi
dalam jumlah yang kecil.
Salah seorang ahli yang yang pertama kali mengemukakan pendapatnya
tentang materi dan bentuk dalam bumi adalah Plato. Menurutnya, bumi terdiri dari
masa cair yang pijar dan dikelilingi oleh lapisan batuan yang keras yang disebut
kerak bumi. Masa cair yang pijar itu berasal dari dalam bumi dan kadang-kadang
ke luar mencapai permukaan bumi dalam bentuk lava melalui pipa-pipa gunung
api.

Namun, penyelidikan tentang gempa bumi (seismologi) memberikan


pandangan yang lain tentang keadaan dalam bumi. Berdasarkan penyelidikan
seismologi diketahui bahwa perambatan geolombang gempa dipengaruhi oleh zat-
zat penyusun bumi. Penyelidikan seismologi juga membuktikan bahwa bumi
terdiri dari lapisan-lapisan yang dibatasi oleh lapisan yang tidak bersambung
(diskontinu).
Berbagai kajian dan penelitian geofisika telah membuktikan bahwa bumi
terbentuk dari 7 lapisan tertentu dari dalam ke luar dengan susunan sebagai
berikut:
Secara struktur bumi dibagi menjadi 3 lapisan utama, yaitu kerak bumi (crush),
selimut (mantle), dan inti (core). Struktur bumi seperti itu mirip dengan telur,
yaitu cangkangnya sebagai kerak, putihnya sebagai selimut, dan kuningnya
sebagai inti bumi.
1. Kerak Bumi (Crush)

Kerak bumi merupakan lapisan kulit bumi paling luar (permukaan bumi).
Kerak bumi terdiri dari dua jenis, yaitu kerak benua dan kerak samudra. Lapisan
kerak bumi tebalnya mencapai 70 km dan tersusun atas batuan-batuan basa dan
masam. Namun, tebal lapisan ini berbeda antara di darat dan di dasar laut. Di darat
tebal lapisan kerak bumi mencapai 20-70 km, sedangkan di dasar laut mencapai
sekitar 10-12 km. Lapisan ini menjadi tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup.
Suhu di bagian bawah kerak bumi mencapai 1.100C.

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80
km. kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi
dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan
menjadi dua jenis yaitu :

Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang
disebut sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie,
1982)dengan berat jenis rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut
lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basalt.

Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh
karenanya di sebut sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie
!982) rata-rata 35 km dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua
biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama
terdiri dari batuan yang berkomposisi granit.
Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua
biasanya lebih tua dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar
200 juta tahun atau Jura. Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak
benua yang tertua yaitu sekitar 3800 juta tahun. Tabel Skala waktu geologi dapat
dilihat di Skala Waktu Geologi.

2. Selimut Bumi (Mantle)

Selimut atau selubung bumi merupakan lapisan yang letaknya di bawah


lapisan kerak bumi. Sesuai dengan namanya, lapisan ini berfungsi untuk
melindungi bagian dalam bumi.Selimut bumi tebalnya mencapai 2.900 km dan
merupakan lapisan batuan yang padat yang mengandung silikat dan magnesium.
Suhu di bagian bawah selimut mencapai 3.000 C, tetapi tekananannya belum
mempengaruhi kepadatan batuan.

Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti
dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi
dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman
sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai
2900 km.

Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama
dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas
bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.

Selimut bumi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu litosfer, astenosfer, dan mesosfer.

a. Litosfer merupakan lapisan terluar dari selimut bumi dan tersusun atas materi-
materi padat terutama batuan. Lapisan litosfer tebalnya mencapai 50-100 km.
Bersama-sama dengan kerak bumi, kedua lapisan ini disebut lempeng litosfer.

Litosfer tersusun atas dua lapisan utama, yaitu lapisan sial (silisium dan
aluminium) serta lapisan sima (silisium dan magnesium).

1) Lapisan sial adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
alumunium. Senyawa dari kedua logam tersebut adalah SiO2 dan Al2O3. Batuan
yang terdapat dalam lapisan sial antara lain batuan sedimen, granit, andesit, dan
metamorf.

2) Lapisan sima adalah lapisan litosfer yang tersusun atas logam silisium dan
magnesium. Senyawa dari kedua logam tersrsebut adalah SiO2 dan MgO. Berat
jenis lapisan sima lebih besar jika dibandingkan dengan berat jenis lapisan sial.
Hal itu karena lapisan sima mengandung besi dan magnesium.

b. Astenosfer merupakan lapisan yang terletak di bawah lapisan litosfer. Lapisan


yang tebalnya 100-400 km ini diduga sebagai tempat formasi magma (magma
induk).

c. Mesosfer merpakan lapisan yang terletak di bawah lapisan astenosfer. Lapisan


ini tebalnya 2.400-2.700 km dan tersusun dari campuran batuan basa dan besi.

3. Inti Bumi (Core)


Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi
menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang
memiliki kedalaman 2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang
berkedalaman 5100-6371 km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman
Discontinuity.
Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama
dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini
para ahli percaya bahwa inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.

Inti bumi merupakan lapisan paling dalam dari struktur bumi. Lapisan inti
dibedakan menjadi 2, yaitu lapisan inti luar (outer core) dan inti dalam (inner
core).

a. Inti luar tebalnya sekitar 2.000 km dan terdiri atas besi cair yang suhunya
mencapai 2.200 C.

b. Inti dalam merupakan pusat bumi berbentuk bola dengan diameter sekitar 2.700
km. Inti dalam ini terdiri dari nikel dan besi (NiFe) yang suhunya mencapai 4500
derajat celcius.
5. MINERAL DAN SKALA KEKERASAN MINERAL

Mineral dapat kita definisikan sebagai bahan padat anorganik yang


terdapat secara alamiah, yang terdiri dari unsur-unsur kimiawi dalam
perbandingan tertentu, dimana atom-atom didalamnya tersusun mengikuti suatu
pola yang sistimatis. Mineral dapat kita jumpai dimanamana disekitar kita, dapat
berwujud sebagai batuan, tanah, atau pasir yang diendapkan pada dasar sungai.
Beberapa daripada mineral tersebut dapat mempunyai nilai ekonomis karena
didapatkan dalam jumlah yang besar, sehingga memungkinkan untuk ditambang
seperti emas dan perak. Mineral, kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk
tertentu dalam keadaan padatnya, sebagai perwujudan dari susunan yang teratur
didalamnya. Apabila kondisinya memungkinkan, mereka akan dibatasi oleh
bidang-bidang rata, dan diasumsikan sebagai bentukbentuk yang teratur yang
dikenal sebagai kristal. Dengan demikian, kristal secara umum dapat di-
definisikan sebagai bahan padat yang homogen yang memiliki pola internal
susunan tiga dimensi yang teratur. Studi yang khusus mempelajari sifat-sifat,
bentuk susunan dan cara-cara terjadinya bahan padat tersebut dinamakan
kristalografi.

Pengetahuan tentang mineral merupakan syarat mutlak untuk dapat


mempelajari bagian yang padat dari Bumi ini, yang terdiri dari batuan. Bagian
luar yang padat dari Bumi ini disebut litosfir, yang berarti selaput yang terdiri dari
batuan, dengan mengambil lithos dari bahasa latin yang berarti batu, dan
sphere yang berarti selaput. Tidak kurang dari 2000 jenis mineral yang kita
ketahui sekarang. Beberapa daripadanya merupakan benda padat dengan ikatan
unsur yang sederhana. Contohnya adalah mineral intan yang hanya terdiri dari
satu jenis unsur saja yaitu Karbon. Garam dapur yang disebut mineral halit,
terdiri dari senyawa dua unsur Natrium dan Chlorit dengan simbol NaCl.
Setiap mineral mempunyai susunan unsur-unsur yang tetap dengan perbandingan
tertentu.

Studi yang mempelajari segala sesuatunya tentang mineral disebut


Mineralogi, didalamnya juga mencakup pengetahuan tentang Kristal, yang
merupakan unsur utama dalam susunan mineral. Pengetahuan dan pengenalan
mineral secara benar sebaiknya dikuasai terlebih dahulu sebelum mempelajari
dasar-dasar geologi atau Geologi Fisik, dimana batuan, yang terdiri dari
mineral, merupakan topik utama yang akan dibahas. Diatas telah dijelaskan bahwa
salah satu syarat utama untuk dapat mengenal jenis-jenis batuan sebagai bahan
yang membentuk litosfir ini, adalah dengan cara mengenal mineral-mineral yang
membentuk batuan tersebut. Dengan anggapan bahwa pengguna buku ini telah
mengenal dan memahami mineralogi, maka untuk selanjutnya akan diulas
secara garis besar tentang mineral sebagai penyegaran saja.
Setiap mineral memiliki skala kekerasan masing-masing. Pada umumnya,
skala yang dignakan untuk mengukur skala kekerasan mineral yaitu skala mohs.
Skala Mohs adalah skala yang digunakan untuk mengukur kekerasan suatu
mineral dengan jalan membandingkannya dengan mineral lain. Skala Mohs
ditemukan pertama kali oleh ilmuwan Jerman, Friedrich Mohs pada tahun 1812.
Pada waktu itu, sang geologis membagi kekerasan suatu mineral menjadi 10
tingkatan, dengan jalan mencari bahan terkeras yang dapat digores oleh bahan
yang diukur, dan/atau bahan terlunak yang dapat menggores bahan yang diukur.
Maka terciptalah skala Mohs yang kita gunakan sekarang.
Skala kekerasan mineral Mohs didasarkan pada kemampuan satu sampel
materi alami untuk menggores materi yang lain. Sampel materi yang digunakan
Mohs adalah semua mineral. Mineral adalah zat murni yang ditemukan di alam
sekitar. Batuan teruat dari satu atau beberapa mineral.Sebagai zat alami terkeras
yang pernah ada ketika skala ini dibuat,intan ditempatkan di puncak skala.
Kekerasan bahan diukur terhadap skala ini dengan menemukan bahan terkeras
yang dapat menggores suatu bahan lunak atau sebaliknya. Misalnya, jika beberapa
bahan mampu digores oleh apatit, namun tidak dengan fluorit, maka kekerasannya
pada skala Mohs dapat menempati nilai 4 dan 5. Skala Mohs adalah
skala ordinal murni. Misalnya, korundum (9) dua kali lebih keras
daripada topaz (8), namun intan (10) hampir empat kali lebih keras dari pada
korundum.

Urutan Skala Mohs adalah sebagai berikut :

1. Talc (Mg3Si4O10(OH)2)

Merupakan sustansi berbentuk bedak.Talc memiliki bentuk kristal


monoklin. Memiliki belahan sempurna dan non elastis tetapi fleksibel. Talc
sangatlah lembut dan nersifat sectile (dapat dipotong dengan pisau). Talc dapat
tergores oleh kuku dan memiliki berat jenis 2,5 2,8. Talc tidak larut dalam air
tapi agak kenyal jika dimasukan larutan asam.warnanya berkisar dari putih ke
abu-abuan atau kehijau-hijauan. Talc memiliki goresan (streak) berwarna putih.
Mineral ini banyak ditemukan pada batuan Soapstone pada batuan metamorf.

TAMBAHAN
Bersifat silikat
Kilap Mutiara (pearly luster)
Cerat berwarna putih
Pecahan tidak rata (uneven)
Belahan sempurna (perfect)

2. Gypsum (CaSO42H2O)

Mineral ini memiliki sistem kristal monoklin dengan belahan sempurna


dan 2 arah. Jika gypsum tidak dikotori oleh chronophores (mineral pengotor)
maka warnanya adalah putih. Bentuk mineral gypsum umumnya prismatik.
gypsum itu concoidal maka saat pecah akan berbentuk seperti gelas yang pecah.
berat jenis gypsum antara 2,31 2,33, gypsum memiliki gores berwarna putih dan
kilaunya adalah vitreous untuk sutera, mutiara dan lilin.

TAMBAHAN
Bersifat sulfat
Kilap Kaca (vitreous luster)
Cerat berwarna putih
Pecahan (splintery)
Belahan sempurna (perfect)

3. Calcite (CaCO3)

Calcite adalah mineral karbonat paling stabil. Sistem kristalnya trigonal.


Calcite memiliki belahan sempurna dan 3 arah belah. Kilaunya vitreous untuk
mutiara dan sutera, warna goresnya putih. Jika ia dimasukkan dalam larutan asam
maka ia akan larut.

TAMBAHAN
Bersifat karbonat
Kilap Kaca (vitreous luster)
Cerat berwarna putih
Pecahan (concoidal)
Belahan sempurna (perfect)

4. Fluorite (CaF2)
Mineral ini termasuk mineral Halida dengan ditandai unsur F dalam unsur
kimianya. sistem kristalnya adalah isometric. Sebenarnya mineral ini tidak
berwarna(colourless) namun selalu terlihat berwarna akibat pengotor yang
mengenainya. Kilapnya vitreous luster(kilap kaca), pecahannya conchoidal,
ceratnya putih dan belahannya sempurna

5. Apatite (Ca5(PO4)3(OH-,Cl-,F-))

Mineral ini termasuk dalam kelompok mineral fosfat. Apaptite biasa


berbentuk tabular, prismatik. Apatite memiliki sistem kristal hexagonal.
Belahannya tidak jelas, dan jika pecah akan membentuk concoidal. Warna apatite
transparan tergantung pengotor, warna goresnya putih. Berat jenisnya 3,16-3,22

6. Felspar (KAlSi3O8)

Felspar merupakan mineral paling melimpah di bumi. Felspar memiliki


warna asli merah muda, putih, abu, coklat. Ia memiliki sistem kristal trinklin atau
monoklin. Kilapnya kaca.
TAMBAHAN

Bersifat silikat
Kilap Kaca (vitreous luster)
Pecahan tidak rata (uneven)
Belahan tidak sempurna (district)

7. Quartz (SiO2)

Quartz merupakan mineral terbanyak kedua setelah felspar yang ada di


bumi kita ini. Quartz memiliki belahan tidak jelas dengan sistem kristal
Hexagonal. Jika pecah ia membentuk pecahan concoidal. Warna gores nya putih
dan kilau quartz adalah vitreous lilin yang membosankan jika sudah besar.Quartz
memiliki berat jenis 2,65; 2,59-2,63

8. Topaz (Al2SiO4(OH-,F-)2)
Topaz termasuk dalam golongan mineral silika. Topaz memiliki sistem
kristal Orthorombik. Belahan sempurna dan memiliki pecahan concoidal. Jika kita
gores Topaz maka akan nampak warna putih. Topaz memiliki berat jenis 3,49-
3,57.

9. Corundum (Al2O3)

Corundum masuk pada kelompok mineral Oksida. Sistem kristal


Corundum ialah trigonal. Pecahan Corundum concoidal, goresnya putih, berat
jenis 3,95-4,10

10. Diamond (C)

Mineral ini adalah Native mineral. Sistem krital diamond adalah isometrik
dan hexagonal. Jika kita menggores diamond maka ia tetap tanpa warna. Berat
jenisnya adalah. 3,52 0,01. Diamond merupakan mineral terkuat, terkompak
yang pernah ditemukan. Maka mineral ini sering dimanfaatkan sebagai mata bor
yang tentunya sangat mahal.
Diamond juga sering dimanfaatkan sebagai perhiasan karena keindahannya yang
mempesona.
6. SIKLUS BATUAN

Di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan
batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi batuan metamorf
tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua batuan akan
mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-pecahan
yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan juga
bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi batuan
beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau Rock Cyrcle.

Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan.


Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam:

1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan


membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat
rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga proses-
proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang
lebih kecil lagi.
2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi
dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu
gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan.
Salah satu contoh yang nyata adalah hujan asam yang sangat
mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia.
3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses
fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah
pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang
disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar
tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-rekahan di batuan dan
akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi.

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah


menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah
tempat. Berpindahnya tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi.
Proses erosi ini dapat terjadi melalui beberapa cara:

1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang
ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui
tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada
dapat mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain.
Salah satu contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai
dalam mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada
di Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan
yang ada.

Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi


tidak dapat terbawa selamanya. Seperti halnya sungai
akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya,
dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka
pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan. Proses ini yang sering
disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan, pecahan batuan
akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan diendapkan
terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan
seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan
yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
Pada saat perlapisan di batuan sedimen ini terbentuk,
tekanan yang ada di perlapisan yang paling bawah akan
bertambah akibat pertambahan beban di atasnya. Akibat
pertambahan tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-
lapisan batuan akan tertekan sehingga keluar dari lapisan batuan yang ada.
Proses ini sering disebut kompaksi. Pada saat yang bersamaan pula, partikel-
partikel yang ada dalam lapisan mulai bersatu. Adanya semen seperti
lempung, silika, atau kalsit diantara partikel-partikel yang ada membuat
partikel tersebut menyatu membentuk batuan yang lebih keras. Proses ini
sering disebut sementasi. Setelah proses kompaksi dan sementasi terjadi pada
pecahan batuan yang ada, perlapisan sedimen yang ada sebelumnya berganti
menjadi batuan sedimen yang berlapis-lapis. Batuan sedimen seperti batu
pasir, batu lempung, dan batu gamping dapat dibedakan dari batuan lainnya
melalui adanya perlapisan, butiran-butiran sedimen yang menjadi satu akibat
adanya semen, dan juga adanya fosil yang ikut terendapkan saat pecahan
batuan dan fosil mengalami proses erosi, kompaksi dan akhirnya
tersementasikan bersama-sama.

Pada kerak bumi yang cukup dalam, tekanan dan suhu


yang ada sangatlah tinggi. Kondisi tekanan dan suhu
yang sangat tinggi seperti ini dapat mengubah mineral
yang dalam batuan. Proses ini sering disebut proses
metamorfisme. Semua batuan yang ada dapat mengalami proses
metamorfisme. Tingkat proses metamorfisme yang terjadi tergantung dari:

1. Apakah batuan yang ada terkena efek tekanan dan atau suhu yang tinggi.
2. Apakah batuan tersebut mengalami perubahan bentuk.
3. Berapa lama batuan yang ada terkena tekanan dan suhu yang tinggi.

Dengan bertambahnya dalam suatu batuan dalam bumi,


kemungkinan batuan yang ada melebur kembali menjadi
magma sangatlah besar. Ini karena tekanan dan suhu
yang sangat tinggi pada kedalaman yang sangat dalam.
Akibat densitas dari magma yang terbentuk lebih kecil dari batuan
sekitarnya, maka magma tersebut akan mencoba kembali ke permukaan
menembus kerak bumi yang ada. Magma juga terbentuk di bawah kerak
bumi yaitu di mantle bumi. Magma ini juga akan berusaha menerobos kerak
bumi untuk kemudian berkumpul dengan magma yang sudah terbentuk
sebelumnya dan selanjutnya berusaha menerobos kerak bumi untuk
membentuk batuan beku baik itu plutonik ataupun vulkanik.

Kadang-kadang magma mampu menerobos sampai ke


permukaan bumi melalui rekahan atau patahan yang ada
di bumi. Pada saat magma mampu menembus permukaan
bumi, maka kadang terbentuk ledakan atau sering disebut
volcanic eruption. Proses ini sering disebut proses ekstrusif. Batuan yang
terbentuk dari magma yang keluar ke permukaan disebut batuan beku
ekstrusif. Basalt dan pumice (batu apung) adalah salah satu contoh batuan
ekstrusif. Jenis batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari
komposisi magma yang ada. Umumnya batuan beku ekstrusif
memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya sangatlah kecil. Ini disebabkan magma yang keluar ke


permukaan bumi mengalami proses pendinginan yang sangat cepat
sehingga mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan tidak
mempunyai banyak waktu untuk dapat berkembang.
2. Umumnya memperlihatkan adanya rongga-rongga yang terbentuk akibat
gas yang terkandung dalam batuan atau yang sering disebut gas bubble.

Batuan yang meleleh akibat tekanan dan suhu yang


sangat tinggi sering membentuk magma chamber dalam
kerak bumi. Magma ini bercampur dengan magma yang
terbentuk dari mantle. Karena letak magma chamber
yang relatif dalam dan tidak mengalami proses ekstrusif, maka magma yang
ada mengalami proses pendinginan yang relatif lambat dan membentuk
kristal-kristal mineral yang akhirnya membentuk batuan beku intrusif.
Batuan beku intrusif dapat tersingkap di permukaan membentuk pluton.
Salah satu jenis pluton terbesar yang tersingkap dengan jelas adalah batholit
seperti yang ada di Sierra Nevada USA yang merupakan batholit granit
yang sangat besar. Gabbro juga salah satu contoh batuan intrusif. Jenis
batuan yang terbentuk akibat proses ini tergantung dari komposisi magma
yang ada. Umumnya batuan beku intrusif memperlihatkan cirri-ciri berikut:

1. Butirannya cukup besar. Ini disebabkan magma yang keluar ke permukaan


bumi mengalami proses pendinginan yang sangat lambat sehingga
mineral-mineral yang ada sebagai penyusun batuan mempunyai banyak
waktu untuk dapat berkembang.
2. Biasanya mineral-mineral pembentuk batuan beku intrusif memperlihatkan
angular interlocking.

Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan
datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di
bumi.

Anda mungkin juga menyukai