Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH BIOFISIKA

PENGUKURAN TUBUH KEHILANGAN PANAS MELALUI KULIT

Dosen Pembimbing:

Dr. M ALI SHAFII

Oleh:

WIDI MULIA NASUTION

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas karunia yang telah diberikan,
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Biofisika. Makalah ini berjudul Pengukuran Tubuh
Kehilangan Panas Melalui Kulit. Dalam penyelesaian makalah ini penulis tidak terlepas
dari berbagai bantuan dari banyak pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak
terima kasih untuk kedua orang tua yang telah memberi bantuan materi dan moril, dosen
pembimbing mata kuliah Biofisika, Bapak Dr. M Ali Shafii yang telah memberikan banyak
bimbingan selama perkuliahan berlangsung, teman-teman seperjuangan yang telah
memberikan semangat dan motivasi di dalam masa perkuliahan serta pihak-pihak lain yang
tidak bisa disebutkan satu per satu dalam makalah ini.
Makalah ini sangat jauah dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya membangun sangat diharapakan, untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Padang, Oktober 2016

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Maslah ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tubuh kehilangan panas ............................................................................................. 2
2.2 Penyebab tubuh manusia berfluktuasi setiap saat ...................................................... 2
2.3 Mekanisme tubuh saat suhu tubuh berbah .................................................................. 4
2.4 Proses tubuh kehilangan panas ................................................................................... 4
2.5 Pengukuran tubuh kehilangan panas melalui kulit ..................................................... 7
2.6 Sistem pengaturan suhu tubuh .................................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 9
3.2 Saran ........................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Suhu permukaan bumi selalu berubah sesuai intensitas cahaya matahari yang sampai ke
permukaan bumi. Selain itu, suhu tubuh manusia dapat kehilangan panas akibat perubahan
suhu tubuh. Suhu disetiap daerah selalu berbeda, sesuai dengan kelembapan, ketinggian, dan
faktor lain yang data memengaruhi suhu suatu daerah.
Dengan keadaan demikian, seseorang akan sulit beradaptasi dengan adanya siang dan
malam. Pada siang hari suhu sangat tinggi, sementara malam harinya cenderung dingin.
Dengan kedan tersebut manusia akan mendapat panas dan kehilangan panas yang tidak
beraturan. Jika hal ini terus berlanjut, maka manusia rentan diserang penyakit, terutama
demam dan flu.
Pada makalah ini, kami akan mencoba membahas pengukuran tubuh kehilangan panas
melalui kulit sehingga didapatkan suhu tubuh yang konstandan dapat beradapatasi dengan
baik terhadap perubahan suhu dan cuaca.

1.2 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui maksud tubuh kehilangan panas
2. Mengetahui penyebab tubuh manisia berfluktuasi setiap saat mekanisme tubuh saat
suhu tubuh berubah
3. Mengetahui mekanisme tubuh saat suhu tubuh
4. Mengetahui proses tubuh kehilangan panas melalui kulit
5. Mengetahui bagaimaa cara pengukuran tubuh kehilangan panas melalui kulit
6. Mengetahui sistem pengaturan suhu tubuh agar tetap konstan

1.3 RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang dimaksud dengan tubuh kehilangan panas?
2. Apa yang menyebabkan tubuh manusia berfluktuasi setiap saat?
3. Bagaimana mekanisme tubuh saat suhu tubuh berubah?
4. Mengapa tubuh dapat kehilangan panas melalui kulit?
5. Bagaimana cara mengukur proses tubuh kehilangan panas melalui kulit?
6. Bagaimana tubuh dapat mempertahankan suhu tetap konstan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tubuh Kehilangan panas


Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan
tidak tergantung pada suhu lingkungan. Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang
memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh
dalam keadaan konstan. Panas yang dihasilkan tubuh sebenarnya merupakan produk
tambahan proses metabolisme yang utama. Suhu tubuh itu dihasilkan dari beberapa aktivitas
tubuh seperti :
1. Laju metabolisme basal di semua sel tubuh.
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi otot akibat
menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil hormon lain,
misalnya hormon pertumbuhan .
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan rangsangan
simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu sendiri
terutama bila temperatur menurun.
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal beberapa jenis suhu yanga ada.
Antara lain :
- suhu inti (core temperatur)
yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan
rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37C).
- suhu permukaan (surface temperatur)
yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya
dapat berfluktuasi sebesar 20C sampai 40C.

2.2 Penyebab tubuh manusia berfluktuasi setiap saat


Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang dapat
menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh adalah sebagai
berikut:
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi dampak
jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana disebutkan
pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi 100%
lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak coklat yang
tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hamper seluruh metabolisme lemak
coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini dipengaruhi

2
stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi epineprin dan norepineprin
yang meningkatkan metabolisme.

3. Hormon pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hamper semua reaksi kimia dalam tubuh
sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme menjadi 50-
100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira 10-
15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih bervariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3 0,6C di atas
suhu basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme sebesar
120% untuk tiap peningkatan suhu 10C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20 30%. Hal
ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan
lemak tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan
isolator yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan
sepertiga kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktivitas
Aktivitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan gesekan
antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan (aktivitas) dapat
meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3 40,0 C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat menyebabkan
mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat pirogen yang
dikeluarkan pada saai terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu tubuh.
Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat menyebabkan
mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh dapat
hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
3
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.

2.3 Mekanisme tubuh saat suhu tubuh berubah


1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat
a. Vasodilatasi
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat pada
kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit hingga
delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang melewati
batas kritis, yaitu 37C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan pengeluaran
panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1C akan menyebabkan
pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu membuang panas tubuh
yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih besar. Pengeluaran keringat
merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu meningkat melampaui ambang
kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh pengeluaran impuls di area preoptik
anterior hipotalamus melalui jaras saraf simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian
menyebabkan rangsangan pada saraf kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang
produksi keringat. Kelenjar keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena
rangsangan dari epinefrin dan norefineprin.
c. Penurunan pembentukan panas
Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan menggigil
dihambat dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun


a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis hipotalamus posterior.
b. Piloereksi
Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada folikel rambut
berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi pada binatang tingkat rendah,
berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai isolator panas terhadap lingkungan.
c. Peningkatan pembentukan panas
Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui mekanisme menggigil,
pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta peningkatan sekresi tiroksin.

2.4 Proses tubuh kehilangan panas melalui kulit


Sebagian besar pembentukan panas dalam tubuh dihasilkan oleh organ dalam terutama
hati, otak, jantung, dan otot rangka selama berolahraga. Kemudian panas ini dihantarkan dari
organ dan jaringan yang lebih dalam ke kulit, yang kemudian dibuang ke udara dan

4
lingkungan sekitarnya, oleh karena itu, laju kehilangan panas hampir seluruhnya ditentukan
oleh 2 faktor, yaitu:
1. Seberapa cepat panas yang dapat dikonduksi dari tempat asal panas dihasilkan, yakni
dari dalam inti tubuh ke kulit.
2. Seberapa cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit ke lingkunan.
Teradapat 4 mekanisme kehilangan panas, yaitu:

Gambar 1. Mekanisme tubuh kehilangan panas

1. Radiasi
Radiasi ialah pemindahan panas atas dasar gelombang-gelombang elektromagnetik.
Misalnya tubuh manusia akan mendapat panas pancaran dari setiap permukaan dari suhu
yang lebih tinggi dan ia akan kehilangan panas atau memancarkan panas kepada setiap obyek
atau permukaan yang lebih sejuk dari tubuh manusia itu. Panas pancaran yang diperoleh atau
hilang, tidak dipengaruhi oleh gerakan udara, juga tidak oleh suhu udara antara permukaan-
permukaan atau obyek-obyek yang memancar, sehingga radiasi dapat terjadi di ruang hampa.
Radiasi adalah mekanisme kehilangan panas tubuh dalam bentuk gelombang panas
inframerah. Gelombang inframerah yang dipancarkan dari tubuh memiliki panjang
gelombang 5 20 mikrometer. Tubuh manusia memancarkan gelombang panas ke segala
penjuru tubuh. Radiasi merupakan mekanisme kehilangan panas paling besar pada kulit
(60%) atau 15% seluruh mekanisme kehilangan panas.
Panas adalah energi kinetic pada gerakan molekul. Sebagian besar energi pada gerakan ini
dapat di pindahkan ke udara bila suhu udara lebih dingin dari kulit. Sekali suhu udara
bersentuhan dengan kulit, suhu udara menjadi sama dan tidak terjadi lagi pertukaran panas,
yang terjadi hanya proses pergerakan udara sehingga udara baru yang suhunya lebih dingin
dari suhu tubuh.
2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas akibat paparan langsung kulit dengan benda-benda
yang ada di sekitar tubuh. Biasanya proses kehilangan panas dengan mekanisme konduksi
sangat kecil. Sentuhan dengan benda umumnya memberi dampak kehilangan suhu yang kecil
karena dua mekanisme, yaitu kecenderungan tubuh untuk terpapar langsung dengan benda
relative jauh lebih kecil dari pada paparan dengan udara, dan sifat isolator benda
menyebabkan proses perpindahan panas tidak dapat terjadi secara efektif terus menerus.
Setiap benda mempunyai konduktivitas termal (kemampuan mengalirkan panas) tertentu

5
yang akan mempengaruhi panas yang dihantarkan dari sisi yang panas ke sisi yang lebih
dingin. Semakin tinggi nilai konduktivitas termal suatu benda, semakin cepat ia mengalirkan
panas yang diterima dari satu sisi ke sisi yang lain.

Berikut tabel konduktivitas termal beberapa bahan.

Bahan k (J/s.m.C) Bahan k (J/s.m.C)


Stereofo 0,010 Gelas 0,80
m
Udara 0,026 Beton 1,1
Wol 0,040 Besi 79
Lemak 0,20 Aluminium 240
tubuh
Air 0,60 Perak 4240
Intan 2420

Energi dalam tubuh yang berasal dari makanan, 20% digunakan untuk kerja selebihnya
merupakan energi kalor. Jika suhu badan 37C dan suhu kulit pada lingkungan yang nyaman
33C sampai dengan 35C, maka terjadi konduksi kalor pada tubuh. Karena beda suhu yang
cukup kecil dan konduktivitas termal jaringan tubuh kecil, maka sedikit sekalikalor yang
dikeluarkan. Darah berfungsi untuk mengeluarkan kalor ke bawah permukaan kulit secara
konveksi.

3. Evaporasi
Evaporasi ( penguapan air dari kulit ) dapat memfasilitasi perpindahan panas tubuh. Setiap
satu gram air yang mengalami evaporasi akan menyebabkan kehilangan panas tubuh sebesar
0,58 kilokalori. Pada kondisi individu tidak berkeringat, mekanisme evaporasi berlangsung
sekitar 450 600 ml/hari.
Hal ini menyebabkan kehilangan panas terus menerus dengan kecepatan 1216 kalori/jam.
Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi akibat difusi molekul air
secara terus menerus melalui kulit dan sistem pernafasan.

Gambar 2. Keseimbangan antara produksi panas dan pengeluaran panas


(Tamsuri Anas, 2007)

6
Selama suhu kulit lebih tinggi dari pada suhu lingkungan, panas hilang melalui radiasi dan
konduksi. Namun ketika suuhu lingkungan lebih tinggi dari suhu tubuh, tubuh memperoleh
suhu dari lingkungan melalui radiasi dan konduksi. Pada keadaan ini, satu-satunya cara tubuh
melepaskan panas adalah melalui evaporasi.
Memperhatikan pengaruh lingkungan terhadap suhu tubuh, sebenarnya suhu tubuh actual (
yang dapat diukur ) merupakan suhu yang dihasilkan dari keseimbangan antara produksi
panas oleh tubuh dan proses kehilangan panas tubuh dari lingkungan.
4. Konveksi
Pemindahan panas berdasarkan gerakan fluida disebut konveksi. Dalam hal ini fluidanya
adalah udara di dalam ruangan.

2.5 Pengukuran tubuh kehilangan panas melalui kulit


Dari empat proses tubuh kehilangan panas. Besarnya panas yang keluar dari tubuh itu
sendiri hanya dapat diukur dengan pengukuran tubuh kehilangan panas akibat emisi radiasi
dan akibat konduksi.
1. Pengukuran tubuh kehilangan panas akibat emisi radiasi
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tubuh manusia mengeluarkan radiasi.
Prinsip terjadinya radiasi adalah perpindahan kalor dalam bentuk gelombang
elektromagnetik. Jika kalor berada dalam tubuh, maka di tubuh kita pasti terjadi radiasi.
Cara menghitungnya adalah dengan menggunakan persamaan radiasi buatan Stefan-
Boltzman, yaitu
H = eAT4
Dengan : H =radiasivitas kalor
e = emisivitas (0-1)
= konstanta Stefan-Boltzman (5,67 x 10-8 J/s.m2.k4)
A = luas daerah
T = suhu (dalam kelvin)
2. Pengukuran tubuh kehilangan panas akibat konduksi
Cepat tidaknya konduksi berlangsung pada bahan dikhususkan lagi dalam pembahasan
konduktivitas termal. Istilah ini merupakan suatu kostanta pada persamaan konduktivitas
kalor sebagai berikut.
H = kA(T2-T1)/L
Dengan: H =konduktivitas kalor
A =luas daerah bahan
k =koefisien konduktivitas termal
T = suhu (dalam kelvin atau celsius)
L = panjang logam (dalam meter).
Satuan k adalah J/s.m.C, jika T menggunakan celsius. Semakin besar nilai koefisien
konduktivitas termal atau konduktivitas termal berarti semakin cepat suatu bahan mengalami
konduksi.

7
2.6 Sistem pengaturan suhu tubuh
Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi
suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Hipotalamus ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak.

Gambar 3. Hipotalamus

Thermostat hipotalamus memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk


mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh turun sampai dibawah atau naik sampai di titik
ini, maka pusat akan memulai impuls untuk menahan panas atau meningkatkan pengeluaran
panas. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu
inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut
titik tetap (set point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37C.
Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang untuk
melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara menurunkan
produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu kembali pada titik tetap..
Upaya-upaya yang dapat kita dilakukan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu mengenakan
pakaian yang tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri kompres, beri obat penurun panas.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari makalah yang telah disusun dapat diambil kesimpulan antara lain :
1. Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara mandiri dan
tidak tergantung pada suhu lingkungan.
2. Ada beberapa faktor penyebab tubuh manusia berfluktuasi setiap saat, yaitu:
a. Kecepatan metabolism basal f. Demam ( peradangan )
b. Rangsangan saraf simpatis g. Status gizi
c. Hormon pertumbuhan h. Aktivitas
d. Hormone tiroid i. Gangguan organ
e. Hormone kelamin j. Lingkungan
3. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan, diperlukan
regulasi suhu tubuh
4. Hipotalamus adalah Thermostat yang memiliki semacam titik kontrol yang disesuaikan
untuk mempertahankan suhu tubuh
5. Terdapat empat proses tubuh kehilangan panas melalui kulit
1. Radiasi
2. Konduksi
3. Evaporasi
4. Konveksi
6. Pengukuran tubuh kehilangan panas dapat diukur dengan menghitung persamaan
radiasi dan konduksi.

3.2 SARAN
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya
dengan judul makalah ini.Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah di
kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada
khususnya juga para pembaca pada umumnya.

9
DAFTAR PUSTAKA
Masdiisya. 2010. Kalor Dalam Tubuh Manusia. http://masdiisya.wordpress.com. Diakses
pada tanggal 25 Oktober 2016.
Prasetyo, Redy Joko. 2009. Termoregulasi Manusia. http://www.inforedia.com. Diakses
pada tanggal 25 Oktober 2016
Rika,dkk.2011. Pengaturan Suhu Pada Inkubator Bayi Dengan Kontol On/OF.
http://digilib.its.ac.id/ITS-NonDegree-3100011042015/13524 2011. Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2016
Yohanes.2010. Inkubator Bayi. http://yohanes-jp.blogspot.com. Diakses pada tanggal 25
Oktober 2016

10

Anda mungkin juga menyukai