Disusun Oleh:
Nim : 201304016
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2011). Sterilitas adalah bahwa suatu contoh hanya dapat diartikan steril jika
contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda tersebut
Sterilisasi adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup,
berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak
pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain
(Syamsuni, H.A.2006).
perebusan menggunakan air mendidih 1000C selama 10 menit efektif untuk sel-sel
Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 1000C tergantung pada
temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora bakteri umumnya resisten
meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola
mata (Syamsuni, H.A.2006). Obat tetes mata adalah obat tetes steril,
B. Maksud Praktikum
uap dan sterilisasi basah pada alat - alat kesehatan dan cara pembuatan obat
tetes mata.
C. Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk sterilisasi uap dan sterilisasi
basah pada alat - alat kesehatan dan cara pembuatan obat tetes mata.
D. Prinsip Praktikum
Prinsip percobaan ini adalah sterilisasi uap dan sterilisasi basah pada
PEMBAHASAN
A. Sterilitas
1. Pengertian Sterilitas
2011).
jika contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda
2. Uji Sterilitas
sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili
Daftar I
10. Jika isi tiap wadah 250 ml atau lebih, jumlah percontoh yang
cairan atau kurang dari 50 mg zat padat, maka jumlah percontoh yang
Daftar II
Cairan
Padat
Semua isi Semua isi
Kurang dari 50 mg
cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau
berguna untuk bahan seperti minyak, salep, atau krem yang dapat
Karena sifat bahan yang akan diuji bervariasi dan faktor lain
B. Sterilisasi
1. Pengertian Sterilisasi
objek atau material. Hal ini tersebut dapat dicapai melalui cara
objek atau material. Hal ini tersebut dapat dicapai dengan panas,
penyaringan, bahan kimia, atau dengan cara lain sehingga tidak ada
hal ini tidak efektif untuk bahan kimia atau penyaringan (Lukas,
Stefanus. 2011).
2013):
a. Destruksi mikroorganisme
dan dalam beberapa hal material yang akan diberikan akan rusak
Karena sifatnya, metode ini terbstsd untuk disterilisasi gas dan cairan
karena tidak ada cara yang baik untuk menghilangkan bakteri secara
mengendapkannya.
selama 1 jam)
(Lukas, Stefanus.2011):
memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu
tertutup pada suatu objek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap
digunakan untuk alat alat atau bahan dengan uap yang tidak dapat
kaca.
c. Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida
d. Sterilisasi Radiasi
1) Ultraviolet
2) Ion
3) Gamma
polietilen.
e. Sterilisasi Plasma
f. Sterilisasi Filtrasi
C. Sterilisasi Uap
media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali
(Syamsuni, H. A. 2006).
Stefanus. 2011):
a. Waktu
b. Suhu
terjadi pada kondisi uap jenuh, sedangkan pada kndisi uap yang
c. Kelembaban.
a. Alat
1) Kompor
2) Panci
3) Gunting Stainless
4) Pinset Stainless
5) Serbet
6) Penjepit Kayu
7) Baskom
8) Spons
b. Bahan
1) Alumunium foil
2) Air bersih
3) Kassa Steril
4) Handskun Steril
5) Sabun Sunlight
6) Desinfektan
PENYIMPANAN ALAT
b. Cara kerja
menggunakan tangan.
panci.
5. Penyimpanan Alat Alat
D. Sterilisasi Basah
dari 1000C tergantung pada temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora
2006).
Contohnya :
Lama sterilisasi dihitung sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat
mati dengan cara ini, penambahan bakterisida (fenol 5%, lisol 2-3%)
a. Alat
1) Kompor
2) Panci
3) Gunting Stainless
4) Pinset Stainless
5) Serbet
6) Penjepit Kayu
7) Baskom
8) Spons
b. Bahan
2) Air bersih
3) Kassa Steril
4) Handskun Steril
5) Handskun Nonsteril
6) Sabun Sunlight
7) Desinfektan
PENYIMPANAN ALAT
Obat tetes mata adalah obat tetes steril, umumnya isotonis dan
2011).
lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (Depkes RI. 1979).
a. Steril
(II) nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, yang pemilihannya
didasarkan atas ketercampuran zat pengawet dengan obat yang
larutan, harus steril, harus jernih, serta bebas partikel asing, serat dan
didapar pada Ph 7,4, hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes
2. Teknik Aseptik
ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas
1979).
yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau dengan cara
disterilkan
dengan siku
desinfektan.
mendorongnya.
boxnya automatik).
passbox.
6) Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati hati.
d. Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP
digunakan
3) Matikan lampu UV
meja
filter
6) Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF
dengan alkohol 70 %
seluruhnya terangkat.
2. Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak
di dalam.
f) Cuci tangan.
BAB III
A. Kesimpulan
Sterilitas adalah bahwa suatu contoh hanya dapat diartikan steril jika
contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda tersebut.
steril. Secara tradisional keadaan steril adlaah kondisi mutlak yang tercipta
hidup.
4) Sterilisasi Radiasi
5) Sterilisasi Plasma
6) Sterilisasi Filtrasi
pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain.
perebusan menggunakan air mendidih 1000C selama 10 menit efektif untuk sel-sel
Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 1000C tergantung pada
temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora bakteri umumnya resisten
Tetes mata adalah sediaan steril, berupa larutan jernih atau suspensi,
bebas partikel asing, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat
pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata
fermentasi industrial.
B. Saran
dari buku, handbook jurnal dan skripsi dan lengkapi bukti literaturenya.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Agoes, Goeswin. 2013. Sediaan Farmasi Steril. SFI - 4 . Bandung: Penerbit ITB.
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Direktor Bina Framasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat
Lachman, Leon., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L. 1994. Teori dan
Widyatamma