menggantikan peran Total Quality Management (TQM) yang selama ini biasa
digunakan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas. Implementasi Six
Sigma di lapangan ternyata tidak hanya sekedar untuk mengurangi cacat. Ini
menekankan perbaikan untuk proses bisnis secara umum, termasuk
pengurangan biaya, waktu siklus yang lebih pendek, kepuasan pelanggan yang
lebih besar dan metrik penting lainnya. Seperti inisiatif populer, Six Sigma telah
berkembang menjadi budaya seluruh strategi, yakni sebagai alat dan metode
statistik untuk meningkatkan laba usaha suatu produksi. Six Sigma sering
dituliskan dalam simbul 6 Six Sigma dimulai oleh Motorola ditahun 1980-an
dimotori oleh salah seorang engineer disana bernama Bill Smith atas dukungan
penuh CEO-nya Bob Galvin. Motorola menggunakan statistik tools diramu
dengan ilmu manajemen menggunakan financial metrix (yaitu Return on
Investment, ROI) sebagai salah satu metrix/ alat ukur dari quality improvement
process. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Dr. Mikel Harry
dan Richard Schroeder yang lebih lanjut membuat metode ini mendapat
sambutan luas dari petinggi Motorola dan perusahaan lain. Six sigma dapat
dijelaskan dalam dua perspektif, yaitu perspektif statistik dan perspektif
metodologi.