Anda di halaman 1dari 22

4.

Prinsip Dasar Audit


Ada tujuh prinsip dasar yang harus diperhatikan auditor agar audit manajemen
dapat mencapai tujuan dengan baik. Tujuh prinsip tersebut antara lain sebagai
berikut.
1. Audit dititikberatkan pada objek audit yang empunyai peluang untuk di perbaiki.
Sesuai dengan tujuan audit manajemen, yaitu menciptakan perbaikan terhadap
program/aktivitas perusahaan, maka audit dititikberatkan pada berbagai hal yang
masih memerlukan perbaikan untuk mencapai kondisi optimal dalam
pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan.
2. Prasyarat penilaian terhadap kegiatan objek audit.
Penilaian yang akurat membutuhkan audit yang saksama, baik terhadapkinerja
manajemen maupun berbagai program atau metode operasi yang telah
dilaksanakan.
3. Pengungkapan dalam laporan tentang adanya temuan-temuan yang bersifat
positif.
Di samping menyajikan temuan-temuan yang merupakan kelemahan dalam
pengelolaan perusahaan, auditor juga harus menyajikan temuan-temuan positif
yang biasanya berupa keberhasilan yang dicapai manajemen dalam mengelola
berbagai program/aktivitas dalam operasinya.
4. Identifikasi individu yang bertanggung jawab terhadap kekurangan-kekurangan
yang terjadi.
Auditor harus dapat mengidentifikasi dan menemukan individu-individu yang
bertanggung jawab terhadap berbagai kelemahan yang terjadi pada perusahaan.
5. Penentuan tindakan terhadap petugas yang seharusnya bertanggung jawab.
Walaupun auditor tidak memiliki wewenang dalam memberikan sanksi atau
tindakan terhadap petugas yang bertanggung jawab dengan kelemahan yang
terjadi, tetapi berdasarkan hasil audit yang dilakukan, auditor dapat memberikan
berbagai pertimbangan dalam menentukan sanksi yang akan diberikan oleh
pihak yang lebih tinggi dari pihak yang bersangkutan.
6. Pelanggaran hukum.
Dalam proses audit, tidak tertutup kemungkinana auditor menemukan berbagai
pelanggaran terhadap hokum yang berlaku.
7. Penyelidikan dan pencegahan kecurangan.
Jika terdapat indikasi terjadinya kecurangan (fraude) pada objek audit, auditor
harus memberikan perhatian khusus dan melakukan penyelidikan lebih dalam
terhadap hal tersebut sehingga kecurangan tersebut tidak terjadi.

5. Perbedaan Audit Manajemen dan Audit Keuangan


Beberapa hal yang membedakan antara audit manajemen dan audit keuangan:
1. Tujuan audit.
Audit dilakukan untuk mendapatkan keyakinan bahwa laporan keuangan yang
disajikan oleh perusahaan (manajemen) telah disusun melalui proses akuntansi
yang berlaku umum dan meyakinkan dengan sebenarnya kondisi keuangan
perusahaan pada tanggal pelaporan dan kinerja manajemen pada periode
tersebut.
Audit manajemen ditujukan untuk mencapai perbaikan atas berbagai
program/aktivitas dalam pengelolaan perusahaan yang masih memerlukan
perbaikan.
2. Ruang lingkup audit.
Audit keuangan menekankan auditnya pada data-data akuntasi perusahaan dan
proses penyajian laporan yang disajikan manajemen sehingga ruang lingkup
auditnya berkisar pada bukti-bukti transaksi dan proses akuntansi yang
diterapkan pada objek audit.
Audit manajemen, ruang lingkup audit meliputi keseluruhan fungsi manajemen
dan unit-unit terkait yang ada di dalamnya.
3. Dasar yuridis.
Secara hokum semua perusahaan harus menyajikan laporan keuangan yang telah
diaudit oleh auditor independen (akuntan public) kepada pihak-pihak yang
berkepentingan dengan laporan keuangan tersebut.
Berbeda dengan audit keuangan, audit manajemen bukanlah merupakan suatu
keharusan bagi suatu perusahaan. Audit manajemen berangkat dari kepedulian
manajemen atau yang memiliki wewenang lebih tinggi untuk memperbaiki
berbagai program/aktivitas yang berjalan di perusahaan.
4. Pelaksana audit.
Audit keuangan dilakukan dalam rangka mendapatkan pengesahan (opini)
secara independen dari pihak auditor atas kewajaran laporan keuangan yang
disajikan manajemen perusahaan tersebut.
Sementara audit manajemen dilakukan dalam rangka untuk menemukan
berbagai kekurangan/kelemahan pengelolaan perusahaan (melalui pengelolaan
berbagai program/aktivitas) yang dilakukan manajemen, sehingga dapat
ditentukan langkah-langkah perbaikan terhadap kekurangan tersebut.
5. Frekuensi audit.
Kebutuhan audit berhubungan langsung dengan penerbitan laporan keuangan,
audit keuangan dilakukan paling sedikit satu kali dalam setahun da ini bersifat
regular.
Sementara audit manajemen, tidak ada ketentuan mengikat yang mengharuskan
untuk melakukan audit setiap periode waktu tertentu.
6. Orientasi hasil audit.
Audit keuangan dilakukan terhadap data-data keuangan perusahaan yang
bersifat historis.
Sedangkan audit menajemen lebih merupakan anticipatory audit, sebagai sarana
untuk mengantisipasi atau mencegah kemungkinan terjadinya kegagalan akibat
kelemahan-kelemahan yang ada pada perusahaan.
7. Bentuk laporan audit.
Audit keuangan telah memiliki standar bentuk laporan audit yang bersifat baku
bagi seluruh akuntan independen yang melakukan audit keuangan.
Sedangkan laporan hasil manajemen biasanya disajikan dalam bentuk laporan
yang bersifat komprehensif, dimana didalam laporan tersebut disamping
menyampaikan kasimpulan hasil audit, juga disajikan temuan-temuan penting
hasil audit yang menjadi dasar dalam pembuatan kesimpulan dan rekomendasi.
8. Pengguna laporan.
Laporan audit keuangan ditujukan kepada berbagai kelompok pengguna yang
berada diluar perusahaan (eksternal).
Laporan audit manajemen lebih ditujukan kepada pihak internal perusahaan.

6. Tahap-Tahap Audit
1. Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan informasi latar belakang
terhadap objek yang diaudit.
2. Rewiew dan Pengujian Pengendalian Manajemen
Pada tahapan ini auditor melakukan review dan pengujian terhadap
pengendalian manajemen objek audit, dengan tujuan untuk menilai efektivitas
pengendalian manajemen dalam mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
3. Audit Terperinci
Pada tahap ini auditor melakukan pengumulan nukti yang cukup dan kompeten
untuk mendukung tujuan audit yang telah di tentukan.
4. Pelaporan
Tahapan ini bertujuan untuk mengomunikasikan hasil audit termasuk
rekomendasi yang diberikan kepada pihak yang berkepentingan.
5. Tindak Lanjut
Sebagai tahan akhir dari audit manajemen, tindak lanjut bertujuan untuk
mendorong pihak-pihak yang berwenang unuk melaksanakan tindak lanjut
(perbaikan) sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.

7. Memahami Permasalahan secara Dini

Salah satu penyebab turunya laba perusahaan adalah operasi yang kurang
efisien. Hal ini di tunjukan dengan semakin kecilnya rasio antara output dan input
(jumlah ouput yang dibagi dengan jumlah input hasilnya tidak cukup tinggi). Tingginya
perputaran karyawn bukan semata-mata menunjukan ketidakmampuan perusahaan
dalam memenuhi kebutuhan karyawan, tetapi dapat juga disebabkan oleh factor lain,
misalnya karena memang karyawan tersebut tidak memiliki motivasi untuk beprestasi
atau kemampuan tidak sesuai dengan bidang kerja yang menjadi tugasnya,. Oleh karena
itu, penerimaan karyawan harus dilakukan secara selektif dan adil yang menjadi
tanggung jawabnya. Tingginya keluhan pelanggan bisa terjadi karena berbagai alasan
seperti rendahnya kualitas produk, pelayanan yang kurang baik, atau terlambatnya
produk sampai di pasar. Memahami secara dini permasalahan ini akan sangat membantu
perusahaan dalam mempertahankan dan bahkan meningkatkan kemampuan
bersaingnya. Keseluruhan dari permasalahan ini memerlukan penangan yang seeius dari
pihak manajemen.
Tindakan antisipasi terhadap kemungkinan yang lebih buruk di masa yang akan
dating, memerlukan penilaian yang tepat terhadap pengelolaan yang telah berjalan saat
ini dan identifikasi kekurangan atau kelemahan pengelolaan program/aktivitas yang ada
selama ini sehingga perusahaan dapat menentukan langkah-langkah perbaikan yang
diperlukan. Audit manajemen, melalui tahapan-tahapan auditnya, melakukan penilaian
secara tepat terhadap proses(pengelolaan) yang telah terjadi, mengindentifikasi
kelemahan dan memberikan rekomendasi perbaikan atas kekurangan tersebut. Berikut
(walaupun tidak terbatasa pada hal ini) adalah merupakan hal-hal yang menjadi
kegagalan perusahaan yang harus mendapat perhatian serius untuk menghindari akibat
buruk yang mungkin terjadi,seperti:
1. Tidak ada perencanaan bisnis
2. Pendanaan yang kurang
3. Sasaran dan tujuan operasional yang tidak selaras
4. Gagal mengukur sasaran dan tujuan
5. Gagal dalam mengatur arus kas
6. Gagal memahami industry dan target pelanggan
7. Tidak ada rencana pemasaran untuk menarik pelanggan baru
8. Estimasi yang rendah terhadap persaingan
9. Biaya yang tidak bersaing
10. Kurang perhatian terhadap piutang dalam persediaan
11. Kurang terampilnya pengelohan pada setiap orang

8. Ekonomis, Efisiensi, dsn Efektivitas


Ekonomisasi (kehematan), efisiensi (daya guna), dan efektivitas (hasil guna)
merupakan tiga hal penting yang tidak dapat dipisahkan yang harus dicapai perusahaan
dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya. Operasi yang berjalan secara hemat dan
berdaya guna tanpa mengakibatkan pencapaian tujuan perusahaan (hasil guna) akan
mampu menghasilkan produk dengan harga pokok yang relative lebih rendah dengan
kualitas sesuai dengan standar yang telah di tetapkan. Produk yang dihasilkan dengan
harag yang lebih rendah dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam
memaksimalkan nilai pelanggan melalui pengorbanan yang lebih kecil, karena dalam
hal ini perusahaan dapat menjual produknya dengan harga relative lebih rendah
daripada harga pesaing tanpa menggangu keuntungan yang di harapkab.
Ekonomisasi
Ekonomisasi merupakan ukuran input yang digunakan dalam berbagai program
yang dikelola. Artinya, jika perusahaan memperoleh sumber daya yang akan digunakan
dalam operasi dengan pengorbanan yang paling kecil, ini berarti perusahaaan telah
mampu memperoleh sumber daya tersebut dengan cara yang ekonomis. Dengan
demikian harga pokok per unit input yang digunakan dalam operasi juga menjadi
rendah., yang memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan produk dengan harga
pokok yang relative rendah dibandingkan pesaingnya.
Berbagai cara dapat dilakukan perusahan untuk mendapatkan input dengan
pengorbanan yang paling kecil, seperti melalui kontrak jangka yang panjang dengan
pemasok, mendapatkan beberapa pemasok terpilih yang memiliki kualifikasi sesuai
dengan kebutuhan perusahan, dan sebagai cara yang lain. Apa pun bentuknya, pada
dasarnya usaha untuk memperoleh input dengan pengorbanan minimal tanpa
mengabaikan kualitas dan kuatitasnya adalah salah satu bentuk ekonomissi perolehan
sumber daya.

Efisiensi
Efisiensi berhubungan dengan bagaimana perusahaan melakukan operasi,
sehingga tercapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Efisiensi
berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya dengan konsep input-
proses-output, efisiensi adalah rasio antara output dan input. Seberapa besar outpun
yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki perusahaan. Metode
kerja yang baik akan dapat memandu proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan
penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Jadi efisiensi merupakan ukuran
proses yang menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, audit manajemen bertujuan untuk
mengidentifikasi kegiatan, program, dan aktivitas yang masih memerlukan perbaikan,
sehingga dengan rekomendasi yang diberikan nantonya dapat dicapai perbaikan atas
pengolalaan berbagai program dan aktivitas pada perusahaan tersebut. Program atau
kegiatan yang dilakukan selalu mengonsumsi sumber daya. Pengolahan program-
program tersebut tersebut harus berjalan secara efisiensi. Pengolahan program secara
efisien membutuhkan komitmen bersama di antara bagian yang terlibat dalam
perusahaan. Operasi yang efisien tanpa mengabaikan tujuan perusahaan merupakan
tanggung jawab bersama secara proposional setiap bagian dan dan tingkatan yang
terlibat daam operasi perusahaan. Perbaikan secara terus-menerus (continuous
imptovement) menjadi dasar tercapainya proses operasi yang efisien.
Efisiensi proses membutuhkan pemahaman yang tepat tentang penyebab
terjadinya pemborosan. Perusahaan harus hanya melibatkan aktivitas-aktivitas yang
berguna bagi pelangganan dan perusahaan arau hanya melibatkan aktivitas-aktivitas
yang nemambah nilai (value added activity).
Efektivitas
Secara singkat pengertian fektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan
suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Apakah pelaksanaan suatu
program/aktivitas telah mencapai tujuannya? Efektivitas merupakan ukuran dari output.
Hubungan antara ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas berdasarkan konsep input-
proses-output disajikan pada Gambar dibawah ini.

9. Efisiensi dan Efektivitas


Bagaimana perusahaan mencapai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas dalam
operasinya? Jawabannya adalah wujud dari komitmen manajemen dalam
merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, dan mengendalikan proses pengelolaan
sumber daya secara optimal. Manajemen harus mampu mengarahkan dan memotivasi
seluruh bagian, kelompok, dan individu dalam sebuah kerja sama tim yang solid dalam
mencapai tujuan masing-masing dan tujuan perusahaan secara keseluruhan. Manajemen
juga harus mampu menyambungkan nilai-nilai (values) yang terdapat pada setiap
bagian, kelompok, dan individu dalam perusahaan menjadi rangkaian rantai (chain)
yang saling terkait dengan prinsip-prinsip hubungan pemasok, pelanggan, di mana
setiap pemasok harus memuaskan pelanggannya.
Dengan adanya kesadaran bahwa setiap bagian, kelompok, dan individu adalah
pemasok bagi bagian, kelompok, dan individu lain, maka secara sadar mereka akan
saling mendukung satu sama lain dalam pencapaian tujuan perusahaan. pada kondisi
seperti inilah, ekonomisasi, efisiensi, dan efektivitas dapat tercapai sebagai rangkaian
nilai yang tidak terputus.
10. Ruang Lingkup Audit Manajemen
Sesuai dengan tujuannya, audit manajemen dilaksanakan untuk meningkatkan
ekonomisasi, efisiensi, pengelolaan sumber daya, serta efektivitas pencapaian tujuan
perusahaan. oleh karena itu, audit manajemen diarahkan untuk menilai secara
keseluruhan pengelolaan operasional objek audit, baik fungsi manajerial (perencanaan,
pengarahan, dan pengendalian) maupun fungsi-fungsi bisnis perusahaan yang secra
keseluruhan ditujukan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Audit manajemen pada berbagai fungsi perusahaan dan ruang lingkup auditnya
meliputi:
A. Fungsi Manajerial

Pada fungsi manajerial, audit dilakukan terhadap proses perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.

1) Perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, akan diuji komitmen manajemen dalam mengaktualisasikan
profesionalismenya. Auditor akan menilai apakah rencana manajemen telah
mencerminkan;
a. Komitmen manajemen untuk membawa perusahaan ke arah yang lebih baik
b. Tingkat produktivitas yang maksimal dari pengelolaan sumber daya yang
dimiliki perusahaan
c. Rencana-rencana peningkatan berkelanjutan yang dirancang manajemen untuk
mencapai kinerj terbaik perusahaan.

2) Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasin menyangkut bagaimana pengaturan sumber daya dilakukan
termasuk penempatan personel pada pekerjaan yang tepat sesuai dengan
kompetensinya, serta bagaimana pengalokasian sumber daya yang proporsoional untuk
mendukung penerapan strategi pencapaian tujuan perusahaan.
Audit pada tahap ini akan menekankan pada apakah sumber daya telah
teralokasikan dengan tepat, sehingga setiap sumber daya yang dimiliki perusahaan
dimanfaatkan secara optimal? Dan apakah tugas, wewenang, dan tanggung jawab telah
diorganisasi dengan tepat dan dipegang oleh personel yang kompeten di bidangnya
untuk menjamin efektivitas organisasi dalam mencapai tujuan.

3) Pengarahan (Actuating)
Pengarahan berkaitan dengan implementasi rencana, didukung oleh perangkat
organisasi dan sumber daya yang memadai. Auditor harus menilai apakah aktivitas
operasional telah sesuai dengan prosedur dan aturan yang berlaku? Apakah setiap
individu telah menjalankan tugas wewenang dan tanggung jawabnya dengan baik sesuai
dengan tugas pokok dan fungsi yang melekat padanya?

4) Pengendalian (Controlling)
Audit atas pengendalian menekankan pada penilaian terhadap efektivitas system
pengandalian dalam dalam memandu proses operasional agar mampu berjalan secara
ekonomis, efisien, dan efektif dalam pencapaian tujuannya.

B. Fungsi Bisnis

Audit manajemen pada berbagai fungsi bisnis perusahaan tergantung pada fungsi-
fungsi bisnis yang secara terorganisasi dikelola perusahaan.

1) Audit Manajemen pada Fungsi Pemasaran


Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai bagaimana setiap
program/aktivitas pemasaran yang dilakukan mencapai tujuannya melalui pengelolaan
sumber daya yang ekonomis dan efisien. Beberapa ruang lingkup audit manajemen
pemasaran meliputi:

Lingkungan Pemasaran, menekankan audit pada analisis terhadap kondisi


ekonomi makro yang berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
kepada aktivitas pemasaran perusahaan.
Strategi pemasaran, menekankan kepada penelaahan terhadap tujuan dan strategi
pemasaran.
Organisasi Pemasaran, menekankan pada penilaian terhadap kemampuan
struktur organisasi pemasaran dalam menerapkan strategi yang telah ditetapkan
Produktivitas Pemasaran, menekankan pada pengujian terhadap berbagai
program/aktivitas pemasaran dan pengeluaran biaya yang berkaitan dengan
aktivitas tersebut.
Fungsi Pemasaran, menekankan audit pada penilaian terhadap berbagai unsur
bauran pemasaran (marketing mix) yang ditetapkan perusahaan.

2) Audit Manajemen pada Fungsi Produksi dan Operasi


Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk melakukan pengujian terhadap
ketaatan perusahaan dalam menerapkan berbagai aturan dan kebijakan yang telah
ditetapkan dalam operasi perusahaan. Ruang lingkup audit ini meliputi:

Perencanaan produksi,
Pengendalian Kualitas,
Produktivitas dan Efisiensi,
Metode dan Standar Kerja,
Pemeliharaan Peralatan,
Organisasi Manajemen Produksi dan Operasi,
Plant dan Layout.
3) Audit Manajemen pada Fungsi Sumber Daya Manusia
Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai apakah kebutuhan
SDM suatu perusahaan sudah terpenuhi dengan cara yang hemat, efisien, dan efektiv.
Ruang lingkup pada audit ini mencakup keseluruhan dari proses SDM yang meliputi:

Perencanaan tenaga kerja,


Penerimaan karyawan, Seleksi,
Orientasi dan Penempatan,
Pelatihan dan pengembangan,
Penilaian kerja,
Pengembangan karier,
Sistem imbalan dan kompensasi,
Perlindungan karyawan,
Hubungan karyawan,
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

4) Audit Manajemen pada Fungsi Sistem Informasi,


Audit manajemen pada fungsi ini menekankan pada penilaian terhadap
keandalan sistem informasi yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan berbagai
informasi yang diperlukan secara akurat dan tepat waktu. Ruang lingkup audit ini
meliputi:

Dukungan satuan pengolah data,


Perencanaan pengolahan data,
Organisasi pengolahan data,
Pengendalian pengolahan data.

5) Audit Manajemen pada Fungsi Sistem Kepastian Kualitas,


Audit sistem kepastian kualitas bertujuan untuk menilai apakah sistem kepastian
kualitas yang diterapkan perusahaan telah mampu memandu proses operasi perusahaan
untuk dapat mencapai kualitas produk sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

6) Audit Manajemen pada Fungsi Lingkungan,


Audit manajemen pada fungsi ini bertujuan untuk menilai sejauh mana
perusahaan telah melaksanakan tanggung jawab lingkungannya, baik lingkungan
internal perusahaan (keselamatan dan kesehatan kerja) maupun eksternal perusahaannya
(pencemaran limbah perusahaan). Ruang lingkup audit ini secara umum meliputi:

Audit tanggung jawab lingkungan,


Audit manajmen lingkungan,
Audit aktivitas lingkungan.
7) Audit Manajemen pada Fungsi Perpajakan
Pelaksanaan audit perpajakan dapat membantu perusahaan dalam mengelola
kewajiban perpajakannya dengan efektif dan efisien, sehingga perusahaan dapat
meminimalkan kewajiban perajakannya tanpa melanggar aturan dan ketentuan
perpajakan yang berlaku.
Audit perpajakan dapat membantu Wajib Pajak dengan melakukan penilaian
terhadap pengelolaan fungsi perpajakan untuk menentukan:

a. Apakah setiap transaksi yang mengandung unsur perpajakan telah dikelola


dengan baik sehingga dapat meminimalkan kewajiban perpajakan perusahaan?
b. Apakah pengelolaan fungsi perpajakan telah dilakukan dengan baik dan tidak
melanggar aturan serta ketentuan perpajakan yang berlaku?
c. Apakah penyelesaian kewajiban perpajakan perusahaan telah dilakukan dengan
tepat waktu?

11. Langkah-langkah Audit

AUDIT PENDAHULUAN
Audit pendahuluan, dilakukan dalam rangka mempersiapkan audit lebih
dalam.audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk memperoleh informasi latar belakang
tentang objek audit. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan
pelaksanaan audit ini, antara lain:
1. Pemahaman auditor terhadap objekaudit
2. Penentuan tujuan audit
3. Penentuan ruang lingkup dari sasaran audit
4. Review terhadap peraturan dan prundang-undangan yang berkaitan dengan
objek audit
5. Pengembangan kriteria awal dalam audit

Pemahaman Auditor terhadap Objek Audit


Objek audit meliputi keseluruhan perusahaan dan kegiatan yang dikelola oleh
perusahaan tersebut dalam rangka mencapai tujuannya. Setiap objek memiliki
wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda sesuai dengan karakteristik dan
sistem pendelegasian wewenang yang diselenggarakan pada perusahaan tersebut. Dalam
suatu divisi yang dikelola secara terdesentralisasi, manajer divisi memiliki wewenang
dan tanggung jawab untuk mengatur divisi tersebut seperti suatu perusahaan yang
berdiri sendiri.
Untuk mencapai tujuannya, objek audit menetapkan berbagai program yang
pelaksanaanya dijabarkan ke dalam berbagai bentuk. Setiap program-program/aktivitas
yang diselenggarakan pada setiap departemen/divisi harus selaras dengan tujuan
perusahaan secara keseluruhan.
Auditor harus mengomunikasikan dengan atasan pengelola objek atau pemberi
tugas audit tentang pemahamannya terhadap berbagai program/aktivitas objek audit
untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Komunikasi ini lebih efektif jika
dilakukan secara tertulis, dengan meminta tanggapan pemberi tugas audit tentang hal-
hal berikut.
1. Informasi yang mendukung tujuan audit
2. Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit
3. Informasi yang mengarahkan pada sasaran audit

Di samping mendapatkan tanggapan tentang hal-hal tersebut, auditor juga harus


mendapatkan tanggapan tentang kesimpulan umum yang telah diajukannya untuk lebih
memantapkan hasil kesimpulan auditor.

Penentuan Tujuan Audit


Auditor harus menentukan tujuan audit untuk semua audit manajemen yang
dilakukan, dalam rangka menyajikan kerangka kerja audit. Tujuan audit harus mengacu
pada alasan mengapa audit harus dilakukan pada objek audit dan didasarkan pada
penugasan audit. Penugasan audit biasanya memberikan tujuan dalam lingkup yang
luas. Terhadap hal ini auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya untuk
merumuskan tujuan audit yang lebih spesifik. Berikut ini adalah beberapa alasan yang
mendasari diperlukannya audit manajemen. Berikut ini adalah beberapa alasan yang
mendasari diperlukannya audit manajemen.
1. Terjadinya pemborosan dan ketidakefisienan penggunaan sumber daya
perusahaan
2. Tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai
3. Adanya alternatif yang lebih baik dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan
4. Terjadinya penyimpangan dalam penggunaan sumber daya
5. Adanya penyimpangan terhadap peraturan dan kebijakan perusahaan
6. Sistem informasi dan pelaporan yang kurang baik

Dalam merumuskan tujuan ini, auditor dapat melakukannya dengan cara berikut.

1. Mengidentifikasi tujuan yang ada,yang mungkin mempunyai arti penting pada


pemberi tugas
2. Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan pada masa sebelumnya
3. Mempertimbangkan aktivitas-aktivitas yang memiliki resiko kegagalan yang
tinggi
4. Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek audit

Jika auditor memiliki wewenang yang besar untuk menentukan tujuan audit,
harus memperhatikan dengan cermat tentang arti penting dan risiko yang berkaitan
dengan audit tersebut. Kedua hal ini dapat memberikan petunjuk atau indikasi tentang
bidang-bidang yang harus diuji dalam audit. Dalam penentuan tujuan audit, auditor
harus memperkirakan dan mengukur dengan cermat apakah:

1. Sasaran dapat atau memungkinkan untuk di audit


2. Sumber daya cukup tersedia untuk melaksakan audit
3. Waktu pelaksana yang tersedia cukup untuk audit

Faktor-faktor ini memberikan gambaran kepada auditor tentang apakah audit


dapat dilaksanakan dan dapat terselesaikan dalam waktu yang ditentukan. Arti penting
program atau aktivitas sangat berpengaruh dalam rangka penentuan tujuan audit.
Penentuan tujuan audit harus memperhatikan berbagai risiko kegagalan yang mungkin
terjadi, baik risiko tidak tercapainya tujuan objek audit maupun tujuan audit itu
sendiri.beberapa hal berikut ini mengandung risiko kegagalan tinggi terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan objek audit yang harus diperhatikan auditor.

1. Tujuan objek audit yang beraneka ragam dan tidak konsisten


2. Tujuan objek audit yang kurang jelas
3. Kegiatan objek audit yang rumit dan kompleks
4. Pengendalian yang lemah
5. Perubahan-perubahan yang tidak terencana dan perputaran karyawan yang tinggi
6. Perubahan lingkungan objek audit

Tujuan audit yang di tentukan auditor harus sesuai dengan yang diingikan
pemberi tugas.hasil dari berbagai analisis yang dilakukan terhadap factor-faktor yang
mempengaruhi penetuan tujuan audit, harus di komunikasikan kepada pemberi tugas
audit untuk mrmdapatkan kesamaan sudut pandang dalam penentuan tujuan audit.

Penentuan Ruang Lingkup dan Sasaran Audit


Ruang lingkup audit menunjukan luas (area) dari sasaran audit. Beberapa hal
penting yang merupakan keinginan dari pemberi tugas harus diperhatikan dalam
menentukan ruang lingkup audit. Disamping itu, penentuan ruang lingkup audit harus
mengacu pada tujuan audit yang telah ditetapkan. Secara garis besar, ruang lingkup
audit manajemen terdiri atas sebagai berikut.
1. Bidang keuangan
Ruang lingkup bidang keuangan ini mencakup:
a. Pengendalian dan pertanggungjawaban dana dan kekayaan lain serta
kewajiban keuangan perusahaan
b. Pertanggungjawaban audit dari kegiatan yang dilakukan
c. Penyelenggaraan catatan akuntansi
d. Laporan keuangan
e. Pemanfaatan sistem akuntansi yang di miliki perusahaan
2. Ketaatan kepada pereturan dan kebijakan perusahaan.
Ruang lingkup ini termasuk didalamnya:
a. Kesesuaian pelaksanaan program dengan peraturan dan kebijakan
perusahaan berkaitan dengan program tersebut
b. Kesesuaian penerimaan dan penggunaan dana dengan peraturan dan
kebijakan perusahaan yang berkaitan dengan program tersebut.
3. Ekonomisasi
Ruang lingkup audit ekonomisasi menekankan pada bagaimana setiap
aktivitas/kegiatan dalam objek audit mengelola dana yang dimiliki objek audit
dalam memperolah hasil yang lebih besar, termasuk pencapaian alternatif
pelaksanaan kegiatan dalam mencapai tujuan dengan biaya yang lebih rendah.
4. Efisiansi
Efisiansi menyangkutkan optimalisasi penggunaan sumber daya untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Pada bagian ini auditor, menekankan pada bagian
seharusnya proses berjalan sehingga tercapai tujuan dengan permanfaatan secara
optimal sumber daya yang dimiliknya.
5. Efektivitas
Pada ruang lingkup ini, auditor mrnrnakankan pada:
a. Pencapaian tujuan program dan kegiatan yang sudah ditetapkan
b. Pemanfaatan hasil program
c. Pengaruh pemanfaatan hasil program atau kegiatan terhadap pencapaian
tujuan perusahaan.

Sasaran audit adalah target yang akan diaudit.dalam target ini terkandung
pertanyaan auditor yang jawabannya akan dipreoleh melalui proses dan kesimpulan
hasil audit penentuan sasaran audit harus mengacuh kepada tujuan dan ruang lingkup
audit yang telah ditentukan.
Ada tiga elemen penting dalam setiap sasaran audit,yaitu kriteria,penyebab,dan akibat.
1. Kriteria
Merupakan norma standar,atau sekumpulan standar yang menjadi panduan
setiap individu(kelompok) dalam melakukan aktivitasnya sebagai pelaksanaan
atas wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya.standar atau norma
ini dipergunakan untuk menilai aktivitas atau hasil aktivitas dari setian individu
atau kelompok pada objek audit
2. Penyebab
Merupakan tindakan atau aktivitas actual yang dilakukan oleh setiap
individu(kelompok) yang terdapat pada objek audit
3. Akibat
Merupakan hasil pengukuran dan pembandingan antara aktivitas
individu(kelempok) dengan kriteria yang telah ditetepkan terhadap aktivitas
tersebut

Cara Menyajikan Temuan Audit


Temuan audit merupakan fakta (data dan informasi) yang ditemukan auditor
dalam pelaksanaan auditnya. Penyajian temuan dalam audit manajemen dapat dilakukan
dalam bentuk kolom-kolom, dimana setiap kolom menyajikan temuan berupa kondisi,
kriteria, penyebab, dan akibat, atau dapat juga disajikan dalam bentuk narasi dengan
sistematika urut ke bawah dimulai dari kondisi,kriteria, penyebab, dan akibat.
Kondisi:
1. Mendeskripsikan kondisi yang ditemukan pada objek pemeriksaan
2. Kondisi merupakan hasil actual pelaksanaan program/aktivitas pada objek yang
diperiksa
3. Kondisi bukan merupakan kesimpulan dari temuan
4. Sajikan kondisi seperti apa adanya pada saat ditemukan.
Contoh: volume penjualan 500 unit/minggu
Kriteria:
1. Merupakan panduan setia individu/kelompok dalam melakukan aktivitasnya dan
digunakan untuk menilai aktivitas atau hasil aktivitas dari individu/kelompok
pada objek pemeriksaan
2. Kriteria merupakan pedoman/standar yang terukur
3. Sajikan kriteria apa adanya seperti yang dirumuskan pada manual objek
pemeriksaan
Contoh: volume penjualan 1.250/minggu, training sales 3 minggu, 2:1 (2minggu
pelatihan di kelas : 1 minggu pelatihan kerja di lapangan)
Penyebab:
1. Merupakan tindakan atau aktivitas actual yang dilakukan oleh
individu/kelompok pada objek pemeriksa
2. Penyebab merupakan penerapan dari kriteria yang telah ditentukan
3. Sajikan penyebab sebagai rekaman atas kejadian/cara kerja dalam melaksanakan
aktivitas
Contoh: training sales 2 minggu in house
Akibat:
1. Merupakan hasil pengukuran dan pembandingan antara aktivitas individu
(kelompok) dan kriteria yang telah ditetapkan terhadap aktivitas tersebut
2. Lakukan penilaian dan pengukuran terhadap pengaruh dari perbedaan antara
pencapaian aktivitas dengan kriterianya
Contoh: akibat dari tidak tercapainya volume penjualan, laba yang dicapai
belum mampu memenuhi target

Penelaahan terhadap Peraturan dan kebijakan yang Berkaitan dengan Objek


Audit
Sebelum menggunakannya sebagai kriteria untuk menilai, auditor harus
menelaah terlebih dahulu aturan-aturan dan kebijakan tersebut. Penelaah ini bertujuan
untuk memperoleh informasi tentang peraturan-peraturan yang berhubungan dengan
objek audit, baik bersifat umum maupun yang berhubungan khusus dengan berbagai
program/aktivitas yang diselenggarakan pada objek audit. Dengan penelahaan ini
auditor dapat memahami batas-batas wewenang objek audit dan berbagai program yang
dilaksanakan dalam mencapai tujuannya. Peraturan dan kebijakan yang ditetapkan oleh
objek audit dapat berupa adopsi terhadap peraturan yang ditetapkan pemerintah atau
yang secara penuh dikembangkan didalam objek audit sebagai penjabaran strategi
dalam meningkatkan kemampuan bersaingnya.

Pengembangan Kriteria Awal dalam Audit


Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan pedoman bagi setiap
individu maupun kelompok dalam melakukakan aktivitasnya didalam perusahaan.
Kriteria ini akan digunakan untuk menilai pelaksaan dan pengendalian berbagai
aktivitas yang dilakukan dalam perusahaan. Oleh karena begitu pentingnya peranan
kriteria dalam audit manajemen, auditor harus yakin bahwa kriteria yang digunakan
sudah tepat dalam menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektivitas berbagai
program/aktivitas didalam perusahaan. Faktor yang memengaruhi kriteria yang akan
digunakan dalam audit antara lain:
1. Tujuan dari kegiatan yang diaudit
2. Pendekatan audit
3. Aktivitas tujuan audit

Beberapa permasalahan yang harus di perhatikan auditor berkaitan dengan


kriteria bahwa tidak semua objek pemeriksaan memiliki kriteria yang: 1)
terdokumentasi, 2) uptudate dan 3) terukur. Terhadap permasalahan auditor harus
mampu mengembangkan kriteria awal yang bisa digunakan sebagai dasar dalam
pelaksaan audit. Oleh karena audit juga berkaitan dengan pemilik/pengelola objek yang
di audit, maka kriteria awal yang dikembangkan oleh auditor harus dipahami dan di
sepakati oleh pihak auditee.

Dalam pengembang kriteria awal ini, auditor dapat mengacu pada beberapa
sumber, antara lain:

1. Undang-undang (peraturan yang berlaku)


2. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan dalam objek audit
3. Norma (standar ) yang sudah mendapat pengakuan (diteima secara umum)
4. Kriteria yang digunakan pada objek audit sejenis
5. Pengalaman auditor dalam tugas-tugas audit sebelumnya pada objek audit
sejenis

Karakteristik kriteria yang baik antara lain:

1. Realistis
2. Dapat dipercaya
3. Dapat diukur
4. Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
5. Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk memenihi kebutuhan
informasi pemberi informasi pemberi tugas audit
6. Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti ganda yang dapat
menimbulkan interpetasi berbeda
7. Dapat dibandingkan
8. Diterima semua pihak
9. Lengkap
10. Memperhatikan adanya rentang waktu pada saat suatu kejadian/kegiatan
belangsung

Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan


Dari audit pendahuluan, auditor harus membuat kesimpulan atas hasil audit
pendahuluan yang telah dilakukan. Kesimpulan ini akan menjadi dasar menentukan
langkah-langkah yang akan diambil dalam tahapan audit selanjutnya. Pada tahap ini
pula auditor seharusnya sudah menetapkan tujuan walaupun masih bersifat sementara
(tentratie audit objective). Kesimpulan ini hasil audit pendahuluan memuat tentang hal-
hal beikut.
1. Dafta bidang/kegiatan yang mengandung kelemahan, yang akan dijadikan tujuan
audit pada tahap audit selanjutnya
2. Alasan mengapa bidang/kegiatan tersebut memerlukan audit lanjutan
3. Temuan-temuan sementara yang diperoleh bekaiatan dengan bidang/kegiatan
termasuk daftar bidang atau kegitan yang masih mengandung kelemahan,
berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan
4. Rekomendasi sementara yang diajukan untuk memperbaiki kelemahan-
kelemahan yang ada
5. Tindakan-tindakan perbaikan yang sudah dilakukan objek audit berdasarkan
rekomendasi sementara yang diberikan auditor sebelumnya
6. Bukti-bukti yang perlu diperoleh pada audit selanjutnya berkaitan dengan tujuan
audit sementara yang telah ditetapkan

REVIEW TERHADAP PENGENDALIAN MANAJEMEN


Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan sumber daya, memotivasi karyawan
untuk melaksanakan peraturan dan kebijakan yang telah ditetapakan, serta mencegah
terjadinya berbagai fungsi pengendalian. Sistem pengendalain manajemen merupakan
sistem yang digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis informasi, mengevaluasi,
dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan yang dilakukan oleh manajemen dalam
melakukan pengendalian. Suatu sistem pengendalian manajemen harus dapat menjamin
bahwa perusahaan telah melaksanakan strateginya dengan efektif dan efisien.
Karakteristik sistem pengendalian manajemen yang baik mencakup hal-hal berikut.
1. Pernyataan tujuan perusahaan
2. Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai tujuan
3. Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung jawab yang dipikul
dan adanya pemisahan fungsi yang memadai
4. Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada masing-masing unit
organisasi
5. Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk memperoleh
keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang sehat telah dilaksanakan dengan
baik

Penyataan Tujuan
Pernyataan tujuan dapat memberikan arah kepada semua komponen dalam
perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya karena dengan pernyataan tujuan ini,
didukung dengan sosialisasi yang memadai akan membantu setiap komponen di dalam
perusahaan tidak saja mampu untuk melaksanakan berbagai aktivitas, tetapi juga
memahami untuk apa melakukan aktivitas tersebut, apa manfaatnya bagi perusahaan
dan bagaimana seharusnya melaksanakan aktivitas tersebut sehingga secara optimal
dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dalam melakukan penelahaan
terhadap sistem pengendalian manajemen perusahaan, auditor harus memahami dengan
baik tujuan perusahaan.

Recana Perusahaan
Rencana yang merupakan penjabaran dari tujuan parusahaan, harus disusun
untuk mencapai sasaran perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang, yang
biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi untuk mengimplementasikannya.
Dalam rangka mencapai sasaran perusahaan, rencana diimplementasikan dalam bentuk
berbagai program/aktivitas lengkap dengan anggaran yang ditetapkan untuk setiap
program/aktivitas tersebut. Rencana dalam bentuk anggaran dapat digunakan sebagai
sarana untuk mengendalikan berbagai program/aktivitas yang dilaksankan termasuk
sebagai alat untuk mengevaluasi pelaksanaan program/aktivitas tersebut.
Rencana biasanya disusun berdasarkan pencapaian terbaik perusahaan pada
waktu sebelumnya untuk menentukan pencapaian terbaik berikutnya. Oleh sebab itu,
penyusunan rencana harus diawali dengan adanya identifikasi terhadap ketersediaan
sumber daya, berbagai hambatan internal, peluang-peluang yang mungkin (ingin)
dicapai, dan berbagai hambatan eksternal yang mungkin dihadapi. Tidak kalah
pentingnya, selain realistis, rencana juga harus memuat tentang keinginan melakukan
perbaikan secara terus-menerus (continuous improvement).

Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia yang Memadai


Perencanaan yang telah ditetapkan oleh suatu perusahaan harus didukung oleh
ketersediaan SDM yang memadai dalam merealisasikan rencana tersebut. Keberadaan
SDM menjadi sangat penting karena semua wewenang dan tanggung jawab
berhubungan dengan keberadaan sumber daya manusia tersebut. Kebutuhan SDM
dalam perusahaan seharusnya lebih menekankan kepada kapasitas yang harus tersedia
dihubungkan dengan berbagai program/aktivitas yang dilaksanakan dalam perusahaan.
Kapasitas SDM yang harus tersedia dipengaruhi oleh dua hal penting yaitu kualitas dan
kuantitas. Jumlah karyawan yang banyak, tetapi tanpa kemampuan dan keterampilan
yang sesuai dengan program/aktivitas yang dilaksanakn akan menimbulkan pemborosan
karena keberadaannya tidak akan mampu memberikan kontribusi kepada perusahaan.
Untuk itu ketersediaan SDM dan efektivitasnya dalam mendukung pemcapaian
tujuan perusahaan, auditor harus memperhatikam hal-hal berikut:
1. Apakah rekrutmen karyawan dilakukan telah melalui suatu perencanaan SDM?
2. Apakah seleksi karyawan yang dilakukan telah sesuai dengan pedoman
penerimaan karyawan yang ditetapkan perusahaan?
3. Apakah karyawan yang diterima telah sesuai dengan kualifikasi bidang kerja
(jabatan) yang akan diisi dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang ada pada
perusahaan?
4. Apakah spesifikasi dan deskripsi tersedia untuk masing-masing jabatan yang ada
dalam perusahaan?
5. Apakah keputusan penempatan karyawan telah melalui orientasi yang memadai
dan sesuai dengan kecenderungan berprestasi karyawan tersebut?
6. Apakah setiap pekerjaan telah dilengkapi dengan urai kerja yang memadai?
7. Apakah program peningkatan kemampuan (keterampilan dan keahlian)
karyawan telah dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dilaksanakan secara
efektif dan efisien?
8. Apakah penilaian prestasi, pemberian sanksi atau penghargaan kepada karyawan
telah dilakukan secara adil, sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
di perusahaan tersebut?

Kebijakan dan Praktik yang Sehat


Perumusan kebijakan harus memperhatikan kepentingan berbagai pihak yang
ada di dalam perusahaan. Hal ini akan mendorong terjadinya keselarasan tujuan dalam
perusahaan dan dapat memotivasi berbagai pihak untuk memberikan kontribusinya.
Untuk mendukung praktik yang sehat, berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan harus
di komunikasikan kepada seluruh pihak yang berkepentingan agar terjadi komunikasi
timbal balik antarkedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak perusahaan yang
diwakili oleh manajemen (direksi) dan karyawan. Seperangkat kebijakan biasanya
dikomunikasikan dalam bentuk buku pedoman kebijakan ( policy manual) dan praktik-
praktik yang sehat di komunikasikan dalam bentuk buku pedoman prosedur operasional
( standard operating procedure).
Dalam menguji kebijakan yang dibuat oleh perusahaan, auditor harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Apakah kebijakan dinyatakan dengan jelas dalam bentuk tertulis dan sistematis
serta dikomunikasikan kepada seluruh tingkatan manajemen dan karyawan
secara sistematis dan tepat waktu.
2. Apakah kebijakan yang dibuat telah sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku dan dilakukan peninjauan serta revisi secara berkala.
3. Apakah kebijakan yang dibuat telah mengakomodasi kepentingan berbagai
pihak dalam perusahaan dan secara tegas mengatur tentang hak dan kewajiban
masing-masing pihak.
4. Apakah kebijakan telah dibuat untuk melaksanakan kegiatan/aktivitas secara
hemat efisien dan efektif.
5. Apakah ada kebijakan khusus bagi setiap pengendalian manajemen lain yang
relavan dengan pelaksanaan setiap kegiatan termasuk sanksi-sanksi terhadap
pelanggaran kebijakan tersebut berdasarkan peraturan yang berlaku.

Sistem Review yang Efektif


Sistem review menyangkut bagaimana pihak-pihak yang berwenang melakukan
review terhadap berbagai aktivitas/kegiatan yang dilakukan. Hal ini merupakan suatu
bentuk pengendalian terhadap proses yang berlangsung. Manajemen harus menetapkan
sasaran yang ingin dicapai dan tolak ukur pengukuran ekonomisasi, efisiensi, dan
efektivitas pelaksanaan aktivitas. Dalam sistem review yang baik, pelaksanaan supervisi
harus dilaksanakan secara memadai. Supervisor harus mampu mengarahkan
pelaksanaan prosedur berjalan secara ekonomis, efektif, dan efisien serta sesuai dengan
kebijakan yang telah ditentukan.
Auditor harus melakukan audit terhadap semua rencana yang dibuat berkaitan
dengan aktivitas yang akan dilakukan termasuk ketersediaan sumber daya untuk
melakukan aktivitas tersebut. Auditor harus melakukan pengamatan langsung terhadap
kekuatan maupun kelemahan sistem pengendalian manajemen yang dimilki perusahaan.
Elemen sistem review lain yang harus ada dalam sistem pengendalian
manajemen yang baik adalah adanya fungsi pelaporan internal dan fungsi audit internal.
Efektivitas sistem pelaporan internal perusahaan dapat dinilai dari hal-hal berikut.
1. Apakah sistem pelaporan yang dimiliki dapat memberikan informasi mutakhir
yang dibutuhkan oleh pejabat-pejabat yang bertanggung jawab, untuk
kepentingan tindakan manajemen (perencanaan, pengendalian, dan evaluasi)?
2. Apakah ada keharusan dari setiap pelaksanan untuk melaporkan secara tertulis
setiap hasil kerja/aktivitas yang dilakukan?
3. Apakah laporan disusun berdasarkan data dan informasi yang benar dan tepat
waktu?

Sementara, efektivitas audit internal dapat dinilai dari hal-hal berikut ini.
1. Apakah ada petugas auditor internal dan telah telah ditempatkan pada posisi
yang benar dalam organisasi?
2. Apakah ruang lingkup auditnya ditetapkan dengan jelas dan audit internal
tersebut telah memenuhi syarat kompetensi, dapat diandalkan, dan tepat waktu?
3. Apakah audit ditekankan pada perbaikan organisasi dan adakah prosedur yang
mengatur tindak lanjut atas hasil auditnya?
Kesimpulan hasil review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen dapat
memberikan gambaran kepada auditor tentang hal-hal berikut.
1. Keandalan sistem pengendalian manajemen perusahaan dalam memandu
operasional yang berlangsung pada perusahaan tersebut dan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan dokumentasi, pengukuran, dan penilaian terhadap
aktivitas yang dilaksanakan.
2. Apakah tersedia cukup bukti yang dibutuhkan dalam pengembangan tujuan audit
sementara (tentative audit objective) menjadi tujuan audit yang sesungguhnya
(definitive audit objective), sehingga dapat dipergunakan sebagai tujuan audit
selanjutnya, atau tidak tersedia cukup bukti sehingga pengembangan tujuan
audit sementara ini tidak perlu dilanjutkan.
3. Langkah kerja yang dilaksanakan pada tahap berikutnya untuk memudahkan
program kerja audit lanjutaan guna mengetahui:
a. Apakah ruang lingkup kegiatan audit telah ditetapkan dengan jelas dan
pekerjaan audit internal perusahaan telah memenuhi syarat kompetensi,
dapat diandalkan, dan tepat waktu.
b. Menentukan tujuan audit bersama penanggung jawab mengenai audit
lanjutan.

Ada tujuh langkah kunci yang harus diperhatikan auditor dalam melakukan
review dan pengujian terhadap pengendalian manajemen perusahaan.
1. Meningkatkan tingkat penting (significance) dan kepekaan (sensitivity) hal-hal
pokokdari program/aktivitas yang diaudit.
2. Menilai tingkat kerentanan program/aktivitas tersebut terhadap penyalahgunaan
sumber daya, kegagalan pencapaian sasaran dan ketidaktaatan terhadap
ketentuan, peraturan, dan kebijakan yang ditetapkan perusahaan.
3. Mengidentifikasi dan memahami pengendalian-pengendalian manajemen yang
relevan.
4. Menetapkan apa yang sudah diketahui tentang efektivitas pengendalian.
5. Menilai kecukupan desain pengendalian.
6. Menetapkan melalui pengujian apakah pengendalian-pengendalian yang ada
sudah cukup efektif.
7. Melaporkan hasil-hasil penilaian manajemen dan mendiskusikan tindakan-
tindakan perbaikan yang diperlukan.

AUDIT LANJUTAN

Audit tahap ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
mendukung tujuan audit yang sesungguhnya, yang telah ditetapkan berdasarkan hasil
review dan pengujian pengendalian manajemen.
Langkah-langkah audit tahap ini, meliputi:
1. Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang objek audit yang
diperlukan;
Langkah ini menekankan pada usaha untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap dalam menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar pembuatan
kesimpulan audit.
2. Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan kompeten;
Bukti harus mempunyai hubungan dengan kriteria audit; objektif, relevan, dan
bermakna (material). Tujuan dari perolehan bukti ini adalah untuk menentukan
bahwa:
a. Kriteria atas kegiatan yang diaudit sudah sesuai dan dapat diterima;
b. Terdapat pelaksanaan yang menyimpang (baik tidak diterapkannya
prosedur yang sudah ditetapkan untuk setiap program/aktivitas atau tidak
dilakukannya pengendalian/supervisi yang semestinya atas kegiatan yang
diaudit) merupakan penyebab dari timbulnya akibat yang kurang
menguntungkan bagi kegiatan yang diaudit;
c. Terdapat akibat yang cukup penting dan material dari terjadinya
perbedaan antara kondisi dengan kriteria yang telah ditetapkan.
3. Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan mengelompokkannya
ke dalam kelompok kriteria, penyebab, dan akibat;
Bukti-bukti yang telah diperoleh dalam audit kemudian diringkas dan
dikelompokkan sesuai dengan elemen sasaran audit yang meliputi: kriteria,
penyebab, dan akibat.
Bukti-bukti yang masuk dalam kelompok kriteria adalah kesuluruhan
temuan audit yang berkaitan dengan normal/standar yang ditetapkan perusahaan
yang menjadi dasar bagi setiap komponen dalam perusahaan dalam melakukan
aktivitasnya.
Bukti yang masuk dalam kelompok penyebab biasanya berupa berbagai
tindakan menyimpang atau tindakan positif yang tidak dilakukan yang
merupakan sumber terjadinya ketidakekonomisan, ketidakefisienan operasi, dam
ketidakefektifan pencapaian tujuan.
Bukti-bukti yang masuk dalam kelompok akibat adalah bukti-bukti yang
biasanya ditemukan terlebih dahulu.
4. Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang telah diperoleh dan
mengidentifikasi bahwa akibat yang ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara
kondisi dan kriteria cukup penting dan material. Kesimpulan ini merupakan
pemantapan temuan hasil audit;
Pengembangan temuan merupakan pengumpulan dan sintesis informasi khusus
yang bersangkutan dnegan program/aktivitas yang doaudit, dievaluasi, dan yang
dianalisis karena diperkirakan akan menjadi perhatian dan berguna bagi
pengguna laporan. Pengembangan temuan harus dilanjutkan terus selama
temuan tersebut diyakini memberikan informasi yang mendukung keakuratan
kesimpulan audit.

PELAPORAN
Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan hasil audit. Ada dua
cara penyajian laporan audit manajemen, yaitu:
1. Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang diperoleh selama
tahapan-tahapan audit.
2. Cara penyajian yang megikuti arus informasi yang menitikberatkan penyajian
kepada kepentingan para pengguna laporan hasil audit ini.

TINDAK LANJUT
Implementasi tindak lanjut atas rekomendasi yang diberikan auditor merupakan
bentuk komitmen manajemen dalam meningkatkan proses dan kinerja perusahaan atas
beberapa kelemahan/kekurangan yang masih terjadi. Auditor tidak memiliki
kewenangan memaksa dan menuntut manajemen untuk melaksanakan tindak lanjut
sesuai dengan rekomendasi yang diberikan, tetapi lebih menempatkan diri sebagai
supervisor atas rencana, pelaksanaan, dan pengendalian tindak lanjut yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai