Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Karsinoma orofaring adalah suatu keganasan pada kepala leher yang terjadi pada
orofaring. Orofaring merupakan bagian dari faring yang terletak di posterior dari
rongga mulut yang secara anatomis termasuk didalamnya adalah sepertiga belakang
lidah, palatum mole, tonsil dan dinding posterior dari faring yang berada di belakang
rongga mulut. Keganasan pada rongga mulut dan orofaring dapat berasal dari jenis sel
yang berbeda yang mana pada hal ini dapat mempengaruhi terapi dan juga prognosis.
Jenis-jenis keganasan yang ada pada mulut dan orofaring diantaranya adalah
karsinoma sel skuamosa, karsinoma kelenjar saliva minor, dan limfoma. Keganasan
yang paling banyak ditemukan pada daerah mulut dan orofaring adalah jenis
karsinoma sel skuamosa yakni sebanyak 90%. Keganasan ini berawal dari suatu
pertumbuhan jaringan abnormal yang berasal dari sel skuamosa, yang berbentuk pipih,
seperti bersisik, yang berada di mukosa mulut atau orofaring. Bentuk dari karsinoma
yang paling awal yaitu karsinoma in situ yang berarti sel kanker hanya ada di lapisan
terluar (epitelium). Hal in berbeda dengan karsinoma sel skuamosa yang sudah invasif,
yang mana sel kanker sudah tumbuh di lapisan dalam dari rongga mulut dan orofaring.
1,2,3

Karsinoma orofaring secara merupakan urutan ke enam dari keganasan yang


paling banyak terjadi di seluruh dunia. Insidensi karsinoma orofaring tinggi pada
berbagai tempat seperti di Asia Selatan, sebagian dari Eropa Barat (Prancis), Eropa
Timur (Hungaria, Slovakia, Slovenia), Amerika Latin dan Karibia (Brazil, Uruguay
Puerto Rico) dan area Pasifik (Papua Nugini, Melanesia). Dari berbagai sumber
dinyatakan bahwa karsinoma orofaring di Indonesia bukan merupakan keganasan
kepala leher yang paling sering terjadi. Seperti pada penelitian di RSUP H. Adam
Malik Medan tahun 2007 didapatkan hanya 4,5% dari seluruh keganasan kepala leher,
di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo tahun 1990-1999 didapatkan 7% dari seluruh
keganasan kepala leher, dan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo tahun 1999-2000
didapatkan 6,83% dari seluruh keganasan kepala leher. Di Indonesia insidensi

1
karsinoma orofaring lebih rendah dibandingkan dengan karsinoma nasofaring,
karsinoma sinonasal, dan karsinoma laring. 1,4

Faktor risiko dari karsinoma orofaring adalah merokok, alkohol, dan pajanan
dari virus Human Papilloma (HPV). Merokok dan alkohol merupakan kebiasaan yang
sering ditemukan pada penderita karsinoma orofaring, karena pajanan rokok dan
alkohol pada mukosa orofaring dapat meningkatkan potensi terjadinya mutasi dari gen
TP53, yang merupakan gen yang mengkode protein p53 yang bekerja untuk mencegah
sel tumbuh berlebihan dan membantu menghancurkan sel-sel yang telah terlalu banya
mengalami kerusakan untuk diperbaiki. Perubahan gen TP53 menyebabkan
meningkatnya pertumbuhan sel-sel abnormal dan menjadi suatu keganasan. Dalam
bermacam penelitian juga ditemukan perubahan DNA yang ditemukan pada
karsinoma orofaring terdapat DNA dari HPV. Beberapa bagian dari DNA HPV
menginstruksikan sel untuk membuat protein yang menginaktivasi protein p53, yang
dapat menyebabkan sel kanker tumbuh dan membelah. 4

Keluhan dan gejala yang dapat timbul pada penderita karsinoma orofaring
berupa sakit pada daerah mulut dan tenggorok yang persisten, tumor dan penebalan
pada leher, bercak putih pada dinding tenggorok, odinofagia, disfagia, trismus,
pembengkakan gusi, gangguan gigi geligi, disfonia, penurunan berat badan, hingga
halitosis. Keluhan dan gejala ini timbul dapat karena masa jaringan yang tumbuh
maupun karena kelainan struktur tenggorok dan rongga mulut akibat kanker tersebut.
4

2
BAB II
STATUS PASIEN

1. Identitas Penderita
Nama : Tn. A Umur : 52 tahun
Status Poliklinik : Poliklinik Onkologi THT Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Buruh Alamat : Kenten,
Palembang.

2. Anamnesis ( 28 April 2017, pukul 14.30 WIB)


Keluhan Utama : Sulit menelan makanan padat.
Keluhan Tambahan : Suara berubah
Riwayat Perjalanan Penyakit :
7 bulan yang lalu pasien mengeluh sulit menelan, seperti ada yang
mengganjal (+), nyeri menelan (+), pasien masih makan nasi seperti
biasa namun harus pelan-pelan, suara serak (-), sesak napas (-). Telinga
dan hidung tidak ada keluhan.
3 bulan yang lalu keluhan sulit menelan
semakin berat, pasien hanya bisa makan bubur, nyeri menelan (+), suara
serak (-), sesak napas (-). Nyeri telinga (+), telinga berdengung (+),
keluar cairan dari telinga disangkal. Hidung tidak ada keluhan. Pasien
lalu berobat ke dokter umum dan diberikan 2 macam obat (pasien lupa
namanya) namun tidak ada perbaikan.
3 minggu yang lalu suara pasien mulai
berubah menjadi serak dan sulit membuka mulut, sulit menelan (+), nyeri
menelan (+), sesak napas (-). Nyeri telinga (+), telinga berdengung (+),
keluar cairan dari telinga disangkal, penurunan pendengaran (-). Keluhan
hidung tersumbat (-), keluar sekret hidung (-), mimisan (-). Demam (-),
batuk (-), sakit gigi (-), sakit kepala (-), rasa berputar (-). Berat badan
pasien turun drastis 20 kg sejak 7 bulan yang lalu. Tn. A berobat ke
dokter Sp.THT-KL dan dianjurkan.

3
Penyakit yang pernah derita : Riwayat sakit yang sama sebelumnya
disangkal.
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat trauma fisik sebelumnya
disangkal
Riwayat Pengobatan : Riwayat pengobatan sebelumnya
disangkal
Riwayat Penyakit dalam Keluarga : Riwayat keluhan yang sama pada
keluarga disangkal.
Riwayat Kebiasaan : Riwayat merokok selama 20 tahun
(dalam sehari pasien menghabiskan 2 bungkus rokok).

3. Pemeriksaan
A. Status Generalis
Keadaan Umum : tampak baik
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 110/70mmHg Nadi : 89
kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit Suhu : 36,7 oC
Jantung : BJ I & II normal, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Paru-paru :Pergerakan statis - dinamis kanan sama dengan kiri,
stem fremitus kanan sama dengan kiri, sonor di kedua
lapang paru, suara napas vesikuler normal, ronkhii tidak
ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus (+)
normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema pretibia tidak ada

B. Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar Kanan Kiri

4
Regio Retroaurikula
-Abses - -
-Sikatrik - -
-Pembengkakan - -

-Fistula - -
-Jaringan granulasi - -

Regio Zigomatikus
-Kista Brankial Klep - -
-Fistula - -
-Lobulus Aksesorius - -

Aurikula
-Mikrotia Normal Normal
-Efusi perikondrium - -
-Keloid - -
-Nyeri tarik aurikula - -
-Nyeri tekan tragus - -

Meatus Akustikus Eksternus


-Lapang/sempit Lapang Lapang
-Oedema - -
-Hiperemis - -
-Pembengkakan - -
-Erosi - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Perdarahan - -
-Bekuan darah - -
-Cerumen plug - -
-Epithelial plug - -
-Jaringan granulasi - -
-Debris - -
-Banda asing - -
-Sagging - -
-Exostosis - -

5
II.Membran Timpani
-Warna (putih/suram/hiperemis/hematoma) Putih Putih
-Bentuk (oval/bulat) Oval Oval
-Pembuluh darah Normal Normal
-Refleks cahaya +, arah jam +, arah jam
-Retraksi 5 7
-Bulging - -
-Bulla - -
-Ruptur - -
-Perforasi (sentral/perifer/marginal/attic) - -
(kecil/besar/ subtotal/ total) - -
-Pulsasi
-Sekret (serous/ seromukus/ mukopus/ pus) - -
-Tulang pendengaran Normal Normal
-Kolesteatoma - -
-Polip - -
-Jaringan granulasi - -
- -

Gambar Membran Timpani

III. Tes Khusus Kanan Kiri


1.Tes Garpu Tala
Tes Rinne Positif Positif
Tes Weber Tidak ada Tidak ada
Tes Scwabach lateralisasi lateralisasi
Sama dengan Sama dengan
pemeriksa pemeriksa

2.Tes Audiometri Tidak dilakukan Tidak dilakukan

6
Audiogram

3.Tes Fungsi Tuba Kanan Kiri


-Tes Valsava Tidak Tidak
-Tes Toynbee dilakukan dilakukan
Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

4.Tes Kalori Kanan Kiri


-Tes Kobrak Tidak Tidak
dilakukan dilakukan

Hidung
I.Tes Fungsi Hidung Kanan Kiri
-Tes aliran udara +, Normal +, Normal
-Tes penciuman

7
Teh Normal Normal
Kopi Normal Normal
Tembakau Normal Normal

II.Hidung Luar Kanan Kiri


-Dorsum nasi Normal Normal
-Akar hidung Normal Normal
-Puncak Hidung Normal Normal
-Sisi hidung Normal Normal
-Ala nasi - -
-Deformitas - -
-Hematoma - -
-Pembengkakan - -
-Krepitasi - -
-Hiperemis - -
-Erosi kulit - -
-Vulnus - -
-Ulkus - -
-Tumor - -
-Duktus nasolakrimalis (tersumbat/tidak - -
tersumbat)

III.Hidung Dalam Kanan Kiri


1. Rinoskopi Anterior
a.Vestibulum nasi
-Sikatrik - -
-Stenosis - -
-Atresia - -
-Furunkel - -
-Krusta - -
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -

b.Kolumela
-Utuh/tidakutuh Utuh Utuh
-Sikatrik - -
-Ulkus - -
c. Kavum nasi
-Luasnya (lapang/cukup/sempit) Lapang Lapang
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Krusta - -
-Bekuan darah - -
-Perdarahan - -
-Benda asing - -
-Rinolit - -
-Polip - -
-Tumor - -

8
d. Konka Inferior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah
muda/hiperemis/pucat/livide) - muda
-Tumor -
e. Konka media
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah
muda/hiperemis/pucat/livide) - muda
-Tumor -
f.Konka superior
-Mukosa (erutopi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah muda Merah
muda/hiperemis/pucat/livide) - muda
-Tumor -

g. Meatus Medius
-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Polip - -
-Tumor - -

h. Meatus inferior
-Lapang/ sempit Lapang Lapang
-Sekret (serous/seromukus/mukopus/pus) - -
-Polip - -
-Tumor - -

i. Septum Nasi
-Mukosa (eutropi/ hipertropi/atropi) Eutropi Eutropi
(basah/kering) Basah Basah
(licin/tak licin) Licin Licin
-Warna (merah Merah Merah
muda/hiperemis/pucat/livide) Muda Muda
-Tumor - -
-Deviasi (ringan/sedang/berat) Tidak ada Tidak ada
(kanan/kiri)
(superior/inferior)
(anterior/posterior)
(bentuk C/bentuk S)
-Krista - -
-Spina - -
-Abses - -
-Hematoma - -

9
-Perforasi - -
-Erosi septum anterior - -

Gambar Dinding Lateral Hidung Dalam

Gambar Hidung Dalam Potongan Frontal

2.Rinoskopi Posterior Kanan Kiri


-Postnasal drip - -
-Mukosa (licin/tak licin) Licin Licin
(merah muda/hiperemis) Merah Muda Merah Muda
-Adenoid - -
-Tumor - -
-Koana (sempit/lapang) Lapang Lapang
-Fossa Russenmullery (tumor/tidak) - -
-Torus tobarius (licin/tak licin) Licin Licin
-Muara tuba (tertutup/terbuka) Terbuka Terbuka
(sekret/tidak) - -

10
Gambar Hidung Bagian Posterior

IV.Pemeriksaan Sinus Paranasal Kanan Kiri


-Nyeri tekan/ketok
-infraorbitalis - -
-frontalis - -
-kantus medialis - -
-Pembengkakan - -
-Transiluminasi Tidak Tidak
-regio infraorbitalis dilakukan dilakukan
-regio palatum durum

Tenggorok
I.Rongga Mulut Kanan Kiri
-Lidah (hiperemis/udem/ulkus/fissura) Normal Normal
(mikroglosia/makroglosia) - -
(leukoplakia/gumma) - -
(papilloma/kista/ulkus) - -
-Gusi (hiperemis/udem/ulkus) Normal Normal
-Bukal (hiperemis/udem) Normal Normal
(vesikel/ulkus/mukokel) - -
-Palatum durum (utuh/terbelah/fistel) Utuh Utuh
(hiperemis/ulkus) Normal Normal
(pembengkakan/abses/tumor) - -
(rata/tonus palatinus) - -
-Kelenjar ludah (pembengkakan/litiasis) Dalam Dalam
(striktur/ranula) Batas Batas
-Gigi geligi (mikrodontia/makrodontia) Normal Normal
(anodontia/supernumeri) Normal Normal
(kalkulus/karies) - -
- -

11
II.Faring Kanan Kiri
-Palatum molle Normal Normal
(hiperemis/udem/asimetris/ulkus) Di tengah Di tengah
-Uvula (udem/asimetris/bifida/elongating) - -
-Pilar anterior (hiperemis/udem/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus) - -
-Pilar posterior
(hiperemis/udem/perlengketan) Tampak Tampak
(pembengkakan/ulkus) massa massa
-Dinding belakang faring (hiperemis/udem) berdungkul- berdungkul-
(granuler/ulkus) dungkul dungkul
(secret/membran) Tidak Tidak
-Lateral band (menebal/tidak) menebal menebal
-Tonsil Palatina (derajat pembesaran) T1 T1
(permukaan rata/tidak) Rata Rata
(konsistensi kenyal/tidak) Kenyal Kenyal
(lekat/tidak) Lekat Lekat
(kripta lebar/tidak) Tidak Tidak
(dentritus/membran) melebar melebar
(hiperemis/udem) - -
(ulkus/tumor) - -
- -

Gambar rongga mulut dan faring

Rumus gigi-geligi

12
III.Laring Kanan Kiri
1.Laringoskopi tidak langsung (indirect)
-Dasar lidah (tumor/kista) Normal Normal
-Tonsila lingualis (eutropi/hipertropi) Eutropi Eutropi
-Valekula (benda asing/tumor) - -
-Fosa piriformis (benda asing/tumor) - -
-Epiglotis (hiperemis/udem/ulkus/membran) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Aritenoid Sulit dinilai Sulit dinilai
(hiperemis/udem/ulkus/membran) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Pita suara (hiperemis/udem/menebal)
(nodus/polip/tumor)
(gerak simetris/asimetris) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Pita suara palsu (hiperemis/udem) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Rima glottis (lapang/sempit) Sulit dinilai Sulit dinilai
-Trakea
2.Laringoskopi langsung (direct) Tidak Tidak dilakukan
dilakukan

Gambar laring (laringoskopi tidak langsung)

Pemeriksaan Laboratorium
JenisPemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
HEMATOLOGI
Hemoglobin (Hb) 12,4 g/dL 13,48-17,40 g/dL Rendah
Eritrosit (RBC) 4,55x103/mm3 4,40-6,30 Normal
103/mm3
Leukosit (WBC) 14,1x103/mm3 4,73-10,89 Meningkat
103/mm3
Hematokrit 41 % 41-51 % Normal
Trombosit (PLT) 391x103/L 170-396 103/L Normal
HITUNG JENIS
LEUKOSIT

13
Basofil 0% 0-1 % Normal
Eosinofil 1% 1-6 % Normal
Netrofil 81 % 50-70 % Meningkat
Limfosit 14 % 20-40 % Menurun
Monosit 4% 2-8 % Normal
KIMIA KLINIK
HATI
Protein total 7,8 g/dL 6,4 - 8,3 g/dL Normal
Albumin 4,2g/dL 3,5 5,0 g/dL Normal
Globulin 3,6 g/dL 2,6 3,6 g/dL Normal
METABOLISME
KARBOHIDRAT
Glukosa Sewaktu 100 mg/dL <200 Normal
Nilai kritis : <45-
>500
GINJAL
Ureum 29 mg/dl 16,6-48,5 mg/dl Normal
Kreatinin 1,10 mg/dl 0,50-0,90 mg/dl Normal
ELEKTROLIT
Kalsium (Ca) 8,9 mg/dL 8,8 10,2 mg/dL Normal
Natrium (Na) 140 mEq/L 135-155 mEq/L Normal
Kalium (K) 3,9mEq/L 3,5-5,5 mEq/L Normal

Pemeriksaan Radiologik

Pemeriksaan Radiologik
- Foto toraks

14
Kesan : Foto thorax dalam batas normal
- Foto servikal

Kesan : curiga ada massa di supraglotis.

- MRI

15
16
17
18
19
Kesan :
- USG Abdomen

Kesan : tak tampak nodul metastase pada sonografi organ intra abdomen
tersebut diatas saat ini.
- Pemeriksaan Patologi Anatomi
Kesan : Non keratinizing squamous cell carcinoma pada faring posterior.

4. Diagnosa banding

20
Karsinoma Orofaring

5. Diagnosa kerja
Karsinoma Orofaring stadium IV (T4N0M0)

6. Pengobatan

I. Istirahat (bed rest)


II. Diet
Nasi Lunak
III. Medikamentosa
Pro-Kemoterapi

V. Non Medikamentosa
- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa gejala-
gejala yang dialami pasien disebabkan karena penyakit
keganasan.
- Menginformasikan kepada pasien dan keluarga mengenai
rencana terapi yang akan diberikan. Menjelaskan mengenai
kemoterapi dan efek samping yang dapat timbul setelah
menjalani kemoterapi.
- Melakukan pengukuran berat badan per hari.

7. Prognosis
Quo Ad Vitam : Dubia ad malam
Quo Ad Functionam : Dubia ad malam

21
Foto Pasien

Gambar 3. Pemeriksaan Orofaring Pasien

22
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi dan Fisiologi Faring


1.1 Anatomi Faring
Faring terletak di belakang cavum nasi, mulut, dan larynx. Faring berbentuk
mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak di bawah cranium dan bagian
bawahnya yang sempit dilanjutkan sebagai esofagus setinggi C6. Faring mempunyai
dinding muskulomembranosa yang tidak sempurna di bagian depan. Jaringan
muskulomembranosa diganti oleh apertura nasalis posterior, isthmus faucium (muara
ke dalam rongga mulut), dan aditus laring. Dinding faring terdiri atas tiga lapis, yaitu
mukosa, fibrosa, dan muskular.(1,2)
1.1.1 Otot-Otot Faring
Otot-otot faring terdiri atas m. kontriktor faring superior, medius, dan inferior
yang serabut-serabutnya berjalan hampir melingkar, dan m. stilofaring serta m.
salfingofaring yang serabut-serabutnya berjalan dengan arah hampir longitudinal.(1,2)
Kontraksi otot-otot konstriktor secara berturut-turut mendorong bolus ke
bawah masuk ke dalam esofagus. Serabut-serabut paling bawah m. konstriktor
faringitis inferior terkadang juga disebut m. krikofaring. Otot ini diyakini melakukan
efek sfingter pada ujung bawah faring, yang mencegah masuknya udara ke dalam
esofagus selama gerakan menelan.(3,4)

23
Gambar 1. Otot-otot Faring(3)
1.1.2 Bagian Faring
Untuk tujuan klinis faring dibagi menjadi 3 bagian, yaitu nasofaring, orofaring,
dan laringofaring.

24
Gambar 2. Anatomi Faring(4)
Nasofaring
Terletak di rongga di belakang rongga hidung, di atas palatum molle. Bila
palatum molle diangkat dan dinding posterior faring ditarik ke depan seperti waktu
menelan, maka nasofaring tertutup dari orofaring. Nasofaring mempunyai atap, dasar,
dinding anterior, dinding posterior, dan dinding lateral.(3,4)
Atap dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis dan pars basilaris ossis
occipitalis. Kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsila pharyngealis, terdapat di
dalam submukosa daerah ini. (3,4)

25
Dasar dibentuk oleh permukaan atas palatum molle yang miring. Isthmus
pharyngeus adalah lubang di dasar nasopharynx di antara pinggir bebas palatum molle
dan dinding posterior faring. Selama menelan, hubungan antara naso dan orofaring
tertutup oleh naiknya palatum molle dan tertariknya dinding posterior faring ke depan.
(1,2)

Dinding anterior nasofaring dibentuk oleh apertura nasalis posterior dan


dipisahkan oleh pinggir posterior septum nasi. Dinding posterior nasofaring
membentuk permukaan miring yang berhubungan dengan atap. Dinding ini ditunjang
oleh arkus anterior atlantis. Dinding lateral nasofaring, pada tiap-tiap sisinya memiliki
muara tuba auditiva ke faring. Pinggir posterior tuba membentuk elevasi tuba. M.
salfingofaring yang melekat pada pinggir bawah tuba, membentuk lipatan vertical
pada membrane mukosa yang disebut plica salfingofaring. Recessus pharyngeus
adalah lekukan kecil pada dinding lateral di belakang elevasi tuba. Kumpulan jaringan
limfoid di dalam submukosa di belakang muara tuba auditiva disebut tonsila tubaria.
(3,4)

Orofaring
Terletak di belakang cavum oris dan terbentang dari palatum molle sampai ke pinggir
atas epiglottis. Orofaring mempunyai atap, dasar, dinding anterior, dinding posterior,
dan dinding lateral. (3,4)
Atap dibentuk oleh permukaan bawah palatum molle dan isthmus pharyngeus.
Kumpulan kecil jaringan limfoid terdapat di dalam submukosa permukaan bawah
palatum molle. (3,4)
Dasar dibentuk oleh sepertiga posterior lidah (yang hampir vertical) dan celah
antara lidah dan permukaan anterior epiglottis. Membrana mukosa yang meliputi
sepertiga posterior lidah berbentuk irregular, yang disebabkan oleh adanya jaringan
limfoid dibawahnya, disebut tonsila linguae. Pada garis tengah membrana mukosa
terdapat elevasi yang disebut plica glossoepiglotica mediana dan dua plica
glosssoepiglottica lateralis. Lekukan kanan dan kiri plica glossoepiglottica mediana
disebut vallecula. (3,4)
Dinding anterior orofaring terbuka ke dalam rongga mulut melalui isthmus
orofaring (isthmus faucium). dibawah isthmus ini terdapat pars faringeus linguae.
Dinding posterior orofaring disokong oleh corpus vertebrae C3. Pada kedua sisi
dinding lateral orofaring terdapat arkus palatoglossus dan arkus palatofaring dengan
tonsila palatina diantaranya. (3,,4)

26
Arkus palatoglossus adalah lipatan membrane mukosa yang menutupi m.
palatoglossus yang terdapat di bawahnya. Celah diantara kedua arkus palatoglossus
merupakan batas antara rongga mulut dan orofaring, disebut isthmus faucium. Arkus
palatofaring adalah lipatan membrane mukosa pada dinding lateral orofaring, di
belakang arkus palatoglossus. Lipatan ini menutupi m. palatofaring yang ada di
bawahnya. (3,4)
Fossa tonsilaris adalah sebuah recessus berbentuk segitiga pada dinding lateral
orofaring di antara arkus palatoglossus di depan dan arkus palatofaring di belakang.
Fossa ini ditempati oleh tonsila palatine. (3,4
Laringofaring
Terletak di belakang aditus larynges dan permukaan posterior larynx, dan
terbentang dari pinggir atas epiglottis sampai dengan pinggir bawah cartilago
cricoidea. Laringofaring memiliki dinding anterior, posterior, dan lateral. (3,4)
Dinding anterior dibentuk oleh aditus laring dan membrana mukosa yang
meliputi permukaan posterior laring. Dinding posterior disokong oleh corpus vertebra
C3 C6. Dinding lateral disokong oleh kartilago tiroid dan membrane tyrohyoidea.
Sebuah alur kecil tetapi penting pada membrana, disebut fossa piriformis, terletak di
kanan dan kiri aditus laryngis. (1,2)
1.1.3 Persarafan Faring
Berasal dari plexus pharyngeus yang dibentuk oleh cabang-cabang n.
glossofaring, n. vagus, dan n. simpatik.3,4
Persarafan motorik berasal dari pars cranial nervus aksesorius, yang berjalan
melalui cabang n. vagus menuju ke plexus pharyngeus, dan mempersarafi semua otot
faring kecuali m. stilofaring yang dipersarafi oleh n. glossopharyngeus. 3,4
Persarafan sensorik membrana mukosa nasofaring terutama berasal dari n.
maksilaris. Membran mukosa orofaring terutama dipersarafi oleh n.
glossopharyngeus. Membrana mukosa disekitar aditus laryngeus dipersarafi oleh n.
ramus laryngeus internus n. vagus. 3,4
1.1.4 Perdarahan Faring
Suplai arteri faring berasal dari cabang-cabang a. faring ascendens, a. palatina
ascendens, a. facialis, a. maksilaris, dan a. lingualis. Vena bermuara ke plexus venosus
pharyngeus, yang kemudian bermuara ke V. jugularis interna. 3,4
1.1.5 Aliran Limfe Faring

27
Pembuluh-pembuluh limfe faring langsung menuju ke nodi lymphoidei
cervicales profundi atau tidak langsung melalui nodi retropharyngeales atau
paratracheales.3,4

1.2 Fisiologi
Orofaring sangat penting untuk menghasilkan suara normal. respirasi, dan
penelanan. Fungsi-fungsi ini sangat terkoordinasi dan memerlukan input sensorik dan
motorik dan struktur yang utuh. Sebuah pemahaman yang rinci tentang keadaan yang
terkoordinasi sangat penting. Semua modalitas pengobatan dapat mengakibatkan
disfungsi. (4)
Proses menelan adalah proses yang paling kompleks. Fungsi tersebut dapat
dibagi menjadi empat tahap: (a) persiapan oral, (b) oral, (c) faringeal, dan (d)
esophageal. Orofaring memainkan peran penting dalam tiga tahap. Palatum molle
ditarik ke depan, sementara dasar lidah sedikit meningkat selama kedua fase oral untuk
mencegah makanan jatuh sebelum waktunya ke faring. (4)
Bolus makanan pada akhir fase oral didorong antara lidah dan palatum,
melewati dasar lidah dan lengkungan faucial, memicu fase faring. Fase ini mencapai
puncaknya dengan dorongan dari bolus makanan ke kerongkongan melalui peristiwa
berikut: (a) penutupan velopharyngeal, (b) elevasi dan penutupan laring, (c) kontraksi
otot-otot faring dan retraksi dari dasar lidah, dan (d) pembukaan wilayah
cricopharyngeal. Penggerak utama dari bolus melalui fase faring adalah tekanan yang
dikembangkan oleh dasar lidah; kontraksi faring dan peristaltik berperan sebagian
besar untuk menghapus materi sisa yang ada pada akhir fase. (4)

2. Karsinoma Orofaring
2.1 Etiologi
Penyebab utama kanker orofaring adalah merokok atau minum berat, dan
risiko akan lebih besar jika melakukan keduanya. Sebuah virus yang disebut Human
Papiloma Virus (HPV) dan makan diet yang buruk juga terkait dengan peningkatan
risiko. Kanker orofaringeal, seperti kanker lainnya, tidak menular dan tidak dapat
diteruskan kepada orang lain.(5,6)
2.2 Patofisiologi
Asap rokok mengandung sekitar 50 karsinogen dan procarcinogens. Yang
paling menonjol adalah procarcinogens hidrokarbon polisiklik aromatik dan amina

28
aromatik. Ke-banyakan karsinogen dan procarcinogens membutuhkan aktivasi oleh
enzim metabolisme seperti sitokrom P450. Enzim lain membantu
mendetoksifikasi karsinogen seperti glutathione-S-transferase.(7,8)
Alkohol-induced karsinogenesis adalah dimediasi
melalui asetaldehida. Anatomi yang secara
langsung terkena alkohol seperti orofaring dan hipofaring berisiko cancerization.
Kerentanan individu dan karsinogen ini procarcinogens diyakini sekunder
untuk polimorfisme genetik enzim ini. (7,8)
HPV-induced karsinogenesis tidak jelas dijelaskan dan diyakini menjadi
sekunder untuk inaktivasi virus p53, gen penekan tumor. Nitrosamin adalah zat
utama karsinogen yang terkait dengan tembakau tanpa asap.
Arecoline adalah karsinogen utama yang terkait dengan buah pinang. (7,8)
Tiga cara kanker menyebar dalam tubuh adalah: (7,8)
Melalui jaringan. Kanker menyerang jaringan normal sekitarnya.
Melalui sistem getah bening. Kanker menyerang sistem getah bening dan bergerak
melalui pembuluh getah bening ke tempat lain dalam tubuh.
Melalui darah. Kanker menyerang vena dan kapiler dan berjalan melalui darah ke
tempat-tempat lain dalam tubuh.
Ketika sel-sel kanker melepaskan diri dari tumor (asli) primer dan perjalanan
melalui getah bening atau darah ke tempat-tempat lain dalam tubuh, tumor
lain(sekunder) dapat terbentuk. Proses ini disebut
metastasis. Tumor (metastasis)sekunder adalah jenis yang sama dari tumor
primer. Sebagai contoh, jika kanker payudara menyebar ke tulang, sel-sel kanker
di tulang sebenarnya sel kanker payudara. Penyakit ini adalah kanker payudara
metastatik, bukan kanker tulang. (7,8)
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala yang paling umum dari kanker orofaring adalah: (7,8)
- rasa sakit pembengkakan atau benjolan di leher bagian atas (mungkin pasiem
merasakannya sendiri atau mungkin ditemukan oleh dokter)
- sakit tenggorokan yang tidak kunjung sembuh
- kesulitan menelan
- sakit telinga yang tidak kunjung sembuh
- kesulitan membuka mulut dan rahang (dikenal sebagai trismus)
- bau mulut

29
- perubahan suara
- penurunan berat badan.
2.4 Penegakkan Diagnosis
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik:
Sebuah penilaian fisik untuk memeriksa tanda-tanda kesehatan umum,
termasuk memeriksa tanda-tanda penyakit, seperti pembengkakan kelenjar getah
bening di leher atau hal lain yang tampaknya tidak biasa. Dokter melakukan
pemeriksaan lengkap dari mulut dan leher dan terlihat menuruni tenggorokan dengan
cermin kecil bergagang panjang untuk memeriksa daerah abnormal. Anamnesis
kebiasaan kesehatan pasien dan penyakit masa lalu dan perawatan juga akan
diambil.(8)
Komite Bersama Kanker Amerika telah
ditunjuk oleh TNM pementasan klasifikasi untuk
menentukan kanker orofaringeal. Nonepithelial tumor seperti jaringan limfoid,
jaringan lunak, tulang, dan tulang rawan tidak termasuk.
TX -Tumor primer tidak dapat dinilai.
T0 - Tidak ada bukti tumor primer.
Tis - Karsinoma in situ.
T1 - tumor 2 cm.
T2 - tumor> 2 cm tapi 4 cm.
T3 - tumor> 4 cm dalam dimensi terbesar atau ekstensi ke
permukaan lingualepiglotis.
T4a - Tumor menyerang laring , otot ekstrinsik lidah,
pterygoideus medial, palatum keras.
T4b -
Tumor menginvasi otot pterygoideus lateral,piring pterygoideus, nasofaring lateral,
atau dasar tengkorak, atau melukai arteri karotis.

NX - Kelenjar getah bening tidak dapat dinilai.


N0 - Metastasis getah bening regional tidak ada.
N1 - Metastasis pada kelenjar getah bening ipsilateral 3 cm.
N2 - Metastasis pada kelenjar getah bening ipsilateral > 3 cm tapi 6 cm,
atau metastasis di beberapa kelenjar getah bening ipsilateral 6 cm ,
atau pada kelenjar getah bening bilateral atau kontralateral 6 cm.

30
N2a - Metastasis pada kelenjar getah bening ipsilateral > 3 cm tapi 6 cm.
N2b - Metastasis dalam beberapa kelenjar getah bening ipsilateral 6 cm.
N2c - Metastasis bilateral atau kontralateral 6 cm.
N3 - Metastasis dalam kelenjar getah bening > 6 cm.

M - metastatis jauh
MX - metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 - tidak ada metastasis jauh
M1- terdapat metastasis jauh (9)

Tahapan rentang kanker orofaringeal dari Tahap 0 sampai Tahap IV. Dalam
tahap 0, kanker hanya ditemukan di sel-sel yang melapisi orofaring. Tahap tambahan
dijelaskan sebagai berikut:(2)

2.5 Pemeriksaan Penunjang(10)


1. CT scan (CAT scan):
Sebuah prosedur yang membuat serangkaian gambar detil dari daerah di dalam
tubuh, yang diambil dari sudut yang berbeda. Gambar-gambar yang dibuat
oleh komputer yang terhubung ke mesin x-ray. Sebuah pewarna dapat
disuntikkan ke dalam vena atau ditelan untuk membantu organ-organ atau
jaringan muncul lebih jelas. Prosedur ini juga disebut tomografi komputer,
computerized tomography, tomografi aksial atau komputerisasi.
2. MRI (magnetic resonance imaging):
Sebuah prosedur yang menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer
untuk membuat serangkaian gambar detil dari daerah di dalam tubuh. Prosedur
ini juga disebut nuklir Magnetic Resonance Imaging (NMRI).
3. X-ray:
X-ray dari organ dan tulang. X-ray adalah jenis balok energi yang dapat masuk
melalui tubuh dan ke film, membuat gambar dari daerah di dalam tubuh.

31
4. PET scan (positron emission tomography scan):
Suatu prosedur untuk menemukan sel-sel tumor ganas dalam tubuh. Sejumlah
kecil radionuklida glukosa (gula) yang disuntikkan ke pembuluh
darah. Pemindai PET berputar di sekitar tubuh dan membuat gambar dari mana
glukosa sedang digunakan dalam tubuh. Sel tumor ganas muncul terang dalam
gambar karena mereka lebih aktif dan mengambil glukosa lebih dari sel
normal.
5. Endoskopi:
Suatu prosedur untuk melihat organ-organ dan jaringan dalam tubuh untuk
memeriksa daerah abnormal. Sebuah endoskopi yang dimasukkan melalui
hidung atau mulut pasien untuk melihat area di tenggorokan yang tidak bisa
dilihat selama pemeriksaan fisik tenggorokan. Endoskopi seperti instrumen
tabung tipis dengan cahaya dan lensa untuk melihat. Hal ini juga mungkin
memiliki alat untuk menghapus sampel simpul jaringan atau getah bening,
yang diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda penyakit.
6. Biopsi:
Penghapusan sel atau jaringan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop oleh
seorang ahli patologi untuk memeriksa tanda-tanda kanker.
2.6 Diagnosis Banding(7)
1. Tonsillitis
Gambaran khas termasuk sakit tenggorokan, nyeri menelan, sakit kepala,
demam, menggigil, amandel membengkak merah dengan bercak putih, dan
limfadenopati servikal . Tanda dan gejala diobati dengan antibiotik. Kultur
tenggorokan mungkin positif.
2. Ulkus Aftosa
Putaran, kekuningan, pinggir dikelilingi oleh halo, diikuti oleh ulkus ditutupi
oleh membran putih atau keabu-abuan yang dikelilingi oleh jaringan normal.
Tidak adanya indurasi dan ulkus berbatas tegas.
3. oral sifilis
Terkait dengan adenopati serviks; oral seks. Diobati dengan antibiotik. Tes
VDRL positif.
4. Oral TB
Tunggal atau multipel dengan atau tanpa ulserasi adenopati serviks
pada pasien HIV-positif. Diobati dengan terapi antituberculous dan antivirus.

32
5. Oral herpes simplex virus
Beberapa lepuh pada basis eritematosa diikuti oleh ulserasi yang sakit, dapat
disebabkan oral seks. Diobati dengan asiklovir.
Tzanck smear untuk inklusi intranuklear (koloni virus). Kultur positif
untuk herpes simpleks.
6. Oral Infeksi sitomegalovirus
Punches out ulserasi dengan perbatasan nonindurated, pasien HIV-positif.
Diobati dengan gansiklovir.Viral nuklir inklusi oleh histologi, kultur
virus jaringan.
7. Limfoma non-Hodgkin
Bisa melibatkan cincin Waldeyer. Biopsi eksisi jaringan nodal menunjukkan
limfosit yang abnormal. Imunofenotipe dan
analisis aliran cytometric penanda permukaan.
2.7 Penatalaksanaan(4)

Tabel 1. Terapi tumor ganas orofaring dan hipofaring.(4)


2.8 Prognosis
Prognosis untuk penderita kanker orofaringeal tergantung pada usia dan
kesehatan orang dan tahap penyakit. Hal ini penting bagi orang dengan kanker mulut
atau kanker orofaringeal untuk memiliki tindak lanjut selama sisa hidup mereka
sebagai kanker dapat terjadi di daerah terdekat. Selain itu, penting untuk
menghilangkan faktor-faktor risiko seperti merokok dan minum, yang meningkatkan
risiko untuk kanker yang berulang.(8,11)

33
BAB IV
ANALISIS KASUS

Tn. A, 52 tahun, laki-laki mengeluh sulit menelan sejak 7 bulan yang lalu,
seperti ada yang mengganjal (+), nyeri menelan (+), pasien masih makan nasi seperti
biasa namun harus pelan-pelan, suara serak (-), sesak napas (-). Telinga dan hidung
tidak ada keluhan.
3 bulan yang lalu keluhan sulit menelan semakin berat, pasien hanya bisa
makan bubur, nyeri menelan (+), suara serak (-), sesak napas (-). Nyeri telinga (+),
telinga berdengung (+), keluar cairan dari telinga disangkal. Hidung tidak ada keluhan.
Pasien lalu berobat ke dokter umum dan diberikan 2 macam obat (pasien lupa
namanya) namun tidak ada perbaikan.
3 minggu yang lalu suara pasien mulai berubah menjadi serak dan sulit
membuka mulut, sulit menelan (+), nyeri menelan (+), sesak napas (-). Nyeri telinga
(+), telinga berdengung (+), keluar cairan dari telinga disangkal, penurunan
pendengaran (-). Keluhan hidung tersumbat(-), keluar sekret hidung (-), mimisan (-).
Demam (-), batuk (-), sakit gigi (-), sakit kepala (-), rasa berputar (-). Berat badan
pasien turun drastis 20 kg sejak 7 bulan yang lalu.Tn. Aberobat ke dokter Sp.THT-
KL dan dianjurkan untuk datang ke poli RSMH Palembang. Riwayat penyakit yang
sama sebelumnya disangkal. Riwayat darah tinggi, kencing manis, trauma disangkal.
Riwayat keluarga mengalami keluhan yang sama disangkal. Pasien memiliki riwayat
merokok sejak 20 tahun yang lalu. Riwayat makan makanan yang diawetkan
disangkal.
Pemeriksaan fisik umum yang meliputi keadaan umum, kesadaran, tekanan
darah, nadi, pernafasan, suhu dalam batas normal. Pada pemeriksaan khusus yang
meliputi pemeriksaan kepala, leher, jantung, paru-paru, abdomen, dan ekstremitas
dalam batas normal dan tidak terdapat pembesaran klenjar getah bening leher.
Pemeriksaan status lokalis telinga dalam batas normal, pemeriksaan hidung luar,
rhinoskopi anterior, sinus paranasal, dalam batas normal. Pada pemeriksaan faring,
pada dinding posterior faring didapatkan massa, berdungkul-dungkul, dan mudah
berdarah.

34
Pada pemeriksaan laboratorium dalam batas normal. Pada foto servikal
dicurigai ada massa di supraglotis. Pada foto toraks dan USG abdomen dalam batas
normal, tidak tampak tanda-tanda metastasis. Pemeriksaan histopatologi menunjukkan
non keratinizing squamous cell carcinoma pada faring posterior.
Berdasarkan anamnesis didapatkan gejala yang timbul saat 7 bulan yang lalu
hanya sulit menelan dan terasa seperti ada yang mengganjal. Saat 3 bulan mulai timbul
pada telinga yaitu keluhan nyeri telinga dan terdengar suara berdengung, keluhan pada
hidung tidak ada. Saat 3 minggu yang lalu mulai timbul keluhan suara serak dan sulit
membuka mulut. Gejala orofaring pada pasien ini meliputi sulit menelan karena
seperti ada yang mengganjal, sulit membuka mulut, perubahan suara, nyeri telinga,
hingga penurunan berat badan. Pada pasien tidak ditemukan gejala demam dan batuk
untuk menyingkirkan penyebab infeksi, meskipun perlu pemeriksaan lajutan. Pasien
memiliki riwayat merokok sejak 20 tahun yang lalu. Riwayat kebiasaan pada pasien
ini dapat menjadi faktor risiko yang tinggi untuk terjadinya keganasan pada orofaring.
Kemungkinan gejala-gejala pada pasien ini disebabkan karena adanya tumor
pada orofaring. Pada pasien ini sudah terjadi perubahan suara dan kesulitan membuka
mulut yang mungkin dapat mengindikasikan pembesaran tumor semakin progresif
sehingga diperlukan pemeriksaan penunjang. Dalam penentuan stadium TNM perlu
dilakukan pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang. Pada pasien ini telah
dilakukan pemeriksaan foto servikal AP/Lateral yang menujukkan kesan curiga ada
massa di supraglotis. Namun untuk menentukan pembesaran tumor secara pasti perlu
dilakukan CT Scan dimana pada pasien ini belum dilakukan pemeriksaan CT Scan
sehingga T belum dapat dinilai. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan pembesaran
nodul (N0). Dalam menentukan metastasis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang
seperti foto toraks dan USG abdomen. Dari hasil pemeriksaan foto toraks dan USG
abdomen pada pasien ini, tidak ditemukan adanya metastasis jauh (M0). Diagnosis
pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi. Hasil biopsy pada pasien ini memberikan
kesan Non keratinizing squamous cell carcinoma.
Terapi yang dilakukan pada pasien karsinoma orofaring sesuai dengan stadium
TNM. Pada pasien ini TxN0M0 sehingga untuk menentukan ukuran Tumor perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang CT Scan. Terapi pada karsinoma orofaring
dikelompokkan berdasarkan TNM.

35
36
Daftar Pustaka

1. Genden M, Vavares M. 2008. Head and Neck Cancer: An Evidence-Based


Team Approach. Thieme Publishers.
2. Warnakulasuriya, S. 2008. Global Epidemiology of Oral and
Oropharyngeal Cancer. Oral Oncology 45 (2009) 309-316
3. Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi
6. Jakarta: EGC.
4. Soepardi Arsyad E, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti Dwi R. 2012. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala& Leher. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI.
5. IARC Working Group on the Evaluation of Carcinogenic Risks to Humans,
International Agency for Research on Cancer. 2007. Smokeless Tobacco
and Some Tobacco-specific N-nitrosamines Volume 89. World Health
Organization.
6. Boffetta P, Hecht S, Gray N, et al. Smokeless tobacco and cancer. Lancet
Oncol. 2008;9:667-675.
7. Weber AL, Romo L, Hashmi S. Malignant tumors of the oral cavity and
oropharynx: clinical, pathologic, and radiologic evaluation. Neuroimaging
Clin N Am. 2003:13 (3): 443-64,.
8. Brockstein B, Masters G. 2004. Head and Neck Cancer. New York: Kluwer
Academic Publishers.
9. Pharynx. In: Edge SB, Byrd DR, Compton CC, et al., eds.: AJCC Cancer
Staging Manual. 7th ed. New York, NY: Springer, 2010, pp 41-9
10. Bernier J. 2016. Head and Neck Cancer: Multimodality Management.
Springer.
11. Tobias. Diagnosis and management of head and neck cancer. Guideline No
90. November 2006. Scottish Intercollegiate Guidelines Network (SIGN).
12. Lie AK. 2004. Improving Outcomes in Head and Neck Cancers. National
Institute for Health and Clinical Excellence (NICE).

37
13. Cetuximab for the treatment of locally advanced squamous cell cancer of
the head and neck. June 2008. National Institute for Health and Clinical
Excellence (NICE).

38

Anda mungkin juga menyukai