Anda di halaman 1dari 8

UJPH 2 (3) (2013)

Unnes Journal of Public Health


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph

HUBUNGAN PRAKTEK HIGIENE PEDAGANG DENGAN KEBERADAAN ESCHERICIA


COLI PADA RUJAK YANG DI JUAL DI SEKITAR KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI
SEMARANG

Endah Setyorini

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Makanan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Makanan yang
Diterima April 2013 dikonsumsi beragam jenisnya dengan berbagai cara pengolahannya. Makanan tersebut sangat mungkin
Disetujui April 2013 sekali terkontaminasi sehingga menyebabkan konsumen yang mengkonsumsinya jatuh sakit. Hal ini
Dipublikasikan Mei 2013 umumnya disebabkan para penjamah makanan belum atau kurang dalam menerapkan praktek higiene
dengan baik dan benar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan praktek higiene pedagang
________________
dengan keberadaan Eschericia coli pada rujak yang di jual di sekitar kampus Universitas Negeri
Keywords:
Semarang. Jenis penelitian ini Explanatory Research dengan pendekatan cross-sectional. Populasi dalam
Escherichia coli; Food
penelitian ini adalah seluruh pedagang rujak yang ada di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang
Poisoning; Practice
yang meliputi wilayah Sekaran dan Patemon. Sampel berjumlah 13 pedagang. Instrumen yang
Hygiene Traders; Rujak
digunakan yaitu kuesioner dan pemeriksaan laboratorium. Analisis data dilakukan secara univariat dan
____________________
bivariat (Fisher). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara praktek higiene pedagang dengan
keberadaan Eschericia coli pada rujak yang di jual di sekitar kampus Universitas Negeri Semarang
dengan diperoleh p value (0,021). Bagi penjamah makanan terutama pedagang rujak diharapkan agar
selalu memperhatikan dan meningkatkan praktek higiene perorangan dalam menangani makanan.

Abstract
___________________________________________________________________
Food is a basic human need to move on. Food consumed various types with different ways of processing.
Food is very likely contaminated causing consumers who consume sick. It is generally caused by the food
handlers or under in applying higiene practice properly. The purpose of this study to determine the
relationship of hygiene practices in the presence of Escherichia coli traders on salad sold in around
campus Semarang State University. explanatory research study with cross-sectional. The population in
this study were all rujak traders that are around campus Semarang State University covering Sekaran
and Patemon. The sample amounted to 13 traders. The instruments were used questionnaires and
laboratory tests. Data analysis was performed univariate and bivariate (Fisher). The results of this study
was no connection between hygiene practices trader with the presence of Escherichia coli salad on sale
around campus Semarang State University. For food handlers, especially trader rujak expected to always
pay attention and improve hygiene practices individuals in handling food.

2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6528


Gedung F1 Lantai 2 FIK Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: endahsetyorini234@ymail.com

1
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

PENDAHULUAN Penyakit yang erat kaitannya dengan


penyediaan makanan yang tidak higienis dan
Makanan merupakan kebutuhan dasar sering terjadi adalah penyakit dengan gejala
manusia untuk melanjutkan kehidupan. diare, gastrointestinal dan keracunan makanan.
Makanan yang dibutuhkan harus memenuhi Salah satu penyebab dari penyakit yang
syarat kesehatan dalam arti memiliki nilai gizi diakibatkan oleh makanan adalah adanya
yang optimal seperti vitamin, mineral, hidrat bakteri Escherichia coli dalam sumber air atau
arang, lemak dan lainnya. Makanan yang makanan yang merupakan indikasi pasti
dikonsumsi beragam jenisnya dengan berbagai kontaminasi tinja manusia. Menurut Kusmayadi
cara pengolahannya. Makanan makanan (2007) terdapat 4 hal penting yang menjadi
tersebut sangat mungkin sekali menjadi prinsip higiene dan sanitasi makanan yang
penyebab terjadinya gangguan dalam tubuh meliputi perilaku sehat dan bersih orang yang
kita sehingga kita jatuh sakit. Salah satu cara mengelola makanan, sanitasi makanan, sanitasi
untuk memelihara kesehatan adalah dengan peralatan dan sanitasi tempat pengolahan.
mengkonsumsi makanan yang aman, yaitu Makanan dapat terkontaminasi mikroba karena
dengan memastikan bahwa makanan tersebut beberapa hal, di antaranya menggunakan lap
dalam keadaan bersih dan terhindar dari kotor dalam membersihkan perabotan, tidak
penyakit. Banyak sekali hal yang dapat mencuci tangan dengan bersih dan lain-lainnya.
menyebabkan suatu makanan menjadi tidak Diketahui pada tahun 2008 Balai
aman, salah satu diantaranya dikarenakan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) telah
terkontaminasi (Thaheer, 2005:46). mencatat 197 kasus keracunan pangan di
Sumber kontaminasi makanan yang seluruh Indonesia dengan 9022 penderita, yang
paling utama berasal dari pekerja, peralatan, meliputi 8943 orang sakit/dirawat dan 79 yang
sampah, serangga, tikus, dan faktor lingkungan meninggal dunia. Ditinjau dari kejadian KLB
seperti udara dan air. Dari seluruh sumber keracunan pangan disimpulkan bahwa 85
kontaminasi makanan tersebut pekerja adalah (43,15%) kasus belum diketahui penyebabnya,
paling besar pengaruh kontaminasinya. 54 (27,41%) kasus karena mikrobiologi, 37
Kesehatan dan kebersihan pengolah makanan (18,78%) kasus karena bahan kimia dan 21
mempunyai pengaruh yang cukup besar pada (10,66%) kasus tidak ada sampel. Profil
mutu produk yang dihasilkannya, sehingga proporsi angka kesakitan pada kasus KLB
perlu mendapatkan perhatian yang sungguh keracunan pangan tahun 2008 dapat
sungguh (Titin Agustina, 2005:3). disimpulkan bahwa jumlah kasus tertinggi
Suatu penelitian di beberapa Negara dilaporkan terjadi di Jawa Barat sebanyak 3166
industri menunjukkan bahwa lebih dari 60% (35,40%), Jawa Tengah 1240 (13,87%) dan
penyakit bawaan makanan atau foodborn Kalimantan Tengah sebanyak 860 (9,62%).
disease disebabkan karena buruknya Suatu penelitian yang dilakukan oleh
kemampuan penjamah makanan untuk Ermayani (2004) terhadap pedagang nasi pecel
mengolah makanan. Penyakit penyakit yang di Kelurahan Sumurboto dan Tembalang
dapat ditularkan oleh penjamah makanan (Semarang) menyimpulkan bahwa praktek
berasal dari organisme dan mikroorganisme higiene pedagang nasi pecel yang berkaitan
yang ada di tubuh atau di dalam tubuh seorang dengan praktek mencuci tangan dengan sabun
penjamah makanan yang dapat memperbanyak ketika menyajikan makanan masih sangat
diri sampai dosis yang efektif, kondisi yang kurang. Sebanyak 96,7% pedagang tidak
tepat dan kontak langsung dengan makanan mencuci tangannya. Dan diketahui ada 25
atau ketika penyajian makanan ( Sulistyani, (83,3%) sampel yang mengandung Escherichia
2002:24 ). Coli dan 5 (16,7%) sampel tidak mengandung
kuman Escherichia Coli.

2
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

Penelitian Febria Agustina dkk (2009) minuman yang ada di lingkungan sekitar kita.
juga menyimpulkan bahwa higiene perorangan Makanan dan minuman tersebut seharusnya
pedagang makanan jajanan di Pelembang dari sesuai dengan permenkes bahwa Eschericia coli
23 responden terdapat 52,2% yang higiene pada makanan 0/gram. Salah satu lingkungan
perorangan sudah baik dan terdapat 47,8% yang padat dengan adanya pedagang adalah di
responden yang higiene perorangan tidak baik. lingkungan kampus. Kampus Unnes merupakan
Tetapi sebagian besar (86,9%) responden tidak salah satu kampus yang terdapat banyak
mencuci tangannya saat hendak menjamah pedagang dengan berbagai macam makanan
makanan. Kebiasaan tidak mencuci tangan yang dijual. Salah satu jenis makanan yang
sebelum melayani pembeli merupakan sumber dijual dan mudah dijumpai adalah rujak. Rujak
kontaminan yang cukup berpengaruh terhadap merupakan salah satu jenis kudapan atau
kebersihan makanan. Kebersihan tangan sangat makanan camilan yang digemari masyarakat
penting bagi setiap orang terutama penjamah dan mahasiswa di lingkungan Unnes karena
makanan. Kebiasaan mencuci tangan sangat harganya murah dan kaya akan kandungan
membantu dalam mencegah penularan bakteri vitamin. Di sisi lain rujak merupakan makanan
dari tangan ke makanan. yang berpotensi dan berisiko tinggi
Dari laporan BPOM Semarang, pada terkontaminasi mikroba karena disajikan dalam
tahun 2006 hasil pengujian mikrobiologi pada keadaan tidak panas dan berair serta dalam
sampel makanan menurut parameter uji meracik ditangani secara langsung tanpa
Escherichia coli dari 243 sampel, 242 sampel menggunakan penjepit atau sarung tangan
memenuhi syarat dan terdapat 1 sampel yang plastik.
tidak memenuhi syarat. Pada tahun 2007 dari Hasil wawancara pada tanggal 27 April
172 sampel, 169 sampel yang memenuhi syarat 2012 pada 15 responden didapatkan 10
dan 3 sampel tidak memenuhi syarat. responden (66,7%) yang mengkonsumsi rujak
Berdasarkan data dari BPOM Semarang di kawasan sekitar Unnes mengatakan bahwa
diketahui adanya peristiwa keracunan atau setelah mengkonsumsi rujak mereka
kejadian luar biasa (KLB) yang disebabkan oleh mengalami sakit perut dan gejala diare pada
rujak. Peristiwa KLB atau keracunan rujak keesokan harinya. Dan pengamatan dilakukan
tersebut terjadi di Batang pada tanggal 22 Juli pada pedagang, dapat disimpulkan bahwa
2006 yang mengakibatkan 117 warga pedagang tersebut kurang memperhatikan
mengalami keracunan dan 15 warga kebersihan diri terutama tangan. Berdasarkan
mendapatkan perawatan inap. Peristiwa latar belakang di atas maka penulis tertarik
keracunan ditandai dengan kepala pusing, mual, melakukan penelitian mengenai Hubungan
muntah dan diare. Berdasarkan laporan Praktek Higiene Pedagang dengan Keberadaan
petugas laboratorium kesehatan bahwa rujak Escherichia coli pada Rujak yang di Jual di
buah tersebut mengandung bakteri Eschericia Sekitar Kampus Universitas Negeri Semarang.
coli yang menyebabkan keracunan pada warga
tersebut (BPOM, 2007). METODE PENELITIAN
Sesuai dengan Permenkes RI. No.
715/Menkes/SK/2003 tentang persyaratan Jenis penelitian ini adalah penelitian
makanan jadi bahwa Eschericia coli pada analitik yaitu penelitian yang menjelaskan
makanan 0/gram. Serta dalam SNI (Standar hubungan antar variabel. Metode yang
Nasional Indonesia ) jenis bakteri pathogen ini digunakan adalah Cross sectional.
tidak diperbolehkan atau diijinkan dalam Populasi dalam penelitian ini yaitu
makanan ataupun minuman yang dikonsumsi seluruh pedagang rujak yang ada disekitar
manusia. Pada saat ini banyak ditemukan kampus unnes yang meliputi wilayah Sekaran
berbagai macam pedagang makanan dan dan Patemon yang berjumlah 13 pedagang.

3
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

Oleh karena besar populasi kurang dari 20 yaitu yang membentuk gas atau positif, suspensi
13 pedagang, maka sampel penelitian ini dipindahkan sebanyak 1 ose ke dalam tabung
diambil menggunakan teknik total sampling. yang sudah terisi media Brilliant Green Lactose
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Bile Broth (BGLBB) 10 ml. Tabung kemudian
adalah kuesioner dan pemeriksaan diinkubasi selama 24-48 jam, setelah masa
laboratorium. inkubasi catat tabung yang menunjukkan
Untuk pemeriksaan laboratorium adanya gas atau tabung positif (media keruh
menggunakan uji prakiraan dan uji penegasan. dan tabung durham terangkat keatas).
Dalam uji prakiraan dilakukan dengan Kombinasi yang positif kemudian dicocokkan
menggunakan tabung seri 3. Masing-masing dengan tabel MPN.
tabung dilengkapi dengan tabung durham Uji statistik yang digunakan adalah Uji
dalam posisi terbalik. Ketiga seri tabung Fisher karena untuk mengetahui hubungan
tersebut diisi dengan Lactose Broth masing- variabel kategorik dengan kategorik. Uji Fisher
masing 5ml yang kemudian dimasukkan sampel merupakan uji alternatif dari Uji Chi-Square
dengan pengenceran 1 ml, 10 ml dan 100 ml. untuk tabel 2x2.
semua tabung reaksi diinkubasi dalam
inkubator dengan suhu 35-37C selama 24 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah masa inkubasi, diamati terbentuknya
gas (adanya gelembung gas pada tabung Berikut ini merupakan distribusi
durham) dan media menjadi keruh karena responden berdasarkan praktek higiene yang
mengandung asam. Tabung yang tidak dilakukan oleh para pedagang, yang
membentuk gas diperpanjang masa dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu baik dan
inkubasinya menjadi 48 jam. Jika tidak kurang baik yang disajikan dalam table.
terbentuk gas maka tabung dihitung sebagai
tabung negatif. Pada uji penegasan pada tabung

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Praktek Higiene Pedagang


No. Praktek Higiene Frekuensi Persentase (%)
1 Baik 6 46,2%
2 Kurang Baik 7 53,8%
Total 13 100,00%

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan pedagang (53,8%) termasuk dalam kategori


bahwa dari 13 pedagang praktek higiene yang kurang baik dalam melaksanakan praktek
dilakukan pedagang dengan kategori baik higiene.
sebanyak 6 pedagang (46,2%). Sedangkan 7

Tabel 2. Distribusi Keberadaan Escherichia coli pada Rujak


No Keberadaan E.coli pada Rujak Jumlah Sampel Persentase
1 Ada 9 69,2%
2 Tidak Ada 4 30,8%
Total 13 100,00%

Berdasarkan Tabel 2, diketahui bahwa sampel (30,8%) tidak mengandung Escherichia


dari 13 sampel, sebanyak 9 sampel (69,2%) coli.
mengandung Escherichia coli dan sebanyak 4

4
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

Tabel 3. Hubungan Praktek Higiene Pedagang dengan Keberadaan Escherichia coli pada Rujak yang
di Jual di Sekitar Kampus Universitas Negeri semarang
Keberadaan Escherichia coli
Praktek Higiene Total p Value
Ada Tidak Ada
Pedagang
N % N % N %

Baik 2 33,3 4 66,7 6 100 0,05 0,021


Kurang Baik 7 77,8 0 0 7 100
Total 9 69,2 4 30,8 13 100

Berdasarkan hasil penelitian diketahui Dari hasil pemeriksaan sampel makanan


bahwa ada hubungan antara praktek higiene rujak didapatkan 7 responden (77,8%)
pedagang dengan keberadaan Escherichia coli praktek higiene kurang baik yang
pada rujak yang dijual di sekitar kampus keseluruhannya positif mengandung
Universitas Negeri Semarang. Hasil ini Escherichia coli. Sedangkan dari 6 responden
didasarkan pada uji Fisher, diperoleh p-value yang praktek higienenya baik terdapat 2 sampel
sebesar 0,021 (p < 0,05). Hasil penelitian ini (33,3%) yang mengandung Escherichia coli dan
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh 4 sampel (66,7%) tidak mengandung
Ermayani (2004) yang menyatakan bahwa ada Escherichia coli. Semakin rendah para
hubungan antara praktek higiene pedagang nasi penjamah makanan untuk melakukan praktek
pecel dengan keberadaan Escherichia coli di higiene maka semakin besar kemungkinan
Kelurahan Sumurboto dan Tembalang makanan yang ditangani terkontaminasi.
(Semarang). Karena penjamah makanan merupakan faktor
Praktek higiene pedagang mempengaruhi yang berperan terhadap kontaminasi makanan
kualitas makanan yang ditangani, praktek yaitu kontaminasi mikrobiologis yang
higiene yang buruk dapat menyebabkan disebabkan oleh para penjamah kurang
kontaminasi mikrobiologis pada makanan memperhatikan higiene perorangan terutama
karena penjamah makanan merupakan sumber kebersihan tangan sebelum dan sesudah
utama dan potensial dalam kontaminasi menangani makanan.
makanan dan perpindahan mikroorganisme. Menurut hasil penelitian praktek higiene
Sumber lain menunjukkan melalui data statistik pedagang dengan keberadaan Escherichia coli
bahwa sekitar 90% penyakit yang terjadi pada pada rujak diakibatkan sebagia besar mereka
manusia mempunyai keterkaitan dengan tidak menerapkan persyaratan higiene
makanan, dan sebanyak 25% penyebaran perorangan dengan baik dan benar. Adapun
penyakit melalui makanan diakibatkan oleh persyaratan yang belum maksimal dilakukan
pekerja yang menderita infeksi dan higiene seperti mencuci tangannya belum optimal.
perorangan yang buruk. Menurut WHO, bakteri Ketika akan menangani makanan para
atau mikroorganisme yang sering digunakan pedagang tersebut tidak selalu mencuci
sebagai indikator untuk menilai pelaksanaan tangannya dan tidak menggunakan sabun serta
sanitasi makanan dan terdapat dalam makanan air mengalir karena sebagian pedagang
adalah bakteri Escherichia coli. Sehingga menggunakan air cuci tangan yang ada diember
keberadaan Escherichia coli dapat juga menjadi dekat dengan tempat berdagangnya. Dan
indikator untuk mengetahui praktek higiene sebagian besar penjamah makanan tersebut
perorangan. ketika menangani makanan langsung
menggunakan tangan tidak menggunakan

5
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

sarung tangan atau alat yang lainnya. Hal Escherichia coli pada rujak tersebut diakibatkan
tersebut dapat meningkatkan faktor resiko oleh faktor pengetahuan tentang praktek
proses terjadinya kontaminasi pada makanan. higiene perorangan yang kurang. Kemungkinan,
Higiene perorangan merupakan kunci sebagian besar pedagang tidak mendapatkan
kebersihan dan kualitas makanan yang aman penyuluhan tentang penerapan praktek higiene
dan sehat. Dengan demikian penjamah dalam menangani makanan. Dalam penelitian
makanan khususnya pedagang rujak harus ini terdapat 2 responden yang memiliki kriteria
mengikuti prosedur yang memadai untuk baik dalam praktek higiene, akan tetapi dalam
mencegah kontaminasi pada makanan yang pemeriksaan keberadaan Escherichia coli pada
ditanganinya. Prosedur yang harus dilakukan sampel rujak keduanya positif mengandung
oleh setiap penjamah makanan adalah sebelum Escherichia coli tersebut. Hal ini dapat
dan sesudah menangani makanan harus disebabkan oleh faktor diluar praktek higiene,
melakukan pencucian tangan menggunakan misalnya membiarkan tempat penyimpanan
sabun untuk menghindari perpindahan buah yang sudah dikupas dengan keadaan
mikroorganisme yang ada ditubuhnya terutama terbuka sehingga memudahkan lalat untuk
pada tangan yang menyebabkan kontaminasi masuk dan menghinggapi buah, menggunakan
makanan sehingga mengakibatkan konsumen air yang tidak mengalir dalam mencuci buah
jatuh sakit. dan peralatan. Berdasarkan penelitian yang
Faktor lain yang dapat mempengaruhi dilakukan oleh Febria Agustina, dkk (2009)
keberadaan Escherichia coli pada makanan menyatakan bahwa menjajakan makanan dalam
dalam hal ini rujak adalah sambalnya, keadaan terbuka dapat meningkatkan resiko
sebagaimana pedagang rujak yang ada di tercemarnya makanan oleh lingkungan, baik
sekitar Universitas Negeri Semarang melalui udara, debu, dan serangga. Beberapa
bermacam-macam dalam cara berdagangnya. pedagang rujak dalam penelitian ini lokasi
Ada pedagang yang membuat sambalnya berjualannya berada di pinggir jalan raya
terlebih dahulu kemudian dimasukkan dalam sehingga untuk memenuhi kriteria praktek
suatu wadah untuk selanjutnya di jual kepada higiene sangat kecil dilakukan dan rujak yang
konsumen dan ada juga yang baru meracik disajikan akan mudah terkontaminasi oleh
sambal ketika ada pembeli dan buahnya diaduk lingkungan luar.
jadi satu dengan sambalnya. Apabila sambalnya Rendahnya penerapan praktek higiene
dibuat terlebih dahulu jeda waktu antara perorangan oleh pedagang rujak dapat
pembuatan dan penyajian tersebut dapat mempengaruhi keberadaan Escherichia coli
mempengaruhi tingkat keberadaan Escherichia pada rujak yang dijualnya. Semakin tinggi
coli. Escherichia coli dapat dengan mudah pedagang tersebut untuk menerapkan dan
berkembang biak dalam makanan. Rujak sadar akan pentingnya higiene perorangan
merupakan makanan non olahan yang selalu dalam menangani makanan maka semakin
kontak dengan air sehingga dengan mudah rendah pula keberadaan Escherichia coli pada
bakteri berpindah dan berkembang biak. rujak. Hal tersebut saling berkaitan karena
Langkah menghindari perkembangbiakan tingginya pedagang menerapkan praktek
bakteri dalam makanan khususnya rujak adalah higiene dalam berjualan maka akan ada upaya
menyimpan buah dengan keadaan tertutup pencegahan dan minimalisasi keberadaan
sehingga tidak mudah terkontaminasi oleh Escherichia coli maupun bakteri pathogen
lingkungan yang tidak bersih, menggunakan air lainnya dalam makanan.
matang dalam mencuci buah,dan lain Hasil pemeriksaan sampel makanan
sebagainya. rujak menyatakan bahwa kandungan bakteri
Berdasarkan hasil penelitian praktek Escherichia coli pada sampel makanan rujak
higiene pedagang dengan keberadaan lebih banyak (77,8%) berasal dari praktek

6
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

higiene pedagang yang kurang baik. Hal ini (2009) yang menyatakan 69,6% penjamah
didasarkan dari hasil penelitian bahwa makanan tidak menggunakan alas tangan untuk
pedagang kurang menjaga kebersihan tangan mengambil makanan atau alat perlengkapan
seperti masih adanya penjamah makanan yang lainnya. Sentuhan tangan merupakan penyebab
mengaku pada saat sebelum dan sesudah yang paling umum terjadinya pencemaran
menangani makanan mereka tidak melakukan makanan. Mikroorganisme yang melekat pada
cuci tangan sebanyak 9 responden (69,2%), hal tangan akan berpindah ke dalam makanan dan
tersebut senada dengan penelitian yang akan berkembang biak dalam makanan.
dilakukan oleh Susanna (2003) yang Sebagian besar responden mengaku
menyatakan bahwa 43% penjamah makanan teratur dalam membersihkan kuku tetapi dalam
tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah mencuci tangan mereka tidak serta
menjamah makanan. Kebiasaan tidak mencuci membersihkan kuku hal ini dapat disimpulkan
tangan sebelum dan sesudah melayani pembeli bahwa kuku mereka masih dalam keadaan
merupakan sumber kontaminan yang cukup kotor. Hasil penelitian ini senada dengan
berpengaruh terhadap kebersihan bahan penelitian Susanna (2003) yang menyatakan
makanan yang ditanganinya. bahwa 30% responden memiliki kuku yang
Depkes RI (2001) menyatakan kotor. Penelitian tersebut menyatakan ada
kebersihan tangan sangat penting bagi setiap hubungan yang bermakna antara kuku tangan
orang terutama penjamah makanan. Kebiasaan penjamah makanan dengan kontaminasi
mencuci tangan sangat membantu dalam makanan. Menurut Siti Fathonah, kuku tangan
mencegah penularan bakteri dari tangan sering menjadi sumber kontaminan atau
kepada makanan. Sebanyak 100% mereka mengakibatkan kontaminasi silang.
mencuci tangan tidak menggunakan air Aspek-aspek praktek higiene perorangan
mengalir, dan sebanyak 7 responden (53,8%) yang tidak terpenuhi dalam menangani
mengaku tidak menggunakan sabun dalam makanan akan berdampak terhadap terjadinya
mencuci tangan. Dan pada saat mereka mencuci pencemaran pada makanan, seperti terjadinya
tangan tidak membersihkan sela-sela jari yang pencemaran pada makanan rujak oleh bakteri
kemungkinan terdapat bakteri yang dapat Escherichia coli yang diakibatkan oleh tangan
mengkontaminasi sebanyak 10 responden penjamah yang kotor, kuku penjamah yang
(76,9%). Sebanyak 100% responden tidak kotor, tidak mencuci tangan dengan sabun dan
menggunakan tissue kering untuk tidak menggunakan alat saat menangani
mengeringkan tangan saat setelah mencuci makanan dan sebagainya sehingga penjamah
tangan. Hal tersebut diatas tidak sesuai dengan makanan dapat menjadi sumber penularan
seminar Titin Agustina (2005) yang penyakit yang diakibatkan bakteri kepada
menyatakan bahwa penjamah makanan harus konsumen yang mengkonsumsi makanan
selalu membersihkan tangannya dengan cara tersebut.
selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah Oleh karena itu, penjamah makanan yang
mulai bekerja, tangan perlu dicuci dengan air menangani makanan saat melayani pembeli
mengalir, air bersih dan menggunakan sabun harus mengikuti prosedur yang memadai untuk
serta dikeringkan dengan tissue kering. mencegah kontaminasi Escherichia coli pada
Para pedagang tersebut mengatakan rujak yang ditanganinya. Prosedur sangat
bahwa saat menjamah makanan mereka tidak penting bagi penjamah makanan, prosedur
menggunakan sarung tangan atau penjepit atau tersebut adalah higiene perorangan dan
alat pengaman dalam mengambil makanan kebiasaan hidup sehat, seperti selalu menjaga
lainnya, mereka langsung menggunakan tangan kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan
tanpa alas. Hal ini senada dengan penelitian dengan air mengalir dan sabun setiap kali
yang dilakukan oleh Febria Agustina dkk tangan kotor, kebersihan kuku dan

7
Endah Setyorini/ Unnes Journal of Public Health 2 (3) (2013)

menggunakan sarung tangan atau alat penjepit Lingkungan Kampus UI Depok Melalui
saat mengambil atau menangani makanan.. Pemeriksaan Bakteriologis. Makara Seri
Kesehatan 7(1): 21-29. Diakses 4 Januari
2013
SIMPULAN
Thaheer, Hermawan, 2005. Sistem Manajemen
HACCP (Hazard Analysis Critical Control).
Ada hubungan antara praktek higiene Jakarta: PT. Bumi Aksara
pedagang dengan keberadaan Escherichia coli Titin Agustina, 2005. Pentingnya Higiene Penjamah
pada rujak yang di jual di sekitar kampus Makanan Tradisional, disajikan dalam
Universitas Negeri Semarang dengan diperoleh Seminar Nasional Membangun Citra Pangan
p value=0,021. Hal ini disebabkan rendahnya Tradisional. Fakultas Teknik: UNNES
penerapan dan pelaksanaan aspek-aspek
higiene perorangan oleh para pedagang rujak
tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengawasan Obat dan Makanan, 2003. Higiene


dan Sanitasi Pengolahan Pangan. Jakarta :
BPOM
__________, 2007, Keamanan Pangan, Jakarta: BPOM.
__________,2009, Pengujian Mikrobiologi Pangan,
InfoPOM Vol.9 Maret 2008 (www.pom.go.id)
diakses 12 Mei 2012.
Depkes RI, 2001. Kumpulan Modul Khusus
penyehatan Makanan Bagi Pengusaha
Makanan dan Minuman. Jakarta: Yayasan
Pelayanan Sanitasi Lingkungan.
Ermayani, D.2004. Hubungan Antara Kondisi Sanitasi
dan Praktik Penjamah Makanan dengan
Kandungan Escherichia coli pada Nasi Pecel
di Kelurahan Sumurboto dan Tembalang
Semarang. Semarang: FKM Undip
Febria A, dkk. 2009. Higiene dan Sanitasi pada
Pedagang Makanan Jajanan Tradisional di
Lingkungan Sekolah Dasar di Kelurahan
Demang Lebar Daun Pelembang. Jurnal
Penelitian Higiene Sanitasi
Kepmenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003 tentang
persyaratan higiene sanitasi jasaboga.http:
//www.depkes.go.id/download/SK71503.pdf
, diakses pada 1 Mei 2012.
Kusmayadi, dkk.2007. Cara Memilih dan Mengolah
Makanan untuk Perbaikan Gizi
Masyarakat.(http:// Spesial Program
Makanan Indonesia diakses 12 Juni 2012).
Siti Fathonah, 2005, Higiene dan Sanitasi Makanan,
Semarang: UNNES Press.
Sulistyani, 2002. Modul Penyehatan Makanan dan
Minuman. Semarang : FKM UNDIP
Susanna, Dewi dan Budi Hartono, 2003. Pemantauan
Kualitas Makanan Ketoprak dan Gado-Gado di

Anda mungkin juga menyukai