Anda di halaman 1dari 11

PERCOBAAN 1

PENENTUAN RAPAT MASSA

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 Tujuan Percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mengetahui cara mengukur rapat massa
dan menentukan besarnya rapat massa cairan dan padatan yang tidak berongga.

1.1.2 Latar Belakang


Secara umum densitas atau rapat massa () suatu zat merupakan
perbandingan antara nilai massa zat dengan volume zat tersebut dengan satuan SI
gr.cm-3 atau Kg.m-3. Massa jenis dari suatu fluida homogen dapat bergantung
banyak faktor, seperti temperatur fluida dan tekanan yang mempengaruhi
temperatur tersebut. Untuk cairan, maka massa jenis sangat sedikit berubah pada
jangkauan tekanan dan temperatur yang lebar, dan kita dengan aman dapat
memperlakukan massa jenis tersebut sebagai suatu konstanta.
Awalnya penggunaan density log (log rapat massa) dipakai dalam industri
eksplorasi minyak sebagai alat bantu interpetasi porositas. Kemudian dalam
eksplorasi batubara dikembangkan menjadi unsur utama dalam identifikasi
ketebalan bahkan kualitas steam batubara. Di mana rapat massa batubara sangat
khas yang hanya setengah kali rapat massa batuan lain pada umumnya. Sedangkan
untuk hukum Archimedes sendiri, pengaplikasiannya banyak terdapat pada
pembuatan kapal selam dan juga pada pengoperasian balon udara. Maka dengan
melakukan percobaan ini praktikan akan dapat menerapkan prinsip rapat massa
dalam aplikasi-aplikasi tersebut.

1.2 DASAR TEORI

Pada dasarnya suatu benda dalam wujud makroskopis dapat dibedakan atas
benda padat dan fluida. Wujud benda yang terakhir ini dibedakan dengan yang

I-1
pertama, karena fluida dapat mengalir atas dirinya sedang benda padat tak dapat.
Karena zat yang dapat mengalir itu hanyalah zat cair dan gas, maka keduanya
termasuk fluida (Renreng, 1984: 220).
Kerapatan suatu fluida, dilambangkan dengan huruf (rho), didefinisikan
sebagai massa fluida persatuan volume. Kerapatan biasanya digunakan untuk
mengkateristikkan massa sebuah sistem fluida. Dalam sistem BG, mempunyai
satuan slugs/ft3 dan dalam satuan SI adalah kg/m3. Nilai kerapatan dapat
bervariasi cukup besar di antara fluida yang berbeda, namun untuk zat-zat cair,
variasi tekanan dan temperatur umumnya hanya memberikan daftar nilai
kerapatan beberapa zat cair yang umum. Kerapatan air pada 60oF adalah 1,94
slugs/ft3 atau 999 kg/m3. Perbedaan yang besar dari kedua nilai tersebut
menunjukkan pentingnya kita memperhatikan satuan. Tidak seperti zat cair,
kerapatan sebuah gas sangat dipengaruhi oleh tekanan dan temperaturnya
(Bruce, 2003: 14).
Ada suatu perbedaan di dalam cara sebuah gaya permukaan bereaksi pada
suatu fluida dan pada suatu benda padat. Untuk suatu benda padat tidak ada
batasan-batasan pada gaya arah seperti itu, tetapi untuk suatu fluida yang diam
maka gaya permukaan harus selalu diarahkan tegak-lurus kepada permukaan.
Karena suatu fluida yang diam tidak dapat menahan sebuah gaya tangensial;
lapisan-lapisan fluida tersebut akan meluncur di atas lapisan lainnya bila fluida
tersebut dipengaruhi oleh gaya seperti itu. Sesungguhnya, ketidakmampuan fluida
untuk menolak gaya-gaya tangensial seperti itu (atau tegangan geser) yang
memberikan kemampuan karakteristik kepada fluida tersebut untuk mengubah
bentuknya atau untuk mengalir (Halliday, 1985: 554).
Rapat gas-gas bisa dihitung dengan menggunakan persamaan keadaan gas
atau
Pvs
R (Hukum Boyle dan Charles) ..........(1.1)
T
dimana P adalah tekanan mutlak dalam pascal, vs volume spesific per satuan
massa m3/kg, suhu T adalah suhu mutlak dalam derajat Kelvin (273 + oCelcius)

I-2
dan R merupakan tetapan gas dalam J/kg K. Karena =1/vs persamaan di atas bisa
dituliskan
P
= .(1.2)
RT
Pada peristiwa-peristiwa khususnya yang berkenaan dengan cairan digunakan
hasil kali ini yang disebut berat spesifik. Dalam satuan SI akhirnya kata spesifik
harus digunakan semata-mata untuk menguraikan sifat-sifat per satuan massa dan
istilah berat spesifik tidak lagi digunakan (Gilles, 1996: 2).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus. Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih
sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa
sejumlah volume air yang sama pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu.
Berat jenis dapat ditentukan dengan piknometer, neraca Mohr-Westphal dan
hidrometer (Martin, 1990: 8).
Hidrometer digunakan untuk menunjukkan berat jenis zat cair. Dapat juga
digunakan untuk mengukur massa jenis cairan secara langsung, misalnya massa
jenis aki. Hidrometer mempunyai bentuk tabung atau pipa tertutup dengan
diameter yang berbeda-beda. Perangkat hidrometer yang satu untuk cairan yang
lebih besar berat jenisnya daripada berat jenis air, dan yang kedua untuk zat cair
yang lebih ringan (Subroto, 2000: 63).

Gambar 1.1 Hidrometer dan Cara Pembacaan Hidrometer

I-3
Konsep kerja hidrometer berdasarkan gaya ke atas di dalam zat cair.
Semakin dalam panjang hidrometer yang tengelam maka massa jenis zat cair yang
diukur lebih kecil dan semakin dangkal panjang hidrometer yang tenggelam maka
massa jenis zat cair yang diukur lebih besar. Hal ini karena adanya gaya apung
yang dikerjakan zat cair terhadap hidrometer. Pada zat cair dengan massa jenis
lebih kecil, gaya apung yang dikerjakannya kecil pula sehingga panjang
hidrometer yang tercelup lebih besar. Dan pada zat cair dengan massa jenis lebih
besar, gaya apung yang dikerjakannnya besar sehingga panjang hidrometer yang
tercelup lebih kecil (dangkal). Piknometer digunakan sebagai alat bantu dalam
mengukur berat jenis bitumen. Berat jenis bitumen adalah perbandingan antara
berat bitumen dengan berat air suling dengan isi yang sama pada suhu tertentu.
Piknometer berbentuk seperti gelas beker dengan penutup dan skala millimeter
(Anonim3, 2009).
Tabel 1.1 Massa Jenis Beberapa Bahan dan Benda dalam kg/m3
Bahan/Benda Kerapatan
Ruang antarbintang 10-18 10-21
Vakum laboratorium yang terbaik ~ 10-17
Hidrogen: pada 0oC dan 1,0 atm 9,0x10-2
Udara: pada 0oC dan 1,0 atm 1,3
pada 100oC dan 1,0 atm 0,95
Pada 0oC dan 50 atm 6,5
Busa styro ~ 1x10-2
Es 0,92x103
Air: pada 0oC dan 1,0 atm 1,000x103
pada 100oC dan 1,0 atm 0,958x103
pada 0oC dan 50 atm 1,002x103
Aluminium 2,7x103
Air raksa 1,36x104
Platina 2,14x104
Bumi: massa jenis rata-rata 5,52x103
massa jenis inti 9,5x103

I-4
massa jenis kerak 2,8x103
Matahari: massa jenis rata-rata 1,4x103
massa jenis di pusat ~ 1,6x103
Bintang cebol putih (massa jenis pusat) 108-1015
Inti uranium ~1017
(Halliday, 2005: 555-556).
Prinsip Archimedes menyatakan benda yang seluruhnya atau sebagian
tenggelam dalam fluida mengalami gaya apung sebesar berat fluida yang
dipindahkan. Gaya apung ini dianggap bekerja dalam arah vertikal ke atas dan
melalui titik pusat gravitasi. Gaya mengapung (bouyant force) pada sebuah benda
yang direndam adalah
F(ke atas) = Vg (f o) (1.4)
dengan Vg adalah volume benda, f adalah massa jenis fluida, dan o adalah
massa jenis benda (Bueche, 1989; 115).

1.3 METODOLOGI PERCOBAAN

1.3.1 Alat dan Deskripsi Alat


Percobaan ini menggunakan alat-alat antara lain piknometer 15 ml, neraca
analitk, gelas beker (200, 500, dan 2000 mL), sudip, gelas ukur 100 mL,
termometer, pipet tetes, dan gelas arloji.

Deskripsi Alat

Keterangan:
1. Lubang Piknometer
2. Tutup Piknometer
3. Tabung Ukur

Gambar 1.2 Alat Piknometer

I-5
1.3.2 Bahan
Percobaan ini menggunakan bahan-bahan antara lain akuades, es batu,
garam, dan batu.

1.3.3 Prosedur Percobaan


1.3.3.1 Menentukan Rapat Massa Cairan
1. Menimbang piknometer kosong dan mencatat beratnya.
2. Mengambil akuades dalam gelas beker 500 mL dan mengukur suhunya.
3. Menurunkan suhunya sampai 19oC, bila suhu terlalu tinggi diberi es batu di
sekelilingnya.
4. Memasukkan akuades ke dalam piknometer, menimbang dan mencatat
beratnya. Melakukannya sebanyak 5 kali.
5. Mengulangi percobaan untuk larutan garam (50 gr garam + 250 mL akuades).

1.3.3.2 Menentukan Rapat Massa Padatan


1. Menimbang batu dengan neraca analitik dan memasukkan 30-40 mL akuades
ke dalam gelas ukur.
2. Jumlah air yang naik = volume batu yang dipindahkan.
3. Melakukannya sebanyak 5 kali.

1.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1.4.1 Hasil Pengamatan


Tabel 1.2 Pengukuran pada Akuades suhu < 20oC
mpiknometer
No. mpiknometer + akuades (gram) Vakuades (mL)
(gram)
I 13,6 27,6 15
II 13,6 27,0 15
III 13,6 27,4 15
IV 13,6 27,2 15
V 13,6 27,4 15

I-6
Tabel 1.3 Pengukuran pada Larutan Garam suhu < 20oC
mpiknometer
No. mpiknometer + lar. garam (gram) Vakuades (mL)
(gram)
I 13,6 27,8 15
II 13,6 27,8 15
III 13,6 27,7 15
IV 13,6 27,4 15
V 13,6 27,5 15

Tabel 1.4 Pengukuran Padatan Batu


Vo gelas ukur Vkenaikan akuades dalam gelas ukur
No. Mbatu (gram)
(ml) (mL)

I 6,6 50 52
II 6,6 50 53
III 6,6 50 52
IV 6,6 50 52
V 6,6 50 52,5

1.4.2 Hasil Perhitungan


Tabel 1.5 Hasil Perhitungan Rapat Massa Akuades

No. makuades (gram) Vpiknometer (mL) (g/ml)

I 13,7 15 0,9133
II 13,4 15 0,8933
III 13,8 15 0,9200
IV 13,6 15 0,9067
V 13,8 15 0,9200

I-7
Tabel 1.6 Hasil Perhitungan Rapat Massa Larutan Garam

No. Mlarutan garam (gram) Vpiknometer (mL) (g/ml)

I 14,2 15 0,9483
II 14,2 15 0,9483
III 14,1 15 0,9303
IV 13,8 15 0,9240
V 13,9 15 0,9172

Tabel 1.7 Hasil Perhitungan Rapat Massa Padatan Batu

No. Mbatu (gram) Vbatu(mL) (g/ml)

I 2,0 6,6 3,30


II 3,0 6,6 3,20
III 2,0 6,6 3,30
IV 2,0 6,6 3,30
V 2,5 6,6 2,64

1.4.3 Pembahasan
Massa jenis adalah pengukuran massa setiap satuan volume benda.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Massa jenis ratarata setiap benda merupakan total massa dibagi
dengan total volumenya. Sebuah benda yang memiliki massa jenis lebih tinggi
(misalnya besi) akan memiliki volume yang lebih rendah daripada benda
bermassa sama yang memiliki massa jenis lebih rendah (misalnya air). Satuan SI
massa jenis adalah kilogram per meter kubik (Kg.m-3). Massa jenis berfungsi
untuk menentukan zat. Setiap zat memiliki massa jenis yang berbeda. Dan satu zat
berapapun volumenya akan memiliki massa jenis yang sama.
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan rapat massa () dari cairan dan
padatan yang tidak berongga. Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini
adalah akuades dan larutan garam, sedangkan padatan yang digunakan adalah

I-8
batu. Alat yang digunakan untuk menentukan rapat massa cairan pada akuades
dan larutan garam adalah piknometer serta yang digunakan untuk menentukan
rapat massa adalah gelas ukur untuk mengukur volumenya (selisih kenaikan
akuades).
Piknometer didesain untuk mempertahankan suhu dengan cara
memvakumkan ruangan, sehingga cairan yang akan diukur rapat massanya berada
dalam volume dan temperatur yang tetap. Larutan yang telah divakumkan artinya
tidak ada gelembung udara di dalam piknometer sehingga ketepatan dalam
pengukuran massa dan volume dapat dicapai secara maksimal.
Suhu yang digunakan untuk mengukur rapat massa akuades pada
percobaan ini adalah kurang dari 20oC. Pengkondisian ini penting untuk menjaga
agar suhu tidak cepat naik melebihi 20oC karena akan mempengaruhi rapat massa
cairan itu sendiri. Suhu dikhawatirkan cepat naik karena praktikan tidak bekerja
pada kondisi standar (25oC). Jika digunakan suhu kurang dari 20oC, peningkatan
suhu tidak akan terlalu besar. Penentuan rapat massa ini sangat rentan terhadap
perubahan suhu.
Bila suhu mengalami kenaikan, maka volume dari zat tersebut akan lebih
mudah mengalami pemuaian, sehingga nilai pada variabel volumenya berubah,
yaitu akan menjadi semakin kecil. Akibatnya terjadi perubahan nilai densitas, bila
suhu mengalami penurunan maka volume akan menyusut, hingga nilai dari
densitas akan berubah., yakni menjadi lebih besar. Oleh karena itu, rapat massa
suatu zat merupakan fungsi dari suhu. Besarnya densitas berbanding terbalik
dengan volume suatu zat yang diujikan.
Pada air, dikenal istilah anomali air yang berarti penyimpangan sifat air.
Antara suhu 0oC sampai 4oC volume air berkurang (menyusut) seiring
bertambahnya suhu. Secara teoritis, massa jenis air pada 3oC seharusnya lebih
besar dari 4oC, sehingga jika didinginkan seharusnya volume air menyusut,
namun kenyataannya, justru akan memuai. Pemuaian berhenti ketika suhu
mencapai 0oC, yaitu ketika air membeku. Volume air juga semakin bertambah
ketika membeku (terjadi pemuaian volume). Hal ini menyimpang dari teoritis
dikarenakan pada rentang suhu tersebut terjadi perubahan dari cair menjadi padat

I-9
(es batu) dan sebaliknya, hingga menyebabkan ikatan antar molekul menjadi lebih
rapat saat dalam keadaan padat (membeku).
Penentuan nilai rapat massa padatan dari batu menggunakan aplikasi dari
hukum Archimedes. Jika sebuah benda dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke
dalam suatu fluida yang diam, maka setiap permukaan benda mendapatkan gaya
tekan sebagai kenaikan volume yang dlakukan oleh fluida. Pada percobaan ini,
batu sebagai bendanya dan akuades sebagai fluidanya. Batu yang dimasukkan ke
dalam gelas ukur mengalami kenaikan volume air dari volume awalnya, sehingga
jumlah air yang naik sama dengan volume batu.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa akuades pada suhu kurang dari 20oC
dari rata-rata 5 kali percobaan adalah sebesar 0,9106 g/ml. Niilai tersebut hampir
menyamai teoritis dari densitas akuades pada suhu 20oC yaitu sebesar 0,998 gr/ml
(Himmelblau, 2004). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa larutan garam

sebanyak 5 kali percobaan diperoleh rata-rata larutan garam sebesar 0,9360 g/ml.
Densitas batu yang diperoleh dari 5 kali percobaan rata-rata batu sebesar 2,948
g/ml. Dapat dituliskan bahwa akuades > larutan garam > batu.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat dianalisis bahwa densitas
larutan garam lebih besar dibanding densitas akuades. Adanya perbedaan ini
disebabkan oleh perbedaan struktur dan ikatan molekul setiap zat. Struktur
molekul larutan garam lebih rapat daripada akuades, akibatnya ada penambahan
konsentrasi zat lain di dalam cairan. Dengan struktur-struktur molekul yang lebih
rapat menyebabkan massa dari zat tersebut juga bertambah, sehingga berdampak
pada peningkatan densitas zat tersebut (densitas berbanding lurus dengan massa).
Pada hasil perhitungan juga menunjukkan bahwa ternyata rapat massa
cairan lebih kecil dibandingkan dengan padatan. Hal ini disebabkan karena gaya
tarik yang ditimbulkan masing-masing zat dan banyaknya molekul zat tersebut.
Molekul-molekul padatan lebih rapat dan ikatan antarmolekulnya lebih kuat
dibandingkan dengan larutan. Nilai rapat massa padatan (batu) yang lebih besar
daripada akuades atau larutan garam inilah yang membuat batu akan selalu
tenggelam apabila dimasukkan ke dalam suatu cairan (kecuali larutan tersebut
memiliki rapat massa lebih besar daripada padatan tersebut).

I-10
1.5 PENUTUP

1.5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Rapat massa suatu cairan dapat diukur dengan menggunakan alat piknometer
dan rapat massa suatu padatan dapat diukur dengan menggunakan prinsip
hukum Archimedes.
2. Rapat massa cairan lebih kecil daripada rapat massa padatan.
3. Rapat massa rata-rata akuades pada suhu < 20oC sebesar 0,9106 g/ml.
4. Rapat massa rata-rata larutan garam pada suhu < 20oC sebesar 0,9360 g/ml.
5. Rapat massa rata-rata batu sebesar 2,948 g/ml.

1.5.2 Saran
Saran untuk percobaan ini adalah sebaiknya alat yang digunakan dalam
keadaan kering dan lebih cermat dalam melakukan penimbangan. Selain itu,
dalam pengisian piknometer diusahakan sampai penuh.

I-11

Anda mungkin juga menyukai