Anda di halaman 1dari 12

KAPPA KARAGINAN SEBAGAI BAHAN DASAR PEMBUATAN EDIBLE FILM

DENGAN PENAMBAHAN PATI JAGUNG (MAIZENA)

KAPPA CARRAGEENAN AS BASIC COMPONENT FOR EDIBLE FILM MAKER


WITH ADDITION OF CORN STARCH (MAIZENA)

Iva Ancewita Saragih1, Fajar Restuhadi2 and Evy Rossi2


Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau Indonesia
Kode Pos 28293 ivaancewita@yahoo.co.id

ABSTRACT
The objective of this research was to get the best formulation of kappa carrageenan as
basic component of edible film with the addition of corn starch and to improve transparency
and the rate of water transfer edible film. This research was conducted experimentally by
using Completely Randomized Design (CRD) with factorial arrangement (4x3). The first
factor was the concentration of corn starch (0; 2,5; 5 and 7,5g) and the second factor was
kappa carrageenan concentration (0,6; 0,8 and 1 g). The result of variance analysis showed
interaction of addition of corn starch and kappa carrageenan significantly affect edible film
transparency. The addition of corn starch concentration gave significantly affect on thickness,
water transfer, and transparency. The Addition of different carrageenan concentration gave
significantly affect for thickness and water transfer. The best formulation according to
characteristics of edible film was the J2K2 treatment which has thickness 0,144 mm, water
transfer 0,055 g/hour and transparency 5,812.

Key words : edible film, corn starch, kappa carrageenan.

PENDAHULUAN Jenis plastik biodegradable sering


Penggunaan kemasan sudah tidak disebut dengan edible film. Edible film
dapat terpisahkan dari kehidupan adalah suatu lapisan tipis yang dibuat dari
sehari-hari, termasuk untuk kemasan suatu bahan yang dapat dimakan, dibuat
makanan. Umumnya jenis pengemas yang untuk melapisi makanan (coating) atau
sering digunakan adalah kemasan plastik. diletakkan di antara makanan (film)
Kemasan plastik merupakan bahan (Helmi, 2001). Edible film dapat dibuat
pembungkus makanan yang murah, dari pati jagung (maizena). Pati jagung
mudah didapat dan tahan lama. Kemasan dipilih sebagai bahan utama pembentuk
plastik memiliki kelemahan sebagai bahan film karena sifat higroskopisnya pada
pengemas yaitu dapat mencemari Relative Humidity (RH) 50% lebih rendah
lingkungan karena mempunyai karakter yaitu sekitar 11%, dibandingkan dengan
yang nonbiodegradable, selain itu plastik pati singkong (13%), pati beras (14%)
dapat mencemari bahan pangan yang maupun pati kentang (18%). Selain itu,
dikemas karena adanya zat-zat tertentu pati jagung mengandung amilosa 27%
yang berpotensi karsinogen yang dapat sedangkan pati kentang 22% dan pati
berpindah ke dalam bahan pangan yang singkong hanya 17%. Amilosa berperan
dikemas (Huri dan Fitrhri, 2014). Oleh dalam kelenturan dan kekuatan film pada
sebab itu, perlu dicari bahan pengemas sediaan edible film (Amaliya dan Widya,
yang memiliki karakter ramah lingkungan 2014), Selain itu pati jagung mengandung
(biodegradable) (Riadi, 2007) yang kuat zein yang memiliki kemampuan untuk
dan elastis menyerupai kemasan plastik membentuk film yang kaku, mengkilap,
biasa. tahan lecet, dan tahan lemak (Pomes, 1971
dalam Estiningtyas, 2010). Penggunaan

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016
pati sebagai bahan tunggal pembuatan Tempat dan Waktu
edible film masih bersifat rapuh dan kaku Penelitian ini telah dilaksanakan di
sehingga perlu penambahan bahan untuk Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian
membuat film lebih elastis. dan Analisis Hasil Pertanian Fakultas
Karaginan adalah senyawa yang Pertanian, Universitas Riau yang telah
bersifat hidrokoloid. Kelebihan karaginan dilaksanakan selama enam bulan.
sebagai edible film yaitu dapat
membentuk gel yang baik, elastis, dapat Bahan dan Alat
dimakan dan dapat diperbaharui, tetapi Bahan-bahan yang digunakan
edible film dari karaginan juga memiliki dalam pembuatan edible film ini yaitu pati
kelemahan yaitu kemampuan yang rendah jagung (maizena) merek “Maizenaku”,
sebagai barrier terhadap transfer uap air, karaginan, gliserol, plastik kemasan,
sehingga membatasi pemanfaatannya kertas komposit, kertas cupcake,
sebagai kemasan (Handito, 2011). Oleh aluminium foil dan akuades. Alat-alat
karena itu pada pembuatan edible film yang digunakan pada penelitian ini
perlu adanya penambahan plasticizer. meliputi gelas beaker, timbangan analitik,
Plasticizer adalah bahan organik dengan batang pengaduk, spatula, gelas ukur,
bobot molekul rendah yang ditambahkan pipet tetes, penjepit, hot plate stirrer,
dengan maksud memperlemah kekakuan cawan petri, oven, micrometer,
film (Gennadios, 2002). Plasticizer yang spektrofotometri UV, alumunium foil,
digunakan dalam penelitian ini adalah tisu, penggaris, gunting, kamera untuk
gliserol. Gliserol merupakan plastizicer dokumentasi penelitian dan alat tulis.
yang bersifat hidrofilik, sehingga cocok
untuk bahan pembentuk film yang bersifat Metode Penelitian
hidrofilik seperti pati (Rodriguez et al., Metode penelitian yang digunakan
2006). Menurut Gontard et al. (1993) dalam penelitian ini adalah dengan
penambahan gliserol akan mengahasilkan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
film yang lebih fleksibel dan halus. (RAL) pola faktorial, dengan pola 4x3 dan
tiga kali ulangan sehingga diperoleh 36
Tujuan Penelitian unit percobaan. Perlakuan pada penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk ini akan dilakukan dengan
mendapatkan formulasi terbaik mempertimbangkan hasil penelitian yang
penggunaan karaginan sebagai bahan diperoleh oleh Jaya dan Endang (2010)
dasar pembuatan edible film dengan dan Handito (2011). Kombinasi perlakuan
penambahan pati jagung dan untuk dapat dilihat pada Tabel 1.
memperbaiki transparansi serta laju
perpindahan air/jam edible film.

Tabel 1. Rancangan kombinasi perlakuan


Variasi penambahan pati Variasi penambahan karaginan
jagung K1 (0,6 g) K2 (0,8 g) K3 (1 g)
J1 (0 g) J1K1 J1K2 J1K3
J2 (2,5 g) J2K1 J2K2 J2K3
J3 (5 g) J3K1 J3K2 J3K3
J4 (7,5 g) J4K1 J4K2 J4K3

Pelaksanaan Penelitian Widya (2014). Proses pembuatan edible


Pembuatan Edible Film film yaitu variasi penambahan pati jagung
Proses Pembuatan edible film (0; 2,5; 5 dan 7,5 g), variasi penambahan
mengacu pada pembuatan edible film yang karaginan (0,6; 0,8 dan 1 g) dan gliserol
dilakukan oleh Amaliya dan 1 ml dibuat suspensi dengan penambahan

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


akuades sampai dengan 100 ml, kemudian UV dicatat dan dihitung transparansi
dipanaskan menggunakan hot plate stirrer edible film dengan menggunakan rumus:
selama ±30 menit pada suhu 70-85oC.
T = A550/x
Suspensi hasil pemanasan dicetak lalu
Dimana:
dikeringkan di oven selama 8 jam pada
T = Transparansi
suhu ±50ºC setelah itu didinginkan pada
A550 =Absorbansi pada panjang
suhu ruang selama 15 menit agar edible
gelombang 550 nm
film mudah dilepas dari cetakan. Edible
x = Ketebalan film (mm).
film dianalisis.
Analisis Data
Prosedur Pengamatan
Data yang diperoleh dari lima
Ketebalan Film
parameter pengujian akan dianalisis secara
Uji ketebalan film pada penelitian
statistik menggunakan analisis sidik
ini mengacu pada Bae et al. (2008)
ragam (ANOVA). Apabila Fhitung ≥ Ftabel
dilakukan dengan pengukuran secara acak
maka dilanjutkan dengan uji Duncan’s
pada lima titik yang berbeda pada edible
Multiple New Range Tast (DNMRT) pada
film dengan menggunakan mikrometer.
taraf 5.
Laju Perpindahan Air
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengukuran laju perpindahan air
Uji Ketebalan Film
dilakukan dengan memodifikasi metode
Hasil dari analisis sidik ragam
cawan yang mengacu pada ASTM E 96-
menunjukkan bahwa penambahan
95. Cawan petri yang telah dibersihkan
konsentrasi pati jagung dan konsentrasi
sebelumnya diisi akuades sebanyak 30 ml.
karaginan yang berbeda pada edible film
Alumunium foil yang digunakan untuk
yang dihasilkan memberikan pengaruh
menutupi permukaan cawan. Lubang yang
nyata (P<0,05) terhadap ketebalan edible
dibuat pada alumunium foil mencapai
film, sedangkan interaksi antara perlakuan
10% dari luas cawan. Selanjutnya
memberikan pengaruh tidak nyata
potongan film dilekatkan pada permukaan
(P>0,05) terhadap ketebalan edible film.
lubang menggunakan epoxy (lem). Lalu
Rata-rata ketebalan edible film dapat
cawan dimasukkan ke dalam oven pada
dilihat pada Tabel 2.
suhu 37±0.5oC selama 5-6 jam dan diukur
Tabel 2 menunjukkan ketebalan
masa air yang hilang setiap jamnya.
edible film cenderung meningkat seiring
Perhitungan laju perpindahan air/jam
bertambahnya pati jagung yang
menggunakan rumus sebagai berikut:
digunakan. Hal ini berkaitan dengan
semakin tingginya komponen penyusun
edible film yang berasal dari pati jagung
maka akan meningkatkan total padatan
sehingga meningkatkan ketebalan edible
2.5.3. Uji Transparansi
film. Peningkatan konsentrasi komponen
Transparansi edible film diukur
penyusun edible film akan meningkatkan
dengan menggunakan spektrofotometer
total padatan yang terdapat dalam edible
UV pada panjang gelombang (λ) 550 nm.
film sehingga menghasilkan edible film
Transparansi film diukur menggunakan
yang semakin tebal (Harris, 2001). Barus
metode Bao et al. (2009), yaitu film yang
(2002) menyebutkan peningkatan
telah diketahui ketebalannya (x mm)
ketebalan terjadi disebabkan karena
dipotong secukupnya kemudian
perbedaan konsentrasi bahan pembuat
dimasukkan ke dalam sel uji dan diuji
film, sedangkan volume larutan yang
menggunakan absorbansi 550. Angka
dituangkan masing-masing plat sama. Hal
yang ditampilkan oleh spektrofotometer
ini mengakibatkan total padatan di dalam

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


edible film setelah dilakukan pengeringan Rahim et al. (2010) yaitu penggunaan pati
meningkat dan polimer-polimer yang aren yang semakin banyak dapat
menyusun matriks film juga semakin menghasilkan edible film yang semakin
banyak. Warkoyo et al. (2014) tebal. Menurut Wahyu (2009) ketebalan,
melaporkan bahwa konsentrasi pati permeabilitas dan kelarutan edible film
kimpul yang meningkat akan merupakan karakteristik yang pada
meningkatkan total padatan edible film umumnya dipengaruhi oleh konsentrasi
sehingga ketebalan edible film meningkat. bahan keringnya.
Hasil yang serupa juga dilaporkan oleh

Tabel 2. Rata-rata ketebalan edible film (mm)


Variasi Penambahan Karaginan
Variasi Penambahan Pati Jagung Rata-Rata
K1 (0,6 g) K2 (0,8 g) K3 (1 g)
J1 (0) 0,077 0,093 0,093 0,088a
J2 (2,5 g) 0,117 0,144 0,198 0,153b
J3 (5 g) 0,163 0,191 0,225 0,193c
J4 (7,5 g) 0,245 0,346 0,331 0,307d
Rata-Rata 0,150a 0,193b 0,212b
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom dan baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05).

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa karaginan merupakan senyawa


penambahan karaginan yang semakin hidrokoloid (karbohidrat dan protein)
banyak berbanding lurus dengan ketebalan yang terdiri atas ester kalium, natrium,
edible film yang dihasilkan. Hal ini magnesium dan kalium sulfat.
disebabkan karena semakin banyak Ketebalan edible film cenderung
karaginan yang digunakan, maka akan mengalami peningkatan seiring dengan
meningkatkan total padatan terlarut yang meningkatnya penambahan pati jagung
ada dalam larutan pembentuk film dan karaginan yang digunakan. Perbedaan
sehingga setelah proses pengeringan akan ketebalan antar berbagai jenis film
menghasilkan film yang lebih tebal. Hal tersebut disebabkan komposisi formula
tersebut sesuai dengan pernyataan film yang berbeda (Murdianto, 2005).
McHugh et al. (1996) bahwa ketebalan Menurut Prasetyaningrum et al. (2010),
film terutama dipengaruhi oleh konsentrasi apabila campuran edible film berisi
padatan terlarut pada larutan pembentuk komposisi yang maksimal dari bahan
film. Semakin tinggi konsentrasi padatan maka akan diperoleh larutan yang sangat
terlarut maka semakin tinggi ketebalan kental serta memiliki ketebalan yang lebih
film yang dihasilkan. Hal ini terjadi besar daripada komposisi yang lain.
karena jumlah polimer penyusun film Menurut Mc Hugh et al. (1994),
yang mengakibatkan peningkatan ketebalan yang semakin meningkat
ketebalan film. Handito (2011) juga (<0,250 mm) maka kemampuan
melaporkan penggunaan karaginan yang penahannya akan semakin baik, sehingga
semakin meningkat akan meningkatkan umur simpan produk semakin panjang.
total padatan terlarut yang semakin besar Hasil regresi linier diperoleh nilai
sehingga menghasilkan edible film yang R square yang menunjukkan besar
semaki tebal. Hasil yang serupa juga pengaruh variabel terikat terhadap
dilaporkan oleh Ulfah dan Irwan (2014) variabel bebas yaitu sebesar 0,896. Hal ini
bahwa penggunaan konsentrasi karaginan berarti bahwa perlakuan memberikan
montmorilonit yang semakin meningkat pengaruh sebesar 89,6% terhadap
dapat meningkatkan ketebalan edible film. ketebalan edible film. Model persamaan
Menurut Prasetyowati et al. (2008) regresi linier diperoleh dari koefisien

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


konstanta dan koefisien variabel maka Perlakuan J4K2 dan J4K3 memiliki
diperoleh persamaan sebagai berikut: ketebalan yang lebih besar dari 0,250 mm
yaitu sebesar 0,346 dan 0,331 mm.
Y=0,180-0,0089X1-0,0637X2+0,0228X3+0,1478X4 Sebagai pembanding pada penelitian ini
……...(Persamaan I) dilakukan pengukuran ketebalan pada
(0,7186)(0,1302)(0,9026)(7,22E06)*(0,00035*
plastik Low Density Polyethylene
Ket:(*)= signifikan pada taraf 5% (P-value < 0,05) (LDPE). Nilai ketebalan plastik LDPE
adalah sebesar 0,140 mm. Penelitian
Persamaan I menunjukkan Kusumawati dan Widya (2013) film yang
koefisien yang bernilai positif (+) berarti dihasilkan dari pati jagung yang
sejalan /menaikkan nilai ketebalan dan ditambahkan dengan perasan temu hitam
koefisien yang bernilai negatif (-) berarti dan karaginan dengan plasticizer gliserol
ada pengaruh berlawanan arah/ memiliki ketebalan berkisar antara 0,060-
menurunkan nilai ketebalan edible film. 0,180 mm. Sedangkan Handito (2011)
Koefesien regresi variabel pati jagung melakukan penelitian tentang pembuatan
(X3) dan nilai karaginan (X4) akan edible film dari karaginan diperoleh
meningkatkan nilai ketebalan edible film ketebalan yang berkisar antara 0,036-
sebesar 0,0233 dan 0,1690 dengan asumsi 0,069 mm.
bahwa variabel lainnya dianggap nol atau
konstan. Variabel transparansi (X1) dan 4.2. Laju Perpindahan Air/Jam
laju perpindahan air (X2) akan Hasil dari analisis sidik ragam
menurunkan nilai ketebalan edible film menunjukkan bahwa penambahan
sebesar 0,0081 dan 0,1656 dengan asumsi konsentrasi pati jagung dan konsentrasi
bahwa variabel lainnya dianggap nol atau karaginan yang berbeda pada edible film
konstan. Variabel pati jagung (X3) dan memberikan pengaruh nyata (P<0,05)
karaginan (X4) juga memberikan pengaruh terhadap laju perpindahan air/jam,
signifikan terhadap ketebalan hal ini sedangkan interaksi antara perlakuan
sejalan dengan analisis sidik ragam yang memberikan pengaruh tidak nyata
dapat dilihat pada Tabel 2. (P>0,05) terhadap laju perpindahan
Ketebalan edible film yang air/jam edible film. Rata-rata laju
dihasilkan pada penelitian ini berkisar perpindahan air edible film dapat dilihat
antara 0,077-0,346 mm. Menurut Skurtys pada Tabel 3.
et al. (2011) ketebalan edible film
biasanya kurang dari 0,250 mm.

Tabel 3. Rata-rata laju perpindahan air/jam edible film (g/jam)


Variasi Penambahan Pati Variasi Penambahan Karaginan
Rata-Rata
Jagung K1 (0,6 g) K2 (0,8 g) K3 (1 g)
J1 (0) 0,049 0,041 0,070 0,053c
J2 (2,5 g) 0,036 0,055 0,059 0,050c
J3 (5 g) 0,033 0,039 0,042 0,038b
J4 (7,5 g) 0,025 0,026 0,026 0,026a
Rata-Rata 0,036a 0,040a 0,049b
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris yang sama menunjukkan berbeda
nyata (P<0,05).

Tabel 3 menunjukkan penambahan polimer yang semakin kuat di dalam gel


pati jagung yang semakin banyak akan yang terbentuk. Peningkatan gaya ikat
menurunkan laju perpindahan air/jam antar polimer akan menurunkan
edible film. Penurunan nilai laju perpindahan air edible film terhadap gas,
perpindahan air/jam terjadi karena ikatan uap dan porositasnya, sehingga fungsi

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


edible film sebagai penghalang masuknya sehingga menghasilkan penyerapan air
uap air akan meningkat (Pramadita, 2011). pada kelembaban tinggi. Penyerapan air
Ikatan hidrogen yang terbentuk akan mengganggu interaksi rantai
mengakibatkan meningkatnya jumlah molekuler, yang kemudian diikuti dengan
matriks film yang terbentuk sehingga peningkatan difusi dan mampu menyerap
menurunkan nilai perpindahan air uap air dari udara. Penelitian pembuatan
terhadap edible film. Peningkatan jumlah edible film dari karaginan juga telah
granula padatan dalam suatu polimer akan dilakukan oleh Handito (2011) yaitu
memperkecil rongga antar sel dari gel semakin tinggi konsentrasi karaginan,
yang terbentuk (Fennema, 1996). Hal ini maka laju perpindahan air edible film
sejalan dengan pendapat Yulianti (2009) semakin meningkat. Hasil yang serupa
tingginya konsentrasi pati jagung akan juga dilaporkan oleh Utari (2012) nilai
meningkatkan jumlah polimer dan laju perpindahan air hasil penelitian
meningkatkan total padatan pembentuk meningkat seiring dengan bertambahnya
film sehingga meningkatkan ketebalan konsentrasi karaginan yang digunakan.
edible film. Peningkatan jumlah polimer, Laju perpindahan air/jam
akan memperkecil rongga dalam gel yang mengalami penurunan seiring dengan
terbentuk. Semakin tebal dan rapat bertambahnya pati jagung dan karaginan.
matriks film yang terbentuk dapat McHugh dan Krochta (1994) menyatakan
mengurangi laju perpindahan air karena bahwa laju perpindahan air suatu bahan
sulit untuk ditembus air (Liu dan Han, dipengaruhi oleh sifat kimia dan struktur
2005). Ketebalan edible film bahan pembentuk, konsentrasi plasticizer
menyebabkan laju perpindahan air dan kondisi lingkungan (kelembapan dan
semakin rendah seiring dengan temperatur) serta adanya komponen
meningkatnya ketebalannya (Yulianti, hidrofilik yang terdapat pada edible film
2009). sehingga memudahkan uap air
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan melewatinya. Jenis dan konsentrasi dari
laju perpindahan air/jam meningkat plasticizer akan berpengaruh terhadap
seiring dengan peningkatan penambahan kelarutan dari film berbasis pati. Semakin
karaginan. Hal ini terjadi karena karaginan banyak penggunaan plasticizer maka
merupakan polisakarida yang memiliki akan meningkatkan kelarutan. Begitu
sifat hidrofilik dalam matriks film, pula dengan penggunaan plasticizer yang
semakin banyak penggunaan karaginan bersifat hidrofilik juga akan meningkatkan
maka nilai laju perpindahan air/jam akan kelarutannya dalam air. Gliserol
semakin besar dikarenakan memberikan kelarutan yang lebih tinggi
kecenderungan karaginan yang memiliki dibandingkan sorbitol pada edible film
lebih banyak gugus hidroksil (OH) berbasis pati (Bourtoom, 2008).
sehingga lebih banyak dalam menyerap Hasil regresi linier diperoleh nilai
air. Hal tersebut sesuai dengan R square yang menunjukkan besar
pernyataan Fransiska (2008) sifat pengaruh variabel terikat terhadap
karaginan yang hidrofilik menyebabkan variabel bebas yaitu sebesar 0,5817. Hal
edible film yang dihasilkan dapat dengan ini berarti bahwa perlakuan memberikan
mudah menyerap uap air. McHugh dan pengaruh sebesar 58,17% terhadap laju
Krochta (1994) menyatakan bahwa pada perpindahan air/jam edible film. Model
umumnya film yang terbuat dari bahan persamaan regresi linier sebagai berikut:
protein dan polisakarida mempunyai nilai
perpindahan air yang besar. Hal ini Y=0,0194+0,0014X1-0.0077X2-0,0031X3+0,033X4
disebabkan karena bahan tersebut …….(Persamaan II)
(0,2590)(0,4912)(0,9026)(0,1208)(0,0311)*
merupakan polimer polar dan mempunyai
jumlah ikatan hidrogen yang besar, Ket:(*)= signifikan pada taraf 5% (P-value < 0,05)

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


Persamaan II menunjukkan g/jam. Sebagai pembanding untuk laju
koefisien regresi variabel karaginan (X4) perpindahan air/jam dilakukan pula
dan transparansi (X1) akan meningkatkan pengukuran terhadap tiga jenis kemasan
nilai laju perpindahan air sebesar 0,0330 yang berbeda yaitu plastik LDPE, kertas
dan 0,0014. Variabel pati jagung (X3) dan komposit dan kertas cupcake. Nilai laju
ketebalan (X1) akan menurunkan nilai laju perpindahan air/jam untuk tiap-tiap
perpindahan air sebesar 0,0031 dan kemasan tersebut secara berturut-turut
0,0077, dengan asumsi bahwa variabel adalah 0,013; 0,066; 0,056 g/jam. Laju
lainnya dianggap nol atau konstan. perpindahan air yang diperoleh pada
Variabel karaginan (X4) juga memberikan penelitian ini yang sesuai dengan laju
pengaruh signifikan terhadap ketebalan perpindahan air bahan pengemas yang
hal ini sejalan dengan analisis sidik ragam telah ada dipasaran yaitu pada semua
yang dapat dilihat pada Tabel 3. perlakuan sehingga dapat diaplikasikan
Edible film yang mempunyai nilai menjadi bahan pengemas.
laju perpindahan air yang kecil cocok
digunakan untuk mengemas produk yang 4.3. Uji Transparansi
mempunyai kelembapan yang tinggi. Hasil dari analisis sidik ragam
Edible film akan menghambat jumlah uap menunjukkan bahwa penambahan
air yang dikeluarkan dari produk ke konsentrasi pati ubi kayu dan interaksi
lingkungan sehingga produk tersebut tidak antara perlakuan yang berbeda pada edible
cepat kering (Nuridiana, 2002). Edible film memberikan pengaruh nyata (p<0,05)
film yang baik untuk kemasan bahan terhadap transparansi, sedangkan
makanan adalah yang memiliki konsentrasi karaginan memberikan
kemampuan menyerap air yang kecil agar pengaruh tidak nyata (p>0,05) terhadap
produk yang dikemas terhindar dari transparansi edible film. Rata-rata
kerusakan yang disebabkan oleh udara. transparansi edible film dapat dilihat pada
Laju perpindahan air yang dihasilkan pada Tabel 4.
penelitian ini berkisar antara 0,025-0,070

Tabel 4. Rata-rata transparansi edible film


Variasi Penambahan Pati Variasi Penambahan Karaginan
Rata-Rata
Jagung K1 (0,6 g) K2 (0,8 g) K3 (1 g)
fg gh
J1 (0) 6,472 6,919 7,973i 7,121D
J2 (2,5 g) 4,287de 5,812f 3,613cd 4,571C
cd bc
J3 (5 g) 3,427 3,138 3,501cd 3,355B
J4 (7,5 g ) 3,448cd 2,131ab 1,792a 2,457A
Rata-Rata 4,408 4,500 4,220
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil atau huruf besar yang berbeda pada kolom atau baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata (P<0,05) dan angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil atau huruf besar yang
sama menunjukkan berbeda tidak nyata (P>0,05).

Tabel 7 menunjukkan bahwa dan konsentrasi karaginan 1 g sehingga


interaksi antara perlakuan panambahan nilai transparansi menjadi tinggi. Hal ini
pati jagung dan karaginan yang berbeda disebabkan karena transparansi cenderung
mempengaruhi transparansi edible film meningkat seiring dengan meningkatnya
yang dihasilkan. Perlakuan J4K3 berbeda konsentrasi bahan aktif. Transparansi
tidak nyata terhadap perlakuan J4K2 tetapi juga dipengaruhi oleh karakteristik dari
berbeda nyata terhadap J1K1, J1K2, J1K3, bahan aktif yang ditambahkan. Selain itu
J2K1, J2K2, J2K3, J3K1, J3K2, J3K3 dan nilai transparansi juga dipengaruhi oleh
J4K1. Hal ini disebabkan oleh plasticizer yang digunakan. Plasticizer
penambahan konsentrasi pati jagung 7,5 g yang digunakan pada penelitian ini adalah

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


gliserol. Kadar gliserol yang rendah Rata-rata nilai transparansi perlakuan K1,
dalam film (<15%) menghasilkan K2 dan K3 yang diperoleh pada penelitian
transparansi yang tinggi. Pada saat kadar ini yaitu masing-masing sebesar 4,408;
gliserol melebihi 15% berbagai perubahan 4,5 dan 4,499.
terjadi dan mobilitas ikatan bertambah, Penggunaan pati jagung dan
dan apabila gliserol mencapai 30% karaginan yang semakin banyak akan
dengan kelembaban lingkungan meningkatkan transparansi edible film.
bertambah, jaringan mengembang, terjadi Transparansi cenderung meningkat seiring
penurunan gaya intermolekuler dan dengan meningkatnya konsentrasi bahan
matriks pati menyerap banyak air, aktif artinya dengan semakin besar
akibatnya film kehilangan transparansinya konsentrasi karaginan yang ditambahkan
(Bertuzzi et al., 2007). maka derajat transparansi (kejernihan)
Tabel 7 menunjukkan transparansi cenderung menurun (Bao et al., 2009
edible film cenderung meningkat dengan dalam Al-Hasan dan Norziah, 2012). Hal
semakin banyaknya pati yang ini dapat terjadi karena karaginan
ditambahkan. Hal ini disebabkan oleh berwarna kekuningan. Semakin banyak
karakteristik dari pati jagung, dimana pati karaginan yang ditambahkan akan
jagung memiliki warna putih sehingga menghasilkan film dengan tingkat
edible film yang dihasilkan akan semakin kekuningan yang semakin besar,
transparan seiring dengan penambahan akibatnya derajat transparansinya semakin
pati jagung. Selain itu semakin meningkat menurun. Flores et al, (2007) ketebalan
konsentrasi pati jagung akan film juga cenderung meningkat dengan
menyebabkan terjadinya proses bertambahnya konsentrasi bahan aktif
gelatinisasi sehingga hal ini juga dapat yang ikut berperan dalam menurunkan
mempengaruhi transparansi. Menurut derajat kejernihan dari film yang
Setiani et al. (2013) transparansi juga dihasilkan. Selain itu nilai transparansi
dipengaruhi oleh karakteristik dari bahan juga dipengaruhi oleh plasticizer yang
baku pembuatannya. Pati jagung digunakan. Plasticizer yang digunakan
memiliki warna putih cerah. Pati yang pada penelitian ini adalah gliserol.
memiliki kecerahan yang tinggi akan Bertuzzi et al. (2007) menyatakan bahwa
membentuk edible film yang lebih kadar gliserol yang rendah dalam film
transparan. Bao et al. (2009) menyatakan (<15%) menghasilkan transparansi yang
bahwa dengan menurunnya nilai tinggi. Pada saat kadar gliserol melebihi
transparansi maka derajat kejernihan film 15% berbagai perubahan terjadi dan
meningkat. Hal ini terjadi karena adanya mobilitas ikatan bertambah, dan apabila
penambahan pati yang semakin banyak gliserol mencapai 30% dengan
yang menyebabkan peluang untuk kelembaban lingkungan bertambah,
terjadinya proses gelatinisasi yang jaringan mengembang, penurunan gaya
semakin besar, yang mengakibatkan intermolekuler dan matriks pati menyerap
kejernihan film semakin bertambah banyak air, akibatnya film kehilangan
(Setiani et al., 2013). transparansinya.
Berdasarkan Tabel 7 penambahan Hasil regresi linier diperoleh nilai
karaginan yang berbeda tidak memberikan R square yang menunjukkan besar
pengaruh terhadap nilai transparansi pengaruh variabel terikat terhadap
edible film. Hal ini disebabkan karena variabel bebas yaitu sebesar 0,793. Hal ini
perbedaan konsentrasi karaginan yang berarti bahwa perlakuan memberikan
digunakan pada penelitian ini hanya pengaruh sebesar 79,3% terhadap
sedikit, sehingga transparansi yang transparansi edible film. Model persamaan
dihasilkan pada penelitian ini tidak regresi linier sebagai berikut:
berbeda jauh setiap perlakuan karaginan.

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


Y=6,372-8,0823X1+10,733X2-0,3411X3+0,4147X4 1,143. Edible film yang dihasilkan pada
…….(Persamaan III) penelitian berbahan baku karaginan
(2,03E-07) (0,1302) (0,4912) (0,0487)* (0,763)
dengan penambahan pati jagung memiliki
Ket:(*)= signifikan pada taraf 5% (P-value < 0,05) transparansi yang lebih besar daripada
plastik LDPE. Transparansi yang
Persamaan III menunjukkan diperoleh oleh Warkoyo et al. (2014)
koefisien regresi variabel karaginan (X4) yaitu sebesar 0,719-1,063.
dan laju perpindahan air (X2) akan
meningkatkan transparansi edible film 4.4. Edible Film Formulasi Terbaik
sebesar 0,4147 dan 10,7332. Variabel pati Edible film dapat dikatakan
jagung (X3) dan ketebalan (X1) akan memenuhi syarat sebagai bahan pengemas
menurunkan transparansi edible film apabila memiliki ketebalan <0,250 mm,
sebesar 0,3415 dan 8,0823, dengan asumsi laju perpindahan air yang kecil dan
bahwa variabel lainnya dianggap nol atau memiliki film yang transparan. Untuk
konstan. Variabel pati jagung (X3) menentukan edible film yang menjadi
memberikan pengaruh signifikan terhadap perlakuan terbaik pada penelitian ini
transparansi edible film hal ini sejalan dilakukan pengukuran ketebalan,
dengan analisis sidik ragam yang dapat transparansi dan laju perpindahan air/jam
dilihat pada Tabel 4. dari kemasan plastik LDPE dan
Nilai transparansi yang dihasilkan pengukuran nilai laju perpindahan air/jam
pada penelitian ini berkisar antara 1,792- pada kemasan kertas komposit dan
7,973. Sebagai pembanding untuk cupcake. Edible film dengan formulasi
transparansi edible film dilakukan pula terbaik pada penelitian ini dapat dilihat
pengukuran transparansi plastik LDPE. pada Tabel 5.
Nilai transparansi LDPE diperoleh sebesar

Tabel 5. Nilai Perlakuan Terbaik Edible Film


Pengamatan LDPE Komposit Cupcake J2K2
Ketebalan 0,140 - - 0,144
Laju perpindahan air 0,013 0,066 0,056 0,055
transparansi 1,143 - - 5,812

Perlakuan J2K2 (2,5 g pati jagung memiliki kemampuan menyerap air yang
dan 0,8 g karaginan) merupakan perlakuan kecil agar produk yang dikemas terhindar
terbaik, dengan nilai ketebalan sebesar dari kerusakan yang disebabkan oleh udara
0,144 mm, laju perpindahan air/jam (McHugh dan Krochta, 1994). Edible film
sebesar 0,055 g/jam dan transparansi 5,812. yang lebih transparan atau yang memiliki
Perlakuan J2K2 dipilih karena ketebalan tingkat kejernihan tinggi akan
yang diperoleh hampir sama dengan meningkatkan nilai estetika dan pemasaran
ketebalan pada plastik LDPE dan Menurut dari produk yang dikemas (Bao et al.,
Skurtys et al. (2011) ketebalan edible film 2009).
biasanya kurang dari 0,250 mm. Apabila
edible film terlalu tebal atau melebihi batas KESIMPULAN DAN SARAN
ketebalan maksimum maka akan Kesimpulan
mempengaruhi bahan yang dikemas, seperti Dari hasil penelitian dapat
merubah rasa, aroma dan lain-lain. disimpulkan bahwa penambahan
Ketahanan produk yang dikemas juga konsentrasi pati jagung yang berbeda
tergantung pada nilai laju perpindahan memberikan pengaruh terhadap ketebalan,
air/jam. Edible film yang baik untuk laju perpindahan air dan transparansi.
kemasan bahan makanan adalah yang Penambahan konsentrasi karaginan yang

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


berbeda memberikan pengaruh terhadap Bao, S., S. Xu, dan Z. Wang. 2009.
ketebalan dan laju perpindahan air. Namun Antioxidant activity and
tidak memberikan pengaruh terhadap properties of gelatin films
transparansi. Interaksi antara perlakuan incorporated with tea
memberikan pengaruh terhadap polyphenol-loaded chitosan
transparansi. Namun tidak memberikan nanoparticles. Journal of the
pengaruh terhadap ketebalan dan laju Science of Food and Agriculture,
perpindahan air. Formulasi terbaik sesuai 89 (15): 2692-2700.
karakteristik ketebalan, laju perpindahan air Barus, T. A. 2002. Pengantar Limnologi.
dan transparansi adalah edible film dengan Jurusan Biologi FMIPA
penambahan konsentrasi pati jagung 2,5 g Universitas. USU Press.
dan penambahan konsentrasi karaginan 0,8 Bertuzzi, M.A., M. Armada, dan J.C.
g yang memiliki ketebalan 0,144 mm, laju Gottifredi. (2007).
perpindahan air 0,055 g/jam dan Physicochemical
transparansi 5,812. characterization of starch based
films. Journal of Food
Saran Engineering, 82: 17-25
Diperlukan penelitian lanjutan untuk Bourtoom, T. 2008. Edible films and
pengujian sifat fisik lain dari edible film coatings: characteristics and
seperti tensile strength, elongasi dan properties. Journal of
kelarutan edible film serta pengaplikasian International, 15 (3): 237-248.
edible film sebagai pengemas pada produk Estiningtyas, H. R. 2010. Aplikasi edible
pangan. film maizena dengan
penambahan ekstrak jahe
DAFTAR PUSTAKA sebagai antioksidan alami pada
Al-Hassan, A dan M.H. Norziah. 2012. coating sosis sapi. Skripsi
Starchegelatin edible films: Fakultas Pertanian Universitas
Water vapor permeability and Sebelas Maret, Surakarta.
mechanical properties as Fennema, O. R. 1996. Food Chemistry.
affected by plasticizers. Journal Marcell Dekker Inc. New York.
of Food Hydrocolloids, 26: 108- Flores, S., L. Fama., A. M. Rojas., S.
117. Goyanes dan L. Gerschenson.
Amaliya, R dan Widya. 2014. (2007). Physical properties of
Karakterisasi edible film dari tapioca starch edible film:
pati jagung dengan influence of filmmaking dan
penambahan filtrat kunyit putih potassium sorbate. Journal of
sebagai antibakteri. Jurnal Food Research International, 40:
Agroindustri, 2 (3): 43-53. 257-265.
American Society for Testing and Material Fransiska D. 2008. Aplikasi karagenan
(ASTM). 1996. Annual Book of untuk pembuatan pengemas
ASTM Standars. Philadelpia. lapis tipis biodegradable dengan
Bae, H. J., D. S. Cha., W. S. Whiteside, dan komposit wheat gluten dan lilin
H. J. Park. 2008. Film and lebah (beewax). Prosiding
pharmaceutical hard capsule Seminar Nasional Tahunan V
formation properties of Hasil Penelitian Perikanan dan
mungbean, waterchestnut, and Kelautan. Universitas Gadjah
sweet potao starches. Journal of Mada. Yogyakarta.
Food Chem, 106: 96-105.

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


Gennadios, A. 2002. Protein Based Films Murdianto, W. 2005. Sifat fisik dan
and Coating. CRC Press, Florida. mekanik edibel film ekstrak
Gontard, N., S. Gulibert, dan J. L. Cuq. daun janggelan. Jurnal Teknologi
1993. Water and gliserol as Pertanian, 1 (1): 8-13.
plasticizer affect mechanical Nuridiana, D. 2002. Karakteristik fisik
and water vapor barrier edible film dari khitosan dengan
properties of an edible wheat sorbitol sebagai plasticizer.
film. Journal of Food Sci, 58 (1): Skripsi Fakultas Teknologi
201-211. Pertanian Universitas Brawijaya,
Handito, D. 2011. Pengaruh konsentrasi Malang.
karagenan terhadap sifat fisik Pramadita, R. C. 2011. Karakterisasi
dan mekanik edible film. Jurnal edible film dari tepung porang
Agroteskos, 21: 2-3. (amorphophallus oncophyllus)
Harris, H. 2001. Kemungkinan dengan penambahan minyak
Penggunaan Edible Film dari atsiri kayu manis (cinnamon
Pati Tapioka Untuk Pengemas burmani) sebagai antibakteri.
Lempuk. Jurnal Ilmu-ilmu Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian Indonesia, 3. Pertanian Fakultas Teknologi
Helmi, H. 2001. Komposit polimer. Jurnal Pertanian Universitas Brawijaya.
Ilmiah Kimia. Malang.
Huri, D dan Fithri. 2014. Pengaruh Prasetyaningrum, A., N. Rokhati, D. N.
konsentrasi gliserol dan ekstrak Kinasih, dan F. D. N. Wardhani.
ampas kulit apel terhadap 2010. Karakterisasi bioactive
karakteristik fisik dan kimia edible film dari komposit alginat
edible film. Jurnal Agroindustri, 2 dan lilin lebah sebagai bahan
(4): 29-40. pengemas makanan
Jaya, D dan Endang. 2010. Pembuatan biodegradable. Seminar rekayasa
edible film dari tepung jagung. kimia dan proses, 2: 1411-4216.
Jurnal Eksergi, 10 (2). Prasetyowati., C. Jasmine, dan D.
Kusumawati, D. H dan Widya, D. R. 2013. Agustiawan. 2008. Pembuatan
Karakteristik fisik dan kimia tepung karaginan dari rumput
edible film pati jagung yang laut (eucheuma cottonii)
diinkorporasi dengan perasan berdasarkan perbedaan metode
temu hitam. Jurnal Pangan dan pengendapan. Jurnal Teknik
Agroindustri, 1 (1): 90-100. Kimia, 15 (2).
Liu, Z dan J. H. Han. 2005. Film Forming Rahim, A., N. Alam., Haryadi dan U.
characteristics of starches. Santoso. 2010. Pengaruh
Journal of Food Science, 70 (1): konsentrasi pati aren dan
31-36. minyak sawit terhadap sifat
McHugh, T. H dan J.M. Krochta. 1994. fisik dan mekanik edible film.
Water Vapor Permeability Jurnal Agroland, 17 (1) : 38-46.
Properties of Edible Whey Riadi, T. 2007. Biodegradable Plastik
Protein-lipid Emulsion Films. Pembungkus yang Bisa
Journal of the American Oil Dimakan.
Chemists' Society, 71: 307-312. http://www.pikiranrakyat.com.
McHugh, T.H., C.C. Huxsoll, dan J.M. Diakses pada tanggal 2 Maret
Krochta, 1996. Permeability 2015.
properties of fruit puree edible
films. Journal of Food Science, 61
(1): 88-91.

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016


Rodriguez, M., O. Javier., Z. Khalid, dan Utari, S. 2012. Analisis jaringan tanaman
M. Juan. 2006. combined effect lindur (bruguiera gymnorrhiza)
of plastizers and surfactants on dan pemanfaatan patinya
the physical properties of starch sebagai edible film dengan
based edible film. Journal of penambahan gliserol dan
Food Research International, 39: karagenan. Skripsi Fakultas
840-646. Perikanan dan Ilmu Kelautan
Setiani, W., T. Sudiarti, dan L. Rahmidar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
2013. Preparasi dan Wahyu, M. K. 2009. Pemanfaatan pati
karakterisasi edible film dari singkong sebagai bahan baku
poliblend patisukun-kitosan. edible film. Skripsi Fakultas
Jurnal Valensi, 3 (2). Teknologi Industri Pertanian.
Skurtys, O., C. Acevedo, F. Pedreschi, J. Universitas Padjajaran. Bandung.
Enrions, F. Osorio, dan J.M. Warkoyo., B. Rahardjo., D. W. Marseno,
Aquilera. 2011. Food dan J. N. W. Karyadi. 2014. Sifat
hydrocolloid edible films and fisik, mekanik dan barrier edible
coating. film berbasis pati umbi kimpul
htpp//intrawww.ing.puc.d/. (xanthosoma sagittifolium) yang
Diakses pada 03 Juni 2015. diinkorporasi dengan kalium
Ulfah, F dan I. Nugraha. 2014. Pengaruh sorbet. Jurnal AGRITECH, 34
penambahan montmorillonit (1).
terhadap sifat mekanik Yulianti, O. N. 2009. Kajian Aktivitas
komposit film karagenan- Antioksidan dan Antimikroba
montmorilonit. Jurnal Molekul, 9 Ekstrak Biji, Kulit Buah,
(2): 155-165. Batang, dan Daun Tanaman
Jarak Pagar (Jatropha curcas
L.). Skripsi Fakultas Teknologi
Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Jom Faperta Vol. 3 no.1 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai