Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan segala perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi, tentu muncul
beberapa masalah transportasi disini. Salah satu masalah yang paling disorot adalah
tentang masalah keselamatan lalu lintas yang hampir dipastikan setiap hari terjadi
kecelakaan, mulai dari kecelakaan ringan sampai kecelakaan yang menimbulkan
korban jiwa yang disebabkan oleh berbagai macam faktor diantaranya yaitu faktor
jalan, faktor kendaraan, ataupun kondisi lingkungan dan alam. Kecelakaan lalu lintas
adalah suatu hal yang tentunya ingin selalu dihindari oleh setiap penggunan jalan,
namun terkadang kecelakaan lalu lintas ini terjadi secara tiba-tiba karena prasarana
jalan yang buruk ataupun karena kelalaian dari pengguna jalan itu sendiri.1
Kecelakaan lalu lintas jalan mengambil lebih dari 1,2 juta jiwa setiap
tahunnya dan memiliki dampak besar pada kesehatan dan pembangunan. Kecelakaan
lalu lintas adalah penyebab utama kematian di kalangan orang muda berusia antara 15
dan 29 tahun, dan biaya pemerintah sekitar 3% dari PDB.2
Kecelakaan lalu lintas saat ini diperkirakan merupakan penyebab kematian
tertinggi kesembilan di semua kelompok usia di seluruh dunia, dan diperkirakan akan
menjadi penyebab kematian ketujuh pada tahun 2030. Kenaikan ini didorong oleh
meningkatnya korban tewas di jalan-jalan di negara berkembang dimana urbanisasi
dan motorisasi menyertai pertumbuhan ekonomi yang pesat. Di banyak negara ini,
diperlukan perkembangan infrastruktur, perubahan kebijakan dan tingkat penegakan
hukum yang adekuat. Sebaliknya, banyak negara berpenghasilan tinggi telah berhasil
memecah kaitan antara meningkatnya motorisasi dan kematian lalu lintas, dengan
beberapa diantaranya berhasil mengurangi kematian tersebut secara dramatis. Prestasi
ini merupakan hasil dari pembuatan infrastruktur yang lebih aman, meningkatkan
keamanan kendaraan, dan menerapkan sejumlah intervensi lain yang diketahui efektif
dalam mengurangi kecelakaan lalu lintas.2

1
Ilmu kedokteran forensic adalah ilmu kedokteran yang digunakan untuk
menegakkan hukum. Pasal 133 ayat (1) KUHAP, menentukan bahwa dokter ahli
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya untuk kepentingan penyidikan dan
peradilan wajib memberikan keterangan ahli dalam melakukan pemeriksaan terhadap
korban tindak pidana yang berada dalam keadaan terluka, keracunan atau mati,
termasuk juga dalam kasus kecelakaan lalu lintas. Urgensi kewajiban mempelajari
forensic berkait erat dengan peranan dokter sebagai saksi ahli dalam melakukan
pemeriksaan terhadap manusia sebagai korban tindak pidana, baik dalam keadaan
hidup maupun mati.3
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui aspek medikolegal pada kasus kecelakaan lalu lintas
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi kecelakaan lalu lintas dilihat dari aspek hukum.
2. Mengetahui dasar hukum yang mengatur tentang kecelakaan lalu lintas.

2
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Korban


Nama : Tn. W
Jenis kelamin : Laki-Laki
Usia : 21 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Status : Lajang
No RM : 596655

2.2 Uraian Singkat Kejadian


Pasien datang ke IGD RSUP pada tanggal 14 September jam 9 WITA dengan
keluhan luka-luka di tubuhnya. Pasien mengaku mengalami luka-luka akibat
terjatuh setelah menabrak trotoar pada saat mengendarai motor pada hari yang
sama jam 07.30 WITA. Pasien mengaku sempat melihat ke belakang dan
mengendarai motornya di jalur sebelah kanan
2.3 Dokumentasi

3
Gambar 1: Luka berbentuk tidak beraturan di perut kiri

Gambar 2: 2 luka dengan bentuk masing-masing bulat dan tidak beraturan di


punggung kaki kiri

4
Gambar 3: Luka berbentuk tidak beraturan di jari kaki ke-5 pada kaki kiri

Gambar 4: 3 luka dengan 2 luka berbentuk tidak beraturan dan 1 luka berbentuk bulat
di kaki kiri pasien

5
Gambar 5: 2 luka berbentuk bundar pada lutut kanan pasien

Gambar 6: Luka berbentuk tidak beraturan di belakang siku kanan pasien

6
2.4 Hasil Pemeriksaan
GCS E4V5M6
Tanda vital: Tekanan darah 130/70, denyut nadi 92 kali/menit, frekuensi
napas 20 kali/menit, suhu 36C
Status lokalis
o Sebuah luka berbentuk tidak beraturan berada di regio perut kiri
dengan jarak lima sentimeter dari garis bujur yang melewati pusat dan
berjarak sepuluh sentimeter dari garis lintang yang melewati dua
puting susu. Ukuran luka dengan panjang empat sentimeter dan lebar
dua sentimeter. Batas luka terlihat jelas, tepi luka rata, warna dasar
luka merah muda. Jaringan yang menyusun dasar luka adalah kulit
jangat. Daerah di sekitar batas luka menunjukkan kulit kehitaman.
o Terdapat dua luka berbentuk tidak beraturan di daerah punggung kaki
kiri. Titik tengah luka pertama berjarak sepuluh koma dua sentimeter
dari tumit kiri. Ujung teratas dan ujung terbawah dari luka kedua
berjarak delapan sentimeter dan dua koma lima sentimeter dari
pergelangan kaki. Ukuran luka pertama dengan panjang tiga
sentimeter dan lebar satu sentimeter. Ukuran luka kedua dengan
panjang lima koma lima sentimeter, lebar terpanjang tiga koma lima
sentimeter, lebar terpendek dua koma satu sentimeter. Luka pertama
mempunyai batas luka jelas, tepi luka rata, warna dasar luka merah
muda. Jaringan yang menyusun dasar luka adalah kulit jangat dan
disekitarnya terdapat kulit ari yang belum terkelupas seluruhnya.
Terdapat cairan warna merah didalamnya. Daerah di sekitar batas luka
menunujukkan kulit kehitaman. Luka kedua mempunyai batas luka
jelas, tepi luka rata, warna dasar luka merah muda. Jaringan yang
menyusun dasar luka adalah kulit jangat dan disekitarnya terdapat
kulit ari yang belum terkelupas seluruhnya. Terdapat cairan warna

7
merah didalamnya. Daerah di sekitar batas luka menunujukkan kulit
kehitaman.
o Sebuah luka bentuk tidak teratur di jari kaki kiri ke lima dengan
ukuran panjang nol koma sembilan sentimeter. Ukuran lebar nol koma
tujuh sentimeter. Batas luka terlihat jelas, tepi luka rata, jaringan dasar
luka tampak ada cairan berwarna kemerahan
o Terdapat tiga luka di paha dan tungkai kiri. Luka pertama berbentuk
tidak beraturan, terletak di samping lutut kiri dengan ujung terbawah
berjarak lima belas sentimeter dari tumit, ujung teratas berjarak dua
sentimeter dari puncak lutut kiri, ujung paling luar berjarak tiga puluh
sentimeter dari tumit, ujung terdalam berjarak enam sentimeter dari
puncak lutut kiri. Luka kedua berbentuk oval, terletak di lutut kiri
bagian atas. Ujung terdalam berjarak dua sentimeter dari puncak lutut
kiri sebelah dalam. Ujung terluar berjarak satu sentimeter dari puncak
lutut kiri bila diukur dari sisi luar. Luka ketiga berbentuk tidak teratur,
terletak di paha kiri sebelah luar. Ujung terbawah berjarak sepuluh
koma empat sentimeter dari puncak lutut kiri. Ujung teratas berjarak
delapan belas koma satu sentimeter dari lipat paha. Ujung terluar
berjarak lima puluh tujuh sentimeter dari tumit kiri. i Ukuran luka
pertama panjangnya tiga puluh sentimeter, dengan lebar terpanjang
berukuran sembilan koma dua sentimeter, lebar terpendek berukuran
tiga koma tiga sentimeter. Luka kedua mempunyai panjang empat
koma lima sentimeter dengan lebar dua sentimeter. Ukuran luka ketiga
mempunyai panjang delapan belas koma enam sentimeter dan lebar
sembilan koma lima sentimeter. Luka pertama mempunyai batas luka
jelas, tepi luka rata, warna dasar luka merah muda. Jaringan yang
menyusun dasar luka adalah kulit jangat. Terdapat cairan warna merah
didalamnya. Daerah di sekitar batas luka paling dalam menunujukkan
kulit kemerahan. Luka kedua mempunyai batas luka jelas, tepi luka

8
rata, warna dasar luka merah muda. Jaringan yang menyusun dasar
luka adalah kulit jangat. Terdapat cairan warna merah didalamnya.
Daerah di sekitar batas luka menunujukkan kulit kehitaman. Luka
ketiga mempunyai batas luka jelas, tepi luka rata, warna dasar luka
putih. Jaringan yang menyusun dasar luka adalah kulit jangat.
o Terdapat dua luka di regio lutut kanan. Luka pertama berbentuk
bundar, ujung pertama berjarak tiga puluh dua sentimter dari
pergelangan kaki. Luka kedua berbentuk bundar dengan ujung pertama
berada di tiga puluh satu koma delapan sentimeter dari lipat paha,
ujung kedua berada di empat koma empat sentimeter di atas puncak
lutut kanan. Luka pertama berukuran dua sentimeter, luka kedua
berukuran enam sentimeter kali delapan koma sembilan sentimeter.
Luka pertama mempunyai batas luka jelas, tepi luka tidak rata,
terdapat tebing luka yang terdiri dari jaringan kulit. Jaringan yang
menyusun dasar luka adalah kulit jangat. Terdapat cairan warna merah
didalamnya. Luka kedua mempunyai batas luka jelas, tepi luka rata,
warna dasar luka merah muda. Jaringan yang menyusun dasar luka
adalah kulit jangat. Terdapat cairan warna merah didalamnya.
o Terdapat sebuah luka berbentuk tidak beraturan di belakang siku
kanan. Ujung teratas berjarak dua koma dua sentimeter dari siku
kanan, ujung terbawah berjarak tujuh belas koma empat sentimeter
dari pergelangan tangan kanan. Panjang luka tujuh koma sembilan
sentimeter dan lebar luka dua koma tujuh sentimeter. Luka berbatas
tegas, sudut luka tumpul, tepi luka rata, dasar luka dibentuk oleh
jaringan kulit jangat, didalamnya terdapat cairan kemerahan, di sekitar
luka terdapat kulit kemerahan.
2.5 Tatalaksana
a. Tindakan diagnostik

9
Pemeriksaan fisik
b. Tindakan terapeutik
Larutan NaCl 0,9%
Povidon iodin
Asam mefenamat 3 x 500 mg selama 5 hari

10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Kecelakaan Lalu Lintas


Menurut Pasal 1 ayat 24 dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna
jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan/atau kerugian harta benda.3
Menurut pasal 229 ayat 1 dalam UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas digolongkan menjadi 3 golongan:
a. Kecelakaan Lalu Lintas ringan;
b. Kecelakaan Lalu Lintas sedang; atau
c. Kecelakaan Lalu Lintas berat.
Kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan
Kendaraan dan/atau barang. Kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan
yang mengakibatkan luka ringan dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang.
Kecelakaan lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban
meninggal dunia atau luka berat.3
Dalam penjelasan UU No. 22 tahun 2009, dijelaskan bahwa istilah "luka
ringan" adalah luka yang mengakibatkan korban menderita sakit yang tidak
memerlukan perawatan inap di rumah sakit atau selain yang di klasifikasikan dalam
luka berat. Istilah luka berat didefinisikan sebagai luka yang mengakibatkan
korban3:
a. jatuh sakit dan tidak ada harapan sembuh sama sekali atau menimbulkan bahaya
maut;
b. tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan;
c. kehilangan salah satu pancaindra;
d. menderita cacat berat atau lumpuh;
e. terganggu daya pikir selama 4 (empat) minggu lebih;

11
f. gugur atau matinya kandungan seorang perempuan; atau
g. luka yang membutuhkan perawatan di rumah sakit lebih dari 30 (tiga puluh) hari

3.2 Jumlah Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas


Lebih dari 1,2 juta orang meninggal setiap tahun di jalan raya di seluruh
dunia, dengan jutaan lainnya menderita luka serius. Dari tahun ke tahun, angka
kejadian kecelakaan lalu lintas terus meningkat (Gambar 7). Tetapi angka kejadian
lalu lintas sempat mendatar pada tahun 2007. Grafik yang mendatar ini harus dilihat
dari latar belakang pertumbuhan populasi global dan motorisasi. Peningkatan
populasi sebesar 4% antara tahun 2010 dan 2013 dan peningkatan 16% kendaraan
terdaftar pada periode yang sama menunjukkan bahwa upaya untuk memperlambat
peningkatan kematian akibat lalu lintas dapat mencegah kematian yang seharusnya
terjadi. 2
Secara global, kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian di
kalangan anak muda, dan penyebab utama kematian di antara mereka yang berusia
15-29 tahun. Adapun penyebab kematian terbanyak kedua dan ketiga adalah masing-
masing bunuh diri dan HIV/AIDS (Gambar 8).2

12
Gambar 7: Angka Kejadian Lalu Lintas Dunia yang Menunjukkan Semakin
Meningkat

Gambar 8: 10 Penyebab Kematian Terbanyak pada Orang yang berumur 15-29


tahun.

Di Indonesia, jumlah kematian pada kecelakaan lalu lintas sebanyak 6 dari


100.000 populasi pada tahun 2000. Pada tahun 2009, angka kematian meningkat
menjadi 8,5 per 100.000 populasi (Gambar 9). Pengendara kendaraan roda dua atau
roda tiga memiliki angka kematian paling tinggi, sedangkan angka kematian
terbanyak kedua dan ketiga adalah penumpang bus, dan pejalan kaki, masing-masing
(Gambar 10).2

13
Gambar 9: Angka Kematian Kecelakaan Lalu Lintas per Tahun di Indonesia

Gambar 10: Angka Kematian berdasarkan Kategori Pengguna Jalan

3.3 Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas


Berdasarkan Marsaid, M. Hidayat, dan Arsan, terdapat 3 faktor yang
mempengaruhi kecelakaan lalu lintas, yaitu faktor dari manusia, faktor dari
kendaraan, dan faktor dari lingkungan fisik. Lebih lengkapnya dijelaskan di bawah
ini:4
1. Faktor dari manusia:
Lengah

14
Mengantuk,
Mabuk
Lelah
Tidak Terampil
Tidak Tertib
Kecepatan tinggi
2. Faktor dari kendaraan:
Rem tidak berfungsi
Ban pecah
Selip
Lampu kendaraan tidak nyala
3. Faktor dari lingkungan fisik:
Kondisi jalanan yang jelek seperti jalanan yang rusak, licin, dan berlubang
Jalan menikung
Lampu jalan
Hujan
3.4 Trauma pada Kecelakaan Lalu Lintas
Pada korban kecelakaan lalu lintas, biasanya ditemukan trauma/tanda
kekerasan yang dapat dibagi menjadi beberapa kelompok: 5
a. Trauma akibat persentuhan pertama oleh kendaraan (first impact)
Trauma ditimbulkan oleh persentuhan bagian kendaraan dengan tubuh. Bagian
kendaraan yang sering menyebabkan trauma ini biasanya bumper, kaca spion,
pegangan pintu dan spakbor. Trauma biasanya berupa luka lecet jenis tekan.
b. Trauma akibat terjatuh
Pada tubuh korban dapat ditemukan trauma lain yang terjadi akibat terjatuhnya
korban setelah persentuhan pertama dengan kendaraan. Trauma biasanya merupakan
luka lecet jenis geser dan atau luka robek.

15
c. Trauma akibat terlindas (rollover)
Trauma akibat lindasan ban kendaraan memberikan gambaran cermat terhadap jejas
ban, seringkali dapat membantu pihak yang berwajib untuk mengidentifikasi jenis
kendaraan yang menyebabkan kecelakaan. Deskripsi ban baik mengenai coraknya
maupun ukurannya dengan sketsa atau foto.

3.5 Aspek Hukum Kecelakaan Lalu Lintas


Kewajiban dan tanggung jawab pengemudi, pemilik kendaraan bermotor,
perusahaan angkutan, dan pemerintah serta hak korban sebagaimana tercantum dalam
UU. No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di pasal-pasal berikut
ini:
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pengemudi, Pemilik Kendaraan Bermotor,
dan/atau Perusahaan Angkutan. 3
Pasal 234
Ayat (1) Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita oleh Penumpang dan/atau pemilik barang dan/atau pihak ketiga
karena kelalaian Pengemudi.
Ayat (2) Setiap Pengemudi, pemilik Kendaraan Bermotor, dan/atau
Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerusakan jalan
dan/atau perlengkapan jalan karena kelalaian atau kesalahan
Pengemudi.
Ayat (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
tidak berlaku jika: a. adanya keadaan memaksa yang tidak dapat
dielakkan atau di luar kemampuan Pengemudi; b. disebabkan oleh
perilaku korban sendiri atau pihak ketiga; dan/atau c. disebabkan
gerakan orang dan/atau hewan walaupun telah diambil tindakan
pencegahan.

16
Pasal 235
Ayat (1) Jika korban meninggal dunia akibat Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (1) huruf c, Pengemudi,
pemilik, dan/atau Perusahaan Angkutan Umum wajib memberikan
bantuan kepada ahli waris korban berupa biaya pengobatan dan/atau
biaya pemakaman dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Ayat (2) Jika terjadi cedera terhadap badan atau kesehatan korban
akibat Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229
ayat (1) huruf b dan huruf c, pengemudi, pemilik, dan/atau Perusahaan
Angkutan Umum wajib memberikan bantuan kepada korban berupa
biaya pengobatan dengan tidak menggugurkan tuntutan perkara pidana.
Pasal 236
Ayat (1) Pihak yang menyebabkan terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 wajib mengganti kerugian yang
besarannya ditentukan berdasarkan putusan pengadilan.
Ayat (2) Kewajiban mengganti kerugian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pada Kecelakaan Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 229 ayat (2) dapat dilakukan di luar pengadilan jika terjadi
kesepakatan damai di antara para pihak yang terlibat.
Pasal 237
Ayat (1) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengikuti program
asuransi kecelakaan sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan
asuransi bagi korban kecelakaan.
Ayat (2) Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan orang
yang dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

17
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pemerintah 3
Pasal 238
Ayat (1) Pemerintah menyediakan dan/atau memperbaiki pengaturan,
sarana, dan Prasarana Lalu Lintas yang menjadi penyebab kecelakaan.
Ayat (2) Pemerintah menyediakan alokasi dana untuk pencegahan dan
penanganan Kecelakaan Lalu Lintas.
Pasal 239
Ayat (1) Pemerintah mengembangkan program asuransi Kecelakaan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Ayat (2) Pemerintah membentuk perusahaan asuransi Kecelakaan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Hak Korban
Pasal 240 Korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak mendapatkan:
Pertolongan dan perawatan dari pihak yang bertanggung jawab atas
terjadinya Kecelakaan Lalu Lintas dan/atau Pemerintah;
Ganti kerugian dari pihak yang bertanggung jawab atas terjadinya
Kecelakaan Lalu Lintas; dan
Santunan Kecelakaan Lalu Lintas dari perusahaan asuransi.
Pasal 241 Setiap korban Kecelakaan Lalu Lintas berhak memperoleh
pengutamaan pertolongan pertama dan perawatan pada rumah sakit terdekat
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3.6 Pembahasan Kasus
Menurut Pasal 229 ayat (4) UU No. 22 Tahun 2009 kecelakaan lalu lintas
adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
manusia dan/atau kerugian harta benda. Pada peristiwa ini, kecelakaan lalu lintas
terjadi tanpa melibatkan pengguna jalan lain atau tunggal sehingga pasien tidak dapat

18
dikenakan hukum pidana. Untuk kualifikasi lukanya menurut UU No. 22 tahun 2009
luka yang diderita oleh pasien termasuk luka ringan karena pasien tidak memerlukan
rawat inap.

19
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan dari pemeriksaan pasien, maka saya
simpulkan bahwa telah diperiksa seorang pasien laki-laki berusia dua puluh satu
tahun dengan tinggi badan seratus enam puluh sentimeter dan berat badan lima puluh
kilogram. Pada orang tersebut ditemukan luka lecet pada perut sebelah kiri, punggung
kaki kiri, jari kaki kiri kelima, lutut kiri pasien, tungkai kiri samping luar sebelah
bawah, tungkai kiri samping luar sebelah atas, lutut kanan, dan siku kanan. Luka
tersebut dapat disebabkan oleh persentuhan dengan benda tumpul. Selama proses
penyembuhan luka, korban tidak membutuhkan rawat inap dan tidak mengganggu
aktivitasnya sehari-hari sebagai pedagang oleh-oleh.
4.2 Saran
Seorang dokter diharapkan dapat mengetahui dan memahami segala aspek yang
terkait dengan masalah kecelakaan lalu lintas dan dari aspek medikolegalnya oleh
karena angka kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat dari tahun ketahun,.
Seorang dokter harus teliti dalam memeriksa luka-luka yang terdapat dalam tubuh
pasien karena dari sebuah luka tersebut akan membantu penyidik mengungkap kasus
tersebut baik jenis perlukaan yang dialami korban maupun bentuk benda
penyebabnya yang digunakan oleh pelaku.

20
DAFTAR PUSTAKA
1. Putri CE.Analisis Karakteristik Kecelakaan dan Faktor Penyebab Kecelakaan dan
Faktor Kecelakaan pada Lokasi Blackspot di Kota Kayu Agung. Jurnal Teknik Sipil
dan Lingkungan. 2014;2(1):154-161
2. WHO. Global status report on road safety 2015. 2015.
3. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2009
4. Marsaid, M. Hidayat, Ahsan. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kecelakaan Lalu Lintas pada Pengendara Sepeda Motor di Wilayah Polres Kabupaten
Malang. Jurnal Ilmu Keperawatan. 2013;1(2):98-112
5. Budiyanto A, Widiatmaka W, SudionoS., dkk. Ilmu Kedokteran Forensik
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Forensic Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1997: 37-44.

21

Anda mungkin juga menyukai