PENYAKIT PARKINSON
OLEH
Dimas Adi Soewignyo
H1A 013 019
PENGUJI
dr. I Wayan Subagiartha , Sp.S
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan tinjauan pustaka ini tepat pada
waktunya. Tinjauan pustaka yang berjudul “Penyakit Parkinson” ini disusun dalam
rangka mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penyakit Saraf
RSUD Provinsi NTB.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis.
1. dr. I Wayan Subagiartha, Sp.S, selaku pembimbing
2. dr. Ester Sampe, Sp.S, selaku Ketua SMF Ilmu Penyakit Saraf RSUP
NTB.
3. dr. Herpan Syafii Harahap, M. Biomed, Sp.S, selaku supervisor
4. dr. Ilsa Hunaifi, Sp.S selaku supervisor
5. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa dalam penulisan tinjauan pustaka ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tinjauan pustaka ini.
Semoga tinjauan pustaka ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan
khususnya kepada penulis dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-
hari sebagai dokter. Terima kasih.
Penulis
BAB I
2
PENDAHULUAN
BAB II
LAPORAN KASUS
3
A. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Usia : 72 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kuripan, Lombok Barat
Suku : Sasak
Agama : Hindu
Status : Menikah
Pekerjaan : Petani
No. RM : 573446
MRS : 30 Juni 2018
Tanggal pemeriksaan : 7 Juli 2018
B. SUBJEKTIF
Keluhan Utama: Gemetar di tangan dan mulut
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan gemetar di kedua tangan dan mulutnya hingga
lidahnya tergigit dan berdarah sejak 1 hari sebelum MRS. Kedua tangan dalam posisi
bengkok dan susah digerakkan. Pasien mulai mengalami keluhan sejak 10 tahun yang
lalu, diawali dengan gemetar di kedua tangan. Pasien juga mengalami kekakuan di
kedua kaki sejak 4 bulan yang lalu yang timbul pada saat pasien berjalan di halaman
rumahnya. Kaki pasien dalam posisi bengkok dan susah untuk digerakkan. Pasien
juga mulai mengalami gemetar di mulut sejak 4 bulan yang lalu, sehingga pasien
kesulitan berbicara. Gemetar yang ada di mulut pasien bersifat hilang timbul.
Keluarga mengaku pasien hanya berbicara satu dua patah kata saja. Keluarga pasien
mengaku pasien mendengar bila diajak berbicara tapi tidak bisa merespon.
Pasien juga mengalami keluhan lain berupa sesak napas disertai batuk sejak 4
bulan yang lalu. Batuk pasien berdahak dengan warna kuning kehijauan. Pasien juga
4
mengalami demam yang hilang timbul. Keluhan kejang (-), mual (-), muntah (-),
disangkal oleh keluarga. Keluarga pasien mengatakan BAK pasien normal sekitar 3
kali/hari berwarna kuning, riwayat susah dan nyeri pada saat BAK disangkal. BAB
normal frekuensi 1 kali/hari.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalami keluhan sejak 10 tahun yang lalu. Pasien mempunyai
riwayat hipertensi. Riwayat diabetes melitus disangkal. Penyakit jantung pada pasien
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mengaku nenek pasien juga mengalami keluhan yang serupa dengan
pasien. Riwayat diabetes melitus, penyakit jantung dan penyakit paru dalam keluarga
juga disangkal.
Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Pengobatan
Sebelum berobat di RSUP pasien sering minum obat di rumah berupa
Levopar, Triheksilfenidil HCL, dan clopidogrel. Dari rujukan RSUD Lombok Barat,
pasien telah diberi obat berupa infus NaCl 0,9%, Valsartan 1x 80 mg, ceftriaxon 1
gram/12 jam, Ranitidin 60 mg/12 jam, Aspar-K 2 x1 tablet, levodopa 3x200 mg.
paracetamol 500mg/8 jam, vitamin B1 3 x 1 tablet, Arkine 3 x 1 tablet, N-
Asetilsistein 3 x 1 kapsul, dan codein 3 kali 1 tablet.
5
Pasien sebelumnya bekerja sebagai petani tapi sudah tidak bekerja lagi. Pasien
pernah merokok, terakhir kali merokok 10 tahun yang lalu. Pasien tidak memiliki
riwayat minuman beralkohol.
C. OBJEKTIF
1) Status Generalis
Keadaan Umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Signs :
o Tekanan darah : 140/100 mmHg
o Nadi : 86x/menit, regular, kuat angkat
o Frekuensi nafas : 28x/menit
o Suhu : 36,8ºC
2) Status Lokalis
Kepala-Leher
a) Kepala
Bentuk dan ukuran : normal
Rambut : normal
Anemis : (-/-)
Ikterus : (-/-)
Sianosis : (-)
Edema : (-)
Malar rash : (-)
Hiperpigmentasi : (-)
Nyeri tekan kepala : (-)
Massa : (-)
b) Mata:
6
Bentuk : normal, simetris
Alis : normal
Bola mata: exopthalmus (-/-), anopthalmus (-/-), nystagmus (-/-),
strabismus(-/-)
Palpebra: edema (-/-), ptosis (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-), hiperemia (-/-)
Sklera : ikterus (-/-), perdarahan (-), hiperemia (-/-), pterigium (-/-)
Pupil : bulat, isokor, refleks cahaya (+/+)
Kornea : normal
Lensa: keruh (-/-)
Pergerakan bola mata : normal ke segala arah
c) Telinga:
Bentuk : normal, simetris kiri dan kanan
Liang telinga (MAE): normal, sekret (-/-), serumen (-/-)
Nyeri tekan tragus: (-/-)
Pendengaran: kesan normal
d) Hidung:
Bentuk: simetris, deviasi septum (-)
Napas cuping hidung (-)
Perdarahan (-/-), sekret (-/-)
e) Mulut :
Bentuk: simetris
Bibir: sianosis (-), edema (-), stomatitis angularis (-), pursed lips
breathing (-)
Gusi: hiperemia (-), edema (-), perdarahan (-), benjolan (-)
Gigi: karang gigi (+), caries (+)
Mukosa:pucat (-), lesi (-), kotor (+)
7
Lidah: glositis (+), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-),pseudomembran (-)
Faring: hiperemia (-)
f) Leher :
Pembesaran KGB: (-)
Trakea: posisi di tengah
JVP: 5 + 2 (normal)
otot SCM: aktif (-), hipertrofi (-)
Pembesaran tiroid : (-)
Thorax
1. Inspeksi:
- Bentuk & ukuran: simetris
- Pergerakan dinding dada: simetris kanan dan kiri
- Permukaan dada: papula (-), ptekie (-), purpura (-), ekimosis (-), spider naevi
(-), vena kolateral (-), massa (-).
- Penggunaan otot bantu nafas: SCM tidak aktif, tidak tampak hipertrofi SCM,
otot bantu abdomen tidak aktif
- Iga dan sela iga: tidak ada pelebaran sela iga
- Fossa: deviasi trakea (-), fossa suprklavikularis dan fossa infraklavikularis
normal
- Tipe pernapasan: torako-abdominal.
2. Palpasi:
- Posisi mediastinum: tidak terdapat deviasi, ictus cordis teraba di ICS V
midclavicular line sinistra, thrill (-)
- Nyeri tekan (-), benjolan (-), krepitasi (-)
- Gerakan dinding dada: simetris kiri dan kanan
- Vocal fremitus: simetris kanan dan kiri
8
3. Perkusi:
- Densitas:
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Abdomen
9
1. Inspeksi:
- Distensi(-), mengikuti gerak nafas, darm contour (-), darm steifung (-).
- Umbilikus: masuk merata
- Permukaan kulit: ikterik (-), vena collateral (-), massa (-), caput medusae (-),
spider naevi (-), scar (-), ruam (-)
2. Auskultasi:
- Bising usus (+) normal, frekuensi 17 x/menit
- Metallic sound (-)
- Bising aorta (-)
3. Perkusi:
- Orientasi
timpani timpani timpani
timpani timpani timpani
timpani timpani timpani
- Nyeri ketok costovertebra (-)
- Shifting dullness (-)
4. Palpasi:
• Nyeri tekan (-)
• Defans muskular (-)
• Massa (-)
• Hepatomegali (-)
• Spleenomegali (-)
• Pembesaran ren (-)
Ekstremitas
g) Ekstremitas :
Akral hangat : + +
+ +
Edema : - -
10
- -
Deformitas : - -
- -
CRT <2 detik
Pemeriksaan Neurologis
1. GCS : E4VxMx
2. Fungsi Luhur
- Reaksi emosi : Tidak dapat dinilai
- Intelegensia : Tidak dapat dinilai
- Fungsi bicara : Tidak dapat berbicara
- Fungsi psikomotor : Hipoaktif
- Fungsi Psikosensorik : Tidak dapat dinilai
3. Tanda Rangsang Meningeal:
- Kaku kuduk : (+)
- Kernig : Tidak dapat dinilai
- Brudzinski I :-
- Brudzinski II :-
- Brudzinski III :-
- Brudzinski IV :-
4. Pemeriksaan Nervus Cranialis :
Nervus kranialis Kanan Kiri
N I (Olfaktorius) Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N II (Optikus)
Tajam penglihatan Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Lapangan pandang Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Funduskopi Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
N III (Okulomotorius), IV (Trochlearis), dan VI(Abducens)
11
Celah kelopak mata
12
Raut wajah Ekspresi berkurang Ekspresi berkurang
Sekresi air mata Tde Tde
Fisura palpebral + +
Menggerakkan dahi + +
Menutup mata + +
Mencibir/bersiul Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Memperlihatkan gigi Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Sensasi lidah 2/3 depan Tde
Hiperakusis - -
N VIII (Vestibularis)
-Suara berbisik Baik Baik
-Rinne test Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
-Weber test Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
-Swabach test Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
N IX (Glossofaringeus), N X (Vagus)
- Posisi arkus faring Simetris
- Uvula Di tengah
- Refleks menelan/muntah Tidak Baik
- Suara Tidak dapat dinilai
- Pengecapan 1/3 bagian Tidak dievaluasi
posterior
N XI (Asesorius)
Memalingkan kepala Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
Mengangkat bahu Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai
N XII (Hipoglosus)
Kedudukan lidah dalam Simetris di tengah
13
dijulurkan
Tremor -
Fasikulasi -
Atrofi -
6. Sensorik
- Eksteroseptif Nyeri : normal
Suhu : Tidak dapat dinilai
Raba halus : Tidak dapat dinilai
- Propioseptif Rasa sikap : Tidak dapat dinilai
Nyeri dalam : Tidak dapat dinilai
- Fungsi kortikal Diskriminasi : Tidak dapat dinilai
14
Stereognosis : Tidak dapat dinilai
7. Sistem Refleks
a. Refleks fisiologis
- Biceps : +2/+2
- Triceps : +2/+2
- Patella : +2/+2
- Achilles : +2/+2
b. Refleks Patologis
- Hoffman : -/-
- Trommer : -/-
- Babinsky : -/-
- Chadock : -/-
- Gordon : -/-
- Schaefer : -/-
- Oppenheim : -/-
8. Cerebellum
- Gangguan Koordinasi
Tes jari hidung : Tidak dapat dinilai
Tes pronasi-supinasi : Tidak dapat dinilai
Tes tumit : Tidak dapat dinilai
Tes pegang jari : Tidak dapat dinilai
- Gangguan keseimbangan
Tes Romberg : Tidak dapat dinilai
9. Kolumna Vertebralis
- Inspeksi : normal, massa (-) , jejas (-), ulkus decubitus (+) pada
regio glutealis dekstra dan sinistra
15
- Pergerakan : normal
- Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-)
- Perkusi : Nyeri ketok (-)
10. Fungsi otonom
- Miksi : baik
- Defekasi : baik
- Sekresi keringat : baik
2.1 Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Hasil (30/6/18) Satuan Nilai Rujukan
16
Parameter Hasil (1/7/18) Satuan Nilai Rujukan
17
Keterangan: Adanya kavitas di pulmo dekstra, tampak infiltrate di kedua paru. Kesan:
Koch Pulmonum dekstra, dd pneumonia + bronkitis
18
Keterangan: Tampak pelebaran sulkus-sulkus, tampak lesi hiperdens pada ganglia
basalis sinistra. Tak tampak hematom intra kranial Kesan: Atrofi cerebri, sugestif
lacunar infark ganglia basalis sinistra
D. RESUME
Laki-laki usia 72 tahun datang dengan keluhan gemetar di kedua tangan dan
mulutnya hingga lidahnya tergigit dan berdarah. Pasien juga mengalami gemetar dan
kaku di kedua kaki. Keluarga mengaku pasien hanya berbicara satu dua patah kata
saja. Pasien mempunyai keluhan lain berupa sesak napas disertai batuk berdahak
dengan warna kuning kehijauan. Pasien juga mengalami demam yang hilang timbul.
Keluhan kejang (-), mual (-), muntah (-), disangkal oleh keluarga. BAK dan BAB
dalam batas normal. Pasien mempunyai riwayat Hipertensi, sedangan riwayat DM,
penyakit jantung disangkal.
19
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, GCS E4VxMx, tekanan darah 140/100 mmHg, RR 28x/menit, HR
86x/menit, Suhu 37,8oC. Ditemukan tremor pada bibir dan kedua tangan pasien.
Terdapat rigiditas di kedua tangan dan kedua kaki. Ditemukan pula kaku kuduk. Hasil
Rontgen thoraks didapatkan kesan KP paru dekstra dengan diagnosis banding
pneumonia dan bronkitia. Pada CT Scan kepala didapatkan kesan atrofi cerebri, dan
sugestif lacunar infark ganglia basalis sinistra.
2.2 Assesment
Diagnosa klinis:
Laki-laki usia 72 tahun
Sindrom Parkinson
Hipertensi
Diagnosa topis : Ganglia basalis sinistra
Diagnosa etiologi : neurodegeneratif
Diagnosa sekunder : KP Paru dekstra , hipertensi
2.3 Planning
Planning Diagnosis
- CT-Scan Kepala
Planning Terapi
Terapi Farmakologik
- IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
- O2 NK 2 lpm
- Pasang NGT
- Levopar 3 x 50 mg
- Triheksilfenidin 1 x 4 mg
- Amlodipin 1 x 5 mg
Terapi Non-farmakologi:
- Fisioterapi
20
2.4 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Quo ad functionam : dubia ad malam
BAB III
PEMBAHASAN
21
Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang secara patologik
ditandai oleh degenerasi sel-sel saraf dalam otak yang disebut ganglia basal,
hilangnya pigmentasi di substansia nigra. adanya inklusi sitoplasmik yang disebut
Lewy bodies, serta penurunan dopamin di substansia nigra pars kompakta (SNC) dan
korpus striatum. Degenerasi neuron juga bisa terjadi pada globus palidus, putamen,
dan nucleus kaudatus. Daerah ini memainkan peran yang penting dalam sistem
ekstrapiramidal yang mengendalikan postur tubuh dan koordinasi gerakan motorik
volunter, sehingga penyakit ini karakteristiknya adalah gejala yang terdiri dari
bradikinesia, rigiditas, tremor dan ketidakstabilan postur tubuh (kehilangan
keseimbangan). Pada kasus diatas Tn. W telah berusia 72 tahun dan menunjukkan
gejala tremor saat istirahat, bradikinesia, dan rigiditas. 1
Adanya gangguan gerakan pada pasien disebabkan akibat defek pada jalur
dopaminergik yang menghubungkan substansia nigra dengan korpus striatum
(nucleus kaudatus dan lentikularis). Ganglia basalis merupakan bagian dari system
ekstrapiramidal, memengaruhi awal, modulasi, dan akhir pergerakan, dan mengatur
gerakan otomatis. Sistem ekstrapiramidal paling sering terlibat dalam parkisonisme. 6
Perubahan patologis mayor pada Parkinson adalah hilangnya neuron berisi
dopamine dalam substansia nigra dan nukleus berpigmen lainnya. Banyak sisa neuron
lain yang berisi badan Lewy (termasuk sitoplasmik eosinofilik). Hilangnya neuron
berisi dopamine dalam substansia nigra menyebabkan sangat menurunnya dopamine
dalam saraf terminal traktus nigrostriatal. Penurunan dopamine dalam korpus striatum
mengacaukan keseimbangan normal antara neurotransmitter dopamine (penghambat)
dan asetilkolin (pembangkit) dan mendasari terjadinya kelambatan gerak
(bradikinesia), tremor, kekakuan (rigiditas) dan hilangnya refleks postural 6
Kriteria diagnosis klinis yang paling banyak dipakai untuk Parkinson adalah
kriteria yang diajukan oleh UK Parkinson’s Disease Society Brain Bank (UKPDS).
Menurut UKPDS, secara klinis diperlukan 3 tahap dalam menegakkan diagnosis
Parkinson secara klinis.5
22
Tahap I menentukan adanya Penyakit Parkinson yang meliputi gejala
bradikinesia ditambah minimal 1 dari gejala berikut: tremor istirahat,
bradikinesia, instabilitas postural yang tidak disebabkan karena gangguan
visual, vestibuler, propioseptif dan serebeler. Pada pasien ini didapatkan
adanya gejala bradikinesia, tremor istirahat, dan instabilitas postural
Tahap II, memastikan tidak adanya gejala-gejala dari penyakit lain. Pada
pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda penurunan kesadaran, riwayat stroke
dan trauma disangkal, dan tidak ada tanda reflex patologis seperti Babinsky
Tahap III, menetukan kriteria penyokong positif prospektif Penyakit
Parkinson. Dibutuhkan 3 atau lebih kriteria dibawah ini untuk diagnosis
definit Penyakit Parkinson dalam kombinasi dengan tahap pertama. Pada
pasien ini sudah ada kriteria-kriteria penyokong Parkinson berupa tremor
istirahat, penyakit yang progresif, perjalanan klinis yang sudah berlangsung
selama 10 tahun.
Berdasarkan skala Hoehn dan Yahr, pasien termasuk Parkinson grade 5
karena pasien hanya bisa beraktivitas di tempat tidur.7
Tatalaksana Parkinson terdiri dari farmakologik dan non farmakologik. Terapi
farmakologik pada pasien Parkinson umumnya menggunakan Levodopa karena
Levodopa dapat melintasi sawar darah otak dan memasuki SSP. Di sini ia mengalami
perubahan enzimatis menjadi dopamin. Tapi Levodopa mempunyai beberapa efek
samping seperti nausea, muntah, distress abdominal, hipotensi ortostatik, aritmia, dan
diskinesia. Seiring waktu penggunaaan Levodopa yang lama dapat menimbulkan
penurunan respon pada pasien yang terutama sudah grade 4 atau 5, mengakibatkan
bertambah buruknya gejala Parkinson pada saat fase pengobatan. Oleh karena itu
perlu diberi obat tambahan pada pasien ini seperti inhibitor dopa dekarboksilase,
COMT inhibitor, dan MAO inhibitor untuk memperpanjang durasi obat levodopa.
Pada pasien ini diberi obat Levopar yang terdiri dari levodopa dan benzerazide. 8,9
23
Pasien juga diberi obat antikolinergik berupa triheksilfenidin untuk
mengurangi gejala tremornya. Tremor ini terjadi karena ketidak seimbangan antara
dopamin yang berkurang dengan asetilkolin yang lebih dominan. Sehingga pemberian
antikolinergik ini akan menurunkan asetilkolin yang berfungsi membangkitkan dan
membuat kadar dopamin dan asetilkolin lebih seimbang. Pasien juga diberi amlodipin
karena mempunyai hipertensi.10
Selain terapi farmakologik pasien juga diberi terapi non farmakologik berupa
fisioterapi untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Mobilitas penuh harus
didorong dan dipertahankan selama mungkin. Terapi okupasi dan fisik harus
didorong kapan pun memungkinkan. Jika pasien terbaring di tempat tidur, mobilitas
sisa harus dipertahankan melalui latihan gerakan aktif dan pasif seperti perubahan
posisi yang sering, dan latihan pernapasan untuk mencegah komplikasi yang terkait
dengan terbaring di tempat tidur, seperti dekubitus, kontraktur, nyeri, dan
pneumonia.8
BAB IV
PENUTUP
24
Penyakit Parkinson adalah suatu kelainan fungsi otak yang secara patologik
ditandai oleh degenerasi sel-sel saraf dalam otak yang disebut ganglia basal,
hilangnya pigmentasi di substansia nigra, adanya inklusi sitoplasmik yang disebut
Lewy bodies, serta penurunan dopamin di substansia nigra pars kompakta (SNC) dan
korpus striatum. Penyakit ini biasanya terjadi pada pasien dengan usia lanjut,
penyebabnya hingga saat ini masih belum diketahui. Terapi pasien Parkinson dapat
berupa pemberian obat-obatan, terapi bedah, atau fisioterapi. Pasien Parkinson perlu
untuk diterapi serius karena penyakit ini bersifat progresif.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell RS. Neuroanatomi Klinik. Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. 2011.
2. Tarukbua FR, Tumewah R, Junita Maja P.S. Gambaran fungsi kognitif
penderita parkinson di Poliklinik Saraf RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal e-Clinic. 2016; 4(1): 1-4
3. Jellinger KA. How close are we to revealing the etiology of Parkinson’s
disease? Expert Review of Neurotherapeutics. 2015; 15(10): 1105–1107
4. Jankovic J. Parkinson’s Disease: Clinical features and diagnosis. Journal
Neurology Neurosurgy Psychiatry. 2008;79:368–376
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. Panduan Praktis Klinis
Neurologi. 2016.
6. Price SA, Wilson LM, Hartwig MS. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit Vol 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006
7. R. Bhidayasiri, D. Tarsy, Movement Disorders: A Video Atlas, Current
Clinical Neurology. 2012.
8. Varanese S, Birnbaum Z, Rossi R, Di Rocco A. Treatment of Advanced
Parkinson’s Disease. SAGE Hindawi. 2010: 1-9
9. Jenner P. Treatment of the later stages of Parkinson’s disease–
pharmacological approache now and in the future. Translational
Neurodegeneration. 2015: 4:3:1-9
10. Harsono. Buku Ajar Neurologis Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia dan UGM. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2008.
26
27