Anda di halaman 1dari 8

Nama Penulis: Avinash Harishchandra Waghmode, Satin Kalidas Meshram, Sachin

Subhash Giri
Judul Jurnal: Perbandingan Temuan Otopsi dengan Hasil Temuan Computed
Tomography Scan dalam Kasus Cedera Kepala yang dirawat di Pusat
Perawatan Tersier di India Tengah.
Asal Jurnal: European Journal of Forensic Sciences Volume 4. Nomor 2. April
Juni 2017.
https://www.ejmanager.com/mnstemps/115/115-
1465553967.pdf?t=1492367263

Abstrak
Meskipun Computed Tomography (CT) Scan menjadi alat umum untuk
mendiagnosis kasus cedera kepala akut, CT scan berkali-kali tidak mampu
menunjukkan adanya lesi yang terdeteksi pada kasus tersebut. Ketika kasus-kasus
seperti itu menjalani pemeriksaan postmortem, terdapat lesi yang berbeda yang tidak
terdeteksi pada CT scan. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan perbedaan antara
temuan CT scan dan temuan otopsi pada kasus cedera kepala fatal. Sebanyak 103
kasus cedera kepala, di mana pemeriksaan CT scan sudah dilakukan dilibatkan dan
akan dilakukan pemeriksaan otopsi setelah kematian. Dalam penelitian ini, ditemukan
bahwa fraktur tulang temporal paling sering terlewatkan pada CT scan bila
dibandingkan pada otopsi. Sehubungan dengan perdarahan intrakranial, diamati
bahwa disparitas besar tampak jelas terjadi pada kasus perdarahan intraserebral.
Mengenai cedera otak traumatis, laserasi otak tidak diperhatikan pada pemeriksaan
CT scan, padahal laserasi otak cukup sering diperhatikan saat pemeriksaan autopsi.

Kata Kunci: Ilmu forensik, patologi forensik, otopsi, perbandingan, CT scan, cedera
kepala, perdarahan intracranial

1
Pendahuluan
Cedera kepala adalah masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di
seluruh dunia dan diperkirakan melampaui banyak penyakit sebagai penyebab utama
kematian pada tahun 2020. Data menunjukkan bahwa mayoritas kasus cedera otak
traumatis (60%) adalah akibat dari kecelakaan lalu lintas, diikuti oleh kasus jatuh (20-
30%), dan kekerasan (10%). Cedera kepala traumatis adalah penyebab utama
kematian dan kecacatan pada anak-anak dan orang dewasa. Morbiditas dan mortalitas
yang terkait dengan cedera intrakranial yang signifikan dapat diperbaiki dengan
diagnosis dan pengobatan dini dengan CT scan. Dengan ketersediaan dan kemajuan
CT scan yang luas, CT scan telah menjadi prosedur diagnostik pilihan saat
mengevaluasi trauma kepala akut. Diagnosis awal kerusakan struktural dan inisiasi
pengobatan yang tepat sangat penting dalam menyelamatkan hidup pasien dengan
cedera kepala.
Pada banyak pasien, meskipun mempunyai hasil CT scan yang normal, pasien
bisa mempunyai nilai Glasgow Coma Scale (GCS) yang jelek. Ketika kasus fatal
diperiksa melalui pemeriksaan postmortem, ditemukanberbagai lesi yang tidak
terdeteksi dalam CT scan. Jadi terkadang, beberapa perbedaan diamati antara temuan
CT scan dan temuan otopsi. Beberapa lesi terlihat selama pemeriksaan post mortem
namun mungkin saja tidak terdeteksi oleh CT scan dan sebaliknya. Studi ini
menunjukkan perbandingan temuan CT scan pada cedera kepala dengan temuan
otopsi di pusat perawatan tersier di India tengah.

Metode dan Material


Studi saat ini mencakup kasus-kasus cedera kepala yang dibawa untuk
diautopsi di Pusat Perawatan Tersier di Perguruan Tinggi Medis Indira Gandhi,
Nagpur. Ini adalah pusat perawatan tersier di India Tengah, di mana 103 kasus cedera
kepala dirawat dan diperiksa melalui CT scan selama periode September 2011-
Oktober 2013.

2
Pengamatan dan Hasil
Tabel 1 menunjukkan perbandingan lokasi fraktur tulang tengkorak yang
diamati pada otopsi dan yang dilaporkan pada CT scan. Fraktur tulang temporal
diamati pada 43 kasus pada otopsi dan temuan yang sama diamati pada 28 kasus pada
CT scan, terjadi disparitas 15 kasus. Dengan demikian, ada perbedaan antara temuan
otopsi dan CT scan mengenai fraktur tulang temporal pada 34,88% kasus. Fraktur
tulang parietal diamati pada 23 kasus otopsi, dan temuan yang sama dilaporkan pada
17 kasus pada CT scan dengan jumlah perbedaan 26,08% kasus. Demikian pula,
fraktur tulang oksipital diamati pada 7 kasus pada otopsi dan pada 3 kasus pada CT
scan membuat perbedaan 57,14% kasus.
Sesuai Tabel 2, fraktur fosa kranial anterior (ACF) diamati pada 11 kasus
dalam otopsi dan pada 3 kasus di CT scan, membuat disparitas sebanyak 8 (72,72%)
kasus. Demikian pula, fraktur fosa kranial tengah (MCF) diamati pada 10 kasus pada
otopsi dan 3 kasus pada CT scan, membuat disparitas sebanyak 7 (70,00%) kasus.
Fraktur fosa kranial posterior (PCF) diamati pada 9 kasus pada otopsi dan pada 2
kasus di CT scan, membuat disparitas sebanyak 7 (77,77%) kasus.
Pada Tabel 3, perdarahan subdural (SDH) diamati pada 86 kasus pada otopsi
dan temuan yang sama hanya diamati pada 61 kasus pada CT scan, sehingga terjadi
perbedaan sebanyak 29,07%. Disparitas perdarahan subarachnoid (SAH) pada otopsi
dan CT scan sebanyak 24,71% kasus. Demikian pula, disparitas pendarahan
ekstradural (EDH) pada otopsi dan CT scan tercatat pada 26,32% kasus. Namun,
disparitas perdarahan intraventrikular dan perdarahan intraserebral (ICH) pada otopsi
dan pada CT scan masing-masing ditemukan sebanyak 40% dan 90,90% kasus.
Pada Tabel 4, edema serebral terlihat pada 35 kasus pada otopsi, tapi hanya
terlihat sebanyak 22 kasus pada CT scan, sehingga menyebabkan disparitas sebanyak
13 (37,14%) kasus. Kontraksi kortikal terlihat sebanyak 50 kasus pada otopsi dan
hanya sebanyak 39 kasus pada CT scan yang menyebabkan disparitas sebanyak 22%
kasus. Demikian pula, laserasi otak terlihat pada 24 kasus namun tidak terlihat dalam
CT scan.

3
Tabel 1: Perbandingan pada Fraktur Kubah Tengkorak yang Diamati pada
Otopsi dengan Hasil Pengamatan pada CT Scan

Kubah Tengkorak
Tulang Otopsi CT scan Disparitas Persentase
disparitas
Frontal 10 10 0 0
Parietal 23 17 6 26,08
Temporal 43 28 15 34,88
Occipital 7 3 4 57,14

Tabel 2: Perbandingan pada Fraktur Dasar Tengkorak yang Diamati pada


Otopsi dengan Hasil Pengamatan pada CT Scan
Dasar Tengkorak
Tulang Otopsi CT scan Disparitas Persentase
disparitas
ACF 11 3 8 72,72
MCF 10 3 7 70,00
PCF 9 2 7 77,77
ACF: Fossa cranial anterior PCF: Fossa cranial posterior
MCF: Fossa cranial medial

4
Tabel 3: Perbandingan pada Perdarahan Intra Kranial yang Diamati pada
Otopsi dengan Hasil Pengamatan pada CT Scan
Perdarahan Intrakranial
Tipe Otopsi CT scan Disparitas Persentase
perdarahan disparitas
SDH 86 61 25 29,07
SAH 85 64 21 24,71
EDH 19 14 5 26,32
ICH 11 1 10 90,90
IVH 5 3 2 40,00
SDH: Subdural hemorrhage,
SAH: Subarachnoid hemorrhage, EDH: Extradural hemorrhage,
ICH: Intracerebral hemorrhage, IVH: Intraventricular hemorrhage
Tabel 4: Perbandingan pada Cedera Otak yang Diamati pada Otopsi dengan
Hasil Pengamatan pada CT Scan
Jenis Cedera Otopsi CT scan Disparitas Persentase
Otak disparitas
Kontusio 50 39 11 22,00
Laserasi 24 0 24 100,00
Edema serebral 35 22 13 37,14

Diskusi
Dalam penelitian ini, perbedaan fraktur tengkorak pada otopsi dan CT scan
ditemukan pada 27,41% kasus. Reddy dkk mengamati fraktur tengkorak pada 48%
kasus melalui otopsi; Namun, hanya 38% kasus fraktur tengkorak yang teramati
melalui CT scan. Pengamatan serupa juga dicatat dalam penelitian yang dilakukan
oleh Sharma dan Murari. Dalam penelitian mereka, mereka mengamati bahwa di
antara fraktur tengkorak, 76,3% di antaranya didiagnosis pada CT scan dan otopsi;

5
sedangkan 23,7% di antaranya tetap tidak terdiagnosis oleh CT scan. Dalam
penelitian ini, didapatkan bahwa fraktur tulang oksipital 57,14%, patah tulang
temporal 34,88% dan fraktur pulmonal parietal 26,07% tidak teramati melalui CT
scan.
Pathak dkk mengamati bahwa hanya ada 3 kasus yang teramati melalui CT
scan pada fraktur basi-spenoid, orbitosphenoid atau oksiput, sedangkan dari otopsi
terlihat 24 kasus fraktur pada daerah yang sama. Hal yang sama berlaku untuk fraktur
kubah (1 di CT vs 7 saat diotopsi). Namun, patah tulang di daerah frontal atau
temporal memiliki tingkat pengamatan yang lebih baik pada CT scan.
Fraktur PCF adalah yang paling sering dilewatkan pada CT scan. Dalam studi
serupa yang dilakukan oleh Jacobsen dkk mengamati bahwa 13 dari 34 kasus yang
melibatkan fraktur MCF terdeteksi oleh CT scan diikuti oleh fraktur ACF dimana 11
dari 21 kasus terdeteksi.
Sharma dan Murari dalam penelitian mereka telah mengamati bahwa di antara
EDH terdapat 66,7% didiagnosis pada CT scan dan otopsi; sedangkan 33,3% di
antaranya tidak terdiagnosis oleh CT scan. SDH didiagnosis pada CT scan dan
otopsi, dan tidak ada ketidakcocokan yang dicatat. Di antara SAH 64,3% didiagnosis
pada CT scan dan otopsi; sedangkan 35,7% di antaranya tidak terdiagnosis oleh CT
scan. Di antara ICH, 70% didiagnosis pada CT scan dan outopsi; sedangkan 30%
tidak terdiagnosis oleh CT scan. Pathak dkk. dalam penelitian mereka mengamati
bahwa SAH traumatis terdeteksi pada CT scan hanya pada 10 kasus namun terdeteksi
pada 33 kasus melalui otopsi. CT scan menunjukkan SDH tipis dalam 5 kasus saja,
namun, pada otopsi terdapat 15 kasus yang teramati. Dalam 4 kasus, hematoma
ekstradural dicatat pada otopsi, yang terdeteksi pada 3 kasus melalui CT scan. Reddy
dkk. dalam penelitian mereka mengamati bahwa di antara perdarahan intrakranial,
perdarahan subarachnoid (44%) dan subdural (41%) adalah perdarahan yang tersering
diamati selama otopsi, sedangkan ekstradural dan ICH masing-masing ditemukan
pada masing-masing 13% dan 2%.

6
Mengenai temuan edema serebral serupa diamati oleh Goyal dkk dimana
kasus edema otak terdeteksi melalui otopsi sebanyak 9 kasus, sedangkan melalui
diagnose CT scan pertama edema yang terdeteksi hanya sebanyak 5 kasus selama dan
pada CT scan ulang sebanyak 2 kasus yang mungkin terjadi karena pengembangan
edema otak sebagai respon awal terhadap cedera otak. Mengenai kontusi kortikal,
Sharma dan Murari dalam penelitian mereka mendokumentasikan bahwa di antara
kontusi, 80% didiagnosis pada CT scan dan otopsi sedangkan 20% tetap tidak
terdiagnosis oleh CT scan. Laserasi didiagnosis pada CT scan dan otopsi pada 83,3%
kasus; sedangkan 16,7% tidak terdiagnosis oleh CT scan.
Pathak dkk dalam penelitian mereka mengamati bahwa otopsi menemukan
kontusi di wilayah temporal sebanyak 26 pasien, di daerah frontal pada 16 pasien,
daerah oksipital pada 5 pasien, dan di otak kecil pada 2 pasien. Namun, CT scan
mampu mendiagnosis yang sama sebanyak 16 kasus di temporal dan 10 kasus di
daerah frontal. Otopsi batang otak menunjukkan adanya kontusio pada 30 pasien;
Namun, hanya 6 pasien yang bisa menunjukkan hal yang sama pada CT scan.
Kontusio yang melibatkan daerah thalamus dan hipotalamus terdeteksi sebanyak 9
pasien pada otopsi namun hal yang sama bila diperiksa pada CT scan hanya
menunjukkan 2 pasien. Meskipun perdarahan petechial pada korpus callosum
teramati pada 11 pasien melalui otopsi, hanya sebanyak 1 pasien yang ditemukan bila
diperiksa melalui CT scan. Temuan serupa teramati dalam sebuah penelitian oleh
Reddy dkk dimana pada 5% kasus, CT scan tidak dapat mendeteksi adanya lesi pada
otak yang sebenarnya bisa terdeteksi pada otopsi.
Ringkasan dan Kesimpulan
1. Patah tulang tengkorak diamati pada 62 kasus pada otopsi namun temuan
yang sama hanya dilaporkan dalam 45 kasus di CT scan yang menghasilkan
disparitas 17 (27,41%) kasus.
2. Ada perbedaan antara hasil otopsi dan CT scan mengenai fraktur tulang
temporal, tulang parietal, dan fraktur tulang oksipital masing-masing pada
34,88%, 26,07%, dan 57,14%. Disparitas antara temuan otopsi dan CT scan

7
mengenai fraktur ACF, MCF, dan PCF masing-masing teramati sebanyak
72,72%, 70% dan 77,77% kasus.
3. Ada perbedaan antara temuan otopsi dan CT scan pada kasus SDH, SAH, dan
EDH masing-masing pada 29,07%, 24,71%, 26,32% kasus.
4. Disparitas antara temuan otopsi dan CT scan pada kontusi, edema serebral,
dan laserasi masing-masing sebanyak 20%, 37,14%, dan 100% kasus.

Kelebihan Jurnal:
1. Judul pada artikel/jurnal ini cukup menarik untuk dibaca
2. Abstrak, memberikan gambaran yang jelas dan informatif bagi pembaca,
sehingga pembaca bisa memahami isi yang di bahas dalam artikel/jurnal.
3. Latar belakang dijelaskan dengan baik
4. Berisikan tabel-tabel yang memudahkan pembaca dalam melihat hasil
penelitian
Kekurangan Jurnal:
1. Tidak dituliskan rumus sampel untuk menentukan bilangan sampel
2. Pada pembahasan tidak dijelaskan penyebab tidak ditemukannya beberapa lesi
yang didiagnosa melalui CT scan, isi pembahasan hanya membandingkan
hasil yang didapatkan dari peneliti dengan hasil penelitian oleh peneliti lain.

Anda mungkin juga menyukai