Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Peningkatan jumlah penduduk akan menambah penggunaan sumberdaya alam dan energi
secara besar-besaran yang berakibat terciptanya sampah yang menumpuk dalam jumlah sangat
besar. Padahal sampah yang dihasilkan Indonesia secara keseluruhan mencapai 175.000 ton per
hari atau 0,7 kilogram per orang. Lebih mirisnya lagi, pada 2014, data statistik sampah di
Indonesia mencatat bahwa Indonesia menduduki negara penghasil sampah plastik kedua terbesar
di dunia setelah Cina. Diprediksikan, pada 2019, produksi sampah di Indonesia akan menyentuh
67,1 juta ton sampah per tahun. Sampah plastik dapat menyebabkan pencemaran lingkungan
karena untuk menguraikannya membutuhkan waktu yang sangat lama sampai ratusan tahun.
Sehingga dibutuhkan bahan alternatif pembuatan plastik sehingga sampah plastik tersebut lebih
ramah lingkungan. Plastik pada umumnya terbuat dari minyak bumi dimana stok minyak bumi
dunia semakin menipis dari tahun ke tahun, sehingga kita dituntut untuk mengurangi konsumsi
minyak bumi dengan mengganti dari bahan lain yang lebih ramah lingkungan dan bisa
diperbarui.

Plastik yang digunakan saat ini merupakan polimer sintesis dari bahan baku minyak bumi
yang terbatas jumlahnya dan tidak dapat diperbarui. Maka dibutuhkan adanya alternatif bahan
plastik yang diperoleh dari bahan yang mudah didapat dan tersedia di alam dalam jumlah besar
dan murah tetapi mampu menghasilkan produk dengan kekuatan yang sama yaitu bioplastik
(Martaningtyas, 2004). Bioplastik ini biasa disebut dengan plastik biodegradable. Plastik
biodegradable adalah plastik yang dapat digunakan seperti layaknya plastik konvensional, namun
akan hancur terurai oleh aktifitas mikroorganisme menjadi air dan karbondioksida setelah habis
terpakai dan dibuang di lingkungan.

Banyak sekali peneliti yang mengembangkan plastik yang ramah lingkungan yang mudah
terurai dan terbuat dari bahan limbah sebagai filler komposit plastik tersebut. Filler merupakan
material padat dan relatif murah yang digunakan dalam persentase yang cukup besar dalam
plastik, elastomer, coating, dll. Filler sendirin dapat dibuat dengan menggunakan bahan yang
mengandung selulose. Limbah kulit durian sendiri mengandung zat selulose sehingga dapat pula
dimanfaatkan untuk pembuatan filler ini. Filler ini dapat dimanfaatkan sebagai komposit pada
pembuatan plastik biodegradabel.

Salah satu bahan alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan filler pada plastik
biodegradable adalah limbah kulit durian. Tercatat pada 2013, produktivitas durian dapat
menembus angka 12,39 ton/ha dengan total produksi pertahun 859.118 ton. Dari data statistik
Kementerian Pertanian, di 34 provinsi terdapat areal pertanaman durian dengan Sumatera Utara,
Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur yang mendominasi produksi durian nasional. Hasil
penelitian menunjukkan, kulit durian secara proporsional mengandung unsur selulose yang tinggi
(50-60%) dan kandungan lignin (5%) serta kandungan pati yang rendah (5%) sehingga dapat
diindikasikan bahan tersebut bisa digunakan sebagai filler pada pembuatan plastik biodegradable.

Dalam penelitian ini akan dilakukan rekayasa proses pembuatan plastik biodegradable
dengan memanfaatkan kandungan selulosa dari limbah kulit durian sebagai filler utama. Ini
merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah sampah/limbah di
sekitar dan meminimalisir penggunaan minyak bumi dengan mengganti bahan dasarnya
menggunakan bahan limbah organik yang diolah untuk menghasilkan produk yang ramah
lingkungan. Peneliti berharap, dengan rekayasa proses pembuatan plastik biodegradable dengan
memanfaatkan kandungan selulosa dari limbah kulit durian sebagai filler utama dapat menambah
nilai guna dari kulit durian sebagai langkah awal melepaskan ketergantungan terhadap minyak
bumi yang keberadaannya semakin berkurang dan mahal di pasar dunia.

Anda mungkin juga menyukai