Melalui khutbah ini marilah kita memantapkan kembali tekad, Karena sudah diatus atas batas-batas kemampuan, baik
n, baik itu secara
komitmen, dan janji kita di dalam menjalankan apa yang telah fisik maupun secara pemahaman akal pikiran manusia. diperintahkan oleh Allah. Kita patuhi dengan sepenuhnya dalam Oleh karena itu, hukum dibebankan kepada orang yang sudah situasi dan keadaan apapun, kita senantiasa imtitsal mematuhi mukallaf. Mukallaf adalah orang yang bisa dibebani hukum. terhadap apa yang diperintahkan oleh Allah. Baik perintah ini al Beban hukum disebut dengan taklif. Ahkam at-Taklif adalah wajibat yang memang harus kita lakukan maupun perintah yang hukum-hukum yang memberikan pembebanan pada manusia. bersifat anjuran yang disebut al mandubat hal-hal yang Meskipun disana ada hukum sunah dan makruh, yang tidak ada dianjurkan. unsur pemaksaan tetapi oleh ulama disebut li at-Taghlib, Kita tinggalkan segala yang dilarang di dalam agama kita baik dianggap semua unsur hukum itu mempunyai unsur larangan itu yang berupa al muharramat yang memang harus kita membebankan. tinggalkan maupun larangan yang bersifat anjuran, sebaiknya kita Beban hukum hanya diberikan kepada mukallaf. Ukuran mukallaf tinggalkan disebut sebagai al makruhat. Kesadaran untuk itu berakal dan baligh. Kalau dalam bahasa kitab taqrib disebut mematuhi apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang wa huwa haddu at-taklif. Berakal dan baligh adalah batas. dilarang ini menjadi modal atau kapital yang paling berharga Merupakan ukuran standar dari pembebanan sebuah hukum. untuk mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di Kenapa? Karena hukum itu harus bisa dipahami. akhirat. Tidak mungkin Allah menetapkan hukum yang tidak dipahami Maasiral Muslimin Rahimakumullah oleh manusia. Maka harus punya akal. Manusia yang dibebani Sesungguhnya di dalam Islam sebagai agama yang sempurna, hukum itu adalam mereka yang aqilun. Dia bisa memahami semua tuntunan dalam (Islam) ini berpijak pada manusia. Kondisi, terhadap ketentuan hukum itu. Jika dia termasuk orang gila, kebutuhan, situasi, dan hal yang menyangkut konstruksi maka dia tidak terbebani hukum. Orang yang lupa itu bebas dari kemanusiaan itu menjadi titik sentral dan fokus setiap ketentuan hukum. Beda lagi dengan yang pura-pura lupa. Orang yang tidur hukum di dalam Islam. Karena ketentuan dalam agama itu sangat juga bebas dari hukum. Kenapa? Karena ketika dia melakukan manusiawi. Agama ini untuk manusia, bukan untuk Tuhan. sesuatu diluar batas kemampuan pemahaman dan akal pikiran yang dia lakukan. Semua aturan, hukum, dan syariat di dalam Islam ini adalah diberikan Allah dalam batas yang dimungkinkan untuk dilaksanakan oleh seorang manusia. Oleh karena itu, di dalam Baligh adalah ukuran untuk menentukan bahwa hukum Islam tidak ada hukum yang diluar batas kemampuan memerlukan kekuatan fisik (bagi mukallaf). Tidak mungkin kemanusiaan. Semuanya memungkinkan untuk kita lakukan. membebankan hukum kepada manusia atau anak yang belum secara fisik untuk melakukan itu. Meskipun dia punya disampaikan. Itu sudah diluar batas dan otoritas kemampuan kecerdasan. Jadi, anak kecil meskipun dia punya kecerdasan kita. Diluar tugas kita. dalam bahasa hukum dia tidak bisa dikatakan sebagai mukallaf. Orang mau berlaku baik atau tidak terhadap apa yang kita Belum bisa dibebani oleh hukum. sampaikan, mau menerima atau tidak, itu sudah diluar batas dan Ini artinya, bahwa hukum dan syariat yang diberikan Allah itu tugas yang dibebankan kepada kita. Oleh karena itu, tidak boleh sangat manusiawi sekali. Hukum itu diberikan dalam kadar ada pemaksaan terhadap suatu apa pun yang berkaitan dengan kemampuan manusia. Sudah umum manusia bisa melakukan itu. manusia. Karena agama diperuntukkan untuk manusia Sehingga Allah tidak mungkin mensyariatkan diluar batas berdasarkan standar kemampuan yang dimiliki oleh manusia. kemampuan manusia. Agama tidak memperbolehkan seseorang berlebihan. Terlalu Dan bahkan, dalam aturan hukum kita, ketika manusia dalam ekstrim. Sahabat yang tiap siang puasa terus-menerus, salat batas tertentu dia berada dibawah standar (ketentuan hukum) malam terus, dia tidak begitu peduli pada keluarganya, lalu nabi itu, karena ada masalah atau kondisi tertentu, tidak menegus sahabat itu. Tidak seperti itulah, tidak segitunya (dalam memungkinkan untuk melakukan hukum pada tingkat pertama beribadah). yang disebut hukum azimah, maka dia diberikan rukshoh. Makanya dalam Islam ada waktu-waktu tahrim. Puasa pun di Rukshoh adalah dispensasi atau keringan untuk tidak melakukan hari-hari tahrim itu diharamkan. Kenapa? Karena agama itu untuk hukum sesuai standar hukum yang pertama tadi. manusia, bukan untuk Tuhan. Agama untuk menata kehidupan Sehingga siapa pun yang menetapkan hukum untuk manusia, manusia, bukan untuk kepentingan Allah Swt. pahamilah manusia. Negara ketika akan menetapkan hukum dan Maka sepatutnya kita lakukan semua itu dengan baik. Tidak boleh kebijakan, pahamilah rakyatmu. Rakyatmu itu manusia. Jangan ada paksaan bahwa agama itu membebani. Tidak boleh juga membuat sebuah undang-undang dan kebijakan diluar batas manusia itu membiarkan (hidup) tanpa agama. Hidup dengan kemanusiaan. Demikian seorang pimpinan, yang mengatur pada kebebasan tanpa aturan juga tidak boleh. Karena agama manusia yang lain, maka pimpinan harus betul-betul memahami sesungguhnya sudah memberikan aturan yang sesuai dengan terhadap sesungguhnya yang akan dibebani hukum itu adalah kondisi dan keadaan manusia itu sendiri. Sekali lagi, agama untuk manusia. manusia bukan untuk Tuhan. Oleh karena itu, tidak ada perintah agama yang memaksakan .
diluar kemampuan batas kita. Bertabligh. Dakwah itu perlu seni. Tidak hitam-putih. Dakwah itu perlu cara dan metode. Kewajiban
kita ini menyampaikan. Kewajiban rasul pun muballighun. In anta illa balagh. Tetapi manusia itu mau menerima atau tidak apa yang