Anda di halaman 1dari 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Udara


2.1.1. Pengertian Pencemaran Udara

Pencemaran udara terus menunjukkan intensitas yang makin meningkat akhir-

akhir ini. Beberapa polutan udara telah dituduh sebagai biang keladi pemanasan

global yang berdampak pada perubahan iklim global. Karena udara digunakan

sebagai media untuk kehidupan manusia maka terdapatnya makhluk hidup seperti

mikroorganisme, zat atau bahan pencemar udara yang melampaui baku mutu berarti

terjadi pencemaran. Dengan demikian pencemaran udara mengandung pengertian

adanya penyimpangan mengenai kualitas udara (Sarudji, 2010).

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999

menyebutkan bahwa yang dinamakan pencemaran udara adalah masuknya atau

dimasukkannya zat, energi, dan atau komponen lain kedalam udara ambien oleh

kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai tingkat tertentu yang

menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

Pencemaran udara berarti hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam

udara atmosfer di luar, seperti antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau-bauan, asap

atau uap dalam kuantitas yang banyak, dengan berbagai sifat maupun lama

berlangsungnya di udara tersebut, hingga dapat menimbulkan gangguan-gangguan

terhadap kehidupan manusia, tumbuhan atau hewan maupun benda, atau tanpa alasan

jelas sudah dapat mempengaruhi kelestarian kehidupan organisme (Kristanto, 2002).

Universitas Sumatera Utara


Batasan-batasan terhadap pokok-pokok pengertian yang memberikan bobot

pada defenisi-defenisi di atas adalah :

1. Bahwa setiap pembebasan bahan atau zat-zat ke dalam udara atmosfir tidak

harus selalu dikatakan pencemar udara. Karena bahan-bahan kontaminan belum

menjurus pada pada suatu kemampuan untuk secara potensial mengubah

stabilitas dan kualitas kelestarian udara atmosfir.

2. Bahwa untuk menimbulkan gangguan terhadap susunan udara atmosfir harus

dipenuhi dahulu angka batas (Nilai Ambang Batas). Angka batas tersebut

ditentukan oleh faktor kuantitas kontaminan, lamanya berlangsung maupun

potensinya.

3. Sumber pencemar tidak hanya dibatasi yang berasal dari aktivitas manusia,

tetapi juga oleh sumber-sumber pencemar akibat peristiwa alamiah seperti

gunung meletus, bencana alam, dan lain-lain (Kristanto, 2002).

Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya

tidak tetap, tergantung pada keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan

sekitarnya. Dalam udara terdapat oksigen (O2) untuk bernafas, karbondioksida untuk

proses fotosintesis oleh klorofil daun dan ozon (O3) untuk menahan sinar ultraviolet.

Susunan (komposisi) udara bersih dan kering, kira-kira tersusun oleh :

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. Komposisi Udara bersih dan kering

Unsur % Volume Kandungan ppm


Nitrogen 78.09 780.900
Oksigen 20.94 209.400
Argon 0.93 9.300
Karbondioksida 0.00318 318
Neon 0.0018 18
Helium 0.00052 5.2
Krepton 0.0001 1
Xenon 0.000008 0.008
Nitrogen Oksida 0.000025 0.25
Hidrogen 0.00005 0.5
Metana 0.00015 1.5
Nitrogen Dioksida 0.0000001 0.001
Ozon 0.000002 0.02
Belerang Dioksida 0.00000002 0.0002
Karbon Monoksida 0.00001 0.1
Ammonia 0.000001 0.01
Sumber Wardhana, 1995

Apabila susunan udara mengalami perubahan dari susunan keadaan normal

seperti tersebut diatas dan kemudian mengganggu kehidupan manusia, hewan dan

binatang, maka berarti udara telah tercemar (Wardhana, 1995).

2.1.2. Pencemar Udara dan Sumbernya

Menurut Kristanto (2002), berdasarkan asal dan kelanjutan perkembangannya

di udara, pencemar udara dapat dibedakan menjadi :

1. Pencemar udara primer

Pencemar udara primer yaitu semua pencemar di udara yang ada dalam

bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya

sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer, yang mencakup 90%

dari jumlah pencemar udara seluruhnya, umumya berasal dari aktivitas manusia,

seperti dari industri (cerobong asap industri) dimana dalam industri tersebut terdapat

Universitas Sumatera Utara


proses pembakaran yang menggunakan bahan bakar minyak/batubara, proses

peleburan/pemurnian logam, dan juga dihasilkan dari sektor transportasi (mobil, bus,

sepeda motor, dan lainnya).

Dari seluruh pencemar primer tersebut, sumber pencemar yang utama berasal

dari sektor transportasi, yang memberikan andil sebesar 60% dari pencemaran udara

total. Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok berikut :

a. Karbonmonoksida (CO)

b. Nitrogen oksida (NOx)

c. Hidrokarbon (HC)

d. Sulfur oksida (SOx)

e. Partikel lain

Komponen pencemar udara tersebut di atas bisa mencemari udara secara

sendiri-sendiri atau dapat pula mencemari udara secara bersama-sama. Jumlah

komponen pencemar udara tergantung pada sumbernya. Sumber pencemar udara di

Indonesia pada saat ini masih terus diteliti (Wardhana, 1995).

2. Pencemar Udara Sekunder

Polutan sekunder biasanya terjadi karena reaksi dari dua atau lebih bahan

kimia di udara, misalnya reaksi foto kimia. Sebagai contoh adalah disosiasi NO2 yang

menghasilkan NO dan O radikal. Proses kecepatan dan arah reaksinya dipengaruhi

oleh berbagai faktor, antara lain:

a. Konsentrasi reaktif dari bahan reaktan

b. Derajat fotoaktivasi

c. Kondisi iklim

Universitas Sumatera Utara


d. Topografi lokal dan adanya embun

Polutan sekunder ini mempunyai sifat fisik dan sifat kimia yang tidak stabil.

Termasuk dalam polutan sekunder ini adalah ozon, Peroxy Acyl Nitrat (PAN), dan

formaldehid (Mukono, 2011).

Menurut Chandra (2006), jika Nitrogen dioksida bereaksi dengan

Hidrokarbon disertai bantuan sinar ultraviolet akan membentuk peroksi asetil nitrat

dan ozon yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Berikut reaksi kimianya :

N2O + Hidrokarbon Peroksi asetil nitrat + O3


Sinar matahari

Polutan ini akan menimbulkan kabut di permukaan bumi dikenal sebagai

kabut fotokimia (photochemical smog) atau senyawa pembentuk kabut pengiritasi

(irritating smog forming compound). Kabut tersebut menyebabkan mata menjadi

berair dan disters pernafasan pada manusia serta menimbulkan hill reaction dan

mengganggu proses fotosintesis tumbuh-tumbuhan. Ozon sendiri akan meningkatkan

proses respirasi daun-daunan dan mengurangi makanannya sehingga tumbuhan

menjadi layu dan mati. Jenis polutan dapat dibagi berdasarkan struktur kimia dan

penampang partikelnya, seperti berikut.

1. Struktur kimia

a. Partikel : debu, abu, dan logam seperti Pb, nikel, kadmium dan berilium.

b. Gas anorganik seperti NO, CO, SO2, ammonia dan hidrogen.

c. Gas organik seperti hidrokarbon, benzene, etilen, asetilen aldehida, keton,

alkohol, dan asam-asam organik.

2. Penampang partikel

Universitas Sumatera Utara


Partikel dalam udara dapat melekat pada saluran pernafasan manusia yang

tentunya dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia seperti pada tabel 2 di

bawah ini :

Tabel 2. Ukuran partikel debu dalam saluran pernafasan


Ukuran Saluran Pernafasan
8 25 mikron Melekat di hidung dan tenggorokan
2 8 mikron Melekat di saluran bronchial
0.5 2 mikron Deposit pada alveoli
< 0.5 mikron Bebas keluar masuk melalui pernafasan
Sumber : Chandra, 2006

2.1.3. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Pencemaran Udara

Pencemaran udara yang terjadi di permukaan bumi ini dipengaruhi oleh

beberapa faktor, diantaranya faktor meteorologi dan iklim serta faktor topografi

(Chandra, 2006).

1. Meteorologi dan Iklim

Variabel yang termasuk di dalam faktor meteorologi dan iklim, antara lain :

a. Temperatur

Pergerakan mendadak lapisan udara dingin ke suatu kawasan industri dapat

menimbulkan temperatur inversi. Dengan kata lain, udara dingin akan terperangkap

dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan tetap

berada di lapisan permukaan bumi sehingga konsentrasi polutan di kawasan tersebut

semakin lama semakin tinggi.

b. Arah dan Kecepatan Angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang kemana-mana dan

dapat mencemari udara negara lain.

Universitas Sumatera Utara


c. Hujan

Air hujan sebagai pelarut umum, cenderung melarutkan bahan polutan yang

terdapat dalam udara. Kawasan industri yang menggunakan batubara sebagai sumber

energinya berpotensi menjadi sumber pencemar udara di sekitarnya. Pembakaran

batubara akan menghasilkan gas sulfurdioksida dan apabila gas tersebut bercampur

dengan air hujan akan terbentuk asam sulfat (sulfuric acid) sehingga air hujan

menjadi asam, biasa disebut hujan asam (acid rain).

2. Topografi

Variabel-variabel yang termasuk di dalam faktor topografi, antara lain :

a. Dataran rendah

Di daerah dataran rendah, angin cenderung membawa polutan terbang jauh ke

seluruh penjuru dan dapat melewati batas negara dan mencemari udara negara lain.

b. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi sering terjadi temperatur inversi dan udara dingin

yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.

c. Lembah

Di daerah lembah, aliran angin sedikit sekali dan tidak bertiup ke segala penjuru.

Keadaan ini cenderung menahan polutan yang terdapat di permukaan bumi.

2.1.4. Wujud Fisik dan Kimia Pencemar Udara

Menurut Kristanto (2002), berdasarkan wujud fisiknya, pencemar udara

dibedakan menjadi gas dan partikel. Partikel merupakan benda-benda padat/cair yang

dimensinya sedemikian kecilnya sehingga memungkinkannya melayang di udara.

Universitas Sumatera Utara


Bentuk-bentuk khusus dari partikel dalam hubungannya dengan pencemaran udara

dibedakan menjadi :

1. Mist (kabut)

Merupakan partikel cair yang berada dalam udara karena kondensasi uap air

atau otomatisasi cairan ke tingkat dispersi. Otomatisasi ini terjadi pada

penyemprotan, pembuihan, dan lain-lain.

2. Fog (kabut yang padat/tebal)

Masih dapat dilihat dengan mata telanjang sekalipun tanpa bantuan visual aid

(alat bantu penglihatan).

3. Smoke (asap)

Merupakan partikel karbon (padat) yang terjadi dari pembakaran tidak sempurna

sumber-sumber pembakaran yang menggunakan bahan bakar hidrokarbon, dengan

ukuran partikel < 5 mikron.

4. Debu (dust)

Merupakan partikel padat yang terjadi karena proses mekanis (pemecahan dan

reduksi) terhadap masa padat, dimana partikel tersebut masih dipengaruhi oleh

gravitasi.

5. Fume

Merupakan partikel padat yang terjadi karena kondensasi dari penguapan logam-

logam cair yang kemudian disertai secara langsung oleh suatu oksidasi di udara.

Biasanya terjadi pada pabrik-pabrik pengecoran dan peleburan logam.

Universitas Sumatera Utara


Sedangkan berdasarkan wujud kimianya, pencemar udara dibedakan dalam dua

sub kelompok yaitu, sub-kelompok partikel/debu dan sub kelompok gas/uap. Sub

kelompok pertama, yaitu golongan partikel/debu, berdasarkan susunan kimiawinya

terbagi lagi menjadi dua, yaitu partikel/debu mineral dan partikel/debu organik.

Untuk mudahnya masing-masing partikel dibedakan lagi menurut sifat kelarutannya,

yaitu partikel/debu mineral sama sekali tidak larut dalam zat pelarut baik asam

maupun basa ataupun pelarut organik. Contohnya silika dan asbes. Sebaliknya

partikel/debu mineral yang larut, mempunyai sifat masih dapat larut dalam bahan

pelarut baik asam, basa ataupun bahan organik.

Sub kelompok kedua yaitu gas dan uap yang dibedakan menjadi :

a. Yang larut dalam air (misalnya Oksigen)

b. Yang tidak larut dalam air, dibedakan lagi menjadi :

o Tidak larut, tetapi bereaksi dengan salah satu komponen dalam air itu atau

o Reaksinya dengan salah satu komponen dalam air lambat sekali serta masih

mampu larut sedikit sekali (misalnya benzene).

2.1.5. Pengaruh Meteorologi terhadap Penyebaran Pencemar

Penyebaran polutan dapat diprediksi melalui arah angin, ahli meteorologi mengatakan

bahwa arah angin selalu ditentukan dari mana angin berhembus, yaitu angin utara

berhembus dari utara, angin barat berhembus dari barat. Konsentrasi sulfur dioksida

(SO2) selain berpengaruh pada kecepatan juga dipengaruhi kelembaban udara. Karena

life time SO2 di udara pendek, dan uap air mampu mengubah SO2 menjadi sulfit dan

sulfat (Sarudji, 2010).

Universitas Sumatera Utara


Dari hasil uji korelasi pada penelitian yang dilakukan oleh Istantinova, 2013 di

dapat hasil bahwa kecepatan angin dan kelembaban berbanding terbalik terhadap

konsentrasi SO2, yaitu semakin tinggi kecepatan angin dan kelembaban maka

semakin rendah konsentrasi SO2 di udara. Menurut repository IPB, dispersi polutan

juga dipengaruhi oleh variabilitas arah angin. Jika arah angin relatif tetap dan secara

terus menerus menuju pada area yang sama, konsentrasi polutan di daerah tersebut

akan tinggi. Jika arah angin berubah secara konstan, polutan akan didispersikan ke

daerah yang lebih besar, dan konsentrasi di sekitar daerah tujuan akan menjadi lebih

rendah. Perubahan besar dalam arah angin dapat terjadi dalam periode waktu yang

singkat.

2.2. Sulfur Dioksida

2.2.1. Sumber Polusi Sufur Dioksida (SO2)

Sulfur Dioksida berasal dari dua sumber yakni sumber alamiah dan buatan.

Sumber-sumber SO2 alamiah adalah gunung-gunung berapi, pembusukan bahan

organik oleh mikroba dan reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan

menghasilkan H2S yang akan menghasilkan H2S yang akan cepat berubah menjadi

SO2 sebagai berikut :

H2S + 3/2 O2 SO2 + H2O

Sumber-sumber SO2 buatan adalah pembakaran bahan bakar minyak, gas dan

batubara yang mengandung sulfur tinggi. Sumber-sumber buatan ini diperkirakan

memberi kontribusi sebanyak sepertiganya saja dari seluruh SO2 atmosfir/tahun.

Akan tetapi, karena hampir seluruhnya berasal dari buangan industri, maka hal ini

Universitas Sumatera Utara


dianggap cukup gawat. Apabila pembakaran bahan bakar fosil ini bertambah di

kemudian hari, maka dalam waktu singkat sumber-sumber ini akan dapat

memproduksi lebih banyak SO2 daripada sumber alamiah (Slamet, 2009).

Sumber emisi gas sulfur dioksida yang terbanyak berasal dari alam, adapun

sumber emisinya berupa pembakaran yang tidak bergerak, proses dalam industri,

limbah padat, dan pembakaran limbah pertanian (Sunu, 2001).

Pemakaian batubara sebagai bahan bakar pada beberapa kegiatan industri

seperti yang terjadi di beberapa negara Eropa Barat dan Amerika, menyebabkan

kadar SOx di udara meningkat. Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari

pemakaian batubara yang digunakan pada kegiatan industri, transportasi dan lain

sebagainya. Bagaimana peranan batubara dalam menyumbang pencemaran SOx telah

banyak diteliti di negara-negara industi seperti yang tampak pada tabel berikut ini.

Tabel 3. Hasil penelitian Sumber Pencemaran SOx di Amerika tahun 1968


Sumber Pencemaran % bagian % total
Transportasi 2.4
3. Mobil bensin 0.6
4. Mobil diesel 0.3
5. Kereta api 0.3
6. Kapal laut 0.9
7. Sepeda motor 0.3
Pembakaran stasioner 73.5
8. Batubara 60.5
9. Minyak (destilasi) 1.2
10. Minyak (residu) 11.8
Proses industri 22.0
Pembuangan limbah padat 0.3
Lain-lain 1.8
11. Kebakaran hutan 0.0
12. Pembakaran batubara sisa 1.8
100 100.0
Sumber : Wardhana, 1995

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa sumber utama pencemaran SOx

bukanlah dari transportasi, akan tetapi dari pembakaran stasioner (generator listrik

dan mesin-mesin) yang memakai bahan bakar batubara. Sumber pencemaran SOx

yang kedua adalah dari proses industri (Wardhana, 1995).

2.2.2. Sifat- sifat Sulfur Dioksida (SO2)

Berdasarkan sifat kimia, sulfur dioksida adalah gas yang tidak dapat terbakar,

berbau tajam, dan tidak berwarna. Konsentrasi untuk deteksi indera perasa adalah

0.3-1 ppm di udara dan ambang bau adalah 0.5 ppm. Gas ini merangsang pedas

(pudgent) dan bersifat iritan (Sarudji, 2010). Sulfur dioksida merupakan senyawa

kimia dengan rumus kimia SO2 yang tersusun dari 1 atom sulfur dan 2 atom oksigen.

Sulfur dioksida merupakan ikatan yang tidak stabil dan sangat reaktif terhadap gas

yang lain (Sunu, 2001). Berdasarkan sifat fisika sulfur dioksida memiliki titik didih -

10oC, titik lebur -75,5oC, berat jenis relatif (air =1) 1,4. Kelarutannya dalam air

adalah 8,5 dalam 100 ml air pada suhu 25 oC. Gas ini lebih berat dari udara, berat

jenis uap relatif di udara 2,25 sedangkan berat jenis relatif udara adalah 1 (NIOSH,

2013).

2.2.3. Reaksi Pembentukan Sulfur Dioksida (SO2)

Gas sulfur oksida atau sering ditulis dengan SOx terdiri atas gas SO2 dan gas

SO3 yang keduanya memiliki sifat berbeda (Wardhana, 1995). Istilah SOx digunakan

untuk menunjukkan adanya emisi campuran ikatan sulfur dengan oksigen ke udara

(Sarudji, 2010). Pembakaran bahan-bahan yang tidak mengandung sulfur akan

menghasilkan kedua bentuk sulfur oksida, tetapi jumlahnya relatif tidak dipengaruhi

Universitas Sumatera Utara


oleh jumlah oksigen yang tersedia. Walaupun udara tersedia dalam jumlah cukup,

SO2 selalu terbentuk dalam jumlah besar.

Mekanisme pembentukan SOx dapat dituliskan dalam dua tahap reaksi sebagai

berikut :

S + O2 SO2

2SO2 + O2 2SO3

Gas buangan hasil pembakaran pada umumnya mengandung gas SO2 lebih

banyak dari pada gas SO3. Jadi dalam hal ini yang dominan adalah gas SO2. Namun

demikian gas tersebut akan bertemu dengan oksigen yang ada di udara dan kemudian

membentuk gas SO3.

Gas SO2 juga dapat membentuk garam sulfat apabila bertemu dengan oksida

logam, yaitu melalui proses kimiawi berikut ini :

4MgO + 4SO2 3MgSO4 + MgS

Udara yang mengandung uap air akan bereaksi dengan gas SO2 sehingga

membentuk asam sulfit (Wardhana, 1995).

SO2 + H2O H2SO3

Adanya SO3 di udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap

air sangat rendah. Jika uap air terdapat dalam jumlah cukup, biasanya SO3 dan air

akan segera bergabung membentuk droplet asam sulfat dengan reaksi sebagai berikut:

SO3 + H2O H2SO4

Universitas Sumatera Utara


Oleh karena itu komponen normal yang terdapat di dalam atmosfir bukan

SO3 melainkan H2SO4. Tetapi jumlah H2SO4 atmosfir ternyata lebih tinggi daripada

yang dihasilkan dari emisi SO3. Hal ini menunjukkan bahwa produksi H2SO4 juga

berasal dari mekanisme-mekanisme lainnya. Setelah berada di atmosfir, sebagian SO2

akan diubah menjadi SO3 (kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-proses fotolitik dan

katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi beberapa faktor,

termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan distribusi spectrum sinar

matahari, serta jumlah katalitik yang tersedia (Kristanto, 2002).

Tidak terdapatnya konsentrasi SO2 yang tinggi di udara yang jauh dari sumber

pencemar bukan berarti bahwa sumber tersebut tidak atau sedikit menghasilkan SO2,

karena bisa jadi SO2 telah diubah kedalam bentuk lain seperti asam sulfit atau sulfat

seperti pada penjelasan diatas (Sarudji, 2010).

2.2.4. Pengaruh Sulfur Dioksida (SO2) Terhadap Lingkungan

1. Pengaruh Sulfur Dioksida Terhadap Tanaman

Tanaman dapat rusak karena pencemar SO2. Kerusakan tanaman terjadi pada

daunnya. Lapisan jaringan daun ditutupi oleh lapisan epidermis atas dan bawah.

Stomata (mulut daun) terdapat pada umumnya di bagian bawah lembar daun.

Diantara lapisan epidermis terdapat juga jaringan spons dan jaringan tiang (palisade)

yang mengandung klorofil (photosintetic cells). Stomata merupakan mulut daun

tempat masuknya CO2 yang berguna untuk proses fotosintetis. SO2 ikut masuk

bersama CO2 dan menyebabkan kerusakan pada jaringan daun. Kerusakan ini bisa

Universitas Sumatera Utara


nekrosis (kematian jaringan), klorosis (hilang atau berkurangnya klorofil), absisi

(rontoknya daun) dan epinasti (melengkungnya daun ke bawah).

Dalam konsentrasi yang lebih besar dari 0.5 ppm gas ini menyebabkan

kerusakan daun dalam waktu yang pendek. Karena gas ini dapat bereaksi dengan air,

maka air hujan yang mengandung asam sulfat atau sulfit menyebabkan peristiwa yang

disebut hujan asam. Hal ini akan menyebabkan rusaknya beberapa jenis tanaman

(Sarudji, 2010).

Beberapa jenis tanaman berdaun lebar memberikan respon terhadap SO2 yang

memiliki konsentrasi 0,9 ppm dengan menunjukkan gejala luar, warna dedaunan

berubah menjadi kuning dan berbintik. Contoh tanaman berdaun lebar yang sangat

sensitif terhadap SO2 adalah Pinus silvestri (pinus ) dan Fagus (cemara). Kandungan

sulfur pada batang pohon cemara dapat memberi petunjuk terjadi pencemaran SO2

yang meliputi wilayah yang cukup luas (Nugroho, 2005).

2. Pengaruh Sulfur Dioksida terhadap Bahan Lain

Harta benda dapat juga terpengaruh oleh SO2. Gedung-gedung yang

mempunyai arti sejarah, patung-patung bernilai seni dapat rusak karena SO2 mudah

menjadi H2SO4 yang sangat korosif. Dulu, sewaktu cat tembok masih mengandung

PbO, maka SO2 dapat beraksi dengannya dan membentuk PbS yang berwarna hitam.

Benda-benda yang terbuat dari karet seperti ban mobil bila terpapar H2SO4

akan cepat rusak, menjadi retak atau terbelah-belah (Slamet, 2009). Terbentuknya

asam sulfat juga menyebabkan korosi pada logam (Sarudji, 2010). Laju korosi

beberapa jenis logam, terutama besi, baja dan seng dirangsang pada kondisi

Universitas Sumatera Utara


lingkungan yang terkontaminasi SO2, disamping beberapa jenis partikel, kelembaban

udara yang tinggi dan suhu juga berperan penting dalam proses korosi tersebut

(Kristanto, 2002).

2.2.5. Pengaruh SO2 Terhadap Kesehatan Manusia

SO2 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kesehatan yang akut dan kronis,

dalam bentuk gas SO2 dapat mengiritasi sistem pernafasan, pada paparan yang tinggi

(waktu singkat) mempengaruhi fungsi paru-paru (Istantinova, 2012).

Udara yang telah tercemar SOx menyebabkan manusia akan mengalami

gangguan pada sistem pernafasan. Hal ini karena SOx yang mudah menjadi asam

tersebut menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokan, dan saluran nafas yang

lain sampai ke paru-paru. Iritasi pada saluran pernafasan dapat menyebabkan

pergerakan silia menjadi lambat, bahkan dapat terhenti, sehingga tidak dapat

membersihkan saluran pernafasan, hal ini dapat meningkatkan produksi lendir dan

penyempitan saluran pernafasan. Akibatnya terjadi kesulitan bernafas, sehingga

benda asing termasuk bakteri/ mikroorganisme lain tidak dapat dikeluarkan dari

saluran pernafasan dan hal ini memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan

(Mukono, 2000).

Pengaruh sulfur dioksida terhadap manusia adalah sebagai berikut :

- 3 5 ppm : dapat dideteksi dari baunya

- 8 12 ppm : dapat mengakibatkan iritasi tenggorokan

- 20 ppm : dapat mengakibatkan iritasi mata dan batuk

- 50 100 ppm : hanya diperbolehkan kontak dalam waktu singkat (30 menit)

- 400 500 : berbahaya meskipun kontak secara singkat (Fardiaz, 1992).

Universitas Sumatera Utara


Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa iritasi pada tenggorokan

terjadi pada konsentrasi SO2 sebesar 5 ppm atau lebih, bahkan pada beberapa individu

yang sensitif, iritasi terjadi pada konsentrasi 1-2 ppm. SO2 dianggap polutan yang

berbahaya bagi kesehatan terutama terhadap manusia usia lanjut dan penderita yang

mengalami penyakit kronis pada sistem pernafasan dan kardiovaskular. Individu

dengan gejala tersebut sangat sensitif jika kontak dengan SO2 walaupun dengan

konsentrasi yang relatif rendah, misalnya 0.2 ppm atau lebih (Kristanto, 2002).

Standar kandungan SO2 di udara untuk daerah perindustrian dan pemukiman


perlu dibedakan, seperti pada tabel 4 yang menggambarkan konsentrasi maksimum
SO2 dengan waktu :

Tabel 4. Konsentrasi Maksimum SO2 dengan Waktu

Periode, rata-rata Konsentrasi maksimum SO2


Pemukiman Industri
Satu jam 0.025 ppm 0.40 ppm
24 jam 0.10 ppm 0.20 ppm
Satu tahun 0.02 ppm 0.05 ppm
Sumber : Sastrawijaya, 2000
Jika konsentrasi SO2 naik, manusia akan merasa terganggu. Kadar 6 ppm SO2

akan melumpuhkan dan merusak organ pernafasan (Sastrawijaya, 2000).

2.3. Dampak Pencemaran Udara Terhadap Gangguan Saluran Pernafasan


2.3.1. Anatomi Pernafasan
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru paru adalah hidung, faring,

laring trakes, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus

dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika udara masuk ke dalam rongga hidung,

udara akan disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan

fungsi utama mukosa inspirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia, dan

bersel goblet. Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam

Universitas Sumatera Utara


rongga toraks atau dada. Kedua paru saling terpisah oleh mediastum sentral yang di

dalamnya terdapat jantung dan pembuluh darah besar. Setiap paru terdapat apeks dan

basis. Jika arteri pulmonalis dan darah arteria bronkialis, bronkus, saraf, dan

pembuluh limfe masuk ke setiap paru menunjukkan telah terjadi gangguan paru, yaitu

terbentuknya hilus berupa akar paru. Paru kanan lebih besar dari paru kiri dan dibagi

3 lobus oleh fistrus interlobaris, sedangkan paru - paru kiri terbagi menjadi 2 lobus

(Price dan Wilson,1994).

2.3.2. Mekanisme Pernafasan

Pernafasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam

keadaan tertidur sekalipun, karena sistem pernafasan dipengaruhi oleh susunan saraf

otonom. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernafasan dapat dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu pernafasan luar dan pernafasan dalam. Pernafasan luar adalah

pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam

kapiler. Pernafasan dalam adalah pernafasan yang terjadi antara darah dalam kapiler

dengan sel sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika

tekanan udara di rongga dada lebih besar, maka udara akan masuk. Sebaliknya,

apabila tekanan udara dalam rongga dada lebih besar, maka udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukan udara (inspirasi)

dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernafasan dibedakan menjadi

dua macam, yaitu pernafasan dada dan pernafasan perut.

Universitas Sumatera Utara


1. Pernafasan Dada

Pernafasan dada adalah pernafasan yang melibatkan otot antartulang rusuk.

Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :

a. Fase inspirasi

Fase ini berupa berkontraksinya otot antartulang rusuk sehingga rongga dada

mengembang. Pengembangan rongga dada menyebabkan volume paru paru juga

mengembang akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada

tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.

b. Fase ekspirasi

Fase ini merupakan fase relaksasi atau kembalinya otot antartulang rusuk ke

posisi semula yang diikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi

kecil. Rongga dada yang mengecil menyebabkan volume paru paru juga mengecil

sehingga tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar.

Hal tersebut menyebabkan tekanan dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida

keluar.

2. Pernafasan Perut

Pernafasan perut merupakan pernafasan yang mekanismenya melibatkan

aktifitas otot otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.

Mekanisme pernafasan perut dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni :

a. Fase inspirasi

Fase inspirasi merupakan kontraksi otot diafragma sehingga mengembang,

akibatnya paru paru ikut mengembang. Hal tersebut menyebabkan rongga dada

Universitas Sumatera Utara


membesar dan tekanan udara di dalam paru paru lebih kecil daripada tekanan udara

di luar sehingga udara luar dapat masuk ke dalam paru - paru.

b. Fase ekspirasi

Fase ekspirasi merupakan fase relaksasi otot diafragma (kembali ke posisi

semula) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru paru lebih

besar daripada tekanan udara luar, akibatnya udara keluar dari paru paru.

2.3.3. Gangguan Saluran Pernafasan

Saluran pernafasan adalah organ dimulai dari hidung sampai alveoli beserta

organ adneks seperti sinus sinus, rongga telinga tengah atau pleura. Gangguan

saluran pernafasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli

serta organ organ adneksnya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura

(Depkes RI, 1999).

Infeksi saluran pernafasan diartikan infeksi pada berbagai area saluran

pernafasan termasuk hidung, telinga tengah, pharing, laring, trakea, bronchi dan paru

(WHO, 1995). Sedangkan gangguan saluran pernafasan menurut Wardana (2001)

adalah penyakit saluran pernafasan yang disebabkan oleh adanya partikel atau debu

yang masuk dan mengendap di dalam paru paru dan polusi udara lainnya.

2.3.4. Gejala gejala Gangguan Saluran Pernafasan

a. Batuk

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang

ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk

itu berlebihan, ia akan terasa amat menganggu. Penelitian menunjukkan bahwa pada

Universitas Sumatera Utara


penderita batuk kronik didapat 628 sampai 761 kali batuk/hari. Penderita TB paru

jumlah batuknya sekitar 327 kali/hari dan penderita influenza bahkan sampai 154,4

kali/hari. Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang

reseptor batuk. Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan keadaan

psikogenik tertentu (Aditama, 1993).

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase

inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi

sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan

meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba tiba dan

ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu (Rahmadani, 2011).

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar

udara, pada saat ini glottis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang

diinspirasai sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas

kapasitas residu fungsional. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar

volume ini. Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya

dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua,

volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga

pengeluaran sekret akan lebih mudah (Rahmadani, 2011).

Setelah udara diinspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glottis akan

tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan

meningkat sampai 50 100 mmHg. Tertutupnya glottis merupakan cirri khas batuk,

yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan

menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glottis tertutup

Universitas Sumatera Utara


adalah 10 samapai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa lain. Dipihak lain,

batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis (Rahmadani, 2011).

Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsung fase ekspirasi.

Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas serta udara yang ada

sehingga menimbulkan suara batuk yang kita ketahui. Arus udara ekspirasi yang

maksimal akan tercapai dalam waktu 3050 detik setelah glotis terbuka, yang

kemudian diikuti dengan arus yang menetap. Kecepatan udara yang dihasilkan dapat

mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai

pengurangan diameter trakea sampai 80% (Rahmadani, 2007).

b. Batuk darah

Batuk berdarah adalah batuk yang disertai darah. Jika darahnya sedikit dan

tipis kemungkinan adalah luka lecet dari saluran nafas, karena batuk yang terlalu

kuat. Batuk berdarah dengan darah yang tipis dan sedikit bisa terjadi pada penderita

maag kronis dimana maag penderita mengalami luka akibat asam lambung yang

berlebih. Batuk berdarah dengan jumlah darah yang banyak biasanya terjadi pada

penderita TB paru (tuberkulosis paru) yang sudah lama dan tidak diobati. Batuk

berdarah pada penderita TBC merupakan suatu hal gawat darurat (emergency) karena

dapat menyebabkan kematian dan harus mendapatkan pertolongan yang cepat.

Pengobatan batuk berdahak adalah memberikan antibiotik, dicari penyebabnya jika

karena TBC maka harus diberikan obat TBC, diberikan obat penekan batuk (Sani,

2007).

Universitas Sumatera Utara


c. Sesak nafas

Sesak nafas merupakan gejala klinis dari gangguan pada saluran pernafasan.

Sesak nafas bukan merupakan penyakit, tetapi merupakan manifestasi dari penyakit

yang menyerang saluran pernafasan. Penyakit yang bisa menyebabkan sesak nafas

sangat banyak sekali mulai dari infeksi, alergi, inflamasi bahkan keganasan.

Hal hal yang bisa menyebabkan sesak nafas antara lain :

1. Faktor psikis

2. Peningkatan kerja pernafasan

a. Peningkatan ventilasi (latihan jasmani, hiperkapnia, asidosis metabolik).

b. Sifat fisik yang berubah (tahanan elastis paru meningkat, tahanan elastis

dinding paru meningkat, peningkatan tahanan bronchial).

3. Otot pernafasan yang abnormal

a. Penyakit otot (kelemahan otot, kelumpuhan otot, distrofi).

b. Fungsi mekanis otot berkurang.

Dispnea atau sesak nafas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika

ruang fisiologi meningkat maka akan dapat menyebabkan gangguan pada pertukaran

gas antara O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat

sehingga terjadi sesak nafas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah

sedikit dan tidak terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis di

saluran pernafasan maka ruang mati akan meningkat.

Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan nafas maka pertukaran gas

juga akan terganggu dan juga dapat menyebabkan dispnea. Dispnea juga dapat terjadi

pada orang yang mengalami penurunan terhadap compliance paru, semakin rendah

Universitas Sumatera Utara


kemampuan terhadap compliance paru maka semakin besar gradien tekanan

transmural yang harus dibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan pengembangan

paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam, salah

satunya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi

asbeston atau iritan yang sama.

d. Nyeri dada

Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina

pectoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif

serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan

yang lebih lanjut dan penanganan yang serius.

e. Sakit tenggorokan

Radang tenggorokan adalah infeksi pada tenggorokan (tekak) dan kadangkala

amandel. Penyebab lainnya diantaranya adalah adanya polusi udara, alergi musiman

dan merokok. Perubahan cuaca dan alergi musiman adalah penyebab yang paling

sering terjadi. Terutama banyak terjadi pada anak anak dan infeksi ini disebarkan

melalui orang ke orang (person to person contact).

Penularan terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel,

kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonukloear. Pada stadium

awal, terdapat hyperemia, kemudian edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat

mula mula serosa tetapi menjadi menebal atau berbentuk mukus, dan kemudian

cenderung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.

Universitas Sumatera Utara


2.4. Industri Makanan Ringan

Menurut Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/I/1986, berdasarkan

pengklasifikasian industri, industri makanan ringan termasuk kelompok aneka

industri. Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-

macam barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini

adalah sebagai berikut :

1. Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi

2. Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es, mesin jahit,

televisi dan radio

3. Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampo, tinta, plastik, obat-obatan

dan pipa

4. Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan

makanan kemasan

5. Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian, kayu lapis

dan marmer.

2.5. Pengendalian Terhadap Polusi Sulfur Dioksida (SO2)

Beberapa metode dapat digunakan untuk mengurangi dan mengendalikan

emisi SO2. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Penggunaan bahan bakar bersulfur rendah

Substitusi sumber energi lain untuk bahan bakar

Menghilangkan sulfur dari bahan bakar sebelum pembakaran

Menghilangkan SOx dari gas buang

Universitas Sumatera Utara


Penggunaan bahan bakar bersulfur rendah mungkin dapat dilakukan, tetapi

biaya penggunaan bahan bakar lebih mahal dibanding yang bersulfur tinggi karena

bahan bakar bersulfur tinggi nilai kalornya lebih tinggi sehingga jumlah bahan bakar

bersulfur tinggi yang digunakan jumlahnya lebih sedikit, biaya pemakaian dan

transportasi bahan bakar menjadi lebih rendah.

Untuk menghilangkan sulfur dari bahan bakar sebelum proses pembakaran

membutuhkan beberapa perlakuan, tergantung dari bahan bakar dan bentuk sulfur di

dalamnya. Sulfur terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pirit, komponen organik dan

sulfat. Sulfat pada umumnya dijumpai dalam kuantitas yang kecil dan tidak

menimbulkan masalah. Sulfur organik terikat pada molekul yang merupakan bagian

dari batu-arang dan tidak dapat dihilangkan tanpa mengubah secara kimia batu-arang

tersebut melalui berbagai proses seperti karbonisasi, liquifikasi atau gasifikasi. Sulfur

piritik terdapat sebagai partikel terpisah dan dapat dipisahkan dengan cara fisik

seperti penggilingan yang dilanjutkan dengan pembilasan/pencucian. Cara fisik

tersebut dapat mengurangi kandungan sulfur pirit sampai setengahnya dalam satu kali

operasi, tetapi untuk batu-arang bersulfur tinggi (2-4%) dibutuhkan proses beberapa

tahap sehingga biayanya menjadi mahal.

Menghilangkan SO2 dari gas buang juga merupakan salah satu cara untuk

mengatasi pencemaran SOx, yaitu dengan injeksi batu kapur ke dalam zona

pembakaran sehingga bereaksi dengan SO2 membentuk garam sulfat melalui reaksi

sebagai berikut :

2CaCO3 + 2SO2 + O2 2CaSO4 + 2CO2

Universitas Sumatera Utara


Permasalahan yang dihadapi pada metode ini adalah terbentuknya bahan

buangan yang cukup tinggi dalam bentuk CaSO4 padat, batu kapur yang tidak

bereaksi dan abu yang harus dibuang (Kristanto, 2002).

2.6. Penentuan Lokasi dan Titik Pengambilan Sampel Udara Ambien

Udara diperlukan manusia setiap saat dalam kehidupan. Untuk itu kualitas

udara yang layak harus tersedia untuk mendukung terciptanya kesehatan masyarakat

(Mulia, 2005).

Secara umum, sampel udara ambien diambil di daerah pemukiman penduduk,

perkantoran, kawasan industri, atau daerah lain yang dianggap penting. Tujuannya

adalah untuk mengetahui kualitas udara yang dapat dipengaruhi oleh kegiatan

tertentu. Kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam menentukan lokasi pengambilan

sampel udara ambien (Hadi, 2005), yaitu:

1. Daerah yang mempunyai konsentrasi pencemar tinggi

2. Daerah padat penduduk

3. Daerah yang diperkirakan menerima paparan pencemar dari emisi cerobong

industri

4. Daerah proyeksi untuk mengetahui dampak pembangunan

2.6.1. Baku Mutu Udara Ambien

Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang di perbolehkan bagi zat atau

bahan pencemar terdapat di udara namun tidak menimbulkan gangguan terhadap

makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan dan atau benda.

Universitas Sumatera Utara


Baku mutu udara ambien menurut Surat Keputusan Menteri Negara

Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-03/MENKLH/II/1991 tanggal 1

Februari 1991 seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :

Tabel 5. Baku Mutu Udara Ambien

No. Parameter Waktu Baku Metode Peralatan *)


Pengukuran Mutu Analisis *)
1 SO2 24 jam 0.01 ppm Pararosanilin Spektrofotometer
2 CO 8 jam 20 ppm NIDR NIDR analyzer
3 NOx 24 jam 0.05 ppm Saltzman Spektrofotometer
4 Ox 1 jam 0.10 ppm Chem.lum Spektrofotometer
5 Debu 24 jam 0.26mg/m3 Gravimetrik Hi-volume
sampler
6 Pb 24 jam 0.06mg/m3 Gravimetrik Hi-vol, AAS
7 H2S 30 min 0.03 ppm Hg thiocynat Spektrofotometer
8 NH3 24 jam 2.00 ppm Nessler Spektrofotometer
9 HC 3 jam 0.24 ppm Flame- Gas
ionization Chromatograpy
Sumber : Wardhana, 1995

Keterangan :

Yang dimaksud dengan waktu pengukuran adalah waktu perataan (averaging

time) dan untuk pengukuran tiap jam dilakukan perhitungan secara geometric

mean.

Standar H2S tidak berlaku untuk daerah yang mengandung H2S secara alami

*) = yang dianjurkan

NDIR = Non-dispersive infrared

Hii-Vol + High Volume Sampling Methode

AAS = Atomatic Absorbtion Spectrophotometer

GC = Gas Cromatograph

Dengan diberlakukannya baku mutu ini, maka berarti bahwa udara yang

mengandung unsur-unsur melebihi standar tadi akan disebut tercemar. Diharapkan

Universitas Sumatera Utara


bahwa bila kualitas udara dapat dipelihara sehingga kadar berbagai zat tadi tidak

terlampaui, maka diharapkan tidak akan terjadi gangguan kesehatan terhadap

manusia, hewan, tumbuhan maupun harta benda (Slamet, 2009).

2.6.2. Pemilihan Pabrik yang Akan Dilakukan Pemeriksaan

Berbagai industri yang diantara bahan bakunya yang banyak mempergunakan

zat-zat kimia organik maupun anorganik. Sebagai hasil pengelolaannya selain

menghasilkan produk-produk yang berguna bagi kepentingan hidup manusia juga

dikeluarkan produk-produk yang berguna bagi kepentingan hidup manusia juga

dikeluarkan produk-produk yang tidak berguna dapat berupa racun (Supardi, 2003).

Berdasarkan pada data industri, dipilih pabrik prioritas untuk dilakukan

pemeriksaan rutin. Hal ini dikarenakan jumlah pabrik yang ada biasanya tidak

sepadan dengan jumlah staf dan data yang tersedia.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan pabrik prioritas

(Hamid dan Pramudyanto, 2007), yaitu :

a. Pabrik tersebut berskala besar (dilihat dari kapasitas produksi dan debit

limbahnya).

b. Berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan.

c. Pernah diadukan atau dikeluhkan oleh masyarakat, baik melalui surat pengaduan

maupun dimuat di media massa.

d. Pernah diberikan surat peringatan atau sanksi administrasi.

e. Pernah atau sedang dalam tuntutan pidana dan atau perdata.

f. Pernah atau sedang dilakukan proses mediasi atau negoisasi.

Universitas Sumatera Utara


g. Pabrik berada di wilayah kerja yang menjadi wewenangnya.

h. Tidak ada instansi/lembaga lain yang secara khusus berkewajiban untuk

melakukan pemeriksaan rutin.

2.7. Proses Pembentukan Batubara

Dikenal ada dua macam teori untuk menjelaskan proses terbentuknya lapisan

batubara (Akhadi, 2009), yaitu :

1. Teori In Situ

Menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk di tempat

dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Setelah tumbuhan tersebut mati dan

belum mengalami proses transportasi, segera tertutup oleh lapisan sedimen dan

mengalami proses pembatubaraan (coalification). Jenis batubara yang terbentuk

melalui proses ini mempunyai sebaran yang luas dan merata, kualitasnya baik

karena kadar abunya relatif kecil.

2. Teori Drift

Menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat

yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang.

Tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan terakumulasi di suatu

tempat yang selanjutnya tertutup oleh batuan sedimen dan mengalami proses

pembatubaraan. Kualitasnya kurang baik karena mengandung banyak material

pengotor yang tercampur pada saat transportasi dari tempat asal tanaman ke

tempat sedimentasi.

Universitas Sumatera Utara


2.7.1. Zat Dihasilkan dari Pembakaran Batubara

Pemakaian batubara dalam kegiatan industri sangat banyak. Pada pembakaran

dan pemecahan (cracking) batubara, selain dihasilkan gas buangan (SOx , CO, NOx),

juga menghasilkan abu terbang ( fly ash) dan abu dasar (buttom ash).

a. Abu

Abu batubara adalah bagian dari sisa pembakaran batubara pada boiler yang

berbentuk partikel halus. Abu terbentuk dari perubahan bahan mineral karena

proses pembakaran. Komposisi antara abu terbang dan abu dasar tergantung

sistem pembakarannya.

b. Oksida belerang (SOx )

Belerang terdapat pada batubara dengan kadar bervariasi, jauh dibawah 1%

sampai lebih dari 4%. Oksida belerang dapat selanjutnya dapat teroksidasi

menjadi SO3. Sedangkan belerang sulfat disamping stabil dan sulit menjadi

oksida belerang.

c. Oksida Nitrogen (NOx)

Nitrogen umumnya terikat dengan material organik dalam batubara dan

kadarnya kurang dari 2%. Pada pembakaran, nitrogen akan dirubah menjadi

oksida nitrogen (NOx).

d. Karbon Monoksida (CO)

Gas CO terbentuk pada pembakaran tidak sempurna. Gas ini dihasilkan dari

proses oksidasi bahan bakar yang tidak sempurna. Gas ini bersifat tidak

berwarna, tidak berbau, dan tidak menyebabkan iritasi.

e. Asap dan Gas Hidrokarbon

Universitas Sumatera Utara


Asap dan gas hidrokarbon terbentuk pada pembakaran yang sangat tidak

sempurna. Asap terutama terdiri dari partikel-partikel karbon yang tidak

terbakar. Sedangkan gas hidrokarbon adalah senyawa karbon dan hidrogen hasil

pemecahan bahan organik batubara yang belum mengalami oksida oksigen

lebih lanjut (Anonimous, 2011).

2.7.2. Briket Batubara

Menurut Sukandarrummi (1995), briket batubara adalah bahan bakar padat

yang terbuat dari batubara dengan sedikit campuran seperti tanah liat dan tapioka.

Briket batubara mampu menggantikan sebagian dari kegunaan minyak tanah seperti

untuk pengolahan makanan, pengeringan, pembakaran dan pemanasan. Bahan baku

utama briket batubara adalah batubara yang sumbernya berlimpah di Indonesia. Hal

ini mendorong pemanfaatan briket untuk masyarakat dan industri kecil di Indonesia

antara lain:

- Potensi batubara Indonesia yang sangat besar.

- Penduduk Indonesia sebagian besar tinggal di pedesaan.

- Dapat dilaksanakan dengan teknologi sederhana, dengan investasi sedikit.

- Batubara Indonesia mudah pecah dan bernilai kalori tinggi.

- Kebijaksanaan pemerintah untuk mengurangi pemakaian minyak dan kayu bakar.

Menurut Anonimous (2013), adapun parameter antara minyak tanah dan

briket batubara adalah :

1. Nilai kalori : Minyak tanah 9000 kkal/ltr

Briket batubara 5400 kkal/kg

2. Ekivalen : Minyak tanah 1 liter

Briket batubara 1,5 kg

Universitas Sumatera Utara


2.7.3. Teknik Pembriketan Batubara

Adapun teknik-teknik pembriketan batubara adalah sebagai berikut :

a. Sifat briket yang baik

- Tidak berasap dan tidak berbau pada saat pembakaran.

- Mempunyai kekuatan tertentu sehingga tidak mudah pecah waktu diangkat dan

dipindah-pindah.

- Mempunyai suhu pembakaran yang tetap ( 350 C) dalam jangka waktu yang

cukup panjang (8-10 jam).

b. Jenis briket

Dikenal 2 jenis berikut yaitu :

- Tipe Yontan, berbentuk silinder dan digunakan untuk keperluan rumah tangga.

- Tipe Egg, berbentuk telur dan digunakan untuk bahan bakar industri kecil seperti

untuk pembakaran kapur, bata, genteng, pandai besi, tetapi juga untuk keperluan

rumah tangga.

c. Karakteristik pembakaran

- Sifat pembakaran adalah sangat penting disamping tergantung dari sifat

batubaranya. Karakteristik pembakaran briket ini (lama dan suhu pembakaran)

tergantung pula dari besarnya udara yang terbakar dan nilai kalori batubara

(Sukandarrummi, 1995).

Universitas Sumatera Utara


2.8. Kerangka Konsep

Yang mempengaruhi kadar


SO2 di udara
- Cuaca
- Kelembaban
- Kecepatan angin
- Arah angin

- Melebihi Baku Mutu


Kadar SO2 pada Udara - Tidak melebihi Baku Mutu
Ambien di Sekitar Kawasan Peraturan Pemerintah
Pemukiman Penduduk Republik Indonesia No 41
Industri Makanan Ringan Tahun 1999

Karakteristik Responden
Keluhan saluran pernafasan :
1. Umur - Batuk
2. Pendidikan
3. Lama tinggal - Batuk darah
4. Pekerjaan/aktivitas - Nyeri dada
5. Lama berada di rumah
Karakteristik Tempat Tinggal - Sakit tenggorokan
Responden - Sesak nafas
1. Jarak rumah dari industri
Ketinggian rumah
2. Tinggi Rumah

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai