Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPEMIMPINAN

MATA KULIAH
KEPEMPINAN PEMERINTAHAN INDONESIA

Disusun oleh:

MP. Yosua Prawira


25.0455
Kelas A

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI


KAMPUS SULAWESI SELATAN
FAKUTAS POLITIK PEMERINTAHAN
T.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR

Pu

Serang, 01 Mei 2014


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah...............................................................................................3
1.2. Identifikasi Masalah.....................................................................................................3
1.3. Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.4. Tujuan Penulisan..........................................................................................................4
1.5. Manfaat Penulisan........................................................................................................4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Arti Kepemimpinan Pendidikan...................................................................................5
BAB III
APLIKASI MANAGEMEN
3.1.Fungsi Kepemimpinan Pendidikan................................................................................6
3.2.Tipe-tipe Kepemimpinan Pendidikan.............................................................................8
3.3.Keterampilan Kepemimpinan Pendidikan......................................................................8
3.4.Pendekatan dalam Kepemimpinan Pendidikan..........................................................9
3.5.Peran Evaluasi dalam Kepemimpinan Pendidikan....................................................11
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan..............................................................................................................12
4.2. Saran........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BIODATA PENULIS.............................................................................................................15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercepai secara efektif
dan efisien. Seperti yang kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia dari segi infrastruktur
maupun kurikulum belum terlalu maksimal diupayakan oleh pemerintah, meskipun kalau
dibandingkan dengan negara-negara lain, kurikulum di Indonesia sebenarnya bisa mencetak
mahasiswa yang memiliki kualitas menguasai ilmu pengetahuan dengan baik. Tetapi sangat
disayangi, seiring dengan kemajuan teknologi meskipun dampak baiknya sangat terasa oleh
mahasiswa, tetapi dampak buruknya yaitu membuat mahasiswa semakin terbengkalai dalam
memperhatikan dan mempedulikan apa yang seharusnya sudah menjadi hak dan kewajiban
mahasiswa yaitu mendapatkan ilmu pengetahuan. Seperti kita ketahui, perubahan-perubahan
kurikulum pendidikan sebenarnya bertujuan untuk membuat mahasiswa kita dapat memiliki
kualitas daya saing dan kompetensi yang tinggi. Tetapi, budaya-budaya atau kebiasaan buruk
yang sudah mendarah daging di mayoritas pikiran mahasiswalah yang menghambat atau
memperburuk perkembangan pendidikan di Indonesia, dan yang paling parah lagi
perkembang pendidikan di bidang infrastruktur tidak terlaksana secara merata, karena sampai
saat ini pendidikan di daerah pelosok Indonesia sangat miris keadaanya. Itulah yang
menyebabkan pendidikan di Indonesia susah berkembang.
Oleh karena itu hadirnya sosok pemimpin di bidang pendidikan yang mampu merubah
paradigma budaya pendidikan dan mampu mengajak seluruh masyarakat dan pemerintah
Indonesia untuk lebih peduli dalam memperhatikan perkembangan pendidikan yang ada di
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pemimpin pendidikan?
2. Apa fungsi kepemimpinan pendidikan?
3. Bagaimana tipe-tipe kepemimpinan pendidikan?
4. Apa gaya kepemimpinan kepala sekolah?

C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui apa pengertian pemimpin
pendidikan, mengetahui bagaimana funsgi kepemimpinan pendidikan, mengetahui tipe-tipe
kepemimpinan pendidikan, dan mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah. Tentunya
makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca mengenai kepemimpinan di
dalam pendidikan, dan tentunya member manfaat bagi pembaca.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Pendidikan

Kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam kesiapan yang


dimiliki seseorang untuk dapat mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun,
menggerakkan, mengarahkan, dan jika perlu memaksa orang lain atau kelompok agar dapat
menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya terbuat sesuatu yang dapat membantu
tercapainya suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan.

Beberapa definisi kepemimpinan yang dikutip dari Purwanto, 2012:26-27 adalah:


1. Kepemimpinan adalah kekuatan (power) yang didasarkan atas tabiat atau watak yang
memiliki kekuasaan lebih, biasanya bersifat normatif (Etzoni),
2. Pemimpin adalah individu di alam kelompok yang memberikan tugas- tugas
pengarahan dan pengordinasian yang relevan dengan kegiatan-kegiatan kelompok
(Fiedler),
3. Kepemimpinan dalam organisasi-organisasi berarti penggunaan kekuasaan dan
pembuatan keputusan-keputusan (Dubin),
4. Hakikat kepemimpinan organisasi adalah penambahan pengruh terhadap dan di atas
pelaksanaa mekanis pengarahan-pengarahan rutin dari suatu organisasi (Ketz dan
Kahn),
5. Kepemimpinan terjadi di dalam kelompok dua orang yang lebih, dan pada umumnya
melibatkan pemberian pengaruh terhadap tingkah laku anggota kelompok dalam
hubungannya dengan pencapaian tujuan-tujuan kelompok (House dam Baetz).

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
sekumpulan dari serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk di dalamnya
kewibawaan, untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya
agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Hakikat dan arti kepemimpinan dapat didasarkan atas tiga komponen yaitu (1) ciri
atau sifat lembaga atau jabatan, (2) tabiat atau watak seseorang, dan (3) kategori tingkah laku
aktual. Katz dan Kahn (dalam Purwanto, 2012:27).

Kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan untuk menggerakkan pelaksanaan


pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercepai secara efektif
dan efisien.

B. Fungsi Kepemimpinan Pendidikan


Menurut Soetopo,1988:4-7 (dalam Prasetyo, 2014:2-3) ada dua fungsi kepemimpinan
pendidikan berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai antara lain:
1. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai antara lain:
(a) Memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan supaya
anggota-anggota selalu dapat menyadari dalam bekerja sama mencapai tujuan itu,
(b) memberi dorongan kepada para anggota kelompok serta menjelaskan situasi dengan
maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat
memberi harapan baik,
(c) membantu para anggota kelompok dalam mengumpulkan keterangan-keterangan
yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan-pertimbangan yang sehat,
(d)menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari anggota kelompok,
(e) memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirkan peranan, pikiran, dan
memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan masalah yang
dihadapi oleh kelompok,
(f) memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepada anggota dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kemampuan masing-masing demi
kepentingabn bersama.

2. Fungsi kepemimpinan pendidikan yang berhubungan dengan penciptaan suasana


pekerjaan yang sehat, antara lain:
(a) Memupuk dan memelihara kesediaan kerjasama didalam kelompok demi
tercapainya tujuan bersama,
(b) menanamkan dan memupuk perasaan pada anggota masing-masingmelalui
penghargaan terhadap usaha-usahanya,
(c) mengusahakan suatu tempat pekerjaan yang menyenangkan baik ruangan, baik
fasilitas maupun situasi,
(d) menggunakan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pimpinan untuk memberi
sumbangan dalam kelompok menuju pencapaian tujuan bersama.
C. Tipe-Tipe Kepemimpinan Pendidikan
Konsep seorang pemimpin pendidikan tentang kepemimpinan dan kekuasaaan yang
memproyeksikan diri dalam bentuk sikap kepemimpinan, sifat dan kegiatan yang
dikembangkan dalam lembaga pendidikan yang akan dipimpinnya sehingga akan
mempengaruhi kualitas hasil kerja yang akan dicapai oleh lembaga pendidikan tersebut.
Bentuk-bentuk kepemimpinan sering kita jumpai dalam kehidupan masyarakat sehari-
hari. Tetapi disekolahpun terdapat berbagai macam tipe kepemimpinan ini. Sebagai
pemimpin pendidikan yang officiat leader, yang cara kerja dan cara bergaulnya dapat
dipertanggungjawabkan dan bisa menggerakkan orang lain untuk turut serta mengerjakan
sesuatu yang berguna bagi kehidupannya. Berdasarkan sifat dan konsep kepemimpinan maka
ada tiga tipe pokok kepemimpinan yaitu:
1. Tipe otoriter (the autocratic style of leadership)
Pada kepemimpinan yang otoriter, semua kebijakan atau policy dasar ditetapkan
oleh pemimpin sendiri dan pelaksanaan selanjutnya ditugaskan kepada bawahannya. Semua
perintah, pemberian tugas dilakukan tanpa mengadakan konsultasi sebelumnya dengan orang-
orang yang dipimpinnya. Pemimpin otoriter berasumsi bahwa maju mundurnya organisasi
hanya tergantung pada dirinya. Dia bekerja sungguh-sungguh, belajar keras, tertib dan tidak
boleh dibantah.

2.Tipe Laissez faire (laissez-faire style of leadership)


Pada tipe laissez faire ini, pemimpin memberikan kebebasan yang seluas-luasnya
kepada setiap anggota staf di dalam tata prosedure dan apa yang akan dikerjakan untuk
pelaksanaan tugas-tugas jabatan mereka. Mereka mengambil keputusan dengan siapa ia
hendak bekerjasama. Dalam penetapannya menjadi hak sepenuhnya dari anggota kelompok
atau staf lembaga pendidikan itu.
Pemimpin ingin turun tangan bilamana diminta oleh staf, apabila mereka meminta
pendapat-pendapat pemimpin tentang hal-hal yang bersifat teknis, maka barulah ia
mengemukakan pendapat-pendapatnya. Tetapi apa yang dikatakannya sama sekali tidak
mengikat anggota. Mereka boleh menerima atau menolah pendapat tersebut.
Apabila hal ini kita jumpai di sekolah, maka dalam hal ini bila akan menyelenggarakan
rapat guru biasanya dilaksanakan tanpa kontak pimpinan (Kepala Sekolah), tetapi bisa
dilakukan tanpa acara. Rapat bisa dilakukan selagi anggota/guru-guru dalam sekolah tersebut
menghendakinya.

3. Tipe demokratis (democratic style of leadership)


Dalam tipe kepemimpinan ini seorang pemimpin selalu mengikut sertakan seluruh
anggota kelompoknya dalam mengambil keputusan, kepala sekolah yang bersifat demikian
akan akan selalu menghargai pendapat anggota/guru-guru yang ada dibawahnya dalam
rangka membina sekolahnya.
Sifat kepemimpinan yang demokratis pada waktu sekarang terdapat lebih dari 500 hasil
research tentang kepemimpinan, jika bahan itu dimanfaatkan dengan baik maka kita akan
dapat mempergunakan sikap kepemimpinan yang baik pula.
Dalam hasil research itu menunjukkan bahwa untuk mencapai kepemimpinan yang
demokratis, aktivitas pemimpin harus:
a. Meningkatkan interaksi kelompok dan perencanaan kooperatif.
b. Menciptakan iklim yang sehat untuk perkembangan individual dan memecahkan
pemimpin-pemimpin yang potensial.
Hasil ini dapat dicapai apabila ada partisipasi yang aktif dari semua anggota kelompok
yang berkesempatan untuk secara demokratis memberi kekuasaan dan tanggungjawab.
Pemimpin demokratis tidak melaksanakan tugasnya sendiri. Ia bersifat bijaksana di
dalam pembagian pekerjaan dan tanggung jawab. Dapat dikatakan bahwa tanggung jawab
terletak pada pundak dewan guru seluruhnya, termasuk pemimpin sekolah. Ia bersifat ramah
dan selalu bersedia menolong bawahannya dengan nasehat serta petunjuk jika dibutuhkan.

D. Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah

Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi atau
memberi motivasi orang lain untuk mampu melakukan berbagai tindakan yang selalu terarah
terhadap pencapaian tujuan bersama (organisasi). Cara ini mencerminkan sikap dan
pandangan pemimpin terhadap orang yang dipimpinnya, dan hal itu merupakan gambaran
gaya kepemimpinan. Kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tugas untuk memimpin
sekolah, bertanggungjawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di
sekolahnya. Dengan demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam
melaksanakan tugasnya dan fungsinya memerlukan suatu gaya dalam memimpin, dan hal
tersebut dikenal dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Menurut Purwanto (2012: ) gaya kepemimpinan adalah suatu cara atau teknik seseorang
dalam menjalankan suatu kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dapat pula diartikan sebagai
norma perilaku yang digunakan seseorang saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain
seperti yang ia lihat. Dalam hal ini usaha menselaraskan persepsi diantara orang yang akan
mempengaruhi perilaku dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.

Kepala sekolah di dalam melakukan tugasnya mempunyai karakteristik dan gaya


kepemimpinan untuk mencapai tujuan yang dharapkannya. Kepala sekolah mempunyai sifat,
kebiasaa, tempramen, watak, dan kebiasaan sendiri yang khas sehingga dapat
membedakannya dengan pemimpin yang lain.
Menurut Wahjosumidijo ada empat pola perilaku kepemimpinan yang lazim disebut
gaya kepemimpinan yaitu perilaku instruktif, konsulatif, partisipatif, dan delegatif.
a. Perilaku instruktif adalah komunikasi satu arah, pimpinan membatasi peranan
bawahan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan menjadi tanggung jawab
pemimpin pelaksanaan pekerjaan diawasi dengan ketat.
b. Perilaku konsultatif adalah pemimpin yang masih memberikan instruksi yang cukup
besar serta menentukan keputusan, diharapkan komunikasi dua arah dan memberikan
supportif terhadap bawahan, pemimpin mau mendengar keluhan dan perasaan
bawahan dalam mengambil keputusan, bantuan terhadap bawahan ditingkatkan tetapi
pelaksanaa keputusan tetap pada pemimpin.
c. Perilaku partisipatif adalah control atas pemecahan masalah dan pengambilan
keptusan antar pimpinan dan bawahan yang seimbang, pemimpin dan bawahan juga
sama-sama terlibat dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan,
komunikasi dua arah makin meningkat, pemimpin mendengarkan secara intensif
keluhan bawahannya, keikutsertaan bersama dalam pemecahan dan pengambilan
keputusan makin bertambah.
d. Perilaku delegatif adalah pemimpin mendiskusikan masalah yang dihadapinya
dengan bawahan dan selanjutnya mendelegasikan pengambilan keputusan seluruhnya
kepada bawahan, bawahan diberi hak menentukan langkah-langkah bagaiman
keputusan dilaksanakan, dan bawahan diberikan wewenang untuk menyelesaikan
tugas-tugas sesuai dengan keputusan sendiri.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan
dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya
yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.
Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:
(1). Rendahnya sarana fisik,
(2). Rendahnya kualitas guru,
(3). Rendahnya kesejahteraan guru,
(4). Rendahnya prestasi siswa,
(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
(7). Mahalnya biaya pendidikan.
Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan
mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan
kualitas guru serta prestasi siswa.

B. Saran
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan
kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam
segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin
ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir
akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat
dalam segala bidang di dunia internasional. Serta yang paling penting sosok pemimpin-
pemimpin yang mempunyai kemimpinan yang berani merubah dan meningkatkan mental
semangat mahasiswa untuk lebih semangat dalam meraih ilmu.

Anda mungkin juga menyukai