Anda di halaman 1dari 2

PENDAHULUAN

Epilepsi mewakili kelompok gangguan multifaset yang dibagi menjadi dua kategori besar, parsial
dan umum, berdasarkan zona onset kejang. Identifikasi tempat neuroanatomik dari onset kejang
tergantung pada penggambaran semiologi kejang melalui sejarah yang dicermati bersama-sama dengan
video-EEG, dan berbagai teknologi neuroimaging seperti MRI, fMRI, FDG-PET, MEG atau rekaman EEG
intracranial infasiv. Epilepsi psikomotor adalah bentuk paling umum dari epilepsy fokal dan mewakili
hampir 2/3 kasus epilepsi yang berhasil ditangani secara pembedahan. Riwayat kejang demam
(terutama kejang demam kompleks) adalah umum terjadi pada epilepsy psikomotor dan sering dikaitkan
dengan sklerosis temporal mesial (bentuk epilepsy psikomotor yang paling umum). Aura kejang terjadi
pada banyak pasien epilepsy psikomotor dan sering menunjukkan ciri khas relatif spesifik untuk epilepsy
psikomotor tetapi hanya sedikit yang menunjukkan adanya lateralisasi. Jenis epilepsy ini juga memiliki
gejala psikiatri seperti depresi, cemas, gangguan kepribadian yang paling mencolok terlihat seperti
perubahan aktivitas seksual. 2,4

DEFINISI

Epilepsi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan bangkitan berulang tanpa provokasi yang
terjadi dua kali atau lebih dengan interval lebih dari 24 jam. Bangkitan epileptik adalah manifestasi klinis
lepasnya muatan listrik yang transien, sinkron, dan berlebihan dari sekelompok neuron di otak dan
menyebabkan disorganisasi paroksismal pada satu ataubeberapa fungsi otak yang bermanifestasi
eksitasi positif (motorik, sensorik, psikis),negatif (hilangnya kesadaran, tonus otot,kemampuan bicara),
atau keduanya. Bangkitan epileptik terjadi tiba-tiba, menyebar cepat, dan berlangsung singkat1

Epilepsi ada berbagai jenis, salah satunya adalah epilepsy psikomotor. Epilepsi ini adalah
epilepsy yang berasal dari lobus temporal. Kejang lobus temporal adalah sumber kejang parsial yang
paling ditemukan. Epilepsi ini mewakili sekitar dua pertiga populasi kejang yang datang ke manajemen
bedah2

PROGNOSIS

Pada penelitian oleh Zhenxing Sun, et al (2015), dilakukan analisis univariat dan analisis regresi
logistik multivariat pada 121 pasien dengan epilepsy lobus temporal medial untuk menganalisis potensi
faktor prediktif dan prognostik, meliputi riwayat medis, gambaran klinis kejang, MRI dan hasil
pemantauan video electroencephalogram (EEG). Analisis univariat menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik dalam jenis kelamin, usia saat onset kejang, usia saat pembedahan,
riwayat cedera otak traumatis, anoksia perinatal, infeksi intrakranial, riwayat kejang keluarga, aura atau
pembedahan pada kelompok pasien dengan kejang dan tanpa kejang; namun, perbedaan signifikan
terdeteksi pada durasi kejang pra-pembedahan, riwayat kejang demam, jenis kejang, MRI dan hasil
video-EEG. Analisis regresi logistik multivariat menunjukkan bahwa durasi kejang pra-bedah <10 tahun,
riwayat kejang demam positif, kejang parsial kompleks sederhana, hasil MRI positif dan adanya
gelombang runcing pada video EEG lokal unilateral dapat dianggap sebagai prediktor dari prognosis yang
baik.3

1. Kang H, Zhao F. Neuropsychological deficits in temporal lobe epilepsy: A


comprehensive review. Annals of Indian Academy of Neurology. 2014;17(4):374-382
2. Blair RDG. Temporal Lobe Epilepsy Semiology. Epilepsy Research and Treatment. 2012
3. Sun Z, Zuo H, Yuan D. Predictors of prognosis in patients with temporal lobe epilepsy after
anterior temporal lobectomy. Experimental and Therapeutic Medicine. 2015;10:1896-
1902
4. Saddock BJ, dan Saddock VA. Kaplan & Sadock's Comprehensive Textbook of
Psychiatry, 8th Edition. 2005

Anda mungkin juga menyukai