Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul “Otitis Media Supuratif Kronik”.
Laporan kasus ini saya susun dalam rangka memenuhi tugas dalam proses
mengikuti kepaniteraan klinik di SMF THT-KL Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Ucapan terima kasih
kepada dr. Hamsu Kadriyan, Sp.THT-KL (K)., M.Kes yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan kasus
ini.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan bagi semua pihak khususnya di bidang kedokteran. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk laporan
kasus ini.

Mataram, 15 Agustus 2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Telinga tengah biasanya steril, suatu hal yang mengagumkan menimbang


banyaknya flora organism yang ada dalam nasofaring dan faring. Gabungan aksi
fisiologis silia, enzim penghasil mucus dan antibody berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan bila telinga terpapar mikroba pada saat menelan. Bila mekanisme
fisiologis ini terganggu maka akan menyebabkan infeksi pada telinga tengah atau
yang biasa disebut otitis media. Otitis media dari segi lama penyakitnya dibagi dua,
yaitu akut (kurang dari 2 bulan) dan kronis (lebih dari 2 bulan). Berdasarkan gejala
klinisnya, otitis media dibagi menjadi supuratif dan serosa. Pada laporan kasus ini
yang akan dibahas adalah otitis media supuratif akut. 1,2
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode
initial otitis media akut (OMA) dengan gejala adanya sekret persisten dari telinga
tengah melalui perforasi membran timpani. Ini menjadi masalah penting untuk
mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang. Otitis ini ditandai oleh
perforasi membrane timpani, keluarnya sekret yang terus menerus atau hilang timbul,
dan dapat menyebabkan perubahan patologik yang permanen.3
Otitis media supuratif kronik merupakan masalah pada anak-anak dan juga
remaja karena berdampak pada fisik, sosial, dan psikologis. Prevalensinya pun masih
termasuk tinggi. Dinegara berkembang, otitis media ditenggarai menjadi penyebab
kematian 50.000 balita pertahun karena komplikasi OMSK, namun hal ini jarang
terjadi di negara maju. Diperkirakan OMSK memiliki angka kejadian sebanyak 65–
330 juta di seluruh dunia, 60% di antaranya mengalami gangguan pendengaran.4

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI TELINGA TENGAH


Telinga tengah yang terisi udara dibayangkan sebagai suatu kotak dengan
enam sisi. Dinding posteriornya lebih luas daripada dinding anteriornya.
Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membrane
timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah. Promontorium
menutupi lingkar koklea yang pertama. Saraf timpanikus berjalan melintasi
promontorium. Fenestra rotundum terletak di posteroinferior dari promontorium,
sedangkan kaki stapes terletak pada fenestra ovalis pada batas posterosuperior
promontorium. Batas-batas telinga tengah adalah sebagai berikut:1,2
- Batas luar: membran timpani

- Batas depan: tuba eustachius

- Batas bawah: vena jugularis (bulbus jugularis), yang di sebelah superolateral


menjadi sinus sigmoideus dan lebih ke tengah menjadi sinus transverses.
Keduanya adalah aliran vena utama rongga tengkorak. Cabang aurikularis
saraf vagus masuk ke telinga tengah dari dasarnya.

- Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis facialis pars vertikalis. Dibawah


dari aditus ad antrum adalah saraf fasialis. Otot stapedius timbul pada daerah
saraf fasialis dan tendonnya menembus melalui suatu pyramid tulang menuju
ke leher stapes. Saraf korda timpani timbul dari saraf fasialis di bawah
stapedius dan berjalan ke lateral depan menuju inkus tapi di medial maleus.
Korda timpani lalu bergabung dengan saraf lingualis.

- Batas atas: tegmen timpani (meningen/otak).

- Batas dalam: berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis


horizontal, kanalis facialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar
(round window) dan promontorium.

3
Gambar 1: Anatomi telinga, telinga tengah yang berada di kotak merah
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang
telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars
flaksida (membran shrapnel), sedangkan bagian bawah pars tensa (membran
propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar adalah lanjutan epitel
kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti sel epitel
saluran napas. Pars tensa mempunyai satu lapis lagi di tengah yaitu lapisan yang
terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier dibagian
luar dan sirkuler pada bagian dalam.2

4
Gambar 2: Anatomi Membran Timpani
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflek cahaya (cone of light) kearah
bawah yaitu pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5 untuk membran
timpani kanan.2
Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis
searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di
umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan serta
bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Didalam
telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari luar kedalam
yaitu, maleus, inkus dan stapes.2
Tulang pendengaran didalam telinga tengah saling berhubungan.
Prosesus longus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, dan
inkus melakat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong yang
berhubungan dengan koklea. Hubungan antara tulang-tulang pendengaran
merupakan persendian. 2

5
Gambar: Tulang Pendengaran

Rongga mastoid berbentuk seperti pyramid bersisi tiga dengan puncaknya


mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fosa kranii media. Dinding medial adalah
dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoideus terletak di bawah dura mater
pada daerah ini. Pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum.1

Tuba eustachius termasuk dalam telinga tengah yang menghubungkan daerah


nasofaring dengan telinga tengah. Bagian lateral tuba eustachius adalah yang
bertulang sementara 2/3 bagian medial bersifat kartilaginosa. Origo otot tensor
timpani terletak di sebelah atas bagian bertulang sementara kanalis karotikus terletak
di bagian bawahnya. Bagian bertulang rawan berjalan melintasi dasar tengkorak
untuk masuk ke faring di atas otot konstriktor superior. Bagian ini biasanya tertutup
tapi dapat dibuka melalui konstraksi otot levator palatinum dan tensor palatinum yang
masing-masing dipersarafi pleksus faringealis dan saraf mandibularis.1,2

6
2.2 OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIK
Definisi
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba eustachius, antrum mastoid, dan sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis
media supuratif dan non supuratif atau dikenal juga sebagai otitis media serosa (otitis
media sekretoria = otitis media musinosa = otitis media efusi). Masing - masing
golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (Otitis
Media Akut= OMA) dan Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Begitu pula otitis
media serosa terbagi menjadi otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronis. 2
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) atau yang biasa disebut “congek”
adalah radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada membran
timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) lebih dari 2 bulan,
baik terus menerus atau hilang timbul. Sekret mungkin serous, mukous, atau
purulen.2

Etiologi
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media akut yang berulang
pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari
nasofaring (adenoiditis, tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui
tuba Eustachius. Fungsi tuba Eustachius yang abnormal merupakan faktor
predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft palate dan Down’s syndrom.
Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang merupakan faktor
insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Kelainan humoral (seperti
hipogammaglobulinemia) dan cell-mediated (seperti infeksi HIV, sindrom kemalasan
leukosit) dapat bermanifestasi sebagai sekresi telinga kronis. Kondisi sosioekonomi
jelek (rumah yang terlalu ramai), higinitas dan makanan yang jelek juga memperbesar
risiko terkena OMSK. 2,5

Di negara maju dan populasi yang diuntungkan, pemasangan tabung


timpanostomy sebelumnya dapat merupakan faktor etiologi yang paling penting. Dari
anak-anak dengan tabung tympanostomy, riwayat OMA berulang, saudara yang lebih

7
tua, dan kehadiran di pusat perawatan anak meningkatkan risiko untuk terkena
OMSK. Di negara berkembang dan populasi yang kurang beruntung, kemiskinan,
kepadatan penduduk, riwayat keluarga, paparan asap, dan menjadi penduduk asli
menjadi faktor risiko penting.5

Kuman penyebab yang sering dijumpai pada OMSK ialah Pseudomonas


aeruginosa sekitar 50%, Proteus sp. 20% dan Staphylococcus aureus 25%. Jenis
bakteri yang ditemukan pada OMSK agak sedikit berbeda dengan kebanyakan infeksi
telinga lain, karena bakteri yang ditemukan pada OMSK pada umumnya berasal dari
luar yang masuk ke lubang perforasi tadi 2

Epidemiologi

Di negara berkembang, otitis media ditenggarai menjadi penyebab kematian


50.000 balita per tahun karena komplikasi OMSK, namun hal ini jarang terjadi di
negara maju. Diperkirakan OMSK memiliki angka kejadian sebanyak 65– 330 juta di
seluruh dunia, 60% di antaranya mengalami gangguan pendengaran.Prevalensi
OMSK pada beberapa negara antara lain disebabkan, kondisi sosial, ekonomi, suku,
tempat tinggal yang padat, higiene dan nutrisi yang buruk. Otitis media kronis
merupakan penyakit THT yang paling banyak di negara sedang berkembang. Di
negara maju seperti Inggris sekitar 0, 9% dan di Israel hanya 0, 0039%. Menurut
survei yang dilakukan pada tujuh propinsi di Indonesia pada tahun 1996 ditemukan
angka kejadian Otitis Media Supuratif Kronis sebesar 3% dari penduduk Indonesia.
Dengan kata lain dari 220 juta penduduk Indonesia diperkirakan terdapat 6,6 juta
penderita OMSK. Jumlah penderita ini kecil kemungkinan untuk berkurang bahkan
mungkin akan bertambah setiap tahunnya mengingat kondisi ekonomi yang masih
buruk, kesadaran masyarakat akan kesehatan yang masih rendah, dan sering tidak
3,4
tuntasnya pengobatan yang dilakukan pasien.
Patofisiologi
OMSK dimulai dari episode infeksi akut terlebih dahulu. Patofisiologi dari
OMSK dimulai dari adanya iritasi dan inflamasi dari mukosa telinga tengah yang

8
disebabkan oleh multifaktorial, diantaranya infeksi yang dapat disebabkan oleh virus
atau bakteri, gangguan fungsi tuba, alergi, kekebalan tubuh turun, lingkungan dan
sosial ekonomi. Kemungkinan penyebab terpenting mudahnya anak mendapat infeksi
telinga tengah adalah struktur tuba pada anak yang berbeda dengan dewasa karena
tuba eustachius pada anak lebih lebar, lebih pendek, dan letaknya lebih horizontal
dibanding orang dewasa. Obstruksi tuba eustachius merupakan suatu faktor penyebab
dasar pada Otitis Media Akut (OMA). Dengan demikian hilanglah sawar utama
terhadap invasi bakteri, dan spesies bakteri yang tidak biasanya patogenik, dapat
berkolonisasi dalam telinga tengah, menyerang jaringan dan menimbulkan infeksi.
Kekebalan tubuh pada anak masih belum berkembang sempurna sehingga bila terjadi
infeksi jalan napas atas, maka lebih mudah terjadi infeksi telinga tengah berupa
OMA.1,2

Respon inflamasi yang timbul adalah berupa udem mukosa. Jika proses
inflamasi ini tetap berjalan, pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya ulkus dan
merusak epitel. Mekanisme pertahanan tubuh penderita dalam menghentikan infeksi
biasanya menyebabkan terdapatnya jaringan granulasi yang pada akhirnya dapat
berkembang menjadi polip di ruang telinga tengah. Jika lingkaran antara proses
inflamasi, ulserasi, infeksi dan terbentuknya jaringan granulasi ini berlanjut terus
akan merusak jaringan sekitarnya.2

9
Gambar: Representasi skematis dari telinga dalam kondisi normal dan OMSK. (A)
Dalam kondisi normal, rongga telinga tengah jelas dan kosong. (B) Sebaliknya,
telinga tengah menjadi merah dan meradang dengan adanya cairan di bawah kondisi
OMSK. Warna merah menunjukkan peradangan, sementara kuning menunjukkan
cairan selama OMSK.

Klasifikasi
OMSK dapat dibagi atas dua tipe yaitu:2
1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman
Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan
gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Proses peradangan
pada OMSK tipe tubotimpani hanya terbatas pada mukosa saja dan biasanya tidak
mengenai tulang. Tipe tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars
tensa dan gejala klinik yang bervariasi dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa
faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi
saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien
dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan
anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel,
metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek.

2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe bahaya = tipe tulang


Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit
atikoantral lebih sering mengenai pars flasida dan khasnya dengan
terbentuknya kantong retraksi yang mana bertumpuknya keratin sampai
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi
seperti mentega, berwarna putih, strukturnya seperti kista, terdiri dari lapisan epitel
bertatah yang telah mengalami nekrotik. Kolesteatom merupakan media yang baik
untuk pertumbuhan kuman, yang paling sering adalah proteus dan pseudomonas. Hal
ini akan memicu respon imun lokal sehingga akan mencetuskan pelepasan mediator
inflamasi dan sitokin. Sitokin yang dapat ditemui dalam matrik kolesteatom adalah

10
interleukin-1, interleukin-6, tumornecrosis factor-α, dan transforming growth factor.
Zat-zat ini dapat menstimulasi sel-sel keratinosit matriks kolesteatom yang bersifat
hiperproliferatif, destruktif, dan mampu berangiogenesis. Massa kolesteatom ini
dapat menekan dan mendesak organ sekitarnya serta menimbulkan nekrosis terhadap
tulang. Terjadinya proses nekrosis terhadap tulang diperhebat oleh reaksi asam oleh
pembusukan bakteri.2,6

Gejala Dan Tanda

1. Telinga berair (otore)


Sekret bersifat purulen (kental, putih) atau mukoid (seperti air dan encer)
tergantung stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas
kelenjar sekretorik telinga tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe ganas unsur
mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan
mukosa secara luas. Suatu sekret yang encer berair tanpa nyeri mengarah
kemungkinan tuberkulosis.1

2. Gangguan pendengaran
Ini tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran. Biasanya
dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan
pendengaran mungkin ringan sekalipun proses patologi sangat hebat, karena
daerah yang sakit ataupun kolesteatom dapat menghantar bunyi dengan efektif ke
fenestra ovalis. Pada OMSK tipe maligna biasanya didapat tuli konduktif berat
karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga kolesteatom
bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat
harus diinterpretasikan secara hati-hati.1

Penurunan fungsi koklea biasanya terjadi perlahan-lahan dengan


berulangnya infeksi karena penetrasi toksin melalui jendela bulat (foramen
rotundum) atau fistel labirin tanpa terjadinya labirinitis supuratif. Bila terjadinya
labirinitis supuratif akan terjadi tuli saraf berat. Hantaran tulang dapat
menggambarkan sisa fungsi koklea.1

11
3. Otalgia (nyeri telinga)
Adanya nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK dan bila ada
merupakan suatu tanda yang serius. Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena
terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat berarti adanya ancaman komplikasi
akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau dinding sinus
lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak. Nyeri telinga mungkin ada tetapi
mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda
berkembang komplikasi OMSK seperti petrositis, subperiosteal abses, atau
trombosis sinus lateralis.1

4. Vertigo
Vertigo pada penderita OMSK merupakan gejala yang serius lainnya.
Keluhan vertigo seringkali merupakan tanda telah terjadinya fistel labirin akibat
erosi dinding labirin oleh kolesteatom. Pada penderita yang sensitif, keluhan
vertigo dapat terjadi karena perforasi besar membran timpani yang akan
menyebabkan labirin lebih mudah terangsang oleh perbedaan suhu. Penyebaran
infeksi ke dalam labirin juga akan menyebabkan keluhan vertigo. Vertigo juga
bisa terjadi akibat komplikasi serebelum. Fistula merupakan temuan yang serius,
karena infeksi kemudian dapat berlanjut dari telinga tengah dan mastoid ke
telinga dalam sehingga timbul labirinitis dan dari sana mungkin berlanjut menjadi
meningitis. Uji fistula perlu dilakukan pada kasus OMSK dengan riwayat vertigo.
Uji ini memerlukan pemberian tekanan positif dan negatif pada membran
timpani.1

Tanda-tanda klinis OMSK tipe maligna :1

a. Adanya abses atau fistel retroaurikular


b. Jaringan granulasi atau polip di liang telinga yang berasal dari kavum timpani.
c. Pus yang selalu aktif atau berbau busuk (aroma kolesteatom)
d. Foto rontgen mastoid adanya gambaran kolesteatom.
Diagnosis

12
Anamnesa\

Anamnesa harus dilakukan untuk mendapatkan gejala sakit telinga, kotoran


telinga, menangis ketika telinga disentuh, yang semuanya menunjukkan masalah
telinga. Riwayat discharge kotoran telinga sebelumnya, terutama ketika disertai
dengan episode pilek, sakit tenggorokan, batuk atau gejala lain infeksi saluran
pernapasan atas, dapat meningkatkan kemungkinan diagnosis OMSK. Riwayat
pembersihan telinga yang kuat, gatal atau berenang yang dapat menyebabkan trauma
pada saluran telinga eksternal menunjukkan otitis eksterna akut (OEA), dan biasanya
bukan OMSK. Riwayat nyeri telinga menunjukkan OEA atau OMA, bukan OMSK.
Dalam kasus OMA, telinga hanya terasa nyeri sampai perforasi gendang telinga.7

Pemeriksaan Fisik

Tidak semua pasien dengan telinga berair adalah OMSK. Otitis eksterna akut
dan otitis media akut dapat menyebabkan sakit telinga dan kotoran telinga. Namun,
rasa sakit di tragus, nyeri mastoid pada otitis media, umumnya ditemukan pada otitis
eksterna. Keluarnya discharge di otitis eksterna kurang banyak dan berbau busuk dan
tidak ada mucus. Demam dengan suhu lebih tinggi pada otitis media daripada di otitis
eksterna. OMSK menghasilkan otore mukoid tanpa rasa sakit tanpa demam, kecuali
disertai otitis eksterna atau komplikasi oleh infeksi ekstrakranial atau intrakranial.7

Pemeriksaan Audiometri

Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli


konduktif. Tapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian
tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas
sistim penghantaran suara ditelinga tengah.
Gangguan pendengaran dapat dibagi dalam ketulian ringan, sedang, sedang
berat, dan ketulian total, tergantung dari hasil pemeriksaan (audiometri atau test
berbisik). Derajat ketulian ditentukan dengan membandingkan rata-rata kehilangan
intensitas pendengaran pada frekuensi percakapan terhadap skala ISO 1964 yang

13
ekivalen dengan skala ANSI 1969. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran
menurut ISO 1964 dan ANSI 1969.
Derajat ketulian Nilai ambang pendengaran:
- Normal: -10 dB sampai 26 dB
- Tuli ringan: 27 dB sampai 40 dB
- Tuli sedang: 41 dB sampai 55 dB
- Tuli sedang berat: 56 dB sampai 70 dB
- Tuli berat: 71 dB sampai 90 dB
- Tuli total: lebih dari 90 dB.

Evaluasi audimetri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi


kohlea. Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang
serta penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat
diperkirakan, dan bisa ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk
perbaikan pendengaran.1,2

Radiologi

Pemeriksaan foto polos berguna untuk mempelajari mastoid, telinga tengah,


labirin, dan kanalis akustikus internus. Sedangkan penggunaan CT Scan berguna
untuk menentukan adanya neuroma akustikus, diskontinuitas osikula, kelainan
congenital, penyakit-penyakit telinga seperti kolesteatoma, dan melihat adanya fistula
ke dalam kanalis semisirkularis horisontalis.1

Kultur Bakteri

Biakan bakteri mungkin tidak diperlukan untuk menegakkan diagnosis OMSK


sejak penelitian yang mendalam telah menetapkan bahwa 90-100% dari telinga yang
terinfeksi kronis menghasilkan dua atau lebih isolat yang terdiri dari bakteri aerob
dan anaerobik. Bakteri yang sering dijumpai pada OMSK adalah Pseudomonas
aeruginosa, Stafilokokus aureus dan Proteus. Sedangkan bakteri pada OMSA
Streptokokus pneumonie, H. influensa, dan Morexella kataralis. Bakteri lain yang

14
dijumpai pada OMSK E. Coli, Difteroid, Klebsiella, dan bakteri anaerob adalah
Bacteriodes spJuga, pengobatan dapat membasmi bakteri telinga tengah tetapi ini
2,7
tidak menjamin non rekurensi otore atau resolusi lengkap dari OMSK.

Tatalaksana

Omsk Benigna

Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan, dan dinasehatkan untuk jangan


mengorek telinga, air jangan masuk ke telinga sewaktu mandi, dilarang berenang dan
segera berobat bila menderita infeksi saluran nafas atas. Dapat dilakukan aural toilet
yang bertujuan untuk menghilangkan granulasi mukosa kecil dari telinga tengah.
Aural toilet memerlukan small suction tips, forsep dan kuret, dilakukan dengan cara
mengairi telinga dengan larutan pembersih (hydrogen peroksida) dan / atau
mengeringkan telinga kering dengan gumpalan kapas yang dipasang pada batang
jeruk empat kali per hari. Bila fasilitas memungkinkan sebaiknya dilakukan operasi
rekonstruksi (miringoplasti, timpanoplasti) untuk mencegah infeksi berulang serta
gangguan pendengaran.1,2,7

Pasien dapat diberi antibiotic bersamaan dengan dilakukannya aural toilet bila
ada secret yang keluar secara aktif pada telinganya. Kebanyakan otolaringologs
merekomendasikan terapi antibiotik topikal dan menunjukkan penetrasi yang buruk
oleh sebagian besar antibiotic oral pada mukosa telinga tengah yang mengalami
devaskularisasi ditandai dengan jaringan parut dan penebalan subepitel. Ludman dan
Nelson juga menyebutkan efek ototoksik potensial sebagai kerugian utama antibiotik
topikal. Oleh karena itu penggunaan antibiotic oral dijadikan sebagai lini kedua.7

Ulasan Cochrane menemukan bahwa antibiotik topikal lebih efektif daripada


sistemik antibiotik dalam menyelesaikan otorrhoea dan membasmi bakteri telinga
tengah (OR = 0,46, 95% CL = 0,30, 0,68). Enam penelitian menggunakan
gentamisin, kloramfenikol, ofloxacin, dan ciprofloxacin sebagai antibiotik topikal;
sedangkan obat hidrogen peroksida, dan asam borat dengan bubuk yodium sebagai

15
antiseptik topikal; dan cephalexin, flukloxacillin, cloxacillin, amoxycillin,
coamoxiclav, erythromycin, metronidazole, piperacillin, ciprofloxacin, azactam,
trimethoprim-sulfa, ofloxacin, dan gentamisin intramuskular sebagai antibiotik
sistemik.7

Omsk Maligna

Pengobatan untuk OMSK maligna adalah operasi. Pengobatan konservatif


dengan medikamentosa hanyalah merupakan terapi sementara sebelum dilakukan
pembedahan. Bila terdapat abses subperiosteal, maka insisi abses sebaiknya
dilakukan tersendiri sebelum kemudian dilakukan mastoidektomi3.

Jenis pembedahan yang digunakan dalam OMSK maligna umumnya adalah


mastoidektomi dan timpanoplasti. Tujuan mastoidektomi adalah menghilangkan
jaringan infeksi, mencptakan telinga yang kering dan aman. Sedangkan tujuan
timpanopalsti adalah menyelematkan dan memulihkan pendengaran, dengan cangkok
membran tipani dan rekonstruksi telinga tengah. Timpanoplasti jarang dilakukan pada
usia dibawah 5 tahun karena tingginya insiden infeksi telinga pada kelompok umur
yang fungsi tuba eustachiusnya belum memadai.1

Operasi timpanomastoidektomi dilakukan bila pada kasus OMSK di mana ada


komplikasi, beberapa di antaranya berpotensi mengancam nyawa, seperti kehilangan
pendengaran yang signifikan, kelumpuhan saraf wajah, abses subperiosteal, petrositis,
trombosis sinus vena dural, meningitis, abses serebri dan fistula labirin, di antara
yang lain. OM kolesteatoma kronis memerlukan pembedahan, biasanya dalam bentuk
timpanomastoidektomi untuk membasmi kolesteatoma, penyebab umum yang biasa
dari infeksi kronis. Mastoidektomi dapat diindikasikan untuk mengurangi beban
penyakit dalam kasus dengan pembentukan abses di mastoid, tympanoplasty atau
penyakit bandel. 8

Tympanoplasti dapat dilakukan di mana saja dari 6 hingga 12 bulan setelah


resolusi infeksi. Persentase besar perforasi akan sembuh sendiri setelah resolusi

16
infeksi, tetapi pada mereka yang tidak, timpanoplasti diindikasikan untuk
meningkatkan pendengaran dan untuk membantu mencegah terulangnya infeksi
dengan menutup ruang telinga bagian tengah. Selain itu, pasien harus berlatih
tindakan pencegahan telinga kering untuk membantu mengurangi tingkat infeksi
berulang dan otororea.8

17
BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien

Nama : IH
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sandik, Lombok Barat
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
RM : 014251
Tanggal pemeriksaan : 1 Agustus 2018

3.2. Subyektif
 Keluhan Utama :

Nyeri telinga kanan

 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke poli THT RSUD NTB dengan keluhan nyeri pada telinga kanan
sejak 3 bulan yang lalu. Pasien juga merasakan telinga berdenging yang timbul
bersamaan dengan nyeri di telinga kanannya 3 bulan yang lalu. Pasien juga
mengeluhkan keluar cairan dari telinga kanan pasien yang timbul sejak 2 bulan
yang lalu, walaupun saat ini tidak ada cairan yang keluar dari telinga kananya.
Cairan yang keluar berwarna kekuningan, encer dan tidak berbau. Pasien
menyangkal adanya demam, nyeri kepala, mual dan muntah. Pasien juga
mengalami nyeri di tenggorokan disertai bersin-bersin, dan gatal-gatal di hidung
sejak 4 bulan yang lalu. Pasien mengaku sering memaksakan diri untuk
mengeluarkan ingus. Pasien juga merasakan pendengarannya pada telinga kanan
mulai terganggu.
 Riwayat Penyakit Dahulu :

18
Riwayat penyakit hipertensi, asma, dan diabetes disangkal.

 Riwayat Penyakit Keluarga :


Keluhan serupa disangkal. Riwayat batuk lama(-), asma (-), hipertensi (-), DM (-).

 Riwayat Alergi :

Riwayat alergi pada makanan dan obat-obatan disangkal

 Riwayat Pengobatan :

Pasien mengaku tidak pernah meminum obat-obatan

3.3. Obyektif
 Status Generalis :
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,8oC (aksila)

 Status Lokalis :

Pemeriksaan Telinga

No. Pemeriksaan Telinga Auricula Dextra Auricula Sinistra

1. Tragus Nyeri tekan (-), edema (-) Nyeri tekan (-), edema (-)

2. Daun telinga : Bentuk dan ukuran telinga Bentuk dan ukuran telinga
aurikula, preaurikuer, dalam batas normal, lesi pada dalam batas normal, lesi pada
retroaurikuler. kulit (-), hematoma (-), massa kulit (-), hematoma (-), massa

19
(-), fistula (-), nyeri tarik (-), fistula (-), nyeri tarik
aurikula (-). aurikula (-).

3. Liang telinga (MAE) Serumen (-), hiperemis (-), Serumen (-), hiperemis (-),
edema (-), furunkel (-), otorhea edema (-), furunkel (-),
(+) dengan cairan berwarna otorhea (-).
kekuningan

4. Membran timpani Intak, retraksi (-), hiperemi (-), Intak, retraksi (-), hiperemi (-
bulging (-), edema (-), ), bulging (-), edema (-),
perforasi sentral (+), cone of perforasi (-), cone of light (+).
light (-).

Pemeriksaan Hidung

Inspeksi Nasal Dextra Nasal Sinistra

Hidung luar Bentuk normal, inflamasi (-), Bentuk normal, inflamasi (-),
deformitas (-), massa (-). deformitas (-), massa (-).

Rinoskopi Anterior :

Vestibulum nasi Hiperemi (-), ulkus (-) Hiperemi (-), ulkus (-)

Cavum nasi Bentuk normal, mukosa Bentuk normal, mukosa


hiperemi (-). hiperemi (-).

Septum nasi Deviasi (-), benda asing (-), Deviasi (-), benda asing (-),
perdarahan (-), ulkus (-). perdarahan (-), ulkus (-).

20
Meatus nasi media Mukosa pucat (+), sekret Mukosa pucat (+), sekret
mukopurulen (+), mengkilat (- mukopurulen(+),mengkilat (-).
).

Konka media dan konka Hipertrofi (+), hiperemi (-), Hipertrofi (+), hiperemi (-),
inferior kongesti (-). kongesti (-).

Gambar :

Konka media dan inferior


hipertrofi, mukosa pucat

Pemeriksaan Tenggorokan

No. Pemeriksaan Keterangan

1. Bibir Mukosa bibir basah, berwarna merah muda

2. Mulut Mulut dapat menutup sempurna, mukosa mulut


basah, berwarna merah muda.

3. Bucal Warna merah muda, hiperemi (-)

4. Gigi Gigi lengkap, berlubang (-)

5. Lidah Ulkus (-), pseudomembran (-).

6. Uvula Bentuk normal, hiperemi (-), edema (-),

21
pseudomembran (-).

7. Palatum mole Ulkus (-), hiperemi (-), arkus palatum normal

8. Faring Mukosa hiperemi (-), edema (-), ulkus (-),


granul (-), sekret (-), refleks muntah (+).

9. Tonsil Palatina Hiperemia (-)/(-), detritus (-)/(-), kripte melebar


(-)/(-), ukuran T1/T1.

Gambar

T1 T1

3.4 Assessment
Otitis Media Supuratif Kronik
Rinitis Alergi

1.5 Planning
 Planning Diagnosis :
- Pemeriksaan audiometri
- CT Scan kepala

 Planning Terapi :
Aural toilet dengan H2O2 dan NaCl 0,9%
Ofloksasin tetes telinga 10 tetes 2 kali sehari

22
Metilprednisolon 2 x 8 mg
Cetirizin 1 x 1 mg
Observasi gejala, bila tidak membaik direncanakan timpanoplasti

3.6 KIE Pasien


 Menjelaskan pada pasien agar menjaga telinganya agar tidak kemasukan
air sewaktu melakukan aktivitas yang berdekatan dengan air seperti
mandi
 Menjelasan pada pasien agar tidak mengorek telinga
 Menjelaskan agar pasien segera berobat bila menderita ISPA
 Menjelaskan pada pasien agar bila keluhan pada telinganya memburuk
agar segera dibawa ke layanan kesehatan

3.8 Prognosis
Quo ad Vitam : dubia ad bonam
Quo ad Sanactionam : dubia ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam

23
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien datang dengan keluhan nyeri telinga kanan dan berdenging sejak 3
bulan yang lalu. Pasien juga merasakan telinga berdenging yang timbul bersamaan
dengan nyeri di telinga kanannya 3 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan keluar
cairan encer berwarna kekuningan dari telinga kiri pasien yang timbul sejak 2 bulan
yang lalu. Pasien juga mengalami nyeri di tenggorokan disertai bersin-bersin sejak 4
bulan yang lalu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan perforasi sentral pada telinga
kanan disertai cairan mukoid minimal, pada hidung pasien ditemukan hipertrofi
konka media dan inferior dengan warna mukosa pucat dan ada sekret encer
Berdasarkan keluhan yang dialami pasien maka diagnosis pasien adalah Otitis
Media Supuratif Kronis tipe benigna, hal ini karena pasien mengalami keluhan adalah
radang kronis telinga tengah dengan adanya lubang (perforasi) pada membran
timpani dan riwayat keluarnya cairan (sekret) dari telinga (otore) selama 2 bulan,
hilang timbul. Sekret berupa cairan mukoid.
Pasien mengalami keluhan sejak 3 bulan yang lalu yang menandakan penyakit
pasien sudah kronis. Pasien mengeluh nyeri di telinga kanan, berdenging dan disertai
keluar cairan kekuningan dengan konsistensi encer yang menandakan adanya infeksi
pada telinga. Keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus. Nyeri dapat
berarti adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya
durameter atau dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.2
Pasien juga mempunyai radang tenggorokan dan sering bersin sejak 4 bulan
yang lalu. Tentunya ini bisa menjadi factor risiko otitis media. Hidung berair
(ingusan) menyebabkan perubahan fungsi drainase dan juga aerasi tuba eustachius.
Rinitis yang paling sering menyebabkan otitis media adalah rhinitis alergi. Rinitis
alergi merupakan kondisi yang memengaruhi keadaan mukosa hidung karena mukosa
hidung mempunyai kesamaan dengan mukosa telinga tengah sehingga perubahan
yang terjadi pada mukosa hidung dapat berlanjut ke telinga. Reaksi alergi yang terjadi

24
di mukosa hidung dapat memengaruhi tuba eustachius dan membran timpani melalui
beberapa cara: 9
1. melalui lepasnya berbagai mediator dan sitokin dari sekret hidung yang
bermigrasi ke muara tuba eutachius
2. melalui respons hidung primer, seperti edema mukosa dan hipersekresi hidung.
Edema mukosa ini berlanjut sampai ke muara tuba eustachius di nasofaring
sehingga menyebabkan obstruksi rongga hidung. Obstruksi rongga hidung juga
dapat mengakibatkan perubahan epitel dan sekresi dari mukosa epitel telinga
tengah. Keadaan tersebut menyebabkan tekanan negative di nasofaring dan
telinga tengah. Tekanan negatif di rongga telinga tengah ini menyebabkan
retraksi pada membran timpani.
Pasien juga mengalami penurunan pendengaran pada telinga kanan. Hal ini
karena penyakit OMSK dapat menyebabkan conductive hearing loss (CHL) serta
gangguan sensory neural hearing loss (SNHL). Adanya perforasi membran timpani
dapat menghambat konduksi suara ke telinga bagian dalam. Tingkat terganggu fungsi
pendengaran juga telah dibuktikan berbanding lurus dengan kerusakan yang
disebabkan pada struktur telinga tengah Dalam beberapa kasus OMSK, bisa ada
gangguan pendengaran permanen yang dapat dikaitkan dengan perubahan jaringan
ireversibel dalam pendengaran. Infeksi kronis telinga tengah menyebabkan edema
pada lapisan telinga tengah, perforasi membran timpani dan gangguan tulang
pendengaran, sehingga terjadi CHL. Selain itu, mediator inflamasi yang dihasilkan
selama OMSK dapat menembus ke telinga bagian dalam melalui jendela bulat. Hal
ini dapat menyebabkan hilangnya sel-sel rambut di koklea, yang menyebabkan
gangguan pendengaran sensorineural (SNHL).10
Pemeriksaan penunjang berupa audiometric diperlukan untuk mengecek
seberapa parah dan jenis gangguan pendengaran yang diderita. Pemeriksaan CT Scan
juga diperlukan untuk mengecek komplikasi pada telinga.
Tatalaksana yang diberi adalah Aural toilet dengan H2O2 dan NaCl 0,9%,
Ofloksasin tetes telinga 10 tetes 2 kali sehari, Metilprednisolon 2 x 8 mg, dan
Cetirizin 1 x 1 mg.Aural toilet bertujuan untuk menghilangkan granulasi mukosa

25
kecil dari telinga tengah dan membuat lingkungan yang tidak sesuai untuk
perkembangan mikroorganisme, karena sekret telinga merupakan media yang baik
bagi perkembangan mikroorganisme. Obat Ofloksasin adaah obat antibiotik yang
membasmi baktei aerob baik gram positif atau negatif. Bakteri terbanyak yang berada
pada infeksi OMSK adalah Psuedomonas aeruginosa yang notabene baktri aerob.
Pemberian prednisone berguna untuk mengurangi peradangan. Cetirizin adalah obat
anti histamine generasi ke-2 yang berguna untuk mengatasi keluhan-keluhan pada
rinitisnya.

26
BAB V
KESIMPULAN

Otitis media supuratif kronik adalah penyakit radang telinga tengah yang
sudah terjadi selam lebih dari 2 bulan. Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan
otitis media akut yang berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Penyebab
penyakit ini adalah faktor infeksi yang biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,
tonsilitis, rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. OMSK
dibagi menjadi dua tipe, yaitu tipe tubotimpani dan tipe atikoantral. Pengobatan
OMSK dapat baik berupa medikamentosa maupun operasi. Tapi pengobatan melalui
operasi biasanya dilakukan pada penyakit OMSK tipe atikoantral ataupun bila
pengobatan medikamentosa tidak berhasil. Penyakit ini memiliki prognosa yang baik
apabila didiagnosa dan diterapi secata cepat dan tepat.

27
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams LG, Boies RL, Higler AP, BOIES Fundamentals of Otalaryngology.
6th Ed. Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta:EGC, 1997
2. Soepardi EA, Iskandar N, Ed. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Edisi kelima. Jakarta: FKUI, 2007.
3. Putra AABRDA, Saputra KAD. Karakteristik Pasien Otitis Media Supuratif
Kronis di Poliklinik THT Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Periode Januari
– Juni 2013. E-Jurnal Medika. 2016;5(12)
4. Pasyah MF, Wijana. Otitis Media Supuratif Kronik pada Anak. Global
Medical and Health Communication. 2016;4(1): 1-6
5. Morris P. Chronic suppurative otitis media. 2012
6. Peleahu OCP. Mekanisme Imun Terbentuk Kolesteatom. Jurnal Biomedik.
2012;4(2):96-103
7. World Health Organization. Chronic suppurative otitis media: Burden of
Illness and Management Options. Geneva. 2004
8. Mittal R, et al. Current concepts in the pathogenesis and treatment of chronic
suppurative otitis media. Journal of Medical Microbiology.
2015;64(10):1103-1106
9. Diana F, Haryuna HS. Hubungan Rinitis Alergi dengan Kejadian Otitis Media
Supuratif Kronik. Majalah Kedokteran Bandung. 2017;49(2):79-85
10. Farida Y, Sapto H, Oktaria D. Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif
Kronis (OMSK). Jurnal Medula Unila. 2016;6(1): 180-184

28

Anda mungkin juga menyukai