Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM STERILISASI UAP DAN STERILISASI BASAH

DAN PEMBUATAN SEDIAAAN TETES MATA

Disusun Oleh:

Nama : Melinda Felia Putri

Nim : 201304016

Semester : VIII (Delapan)

Kelompok : III (Tiga)

LABORATORIUM PERBEKALAN STERIL

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

PROGRAM STUDI ILMU FARMASI

2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sterilitas adalah keadaan bebas mikroorganisme hidup atau

keadaan dimana tidak dapat menghasilkan keturunan (Widyatama, Tim.

2011). Sterilitas adalah bahwa suatu contoh hanya dapat diartikan steril jika

contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda tersebut

(Kemenkes RI. 2014)

Sterilisasi adalah keadaan suatu zat yang bebas dari mikroba hidup,

baik yang patogen (menimbulkan penyakit) maupun apatogen atau

nonpatogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam vegetatif (siap untuk

berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis tidak

dapat berkembang baik, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung

kuat) (Syamsuni, H.A.2006).

Sterilisasi uap adalah sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus

autoklaf yang didalam farmakope ditetapkan bahwa untuk media atau

pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain

(Syamsuni, H.A.2006).

Sterilisasi Basah adalah Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara

perebusan menggunakan air mendidih 1000C selama 10 menit efektif untuk sel-sel

vegetatif dan sporaeukariot, namun tidak efektif untuk endospora bakteri.

Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 1000C tergantung pada
temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora bakteri umumnya resisten

terdapat sterilisasi cara ini (Syamsuni, H A. 2006).

Tetes mata adalah sediaan steril, berupa larutan jernih atau

suspensi, bebas partikel asing, digunakan untuk mata dengan cara

meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola

mata (Syamsuni, H.A.2006). Obat tetes mata adalah obat tetes steril,

umumnya isotonis dan isohidris. Kita menggunakannya dengan cara

meneteskan kedalam lekuk mata atau kepermukaan selaput bening mata

(Lukas, Stefanus. 2011).

Aseptik atau asepsis adalah eksklusi secara kontiniu

mikroorganisme berbahaya (harmful). Oleh karena itu, pembiakan

mikroorganisme dilaboratorium dilakukan secara aseptik, seperti halnya

pada banyak fermentasi industrial (Agoes. Goeswin. 2013). Aseptis

menunjukkan proses atau kondisi terkendali dimana tingkat kontaminasi

mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu, dimana mikroorganisme

dapat ditiadakan pada suatu produk (Lachman, Leon. dkk.1994).

B. Maksud Praktikum

Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui cara sterilisasi

uap dan sterilisasi basah pada alat - alat kesehatan dan cara pembuatan obat

tetes mata.

C. Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk sterilisasi uap dan sterilisasi

basah pada alat - alat kesehatan dan cara pembuatan obat tetes mata.
D. Prinsip Praktikum

Prinsip percobaan ini adalah sterilisasi uap dan sterilisasi basah pada

alat - alat kesehatan dan pembuatan obat tetes mata.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sterilitas

1. Pengertian Sterilitas

Sterilitas adalah keadaan bebas mikroorganisme hidup atau

keadaan dimana tidak dapat menghasilkan keturunan (Widyatama, Tim.

2011).

Sterilitas adalah bahwa suatu contoh hanya dapat diartikan steril

jika contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda

tersebut (Kemenkes RI. 2014).

2. Uji Sterilitas

Uji sterilitas dilakukan terhadap produk dan bahan yang

sebelumnya telah mengalami proses pensterilan yang telah diberlakukan.

Hasilnya membuktikan bahwa prosedur sterilisasi dapat diulang secara

efektif. Tetapi umumnya disetujui bahwa kontrol yang dilaksanakan

selama proses validasi memberikan jaminan telah efektifnya proses

sterilisasi. Uji ini dilakukan terhadap sampel yang dipilih untuk mewakili

keseluruhan lot bahan tersebut. (Lachman, Leon., dkk. 1994).

3. Metode Uji Sterilitas

a. Metode Uji Sterilitas (Depkes RI. 1979):

Pengujian dilakukan dengan teknik aseptis yang cocok.


Percontoh : Kecuali dinyatakan lain, digunakan jumlah bagian

percontoh seperti tertera pada Daftar I, tidak termasuk bahan

percontoh yang digunakan untuk menetapkan efektivitas pemberian.

Daftar I

Jumlah wadah dalam bets Jumlah bagian sampel

10% atau 4, diambil yang lebih


Kurang dari 100
besar

Tidak kurang dari 100, tidak lebih


10
dari 500

Lebih dari 500 2% atau 20%, diambil yang kecil

Untuk sediaan yang disterilkan dalam otoklaf pada suhu di atas

100oC, jumlah percontoh yang digunakan dapat dikurangi, menjadi

10. Jika isi tiap wadah 250 ml atau lebih, jumlah percontoh yang

digunakan dapat dikurangi menjadi 3. Jika isi tiap wadah kurang 1 ml

cairan atau kurang dari 50 mg zat padat, maka jumlah percontoh yang

digunakan adalah 3 kali jumlah yang tertera pada Daftar I.

Daftar II

Jumlah zat yang diperlukan untuk


Jumlah zat uji dalam wadah
Uji kuman Uji jamur dan ragi

Cairan

Kurang dari 1ml Semua isi Semua isi


Tidak kurang dari 1 ml
Separuh isi Separuh isi
Tidak kurang dari 4 ml

Tidak kurang dari 4 ml


2 ml 2 ml
Tidak kurang dari 20 ml

Lebih dari 20 ml 10% dari isi 10% dari isi

Padat
Semua isi Semua isi
Kurang dari 50 mg

Tidak kurang dari 50 mg


Separuh isi Separuh isi
Tidak lebih dari 200 mg

Lebih dari 200 mg 100 mg 100 mg

b. Metode Uji Sterilitas (Depkes RI. 1995)

Prosedur pengujian terdiri dari :

1) inokulasi langsung ke dalam media uji dan

2) teknik penyaringan membran. Uji sterilitas untuk bahan

Farmakope, jika mungkin menggunakan penyaringan membran,

merupakan metode pilihan. Prosedur ini terutama berguna untuk

cairan dan serbuk yang dapat larut yang bersifat bakteriostatik atau

fungistatik, untuk memisahkan mikroba kontaminan dari

penghambat pertumbuhan. Prosedur harus divalidasi untuk

penggunaan tersebut. Dengan alasan yang sama, cara ini sangat

berguna untuk bahan seperti minyak, salep, atau krem yang dapat

melarut ke dalam cairan pengencer bukan bakteriostatik atau bukan


fungistatik. Penggunaannya juga untuk uji sterilitas permukaan atau

lumen kritis alat-alat kesehatan.

Karena sifat bahan yang akan diuji bervariasi dan faktor lain

yang mempengaruhi pada waktu melakukan uji sterilitas, maka perlu

diperhatikan ketentuan berikut dalam melakukan uji sterilitas.

B. Sterilisasi

1. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik

bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu

objek atau material. Hal ini tersebut dapat dicapai melalui cara

penghilangan secara fisika semua organisme hidup, misalnya

penyaringan atau pembunuhan organisme dengan panas, bahan kimia,

atau dengan cara lainnya (Agoes, Goeswin. 2013).

Sterilisasi adalah menghilangkan semua bentuk kehidupan, baik

bentuk patogen, nonpatogen, vegetatif, maupun nonvegetatif dari suatu

objek atau material. Hal ini tersebut dapat dicapai dengan panas,

penyaringan, bahan kimia, atau dengan cara lain sehingga tidak ada

organisme yan tertinggal. Virus, mikroplasma, atau bakteriofag

umumnya peka terhadap panas dibandingkan dengan spora bakteri, tetapi

hal ini tidak efektif untuk bahan kimia atau penyaringan (Lukas,

Stefanus. 2011).

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan

keadaan steril. Secara tradisional keadaan steril adlaah kondisi mutlak


yang tercipta sebagai akibat penghacuran dan penghilangan semua

mikroorganisme hidup (Lachman, Leon.dkk. 1994).

2. Alasan Melakukan Sterilisasi

Ada 3 alasan utama untuk melakukan sterilisasi dan disinfeksi

(Agoes, Goeswin. 2013):

a. Untuk mencegah transmisi penyakit

b. Untuk mencegah pembusukan material oleh mikroorganisme

c. Untuk mencegah kompetisi nutrien dalam media pertumbuhan

sehingga memungkinkan kultur organisme spesifik berbiak untuk

keperluan sendiri (seperti produksi ragi) atau untuk metabolitnya

(seperti untuk memproduksi minuman dan antibiotik).

3. Metode Sterilisasi dan disinfeksi

Metoede yang umum digunakan untuk proses sterilisasi dan

disifeksi dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok (Agoes, Goeswin.

2013):

a. Destruksi mikroorganisme

Destruksi mikroorganisme secara total merupakan metode

dengan aplikasi terbatas karena proses memerlukan kondisi ekstrim,

dan dalam beberapa hal material yang akan diberikan akan rusak

akibat perlakuan panas.


b. Pembunuhan atau inaktivasi

Pembunuhan atau inaktivasi merupakan eliminasi

mikroorganisme tanpa perlu menghancurkan sel secara sempurna.

Metode ini dikelompokkan dalam 3 kelompok:

1) Metode panas, baik kering ataupun basah

2) Metode dengan sumber energi tinggi lain, misal radiasi ionisasi

3) Metode secara kimia

Panas digunakan secara luas pada sterilisasi. Aplikasi panas-

kering misalnya dengan cara memanaskan material dalam oven, atau

memanaskan udara pada penahan panas atau kontak langsng dengan

pipa (flue) gas (pengasapan). Umumnya kurang efektif jika

dibandingkan dengan panas - basah.

c. Penghilangan secara fisikal

Metode dasar ketiga untuk sterilisasi adalah menghilangkan

secara fisikal mikroorganisme dari material yang akan disterilkan.

Karena sifatnya, metode ini terbstsd untuk disterilisasi gas dan cairan

karena tidak ada cara yang baik untuk menghilangkan bakteri secara

langsung dari suatu padatan tanpa melarutkan, merekristalisasi, atau

mengendapkannya.

4. Cara cara sterilisasi

Cara cara sterilisasi yaitu (Depkes RI.1979):

a. Cara A (pemanasan secara basah dalam autoklaf pada suhu 115oC

sampai 116 oC selama 30 menit. Dengan uap air panas.


b. Cara B (penambahan dengan bakterisida)

c. Cara C (penyaringan bakteri steril)

d. Cara D (pemanasan secara kering dalam oven pada suhu 150 oC

selama 1 jam)

5. Macam macam Sterilisasi

Macam macam sterilisasi yang dapat digunakan sebaai berikut

(Lukas, Stefanus.2011):

a. Sterilisasi Uap (Autoklaf)

Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya

memaparkan uap jenuh pada tekanan tertentu selama waktu dan suhu

tertutup pada suatu objek sehingga terjadi pelepasan energi laten uap

mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara ireversibel

akibat denaturasi atau koagulasi protein sel. Faktor faktor yang

mempengaruhi sterilisasi uap yaitu: Wakktu, Suhu, Kelembaban.

b. Sterilisasi Panas Kering ( Oven)

Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme

konduksi panas. Panas akan diabsorpsi oleh permukaan luar alat

yang disterilkan, lalu merambat kebagian dalam permukaan sampai

akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai. Sterilisasi panas kering biasa

digunakan untuk alat alat atau bahan dengan uap yang tidak dapat

berpenetrasi secara mudah atau untuk peralatan yang terbuat dari

kaca.
c. Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida

Sterilisasi gas merupakan pilihan lain yang digunakan untuk

sterilisasi alat yang sensitif terhadap panas. Etilen oksida merupakan

senyawa organik kelompok epoksida dari golongan eter. Sterilisasi

dengan gas etilen oksida memerlukan waktu 4 16 jam.

d. Sterilisasi Radiasi

1) Ultraviolet

Sumbernya adalah lampu uap merkuri dengan daya tembus

hanya 0,01 0,2 nm. Ultraviolet digunakan untuk sterilisasi

ruangan pada penggunaan aseptik.

2) Ion

Mekanismenya Sinar langsung menghantar pusat

kehidupan mikroba (kromosom) atau secara tidak langsung

dengan sinar terlebih dulu membentuk molekul air dan

mengubahnya menjadi bentuk radikalnya yang menyebabkan

terjadinya reaksi sekumder pada bagiam molekuk DNA mikroba.

3) Gamma

Diguanakan untuk mensterilkan alat kedokteran serta alat

yang terbuat dari logam, karet, serta bahan sintesis seperti

polietilen.

e. Sterilisasi Plasma

Plasma terdiri atas elektron, ion ion, maupun partikel netral.

Halilintar merupakan contoh plasma yang terdiri dari alam. Plasma


buatan dapat terjadi pada suhu tinggi maupun rendah. Plasma berasal

dari beberapa gas seperti argon, nitrogen, dan oksigen yang

menunjukkan aktivitas sporisidal. Proses pembentukan plasma ada

dua fase yaitu fase difusi dan fase plasma.

f. Sterilisasi Filtrasi

Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan

mikroba secara fisik dengan adsorpsi pada media penyaringan.atau

dengan mekanisme penyaringan yang digunakan untuk sterilisasi

larutan yang tidak panas.

C. Sterilisasi Uap

1. Pengertian Sterilisasi Uap

Sterilisasi uap adalah sterilisasi cara ini menggunakan suatu

siklus autoklaf yang didalam farmakope ditetapkan bahwa untuk

media atau pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali

dinyatakan lain (Syamsuni, H. A. 2006).

2. Keuntungan Sterilisasi dengan uap air pada suhu 1000C

Uap air mempunyai daya bakterisida lebih besar jika

dibandingkan dengan pemanasan kering karena mudah menembus

dinding sel mikroba dan akan menggumpalkan zat putih telurnya

(Syamsuni, H. A. 2006).

3. Faktor faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap

Faktor faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap yaitu (Lukas,

Stefanus. 2011):
a. Waktu

Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan

terhadap uap jenuh pada suhu konstan makas semua

mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat bersamaan.

b. Suhu

Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses

sterilisasi secara dramatis.. Sebagai gambaran, awktu yang

diperlukan untuk membunuh satu juta B. Stearothermophillus

pada suhu 115,6 0C adalah 42,6 menit, dengan menaikkan suhu

Sampai 140,60C, waktu yang dibutuhkan 8 detik. Tentu hal ini

terjadi pada kondisi uap jenuh, sedangkan pada kndisi uap yang

tidak jenuh mikroorganisme mungkin tidak akan terbunuh

secara sempurna meski suhu sterilisasi dinaikkan.

c. Kelembaban.

Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap

disebabkan kelembaban akan menurunkan suhu yang akan

diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi protein.

4. Alat dan Bahan Sterilisasi uap

a. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum sterilisasi uap yaitu:

1) Kompor

2) Panci

3) Gunting Stainless
4) Pinset Stainless

5) Serbet

6) Penjepit Kayu

7) Baskom

8) Spons

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum sterilisasi uap yaitu:

1) Alumunium foil

2) Air bersih

3) Kassa Steril

4) Handskun Steril

5) Sabun Sunlight

6) Desinfektan

5. Cara Kerja Sterilisasi Uap

a. Skema Kerja Sterilisasi Uap

PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN

PERENDAMAN ALAT ALAT

PENCUCIAN ALAT - ALAT

STERILISASI UAP ALAT - ALAT

PENYIMPANAN ALAT
b. Cara kerja

1. Penyiapan Alat dan Bahan

Siapkan alat dan bahan untuk digunakan pada praktikum ini.

2. Perendaman Alat Alat

Alat alat kesehatan seperti pinset stainless , gunting stainless

dan lain-lain kedalam baskom yang telah terisi air dan

disenfektan, direndam selama 30 menit.

3. Pencucian Alat Alat

Alat alat kesehatan yang telah direndam di cuci menggunakan

sabun sungliht,spon,dan sikat yang halus dengan air bersih yang

mengalir. Setelah dicuci alat - alat kesehatan tidak boleh dipegang

menggunakan tangan.

4. Sterilisasi Uap Alat Alat

Setelah dicuci bersih lalu bungkus alat-alat kesehatan dengan

menggunakan kain kassa untuk alat-alat yang mempunyai

ujungnya tajam dan dibungkus dengan alumunium foil lalu

dimasukkan kedalam panci (yang mempunyai saringan panci)

yang telah di beri air dan dipanaskan atau diletakkan diatas

kompor selama 20 menit setelah air mendidih. Sterilisasi uap

yang digunakan dalam praktikum ini menggunakan kompor dan

panci.
5. Penyimpanan Alat Alat

Alat - alat kesehatan yang telah mencapai 20 menit diangkat

menggunakan penjepit kayu dan praktikan menggunakan

hanskum steril untuk membuka alat alat kesehatan dari

alumunium foil yang terbungkus. Lalu disimpan kembali dalam

wadah tertutup rapat.

D. Sterilisasi Basah

1. Pengertian Sterilisasi Basah

Sterilisasi Basah adalah Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara

perebusan menggunakan air mendidih 1000C selama 10 menit efektif untuk

sel-sel vegetatif dan sporaeukariot, namun tidak efektif untuk

endospora bakteri. Tingkat sterilisasi panasbasah pada temperatur kurang

dari 1000C tergantung pada temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora

bakteri umumnya resisten terdapat sterilisasi cara ini (Syamsuni, H. A.

2006).

2. Ciri Ciri Sterilisasi dengan Pemanasan Basah

Ciri ciri pemanasan basah (Syamsuni, H. A. 2006):

a. Yang dipanaskan adalah air menjadi uap air

b. Proses pemusnahan mikroba berdasarkan koagulasi atau

penggumpalan zat putih telur dari mikroba tersebut.

c. Waktu yang diperlukan lebih singkat, kira kira 30 menit.


d. Suhu yang diperlukan lebih rendah, maksimal 1160C (dalam

autoklaf). 1 g uap air 1000C jika mengembun menjadi air bersuhu

1000C akan membebaskan 536 kalori.

e. Digunakan untuk sediaan injeksi dengan pembawa air

Contohnya :

Dimasukkan kedalam air mendidih

Lama sterilisasi dihitung sejak air mulai mendidih. Spora tidak dapat

mati dengan cara ini, penambahan bakterisida (fenol 5%, lisol 2-3%)

dapat mempersingkat waktu sterilisasi. Beberapa alat kedokteran

dapat disterilkan dengan cara ini.

3. Alat dan Bahan Sterilisasi Basah

a. Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum sterilisasi basah yaitu:

1) Kompor

2) Panci

3) Gunting Stainless

4) Pinset Stainless

5) Serbet

6) Penjepit Kayu

7) Baskom

8) Spons

b. Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum sterilisasi basah yaitu:


1) Alumunium foil

2) Air bersih

3) Kassa Steril

4) Handskun Steril

5) Handskun Nonsteril

6) Sabun Sunlight

7) Desinfektan

4. Cara Kerja Sterilisasi Basah

a. Skema Kerja Sterilisasi Basah

PENYIAPAN ALAT DAN BAHAN

PERENDAMAN ALAT ALAT

PENCUCIAN ALAT - ALAT

STERILISASI BASAH ALAT - ALAT

PENYIMPANAN ALAT

5. Cara Kerja Sterilisasi Basah

1. Penyiapan Alat dan Bahan

Siapkan alat dan bahan untuk digunakan pada praktikum ini.

2. Perendaman Alat Alat

Alat alat kesehatan seperti pinset stainless , gunting stainless

dan lain-lain kedalam baskom yang telah terisi air dan

disenfektan, direndam selama 30 menit.


3. Pencucian Alat Alat

Alat alat kesehatan yang telah direndam di cuci menggunakan

sabun sungliht,spon,dan sikat yang halus dengan air bersih yang

mengalir. Setelah dicuci alat-alat kesehatan tidak boleh

dipegang menggunakan tangan.

4. Sterilisasi Basah Alat Alat

Setelah dicuci bersih lalu bungkus alat - alat kesehatan dengan

menggunakan kain kassa untuk alat-alat yang mempunyai

ujungnya tajam dan dibungkus dengan alumunium foil lalu

dimasukkan kedalam panci yang telah di beri air dan dipanaskan

atau diletakkan diatas kompor selama 30 menit setelah air

mendidih. Sterilisasi basah yang digunakan dalam praktikum ini

menggunakan kompor dan panci.

5. Penyimpanan Alat Alat

Alat - alat kesehatan yang telah mencapai 30 menit diangkat

menggunakan penjepit kayu dan praktikan menggunakan

hanskum steril untuk membuka alat alat kesehatan dari

alumunium foil yang terbungkus. Lalu disimpan kembali dalam

wadah tertutup rapat.

E. Obat Tetes Mata

1. Pengertian Obat Tetes Mata

Obat tetes mata adalah obat tetes steril, umumnya isotonis dan

isohidris. Kita menggunakannya dengan cara meneteskan kedalam


lekuk mata atau kepermukaan selaput bening mata (Lukas, Stefanus.

2011).

Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,

merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga

sesuai digunakan pada mata (Kemenkes RI. 2014).

Tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi,

digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput

lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata (Depkes RI. 1979).

2. Syarat Syarat Tetes Mata

Tetes mata harus memenuhi syarat syarat yang telah ditentukan

yaitu (Anief, Moh. 1997):

a. Steril

b. Sedapat mungkin isotonis

c. Sedapat mugkin isohidris

Bila obatnya tidak tahan pemanasan, maka sterilisasi dicapai

dengan menggunakan pelarut steril, dilarutkan obatnya secara aseptis,

dan menggunakan penambahan zat pengawet dan botol atau wadah

yang steril. Isotonis dan pH yang dikehendaki diperoleh dengan

menggunakan pelarut yang cocok.

3. Pembuatan Obat Tetes Mata

Tetes mata berair umumnya dibuat dengan menggunakan cairan

pembawa berair yang mengandung zat pengawet seperti fenil raksa

(II) nitrat atau fenil raksa (II) asetat 0,002% b/v, yang pemilihannya
didasarkan atas ketercampuran zat pengawet dengan obat yang

terkandung didalamnya selama waktu tetes mata itu dimungkinkan

untuk digunakan. Benzilkonium klorida tidak cocok digunakan untuk

tetes mata yang mengandung anestetik lokal. Tetes mata berupa

larutan, harus steril, harus jernih, serta bebas partikel asing, serat dan

benang. Jika harus menggunakan dapar, sebaiknya obat tetes mata

didapar pada Ph 7,4, hal ini karena mengingat waktu kontak obat tetes

mata dengan mata relatif singkat ( Syamsuni, H. A. 2006).

Pembuatan obat tetes mata, jika tidak dinyatakan lain adalah

sebagai berikut (Depkes RI. 1979):

a. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa yang mengandung salah

satu zat pengawet tersebut diatas, lalu larutan dijernihkan dengan

penyaringan, masukkan kedalam wadah, tutup kedap dan sterilkan

dengan cara steril A/B yang tertera pada injectiones.

b. Obat ini dilarutkan ke dalam cairan pembawa berair yang

mengandung salah satu pengawet tersebut diatas, kemudian larutan

disterilkam dengan cara sterilisasi C Yang tertera pada injectiones,

masukkan ke dalam wadah steril secara septik dan ditutup kedap.

c. Obat dilarutkan kedalam cairan pembawa tak berair yang steril

(yang disterilkan pada 1500C dalam oven), dimasukkan ke dalam

wadah steril secara aseptik dan ditutup kedap.


F. Aseptik

1. Pengertian Aseptik atau Asepsis

Aseptik atau asepsis adalah eksklusi secara kontiniu

mikroorganisme berbahaya (harmful). Oleh karena itu, pembiakan

mikroorganisme dilaboratorium dilakukan secara aseptik, seperti

halnya pada banyak fermentasi industrial. Medium pertumbuhan atau

substrat disterilkan untuk menghilangkan semua organisme hidup, dan

kemudian diinokulasi dengan kultur yang diperlukan. Sistem ini

selanjutnya tidak steril lagi, akan tetapi aseptik,karena tidak ada

(terdapat) organisme yang tidak diinginkan (Agoes. Goeswin. 2013).

Aseptis menunjukkan proses atau kondisi terkendali dimana

tingkat kontaminasi mikroba dikurangi sampai suatu tingkat tertentu,

dimana mikroorganisme dapat ditiadakan pada suatu produk

(Lachman, Leon. dkk. 2012).

2. Teknik Aseptik

Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur kerja yang

meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi

risiko paparan terhadap petugas. Kontaminan kemungkinan terbawa

ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan obat, atau petugas

jadi penting untuk mengontrol factor - faktor ini selama proses

pengerjaan produk aseptis (Depkes RI. 2009)

Teknik aseptik adalah cara pengurusan steril menggunakan

teknik yang dapat memperkecil kemungkinannya terjadi cemaran


kuman seminimum mungkin. Teknik aseptik dimaksudkan untuk

digunakan dalam pembuatan injeksi yang tidak dapat dilakukan proses

sterilisasi akhir, karena itu ketidakmantapan zatnya (Depkes RI.

1979).

Cara sterilisasi dengan menggunakan teknik aseptik yang dapat

memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran atau kontaminasi

mikroba hingga seminimal mungkin. Digunakan untuk bahan obat

yang tidak dapat disterilkan dengan cara pemanasan atau dengan cara

penyaringan.Caranya yaitu (Syamsuni, H. A. 2006):

a. Bahan obat : Jika memenuhi syarat p.i (pro injection), tidak

disterilkan

b. Zat pembawa : Disterilkan tersendiri dahulu

c. Zat pembantu : Disterilkan tersendiri

d. Alat alat : Disterilkan dengan cara yang cocok

e. Ruang kerja : Bersih, bebas debu, dan angin, disterilkan dengan

sinar UV atau cara lain yang sesuai.

3. Langkah langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis

Langkah langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah

(Depkes RI. 2009):

a. Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP

Prosedur Mencuci Tangan:

1) Basahi tangan dengan air bersih

2) Ambil sabun antiseptic


3) Gosok kedua telapak tangan bagian atas dan bawah serta diantara

jari - jari dan kuku selama 20 detik

4) Bilas tangan dengan air mengalir dan bersih selama 10 detik

5) Tutup kran dengan beralaskan lap bersih atau bila memungkinkan

dengan siku

6) Keringkan tangan dengan lap bersih atau pengering listrik

b. Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP

Prosedur Berganti Pakaian

1) Memasuki ruangan steril harus melalui ruangan -ruangan ganti

pakaian dimana pakaian biasa diganti dengan pakaiAn pelindung

khusus untuk mengurangi pencemaran jasad renik dan partikel.

2) Pakaian steril hendaklah disimpan dan ditangani sedemikian rupa

setelah dicuci dan disterilkan untuk mengurangi rekontaminasi jasad

renik dan debu.

3) Ruangan Ganti Pakaian Pertama

a) Mula-mula pakain biasa dilepaskan diruang ganti pakaian

pertama. Arloji dan perhiasan dilepaskan dan disimpan atau

diserahkan kepada petugas yang ditunjuk.

b) Pakaian dan sepatu hendaklah dilepas dan disimpan pada tempat

yang telah disediakan.

4) Ruangan Ganti Pakaian Kedua

a) Petugas hendaklah mencuci tangan dan lengan hingga siku tangan

dengan larutan desinfektan (yang setiap minggu diganti). Kaki


hendaklah dicuci dengan sabun dan air dan kemudian dibasuh

dengan larutan desinfektan.

b) Tangan dan lengan dikeringkan dengan pengering tangan listrik

otomatis. Sepasang pakaian steril diambil dari bungkusan dan

dipakai dengan cara berikut.

c) Penutup kepala hendaklah menutupi seluruh rambut dan

diselipkan ke dalam leher baju terusan. Penutup mulut hendaklah

juga menutupi janggut. Penutup kaki hendaklah menyelubungi

seluruh kaki dan ujung kaki.

d) Celana atau baju terusan (overall) diselipkan ke dalam penutup

kaki. Penutup kaki diikat sehingga tidak turun waktu bekerja.

Ujung lengan baju hendaklah diselipkan ke dalam sarung tangan.

Kaca mata pelindung dipakai pada tahap akhir ganti pakaian.

e) Sarung tangan dibasahi dengan alkohol 70 % atau larutan

desinfektan.

f) Membuka pintu untuk memasuki ruang penyangga udara dan

ruang steril hendaklah dengan menggunakan siku tangan dan

mendorongnya.

g) Setiap selesai bekerja dan meninggalkan ruangan steril petugas

melepaskan sarung tangan dan meletakkannya pada wadah yang

ditentukan untuk itu dan mengganti pakaian sebelum keluar

dengan urutan yang berlawanan ketika memasuki ruangan steril.


c. Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP

Prosedur Penggunaan Pass Box

Untuk passbox yang dilengkapi dengan UV

1) Hubungkan passbox dengan sumber listrik yang sesuai (jika pass

boxnya automatik).

2) Nyalakan passbox dengan menekan tombol ON pada switch,

lampu indikator akan menyala.

3) Jika lampu hijau menyala, pintu passbox dalam keadaan tidak

terkunci, dan siap dibuka.

4) Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox.

5) Tutup kembali pintu passbox.

6) Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril

7) Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati-hati.

Untuk passbox yang manual

1) Bersihkan passbox sesuai dengan prosedur tetap pembersihan

passbox.

2) Buka pintu passbox (pastikan pintu passbox yang berada dalam

ruang steril dalam keadaan tertutup)

3) Masukkan alat dan bahan ke dalam passbox

4) Tutup kembali pintu passbox

5) Buka pintu passbox dari dalam ruangan steril (pastikan pintu

passbox yang satu tetap tertutup)

6) Keluarkan alat dan bahan dari dalam passbox dengan hati hati.
d. Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP

Prosedur Penggunaan Laminar Air Flow (LAF)

1) Hubungkan LAF dengan sumber listrik yang sesuai (220 volt)

2) Nyalakan blower dan lampu UV minimal 15 menit sebelum

digunakan

3) Matikan lampu UV

4) Buka pintu penutup LAF dan letakkan secara horisontal di atas

meja

5) Bersihkan permukaan LAF dengan Iso Propol Alkohol (IPA) atau

alcohol 70 % menggunakan lap yang tidak berserat:

a. Dinding : dari atas ke bawah dengan gerakan satu arah

b. Lantai : dari belakang ke depan dengan gerakan satu arah

Catatan: jangan menyemprotkan alkohol langsung ke arah HEPA

filter

6) Seka semua bahan dan alat yang akan dimasukkan ke dalam LAF

dengan alkohol 70 %

7) Letakkan bahan dan alat di dalam LAF sesuai tata letak

8) Biarkan 5 menit untuk menghilangkan turbulensi udara

c. Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP

Prosedur Melepaskan Alat Pelindung Diri

1) Menanggalkan pakaian pelindung:

a) Menanggalkan sarung tangan luar

1. Tempatkan jari-jari sarung tangan pada bagian luar manset.


2. Angkat bagian sarung tangan luar dengan menariknya ke arah

telapak tangan. Jari - jari sarung tangan luar tidak boleh

menyentuh sarung tangan dalam ataupun kulit.

3. Ulangi prosedur dengan tangan lainnya.

4. Angkat sarung tangan luar sehingga ujung - ujung jari berada

di bagian dalam sarung tangan.

5. Pegang sarung tangan yang diangkat dari dalam sampai

seluruhnya terangkat.

6. Buang sarung tangan tersebut ke dalam kantong tertutup.

b) Menanggalkan baju pelindung

1. Buka ikatan baju pelindung.

2. Tarik keluar dari bahu dan lipat sehingga bagian luar terletak

di dalam.

3. Tempatkan dalam kantong tertutup.

c) Tanggalkan tutup kepala dan buang dalam kantong tertutup.

d) Tanggalkan sarung tangan dalam, bagian luar sarung tangan

tidak boleh menyentuh kulit. Buang dalam kantong tertutup.

e) Tempatkan kantong tersebut dalam kointainer buangan sisa.

f) Cuci tangan.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sterilitas adalah bahwa suatu contoh hanya dapat diartikan steril jika

contoh tersebut sudahnya bebas dari mikroba variabel pada benda tersebut.

Sterilisasi adalah proses yang dirancang untuk menciptakan keadaan

steril. Secara tradisional keadaan steril adlaah kondisi mutlak yang tercipta

sebagai akibat penghacuran dan penghilangan semua mikroorganisme

hidup.

Macam macam Sterilisasi:

1) Sterilisasi Uap (Autoklaf)

2) Sterilisasi Panas Kering ( Oven)

3) Sterilisasi Gas atau Etilen Oksida

4) Sterilisasi Radiasi

5) Sterilisasi Plasma

6) Sterilisasi Filtrasi

Sterilisasi uap adalah sterilisasi cara ini menggunakan suatu siklus

autoklaf yang didalam farmakope ditetapkan bahwa untuk media atau

pereaksi adalah selama 15 menit pada suhu 1210C, kecuali dinyatakan lain.

Sterilisasi Basah adalah Sterilisasi panas basah dilakukan dengan cara

perebusan menggunakan air mendidih 1000C selama 10 menit efektif untuk sel-sel

vegetatif dan sporaeukariot, namun tidak efektif untuk endospora bakteri.

Tingkat sterilisasi panas basah pada temperatur kurang dari 1000C tergantung pada
temperatur dan atau waktu sterilisasi, endospora bakteri umumnya resisten

terdapat sterilisasi cara ini.

Tetes mata adalah sediaan steril, berupa larutan jernih atau suspensi,

bebas partikel asing, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat

pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata

Aseptik atau asepsis adalah eksklusi secara kontiniu mikroorganisme

berbahaya (harmful). Oleh karena itu, pembiakan mikroorganisme

dilaboratorium dilakukan secara aseptik, seperti halnya pada banyak

fermentasi industrial.

B. Saran

Sebaiknya dalam pembuatan laporan dosen dapat mengecek literatur

yang dipakai oleh praktikan. Literature yang digunakan wajib mengambil

dari buku, handbook jurnal dan skripsi dan lengkapi bukti literaturenya.
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi Keempat.

Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Anief, Moh. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Agoes, Goeswin. 2013. Sediaan Farmasi Steril. SFI - 4 . Bandung: Penerbit ITB.

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Direktor Bina Framasi Komunitas dan Klinik Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Departemen Kesehatan. 2009. Pedoman dasar Dispending

Sediaan Steril. Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi V. Buku Ke 2. Jakarta:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Lukas, Stefanus. 2011. Formulasi Sterilisasi. Edisi Revisi. Yogyakarta: ANDI.

Lachman, Leon., Lieberman, Herbert A., Kanig, Joseph L. 1994. Teori dan

Praktek Farmasi Insudatri. Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia.


Syamsuni, H A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Widyatamma, Tim. 2011.Kamus Saku Kedokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit

Widyatamma

Anda mungkin juga menyukai