Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TUTORIAL MODUL II

Humaniora, Etika dan Profesionalisme Kedokteran


TRANSPLANTASI VS TRANSAKSI

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
MUHAMMAD TISAR SYAFWAN RIDHA SURIANTY MUSLIMAH
MUHAMMAD ADZAN AKBAR ANDI ALIFYA NURHIDAYATI

NABIGHA YUSHATIA PUTRI NUR FADHILAH KUSNADI


NUR INDAH SARI GASSING
NADZIEFAH GHINA FAIQAH
NUR MULTAZAM
NINGSIH RIDWAN
MUH. NADZIEF GUFRAN

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA DAN PROFESIONALISME KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga laporan
hasil TUTORIAL modul II pada Skenario 2 dengan kasus Transplantasi VS Transaksi dari
kelompok 6 ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan tak lupa kami kirimkan salam dan shalawat
kepada nabi junjungan kita yakni Nabi Muhammad SAWyang telah membawa kita dari alam yang
penuh kebodohan ke alam yang penuh kepintaran.
Etika kedokteran merupakan bagian penting dari profesionalisme yang perlu dikuasai oleh
dokter. Pendidikan etika kedokteran seharusnya sudah didapatkan pada masa pendidikan di fakultas
kedokteran. Pembelajaran tentang Etika, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran untuk
mahasiswa kedokteran dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia merupakan tugas yang
mendesak. Pembelajaran tentang etika kedokteran, humaniora, dan Profesionalsme dapat
membantu siswa mencapai kematangan secara individual, meningkatkan kewaspadaan etika,
mampu bersikap dalam wilayah moral, yang nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis
dan profesional dalam pelayanan kesehatan.
Dalam laporan ini, dititikberatkan pada skenario dengan kasus Keterbatasan Biaya yang
mengandung dilema etik dan moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari-hari. Penyelesaian
masalah dan analisa dalam skenario ini berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, prinsip Etika Klinik
menurut Jonsen AR-Siegler, dan prinsip dasar Etika Islam. Pembahasan berhubungan dengan
aktivitas tutorial yang dilakukan oleh para mahasiswa.
Kami pun mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu dalam
pembuatan laporan ini dan yang telah membantu selama masa TUTORIAL dan kami juga
mengucapkan permohonan maaf kepada setiap pihak jika telah berbuat salah baik disengaja maupun
tidak disengaja.
Semoga Laporan hasil TUTORIAL ini dapat bermanfaat bagi setiap pihak yang telah
membaca laporan ini dan khusunya bagi tim penyusun sendiri. Diharapkan setelah membaca laporan
ini dapat memperluas pengetahuan pembaca mengenai Humaniora, Etika, dan Profesionalisme
Kedokteran.

Makassar, 11 April 2014

Kelompok
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengenalan Skenario............................................................................

B. Pertanyaan.......................................................................................

C. Kata Kunci.....................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Analisa Masalah..................................................................,............

1. Berdasarkan:

a. Aspek humaniora kedokteran....................................................

b. Aspek etika kedokteran .....................................................

c. Aspek Profesionalisme kedokteran........................................

2. Dilihat dalam persprektif islam .................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A. PENGENALAN SKENARIO

Transplantasi vs Transaksi

Seorang wanita usia 45 tahun, isteri pejabat di sebuah propinsi telah dinyatakan oleh
dokter spesialis penyakit dalam mengalami gagal ginjal sejak 5 tahun yang lalu. Sejak awal
dokter menyatakan bahwa alternatif terapinya adalah cuci darah atau transplantasi ginjal.
Pada dua tahun pertama kondisinya terkontrol baik sehingga pasien beserta keluarga masih
bisa hidup normal. Pada saat itu pasien dan suaminya memilih untuk melakukan cuci darah.
Pada awal tahun ke-3 kondisi kesehatan pasien menurun cukup bermakna, sehingga dengan
segala pertimbangan pasien dan suami ingin melakukan transplantasi ginjal. Persoalan
pertama yang muncul adalah tidak mudah untuk mendapatkan calon donor. Anak dan
keluarga pasien tidak ada yang berkehendak (sukarela) melakukan donor. Secara kebetulan
pasien maupun keluarganya beberapa kali membaca kerelaan orang untuk menjadi donor
ginjal seperti yang ada dalam surat kabar dengan berbagai alasan.
Setiap mendapat berita kerelaan semacam di atas, suami pasien berusaha
menghubungi calon donor untuk melakukan pendekatan yang akhirnya selalu berujung pada
perjanjian transaksi. Selama tahun ketiga dan keempat suami pasien telah berhasil
melakukan pendekatan dan perjanjian transaski pada tiga orang calon donor, namum
semuanya tidak ada kecocokan setelah melalui serangkaian uji medis. Di duga karena
tekanan hidup yang tidak ringan karena sulitnya mendapatkan calon donor dan beban kerja
yang berat, pada awal tahun kelima suami pasien mengalami serangan stroke hingga
hemiparese. Pada akhir tahun kelima keluarga berhasil mendapatkan calon donor yang cocok
secara medis dan mereka melakukan perjanjian transaksi.

Pada saat konsultasi dengan dokter untuk langkah medis selanjutnya, dokter memahami
sulitnya mencari donor dan juga mengetahui cara keluarga mendapatkan calon donor
tersebut . Adalah menjadi dilema bagi dokter untuk melanjutkan proses transplantasi. Apabila
transplantasi benar-benar dilakukan, maka dokter telah terlibat pada jual beli organ dan
membiarkan kesalahan akibat ketiadaan sistem donasi organ tetap berlangsung. Namun bila
dibatalkan, pasien akan semakin parah kondisinya dan pihak keluarga terutama suami tentu
akan sangat kecewa, karena upayanya selama ini sia-sia.

B. KATA KUNCI

Hemiparese : Kelemahan suatu badan yang disebabkan oleh stroke iskemik, yang
menimbulkan defisit neurologis mendadak pada otak.

C. PERTANYAAN :

1. Dari kasus diatas, cobalah anda analisis berdasarkan ranah :


a) Aspek Humaniora Kedokteran
b) Aspek Etika Kedokteran
c) Aspek Profesionalisme Kedokteran
2. Bagaimana jika kasus tersebut diatas, kita melihatnya dalam perspektif Islam
(Humaniora, etika, dan profesionalsme dalam Islam).
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANALISA MASALAH

Permasalahan :

Seorang wanita usia 45 tahun, mengalami gagal ginjal. Dokter menyatakan bahwa alternatif

terapinya adalah cuci darah atau transplantasi ginjal. Persoalan pertama yang muncul adalah

tidak mudah untuk mendapatkan calon donor. Apabila transplantasi benar benar dilakukan,

maka dokter telah terlibat jual beli organ.

1. Berdasarkan:

a. Aspek humaniora kedokteran

Terdapat pada skenario, karena dokter telah menyarankan alternatif terapinya, yaitu

dengan cuci darah atau transplantasi ginjal.

b. Aspek etika kedokteran

Beneficence; ada, dilihati dari :

- Sejak awal dokter menyatakan bahwa alternatif terapinya adalah cuci darah atau

transplantasi ginjal.

- Tidak ada kecocokan setelah melalui serangkaian uji medis. Artinya, dokter

menghindari hal buruk.

Nonmaleficience

Terbagi atas 2 sudut pandang, yaitu :

- Berdasarkan yang didonorkan :

Ada. Karena apabila pasien mendapat organ ginjal, maka kondisi pasien akan lebih

baik.

- Berdasarkan pendonor :

Tidak ada. Karena seseorang yang memiliki satu ginjal susah untuk melakukan

aktifitas dan kerja ginjalpun akan semakin bertambah berat.


Autonomy

Ada. Karena dokter menyarankan alternatif terapinya adalah cuci darah atau

transplantasi ginjal. Dan dengan segala pertimbangan pasien dan suami ingin

melakukan transplantasi ginjal.

Justice

Ada. Pada kasus ini, dokter berlaku adil karena memikirkan dari sudut pandang

pendonor dan sudut pandang yang didonorkan. Dokter pun pada kasus ini

menyarankan untuk terapi alternatifnya cuci darah atau transplantasi ginjal.

Kaidah Dasar Bioetik I ( Altruisme Dalam Berpraktek )

BENEFICENCE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih,


rela berkorban untuk kepentingan orang lain.

2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.

3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh

Menguntungkan dokter.

4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak

dibandingkan dengan keburukannya.

5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying

6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia

7) Pembatasan goal-based.

8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.

9) Minimalisasi akibat buruk.

10) Kewajiban menolong pasien gawat darurat.

11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.


12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.

13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.

14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus.

15) Memberikan obat berkhasiat namun murah.

16) Menerapkan Golden Rule Principle.

KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI EMERGENSI


DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Menolong pasien emergensi.

2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien


dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko minimal.

3) Mengobati pasien yang luka.

4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).

5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.

6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.

7) Mengobati secara tidak proporsional.

8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.

9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena


kelalaian.

11) Tidak memberikan semangat hidup.

12) Tidak melindungi pasien dari serangan.


13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang
kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien
dan Keluarganya.

KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM BERBAGAI


SITUASI )

AUTONOMI

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai


martabat pasien.

2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan


(pada kondisi elektif).

3) Berterus terang.

4) Menghargai privasi.

5) Menjaga rahasia pesien.

6) Menghargai rasionalitas pasien.

7) Melaksanakan Informed consent.

8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil


keputusan sendiri.

9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien.

10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam


membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.

11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien


pada kasus non emergensi

12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan


pasien

13) Menjaga hubungan (kontrak).


KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM KONTEKS
HUBUNGAN DOKTER PASIEN )

JUSTICE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal.

2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah


ia lakukan.

3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam


posisi yang sama.

4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,


accessibility, availability, and quality).

5) Menghargai hak hukum pasien.

6) Manghargai hak orang lain.

7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan).

8) Tidak melakukan penyalahgunaan.

9) Bijak dalam makro alokasi.

10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan


kebutuhan pasien.

11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan


kemampuannya.

12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian


(biaya, beban, dan sanksi) secara adil.

13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang


tepat dan kompeten.

14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas
an sah/tepat.

15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan

penyakit/gangguan kesehatan.

16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,


status sosial, dan lain-lain.

c. Aspek profesionalisme kedokteran

Aspek profesionalisme kedokteran, dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu

Tidak
No. Aspek Profesionalisme kedokteran Ada
ada
1. Kompetensi
, tapi tidak
2. Responsibility & Accountability
sepenuhnya
3. Altruisme

Kedokteran
4. Etika
Terhadap pasien

3. Dilihat dalam perspektif Islam

Untuk menentukan hukum boleh tidaknya transplantasi organ tubuh, perlu dilihat kapan
pelakasanaannya.

Sebagaimana dijelaskan ada tiga keadaan transplantasi dilakukan, yaitu pada saat donor masih
hidup sehat, donor ketika sakit (koma) dan didiuga kuat akan meninggal dan donor dalam
keadaan sudah meninggal. Berikut hukum transplantasi sesuai keadaannya masing-masing.

Apabila pencangkokan tersebut dilakukan pada saat pendonor dalam keadaan hidup sehat wal
afiat, begitu juga sakit (koma) atau hampir meninggal, maka hukumnya adalah dilarang(haram),
sedangkan apabila di lakukan ketika pendonor sudah meninggal maka hukumnya ada yang
mengharamkan, juga ada yang memperbolehkannya dengan syarat- syarat tertentu.
Adapun syarat-syarat tersebut adalah :
1. Resipien dalam keadaan darurat, yang dapat mengancam jiwanya dan ia sudah menempuh
pengobatan secara medis dan non medis, tapi tidak berhasil.
2. Pencangkokan tidak menimbulkan komplikasi penyakit yang lebih berat bagi repisien dibandingkan
dengan keadaan sebelum pencangkokan.

Ada beberapa dalil yang di nilai sebagai dasar pengharaman transplantasi organ tubuh ketika
pendonor dalam keadaan hidup, antara lain:
1. Firman Allah dalam surat Al-Baqaroah: 195

Artinya:Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu ke dalam kebinasaan

2. Hadits Rasulullah:

Artinya: Tidak di perbolehkan adanya bahaya pada diri sendiri dan tidak boleh membayakan diri
orang lain. (HR. Ibnu Majah).

Dalam kasus ini, orang yang menyumbangkan sebuah ginjalnya kepada orang lain yang tidak
mempunyai ginjal. Ia (mungkin) akan menghadapi resiko sewaktu-waktu mengalami tidak
berfungsinya ginjalnya yang tinggal sebuah itu, dari itu dapat di pahami adanya unsur yang di nilai
mendatangkan bahaya dan menjatuhkan diri pada kebinasaan.
Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang masih hidup

Pendapat pertama,Hukum nya tidak Boleh (Haram).


Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis (pengobatan) bahkan sekalipun telah
sampai dalam kondisi darurat.
Dalil pendapat pertama :
Firman Allah swt dan jangan lah kamu membunuh dirimu sendiri,sesungguhnya Allah maha
penyayang kepadamu ( Q.S.An-Nisa:4:29)
Firman Allah swt Dan Jangan lah kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat
baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik (Q.S.Al-Baqarah:2:195).
Maksudnya Adalah bahwa Allah swt melarang manusia untuk membunuh dirinya atau
melakukan perbuatan yang membawa kepada kehancuran dan kebinasaan.Sedangkan orang yang
mendonorkan salah satu organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan perbuatan yang
membawa kepada kehancuran dan kebinasaan.Padahal manusia tidak disuruh berbuat
demikian,manusia hanya disuruh untuk menjaganya (organ tubuhnya) sesuai ayat di atas.

Sesungguhnya perbuatan mengambil salah satu organ tubuh manusia dapat membawa kepada
kemudlaratan,sedangkan perbuatan yang membawa kepada kemudlaratan merupakan perbuatan yang
terlarang sesuai Hadist nabi Muhammad saw Tidak boleh melakukan pekerjaan yang membawa
kemudlaratan dan tidak boleh ada kemudlaratan

Manusia tidak memiliki hak atas organ tubuhnya seluruhnya,karena pemilik organ tubuh manusia
Adalah Allah swt.

Pendapat kedua,Hukumnya jaiz (boleh) namun memiliki syarat-syarat tertentu yaitu :


Adanya kerelaan dari si pendonor.Keinginan untuk mendonorkan organ tubuhnya memang
muncul dari keinginannya,tanpak ada paksaan.Serta kondisi si pendonor harus sudah baligh dan
berakal.
Organ yang didonorkan bukanlah organ vital yang menentukan kelangsungan hidup seperti
Jantung,hati,paru-paru dan lain-lain.Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ vital tersebut
dapat menyebabkan kematian bagi si pendonor.Sedangkan sesuatu yang membawa kepada
kehancuran atau kematian diri sendiri dilarang oleh agama sesuai firman Allah swt dalam Al-quran
Surat An-Nisa Ayat 29 dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri
Pengobatan dengan transplantasi merupakan jalan terakhir yang memungkinkan untuk mengobati
orang yang menderita penyakit tersebut.

Kemungkinan untuk keberhasilan proses transplantasi lebih besar,artinya secara kebiasaan proses
memotong organ sampai dengan proses meletakkannnya pada si penderita penyakit memiliki
kemungkinan keberhasilan yang tinggi.Maka tidak boleh melakukan transplantasi oleh yang belum
berpengalaman dan dengan cara eksperimen.
Si pendonor tidak boleh menuntut ganti secara finansial kepada si resipien ( yang menerima
organ),karena proses pendonoran adalah proses saling tolong menolong antara manusia,bukan
proses jual-beli organ yang hukumnya haram dalam islam.

Dalil pendapat kedua :


Setiap insan,meskipun bukan pemilik tubuhnya secara pribadi,namun memiliki kehendak atas
apa saja yang bersangkutan dengan tubuhnya,ditambah lagi bahwa Allah telah memberikan kepada
manusia hak untuk mengambil manfaat dari tubuhnya,selama tidak membawa kepada
kehancuran,kebinasaan dan kematian dirinya (Qs.An-Nisa 29 dan al-Baqarah 95).oleh karena itu,jika
pendonoran organ tubuhnya,atau kulitnya, atau darahnya tidak membawa kepada kematian dirinya
serta tidak membawa kepada kehancuran dirinya,ditambah lagi pada waktu bersamaan pendonoran
organnya dapat menyelamatkan manusia lainnya dari kekhawatiran akan kematian,maka
sesungguhnya perbuatan donor organ tubuhnya merupakan perbuatan yang mulia.

Sesungguhnya memindahkan organ tubuh ketika darurat merupakan pekerjaan yang mubah (
boleh ) dengan dalil firman Allah Swt Sesungguhnya Allah telah menjelaskan perbuatan-perbuatan
yang haram bagi mu kecuali ketika kamu dalam keadaan terpaksa (darurat)(Qs.Al-Anam 119)

Seseorang yang mendonorkan organ tubuhnya kepada orang lain untuk menyelamatkan hidupnya
merupakan perbuatan saling tolong menolong atas kebaikan sesuai firman Allah swt Dan saling
tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong monolong
dalam perbuatan dosa dan permusuhan (Qs.Al-maidah 2)

Hukum Mendonorkan organ tubuh dari manusia yang sudah meninggal

Pendapat pertama, hukumnya haram

Dalil pendapat pertama :

Kesucian tubuh manusia ;setiap bentuk agresi atas tubuh manusia merupakan hal yang
terlarang,karena ada beberapa perintah Al-Quran dan Hadist Yang melarang.Diantara hadist yang
terkenal Mematahkan tulang mayat seseorang sama berdosanya dan melanggarnya dengan
mematahkan tulang orang tersebut ketika ia masih hidup

Tubuh manusia adalah amanah; Hidup,diri,dan tubuh manusia pada dasarnya bukanlah milik manusia
tapi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga,karena itu manusia tidak memiliki hak untuk
mendonorkan nya kepada orang lain

Tubuh manusia tidak boleh diperlakukan sebagai benda material semata; transplantasi dilakukan
dengan memotong organ tubuh seseorang untuk diletakkan (dicangkokkan) pada tubuh orang
lain,padahal tubuh manusia bukanlah benda material semata yang dapat dipotong dan dipindah-
pindahkan

Pendapat kedua,Hukumnya Boleh


Dalil pendapat kedua :
Transplantasi merupakan salah satu jenis pengobatan,sedangkan pengobatan merupakan hal yang
disuruh dan disyariatkan dalam islam
Terdapat dua hal yang mudlarat dalam masalah ini yaitu antar memotong bagian tubuh yang suci
dan dijaga dan antara menyelamatkan kehidupan yang membutuhkan kepada organ tubuh mayat
tersebut.Namun kemudlaratan yang terbesar adalah kemudlaratan untuk menyelamatkan kehidupan
manusia.Maka dipilihlah sesuatu yang kemudlaratannya terbesar untuk dihilangkan yaitu memotong
organ mayat untuk menyelamatkan kehidupan manusia.
Qiyas atas maslahat membuka perut mayat wanita yang hamil yang lewat 6 bulan yang disangka
kuat hidup anaknya.
Qiyas atas boleh membuka perut mayat jika di dalam perutnya terdapat harta orang lain.

Terdapat dua Hal kemaslahatan yaitu antara maslahah menjaga kesucian mayat dan antara
maslahah menyelamatkan nyawa manusia yang sakit dengan transplantasi organ mayat tersebut.

Namun pendapat yang membolehkan transplantasi organ mayat ini memiliki syarat-syarat yaitu :

Ada persetujuan/izin dari pemilik organ asli (atau wasiat ) atau dari ahli warisnya (sesuai tingkatan
ahli waris),tanpa paksaan
Si resipien ( yang menerima donor ) telah mengetahui persis segala implikasi pencangkokan
Pencangkokan dilakukan oleh yang ahli dalam ilmu pencangkokan tersebut Tidak boleh menuntut
ganti pendonoran organ dengan harta (uang dan sebagainya) Organ tidak diperoleh melalui proses
transaksi jual beli karena tidak sah menjual belikan organ tubuh manusia

Seseorang muslim hanya boleh menerima organ dari muslim lainnya kecuali dalam keadaan
mendesak (tidak ada muslim yang cocok organnya atau tidak bersedia di dinorkan dengan beberapa
alasan).

Anda mungkin juga menyukai