A DENGAN
TUNA RUNGU DI SLB AC MANDARA
KENDARI
OLEH :
ANRIANI, S.Kep
NIM. P201601226
CI LAHAN CI INSTITUSI
suara yang pada umumnya ada pada ciri fisik orang tuna rungu.
Cacat ganda merupakan keadaan dimana terjadi kerusakan atau
yang optimal.
c. 27 40 db : Mempunyai kesulitan mendengar bunyi bunyi yang
gangguan wicara.
4. Patofisiologi
Permasalahan yang paling utama dalam perkembangan anak-
lunak agar udara tidak memasuki rongga hidung dan pengatupan bibir
pada saat telah terjadi getaran pita suara. Proses ini masih diikuti
dengan gerakan tertentu dari otot-otot lidah, rongga mulut dan gigi
kerusakan pada struktur koklea dan nervus akustik berupa atrophi dan
gangguan wicara.
5. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang timbul pada anak yang mengalami
adalah :
a. Pendengaran akan berkurang secara perlahan-lahan, progresif dan
retardasi mental).
Kegagalan untuk terbangun oleh kebisingan lingkungan yang
bunyi.
b. Vokalisasi dan Produksi Bunyi
Kualitas monoton, bicara tidak jelas, kurang tertawa.
Kualitas normal pada kehilangan auditorius pusat.
Kurang pengalaman bermain bunyi dan menjerit.
Penggunaan normal jargon selama awal masa bayi kehilangan
auditorius pusat.
Tidak ada gumanan atau perubahan nada suara pada usia 7
tahun.
Kegagalan untuk mengembangkan bicara yang jelas pada usia 24
bulan.
Bermain vokal, membenturkan kepala, atau ketukan kaki untuk
verbal.
Waspada pada sikap tubuh dan gerakan.
Penggunaan sikap tubuh bukan verbalisasi untuk
percakapan.
Sering tidak memperhatikan kecuali jika lingkungan tenang dan
anak yaitu :
a. Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala yang
meliputi :
Tes penala
Tes Rinne
Tes Weber
Tes Schwabach
b. Pemeriksaan secara kuantitatif yang meliputi :
Free field test untuk menilai kemampuan anak dalam memberikan
7. Penatalaksanaan
Penemuan kasus gangguan pendengaran dan bicara serta
kerjasama dengan sejumlah ahli dari berbagai disiplin ilmu, antara lain:
dokter THT, dokter syaraf anak, ahli psikologi, ahli jiwa, dan ahli terapi
bicara.
exchange transfusi
Asfiksia berat
Prematuritas
Infeksi virus perinatal kongenital (sitomegalivirus, rubela, herpes,
sifilis, toksoplasmosis)
Anomali kongenital yang mengenai kepala dan leher
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Immunisasi
Penyakit sistem syaraf seperti meningitis bakterial
Kejang
Demam tinggi yang tidak diketahui penyebabnya
Obat ototoksik
Pilek, infeksi telinga dan alergi
Kesulitan penglihatan
Terpapar bising yang berlebihan
f. Perkembangan Pendengaran
Kekhawatiran orang tua mengenai kerusakan pendengaran (apa
berdandan
i. Perilaku Adaptif
Aktivitas bermain
Sosialisasi dengan anak lain
Perilaku ; tempertranum, menyerang, self-vexation, stimulus
fibrasi
Pencapaian pendidikan
Perilaku terbaru/atau perubahan kepribadian
2. Diagnosa
a. Perubahan persepsi/sensori (auditorius) berhubungan dengan
kerusakan pendengaran.
b. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan ketidakmampuan
pada anak.
e. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan bahaya lingkungan,
infeksi.
f. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
RESUME
B. Pengkajian
Keluhan utama yaitu ibu klien mengatakan An. A tidak bisa
An. A lahir dengan asfiksia berat sehingga perlu penanganan khusus dari
20 kali/menit, suhu 37 0C), tinggi badan 152 cm, berat badan 50 kg, anak
tidak berespon terhadap suara, lebih responsif pada gerakan dari pada
bunyi.
Berdasarkan hasil pengkajian maka data dapat diklasifikasikan
sebagai data subyektif dan data obyektif. Data subyektif yaitu ibu klien
mengatakan An. A tidak bisa mendengar dan berbicara. Data obyektif yaitu
anak tidak berespon terhadap suara, lebih responsif pada gerakan dari
pada bunyi.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan persepsi/sensori (auditorius) berhubungan dengan
D. Intervensi
1. Perubahan persepsi/sensori (auditorius) berhubungan dengan
kerusakan pendengaran.
Tujuan : Anak mengalami potensial pendengaran maksimum.
Kriteria hasil : Anak memerlukan dan menggunakan alat bantu
dengar dengan tepat.
Intervensi :
a) Bantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.
b) Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.
c) Tekankan pada keluarga pentingnya penyimpanan alat batu
baik
Intervensi :
a) Dorong keluarga untuk ikut dalam program rehabilitasi dengan
bahasa spontan.
e) Ajarkan keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak tentang
E. Implementasi
1. Perubahan persepsi/sensori (auditorius) berhubungan dengan
kerusakan pendengaran.
a) Membantu keluarga mencari penyalur alat bantu dengar.
Hasil : Ibu akan mencari alat bantu dengar untuk An. A.
b) Mendiskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat.
Hasil : Ibu klien memahami apa yang disampaikan oleh perawat.
c) Menekankan pada keluarga pentingnya penyimpanan alat bantu
dengar dan ajari anak untuk menggunakan dan mengatur alat bantu
dengar tersebut.
Hasil : Ibu paham.
d) Membantu anak berfokus pada semua bunyi dilingkungan dan
bahasa spontan.
Hasil : An. A tidak dapat berbicara secara spontan.
e) Mengajarkan keluarga dan orang lain yang terlibat dengan anak
F. Evaluasi
Diagnosa 1 :
S :-
O : - Anak belum menunjukan tanda-tanda peningkatan perkembangan
fisik
- Anak memerlukan dan menggunakan alat bantu dengar
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
Diagnosa 2 :
S :-
O : - Anak menunjukan kemampuan untuk membaca gerak bibir
- Anak berkomunikasi dengan cara yang diajarkan
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan