Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, bervariasi pada
keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit dapat dengan
mudah dilihat dan diraba, hidup, dan menjamin kelangsungan hidup,. Kulit pun menyokong
penampilan dan kepribadian seseorang. Dengan demikian kulit pada manusia mempunyai
peranan yang sangat penting.
Dibutuhkan kulit yang sehat dan terawat untuk menambah rasa percaya diri. Itu
membuat banyak orang menempuh berbagai cara untuk mendapatkan kulit sehat,mulus,dan
indah. Namun, berbagai keluhan seputar kulit semakin sering dijumpai dalam praktik
keperawatan, mulai dari kelainan pigmentasi, kulit berjerawat hingga penyakit kulit yang
disebut dengan dermatitis atopik.
Dermatitis merupakan peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respons
terhadap pengaruh factor eksogen atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi poliformik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Tanda
poliformik tidak selalu timbul bersamaan, bahkan mungkin hanya beberapa (oligomorfik).
Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis. Atopik berasal dari kata atopi yaitu istilah
yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan
dalam keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan
dermatitis atopic.
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal,
yang berhubungan dengan atopi.
2. Tujuan
Tujuan umum
Untuk mempelajari dan memahami asuhan keperawatan pada penyakit Dermatitis atopik.
Tujuan khusus
Agar perawat dapat mempelajari dan memahami berbagai penyakit pada manusia,
seperti penyakit dermatitis atopik.
Agar perawat dapat membuat asuhan keperawatan pada jenis penyakit seperti dermatitis
atopic
BAB 2
TINJAUAN TEORI
1. Definisi

Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh
fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007 ).

Dermatitis lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit.
Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun
demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis
muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda.

Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala berbeda:

1.Contact Dermatitis

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi yang menempel pada
kulit. (Adhi Djuanda,2005)

Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terd Eapat pada
tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah
satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.

2.Neurodermatitis

Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan garis kulit tampak
lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang
berulang-ulang karena berbagai ransangan pruritogenik. (Adhi Djuanda,2005)

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter
sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan
menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.
Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3.Seborrheic Dermatitis

Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua alis, belakang
telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat
kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4.Stasis Dermatitis

Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena) tungkai
bawah. (Adhi Djuanda,2005)

Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah
warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi
cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.

5.Atopic Dermatitis
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang umumnya sering
terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam
serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma
bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,
distribusinya dilipatan(fleksural). (Adhi Djuanda,2005)

Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah. Seringkali muncul
di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin
bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa. (ros/Detikhealth).

2. Anatomi Fisiologi

Kulit adalah organ yang sangat penting untuk mengetahui tingkat kesehatan seseorang.
Struktur dan fungsi integument ;
Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh manusia,khususnya organ yang menutupi permukaan
tubuh manusia yang sering disebut sebagai kulit.Kulit merupakan organ yang paling besar pada tubuh
manusia dan terletak paling luar sehingga mudah mengalami trauma atau terkontaminasi oleh
mikroorganisme serta mudah dilihat individu maupun orang lain.Kulit merupakan jalinan pembuluh
darah,saraf,dan kelenjar yang tidak berujung,semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit.
Secara mikroskopis,struktur kulit terdiri dari tiga lapisan,yaitu lapisan epidermis,lapisan dermis,dan
lapisan subkutis.
1. Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas dari kulit serta tidak mengandung dari pembuluh darah
dan saraf.
Berikut ini dijelaskan batasan setiap bagian dari lapisan epidermis:
a. Stratum korneum adalah lapisan tanduk yang berada paling luar,terdiri atas beberapa lapis sel
gepeng yang mati dan tidak berinti.
b. Stratum lusidum adalah lapisan yang terdapat langsung dibawah lapisan korneum,merupakan
lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.
c. Stratum granulosum merupakan lapisan epidermis yang mempunyai fungsi penting dalam
pembentukan protein dan ikatan kimia stratum korneum
d. Stratum spinosum (Stratum malfigi) adalah lapisan yang mengalami proses mitosis
e. Stratum basale merupakan lapisan epidermis yang paling bawah terdiri atas sel-sel yang berbentuk
kubus (Kolumnar) yang berbaris seperti pagar (talisade)
2. Lapisan Dermis adalah lapisan kulit dibawah epidermis yang terbagi dua bagian:
a. pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis
b. pars retikulare yaitu bagian bawah yang menonjol kearah subkutis
3. Lapisan subkutis, lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu
tubuh, dan tempat penyimpanan energi
Fungsi kulit :
Kulit mempunyai beberapa fungsi yang perlu kita ketahui yaitu :
1. fungsi proteksi, kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap
gangguan kimiawi,bakteri,virus,dan jamur.
2. fungsi absorpsi, kulit memiliki sifat vermeabel-selektif artinya menyerap bahan-bahan tertentu
seperti gas dan zat yang larut dalam lemak,sedangkan air dan elektrolit sukar masuk melalui kulit.
3.fungsi ekskresi, saat kita kepanasan atau setelah berolahraga kulit akan mengeluarkan
keringat.Kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa metabolisme dalam bentuk
sebum dan keringat.
4. fungsi persepsi,semua orang pasti akan merasakan sentuhan.Kulit mengandung ujung-unjung saraf
sensorik di dermis dan subkutis yang peka terhadap rangsangan panas,dingin,perabaan,dan tekanan.
5. fungsi pengaturan suhu tubuh,Kulit memiliki kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin
sehingga suhu tubuh dapat meningkat (hangat) kemampuan vasodilitasi pada suhu panas sehingga
suhu tubuh dapat turun,serta kemampuan termoregulasi melalui evaporasi (berkeringat)
6. fungsi pembentukan pigmen,Sel pembentuk pigmen ini disebut melanosit.
7. fungsi pembentukan vitamin d,dihidroksi kolesterol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari
sehingga terbentuk vitamin d.
3. Etiologi

Penyebabnya secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :

a. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen ), fisik ( sinar matahari, suhu ),
mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).

b. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia (contoh : detergen,asam,
basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari
dalam(endogen), misalnya dermatitis atopik.(Adhi Djuanda,2005).

Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab
eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Seringkali, kulit yang
pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip merah
seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.
Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan
terasa panas saat disentuh dan .Selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus. Segera periksa ke dokter jika kita mengalami selulit dan eksim.

4. Gejala klinis

Pada umumnya penderita dermatitis akan mengeluh gatal, dimana gejala klinis lainnya bergantung
pada stadium penyakitnya.

a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.

b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mongering menjadi kusta.

c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.Stadium
tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal memberi gambaran
klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

5. Patofisologi

A. Dermatitis Kontak
Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi
atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan
tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit.
Kebanyakan baran iritan merusak membran lemak keratinosit, tetaoi sebagian dapat menembus
membran sel dan merusak lisosom, mitokondria atau komponen inti. Kerusakan membran
mengaktifkan fosfolipase dan melepaskan asam arakidonat (AA), diasilgliserida (DAG), platelet
activating factor = PAF). AA dirubah menjadi prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT
menginduksi vasodilatasi, dan meningkatkan pereabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi
komplemen dan kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemotraktan kuat untuk limfosit dan
neutrofil, serta mengaktifasi sel mas melepaskan histamin, sehingga memperkuat perubahan vaskular.
Keratinosit juga melepaskan TNF alfa, suatu sitokin proinflamasi yang dapat mengaktifkasi sel T.
Lalu terjadi sensitisasi sel T oleh saluran limfe, terjadi reaksi hipersensitivtas, jika terpajan ulang maka
sel efektor mengeluarkan limfokin.
Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan ditempat terjadinya kontak berupa
eritema, panas, lesi, gatal, nyeri, iritasi.
B. Dermatitis Atopik
Factor dari dermatitis atopic adalah faktor genetik. Konsep dasar terjadinya ermatitis atopik adalah
melalui reaksi imonologik. Kadar IgE dalam serum penderita dermatitis atopic dan jumlah
iosinofilumnya meningkat. Terbukti bahwa ada hubungan secara sistemik antara dermatitis atopik dan
alergi saluran nafas.
Karena 80% anak dermatitis atopik mengalami asma bronchial atau rinitis alergik. IgE dan esinofil
meningkat karena terjadi reaksi histamin yaitu histamin akan dilepas. Lepasnya histamin
mengakibatkan perubahan vaskular pada pembuluh darah. Sehingga terjadilah iritasi pada kulit dan
kulit meradang.

6. Klasifikasi

Berdasarkan etiologinya dermatitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :

A. Dermatitis kontak ( dermatitis venemata )

Merupakan dermatitis yang disebabkan oleh oleh bahan yang menempel pada kulit atau dermatitis
kontak merupakan respon reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Penyakit ini adalah kelainan
inflamasi yang sering bersifat ekzematosa yang disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan
yang iritatif atau alergenik.

Ada 4 bentuk dermatitis kontak yaitu :

Dermatitis kontak iritan

Dermatitis yang terjadi akibat kontak dengan bahan yang secara kimiawi atau fisik merusak kulit tanpa
dasar imunologik. Terjadi sesudah kontak pertama dengan iritan atau kontak ulang dengan iritan
ringan selama waktu yang lama. Dermatitis ini terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, lama kontak, kekerapan, gesekan dan trauma
fisis, shu serta kelembaban.
Selain faktor diatas faktor lain yang mendukung terjadinya dermatitis kontak alergik adalah faktor
individu misalnya perbedaan kelembaban kulit, usia ( anak dibawah umur 8 tahun dan usia lanjut lebih
mudah teritasi ), ras ( kulit hitam lebih rentan dari kulit putih ) dan jenis kelamin ( insidans DKI lebih
banyak pad wanita ). Gejala klinis yamg terjadi adalah kekeringan kulit yang berlangsung beberapa
hari hingga bulan. Vesikulasi, fisura dan pecah-pecah. Tangan dan lengan bawah merupakan bagian
yang paling sering terkena.

Dermatitis kontak alergik.

Merupakan reaksi hipersensitivitas tipe IV yang terjadi akibat kontak kulit dengan bahan alergik (
bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas ). Tipe ini memiliki periode sensitisasi 10 14 hari. Reaksi
hipersensitivitas tipe IV terjadi melalui 2 fase yaitu:

a. Fase sensitisasi

Hapten masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap oleh sel langerhans
denagn cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim lisosom. Pada awalnya sel langerhans
dalam keadaan istirahat, dan hanya berfungsi sebagai makrofag dengan sedikit kemampuan
menstimulasi sel T. Terjadinya sensitisasi kontak tergantung pada sinyal iritan yang dapat berasal dari
alergen kontak sendiri dari ambang rangsang yang rendah terhadap respon iritan, dari bahan kimia
inflamasi pada kulit yang meradang. Jadi sinyal bahaya yang menyebabkan sensitisasi tidak berasal
dari sinyal antigenik sendiri melainkan dari iritasi yang menyertainya. Suatu tindakan mengurangi
iritasi akan menurunkan potensi sensitisasi.

b. Fase elisitasi

Fase kedua (elisitasi) hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten),
hapten akan ditangkap sel langerhans dan diproses secara kimiawi menjadi antigen, diikat oleh HLA-
DR, kemudian diekskresi di permukaan kulit. Selanjutnya kompleks HLA-DR-antigen akan
dipresentasikan kepada sel T yang telah tersensitisasi baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga
terjadi proses aktivasi. Fase elisitasi umumnya berlangsung antara 24-48 jam. Gambaran klinisnya
dapat berupa vasodilatasi dan infiltrat perivaskuler pada dermis, edema intrasel, biasanya terlihat pada
permukaan dorsal tangan.

Dermatitis kontak fototoksik

Merupakan dermatitis yang menyerupai tipe iritan tetapi memerlukan kombinasi sinar matahari dan
bahan kimia yang merusak epidermis kulit. Gambaran klinis yang terjadi serupa dengan dermatitis
iritan.
Dermatitis kontak fotoalergik

Menyerupai dermatitis alergi tetapi memerlukan pajanan cahaya disamping kontak alergen untuk
menimbulkan reaktivitas imunologik. Gambaran klinis serupa dengan dermatitis iritan.

B. Dermatitis Atopik

Merupakan peradangan kulit yang melibatkan perangsangan berlebihan limfosit T dan sel Mast. Tipe
gatal kronik yang sering timbul, dalam keadaan yang sering disebut eksema. Manifestasi klinik
dimulai sejak selama kanak-kanak. Dalam keadaan akut, yang pertama tampak kemerahan dan banyak
kerak. Pada bayi lesi kulit tampak pada wajah dan bokong. Pada anak yang yang lebih tua dan remaja,
lesi tampak lebih sering muncul di tangan dan kaki, di belakang lutut dan lipat siku. Gejala terbesar
adalah pruritus hebat menyebabkan berulangnya peradangan dan pembentukan lesi yang merupakan
keluahan utama mencari bantuan.

C. Dermatitis medikamentosa

Merupakan kelainan hipersensitivitas tipe I, merupakan istilah yang digunakan untuk ruang kulit karen
pemakaian internal obat-obatan atau medikasi tertentu. Pada umumnya reaksi obat timbul mendadak,
ruam dapat disertai dengan gejala sistemik atau menyeluruh.

Berdasarkan morfologinya, dermatitis dapat diklasifikasikan menjadi 4 , yaitu :

a. Dermatitis papulosa.

b. Dermatitis vesikulosa.

c. Dermatitis madidans.

d. Dermatitis eksfloliativ

7. Pemeriksaan Penunjang

a. Tes Tempel Terbuka.

Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah
tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel
terbuka adalah alergen yang menguap.
b. Tes Tempel Tertutup.

Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian
tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan
dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.

c. Tes tempel dengan Sinar

Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan
yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat
sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris
dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris
dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya. Untuk
menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik
kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut. Untuk dapat
melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena
bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang.
Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling
tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid.
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan oleh
International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat
perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita
diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri.
Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka penderita
diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh
ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya.
Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan
dan berpengalaman di bidang itu. Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi
makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut
belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
8. Komplikasi

Pada anak penderita Dermatitis atopik, 75% akan disertai penyakit alergi lain di kemudian
hari. Penderita Dermatitis atopik mempunyai kecenderungan untuk mudah mendapat
infeksi virus maupun bakteri (impetigo, folikulitis, abses, vaksinia. Molluscum
contagiosum dan herpes).
Infeksi virus umumnya disebabkan oleh Herpes simplex atau vaksinia dan disebut eksema
herpetikum atau eksema vaksinatum. Eksema vaksinatum ini sudah jarang dijumpai,
biasanya terjadi pada pemberian vaksin varisela, baik pada keluarga maupun penderita.
lnfeksi Herpes simplex terjadi akibat tertular oleh salah seorang anggota keluarga. Terjadi
vesikel pada daerah dermatitis, mudah pecah dan membentuk krusta, kemudian terjadi
penyebaran ke daerah kulit normal.
Penderita Dermatitis atopik, mempunyai kecenderungan meningkatnya jumlah
koloni Staphylococcus aureus.

9. Penatalaksanaan

Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik adalah
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang
sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.

a. Pencegahan

Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik.
Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di
ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen.

b. Pengobatan

Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik.

c. Pengobatan topikal

Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan dermatitis yaitu bila
basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit,
makin rendah prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim
atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering
superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
Medikamentosa topikal saja dapat diberikan pada kasus-kasus ringan. Jenis-jenisnya adalah :

1. Kortikosteroid

Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan menghambat
reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid menghambat aktivasi dan proliferasi
spesifik antigen. Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T.
Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya molekul CD1 dan HLA-DR sel
Langerhans, sehingga sel Langerhans kehilangan fungsi penyaji antigennya. Juga menghalangi
pelepasan IL-2 oleh sel T, dengan demikian profilerasi sel T dihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam proses dermatitis kontak dengan demikian efek terapetik.

Jenis yang dapat diberikan adalah hidrokortison 2,5 %, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara
pemakaian topikal dengan menggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan
mempercepat penyembuhan, dapat dilakukan secara tertutup dengan film plastik selama 6-10 jam
setiap hari. Perlu diperhatikan timbulnya efek samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi
akneiformis.

2. Radiasi ultraviolet

Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak melalui sistem imun. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi sel Langerhans dan menginduksi timbulnya sel
panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktivasi sel T supresor. Paparan
ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya molekul permukaan sel langehans (CDI dan HLA-DR),
sehingga menghilangkan fungsi penyaji antigennya.

Kombinasi 8-methoxy-psoralen dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis.
Secara imunologis dan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis, menurunkan jumlah
sel Langerhans di epidermis, sel mast di dermis dan infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi
dapat diblok oleh UVB. Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari sel
Langerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans menjadi tolerogenik. UVB juga
merangsang ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan sel Langerhans.

3. Siklosporin A

Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari hipersensitivitas kontak pada marmut
percobaan, tapi pada manusia hanya memberikan efek minimal, mungkin disebabkan oleh kurangnya
absorbsi atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
4. Antibiotika dan antimikotika

Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa hemolitikus, E. coli, Proteus dan
Candida sp. Pada keadaan superinfeksi tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan
antimikotika (misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.

5. Imunosupresif topikal

Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus) dan SDZ ASM 981.
Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui penurunan sekresi sitokin seperti IL-
2 dan IL-4 tanpa merubah responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping sistemik. SDZ ASM 981
merupakan derivat askomisin makrolatum yang berefek anti inflamasi yang tinggi. Pada konsentrasi
0,1% potensinya sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17-propionat 0,05% dan pada
konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%, namun tidak menimbulkan atrofi
kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti peradangan tidak mengganggu respon imun
sistemik dan penggunaan secara topikal sama efektifnya dengan pemakaian secara oral.

6. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada kasus-kasus
sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenisnya adalah :

1) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya. Ada yang berpendapat
pada stadium permulaan tidak terdapat pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan
adanya reaksi antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin, SRS-A, bradikinin dan
asetilkolin.

2) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral, intramuskular atau intravena. Pilihan
terbaik adalah prednison dan prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki kekurangan karena
berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat maka efek sampingnya akan minimal. Perlu
perhatian khusus pada penderita ulkus peptikum, diabetes dan hipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari insomnia hingga depresi.
Kortikosteroid bekerja dengan menghambat proliferasi limfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA-
DR pada sel Langerhans, menghambat pelepasan IL-2 dari limfosit T dan menghambat sekresi IL-1,
TNF-a dan MCAF.

3) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong dan menghambat produksi
sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8. Mengurangi aktivitas sel T, monosit, makrofag dan
keratinosit serta menghambat ekspresi ICAM-1.

4) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi ICAM-1 pada keratinosit dan
sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin yang memiliki efek menghambat peradangan.

5) FK 506 (Takrolimus)

Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular. Menghambat sekresi IL-2R, INF-r,
TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamin dan serotonin.
Dapat juga diberikan secara topikal.

6) Ca++ antagonis

Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti nifedipin dan amilorid.

7) Derivat vitamin D3

Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan INF-r yang merupakan
mediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya adalah kalsitriol.

8) SDZ ASM 981

Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi. Dapat juga diberikan secara
topical, pemberian secara oral lebih baik daripada siklosporin
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

1. Identitas

Identitas terdiri dari nama, jenis kelamin. Umur, agama, suku bangsa, pendidkan pendapatan
pekerjaan,nomor akses, alamat dan lain- lain.

Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan
dewasa muda dapat terjadi pada pria dan wanita. Bila dibandingkan dengan dermatitis kontak iritan,
jumlah penderita dermatitis kontak alergik lebih sedikit, karena hanya mengenai orang yang kulitnya
sangat peka (hipersensitif). Dermatitis kontak iritan timbul pada 80% dari seluruh penderita dermatitis
kontak sedangkan dermatitis kontak alergik kira-kira hanya 20%. Sedangkan insiden dermatitis kontak
alergik terjadi pada 3-4% dari populasi penduduk. Usia tidak mempengaruhi timbulnya sensitisasi
namun dermatitis kontak alergik lebih jarang dijumpai pada anak-anak. Lebih sering timbul pada usia
dewasa tapi dapat mengenai segala usia.

2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Keluhan Utama Pada kasus dermatitis kontak biasanya klien mengeluh kulitnya terasa gatal serta
nyeri.Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ke tempat pelayanan kesehatan adalah nyeri
pada lesi yang timbul.

b. Riwayat keluhan utama.

Provoking Inciden, yang menjadi faktor presipitasi dari keluhan utama. Pada beberapa kasus
dematitis kontak timbul Lesi kulit ( vesikel ),terasa panas pada kulit dan kulit akan berwarna merah,
edema yang diikuti oleh pengeluaran secret. Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien .

a. Provocative/palliative.

Apa penyebab keluhan,

Apakah sebelumnya klien melakukan kontak dengan bahan-bahan tertentu yang menyebabkan
kerusakan pada kulit.
Apa yang membuat keluhan bertambah baik/ringan atau bertambah berat. Dengan menjauhi
sumber dermatitis kontak maka keluhan yang dirasakan akan berkurang.

b. Quality/quantity

Bagaimana keluhan dirasakan, dilihat, didengar

Pada beberapa kasus dermatitis kontak biasanya klien akan merasakan gatal dan nyeri pada daerah
yang terkena bahan tertentu yang dapat menyebabkan keluhan.

Sejauh mana sakit dirasakan

Rasa sakit yang dirasakan mulai dari tingkat ringan sampai berat. Tergantung dari lama kontak zat
dengan kulit, konsentrasi zat serta tingkat sensitifitas kulit.

c. Region/radiation

Dimana letak sakit

Tergantung dari daerah yang kontak dengan penyebab .

Area penyebarannya

Area penyebarannya misalnya kaki, luka pada tungkai, jari manis, tempat cedera, dibalik perhiasan.

d. Severitty scale

Apakah mempengaruhi aktifitas

Terganggunya aktifitas tergantung dari letak,tingkat keparahan penyakit.

Seberapa jauh skala ringan/berat.

Tergantung dari tingkat keparahan penyakitnya.

e. Timing

Kapan mulai terjadi.

Kapan sering terjadi.

Apakah terjadinya mendadak atau perlahan-lahan

4. Riwayat Kesehatan masa Lalu

Seperti apakah klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, apakah pernah menderita alergi
serta tindakan yang dilakukan untuk mengatasinya selain itu perlu juga dikaji kebiasaan klien.
5. Riwayat Kesehatan keluarga.

Apakah ada salah seorang anggota keluarganya yang mengalami penyakit yang sama, tapi tidak
pernah ditanggulangi dengan tim medis. Dermatitis pada sanak saudara khususnya pada masa kanak-
kanak dapat berarti penderita tersebut juga mudah menderita dermatitis atopik

3.2 Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum

Ringan, sedang, berat.

2. Tingkat Kesadaran

Kompos mentis.

Apatis.

Samnolen, letergi/hypersomnia.

Delirium.

Stupor atau semi koma.

Koma

3. Tanda-tanda vital

Tekanan darah

Denyut nadi

Suhu tubuh

Pernafasan

4. Berat Badan

5. Tinggi Badan
6. Kulit.

a. Inspeksi

radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).

kemerahan (rubor),

gangguan fungsi kulit (function laisa).

biasanya batas kelainan tidak tegas an terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul
secara serentak atau beturut-turut.

terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar.

Terdapat bula atau pustule,

ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.

terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi
dan sebagai sekuele telihat

hiperpigmentasi tau hipopigmentasi.

b. Palpasi

Nyeri tekan

edema atau pembengkakan

Kulit bersisik

7. Keadaan Kepala

a. Inspeksi

tekstur rambut klien halus dan jarang, kulit kepala nampak kotor.

b. Palpasi

Periksa apakah ada pembengkakan/ benjolan nyeri tekan atau adanya massa.

8. Keadaan mata

a. Inspeksi

Palpebrae : tidak edema, tidak radang


Sclera : Tidak ictertus

Conjuctiva : Tidak terjadi peradangan

Pupil : Isokor

b. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan

Tekanan Intra Okuler ( TIO ) tidak ada

9. Keadaan hidung.

a. inspeksi

- simetris kiri dan kanan

- Tidak ada pembengkakan dan sekresi

- Tidak ada kemerahan pada selaput lendir

b. Palpasi

- Tidak ada nyeri tekan

- Tidak ada benjolan/tumor

10. Keadaan telinga

inspeksi

- telinga bagian luar simetris

- tidak ada serumen/cairan, nanah

3.3 Pemeriksaan Diagnostik

a. Biopsi kulit.

b. Uji temple.

c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus.

d. Uji kultur dan sensitivitas.


1 Nutrisi

Yang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan klien dalam hal pola makan, frekwensi
maka/hari, nafsu makan, makanan pantang, makanan yang disukai banyak minuman dalam sehari serta
apakah ada perubahan.

2 Eliminasi

Pada eliminasi yang perlu dikaji adalah Kebiasaan BAK dan BAB seperti frekuensi,warna dan
konsistensi baik sebelum dan sesudah sakit

3 Aktivitas

Pada penderita penyakit dermatitis kontak biasanya akan mengalami gangguan dalam aktifitas karena
adanya rasa gatal dan apabila mengalami infeksi maka akan mengalami gangguan dalam pemenuhan
aktifitas sehari-hari.

4 Istirahat

Klien biasanya mengeluh susah tidur dimalam hari karena gatal serta adanya nyeri. Adanya gangguan
pola tidur akibat gelisah, cemas.

5 Pola Interaksi social

Secara umum klien yang mengalami dermatitis kontak biasanya pola interaksi sosialnya terganggu
biasanya akan merasa malu dengan penyakitnya.

6. Keadaan Psikologis

Biasanya klien mengalami perubahan dalam berinteraksi dengan orang lain dan biasanya klien lebih
suka menyendiri dan sering cemas dengan penyakit yang diderita. Pada keadaaan psikologis ada
beberapa hal yang perlu dikaji seperti bagaimana persepsi klien terhadap penyakit yang diderita
sekarang, bagaimana harapan klien terhadap keadaan kesehatannyaserta bagaimana pola interaksi
dengan tenaga kesehatan & lingkungan.

7. Kegiatan Keagamaan

Biasanya klien beranggapan bahwa penyakit yang dideritanya merupakan cobaan untuknya dan
pasti terdapat hikmah untuknya.yang perlu dikaji pada kegiatan keagamaan seperti klien menganut
agama apa selama sakit klien sering berdoa.
3.4 . Diagnosa Keperawatan :

1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.


2. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.
3. Perubahan pola tidur b.d pruritus
4. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
5. Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit
6. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi,
ketidaktahuan program perawatan dan pengobatan

3.5 Rencana Keperawatan


1. Kerusakan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi lokal.
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.
INTERVENSI RASIONAL
Kaji kerusakan jaringan kulit yang terjadi pada Menjadi data dasar untuk memberikan informasi
klien. intervensi perawatan yang digunakan

Lakukan tindakan peningkatan integritas jaringan. Untuk menghindari cedera kulit, pasien harus
dinasehati agar tidak mencubit atau menggaruk daerah
yang sakit. Tindakan untuk mencegah kekeringan kulit
perlu di anjurkan karena kulit yang kering akan
memperburuk keadaan perosiasi. Tindakan membasuh
lesi yang terlalu sering akan menambah rasa sakit dan
pembentukan sisik. Air yang dipakai harus hangat dan
tidak panas, kulit harus dikeringkan dengan cara
menepuknya memakai handuk dan bukan
menggososknya kuat kuat. Prefaratemolien memiliki
efek pelembab dengan menimbulkan lapisan oklusif
pada permukaan kulit sehingga kehilangan air yang
normalnya akan terjadi dapat dihambat, dengan
demikian air yang terperangkap tersebut akan
menciptakan hidrasi stratumkorneum. Larutan
pembersih emolien atau bath oil dapat menambah rasa
nyaman pada luka dan mengurangi pembentukan sisik.
Pelunakan kulit dapat mencegah timbulnya fissura.
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk meningkatkan asupan dari
kebutuhan pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan perkembangan Apabila masih belum mencapai dari kriteria evaluasi 5x
pertumbuhan jaringan 24 jam, maka perlu dikaji ulang faktor faktor
menghambat pertumbuhan dan perbaikan dari lesi.

Lakukan pencegahan artritis psoriatik Diagnosa psoriasis, khusunya jika disertai dengan
komplikasi artritis, biasanya sulit ditegakkan . artritis
psoriatik yang mengenai sendi sendi sakro iliaka dan
distal jari-jari tangan mungkin terlewatkan, khususnya
jika pasien ditemukan dengan diagnosis lesi, psioriatik
tipikal yang sudah ditegakkan.sebaliknya.

2. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.


Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi
Kriteria hasil :
- Secara subjektof melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
- Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas nyeri.
- Pasien tidak gelisah.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji nyeri dengan pendekatan PQRST Menjadi parameter dasar untuk mengetahui sejauh
mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan dari intervensi manajmen nyeri
keperawatan.

Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan non
pereda nyeri non farmakologi dan non farmakologi lainnya telah menunjukan keefektifan
invasif dalam mengurangi nyeri.

Lakukan menejemen keperawatan


-atur posisi fisiologis -posisi fisologis akan meningkatkan asupan O2 ke
-lakukan perawatan hygiene oral jaringan yang mengalami peradangan subcutan
-istirahatkan klien bagian tubuh yang mengalami inflamasi lokal
-bila perlu premedikasi sebelum melakukan dilakukan imobilisasi untuk menurunkan respon
perawatan luka peradangan dan meningkatkannkesembuhan .
-menejemen lingkungan : lingkungan -istirahat diperlukan selama fase akut. kondisi ini
tenang, batasi pengunjung akan meningkatkan suplai darah pada jaringan yang
-ajarkan tehnik relaksasi, pernapasan dalam mengalami peradangan .
-ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri -kompres yang basah dan sejuk atau terapi rendaman
-lakukan menjemen sentuhan merupakan tindakan protektif yang dapat
mengurangi rasa nyeri .
-lingkungan tenang akan menurunkan stimulus nyeri
external dan pembatasan pengunjung akan
membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan yang
akan berkurang apabila banyak pengunjung yang
berada diruangan
-meningkatkan asupan O2 sehingga menurunkan
nyeri sekunder dari peradangan
-distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan enkefalin yang dapat
memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke
korteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
-menagement sentuhan pada saat nyeri berupa
sentuhan dukungan sikologis dapat membantu
menurunkan nyeri . masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan dengan otomatis
membantu suplai darah dan oksigen ke area nyeri
serta menurunkan sensasi nyeri .
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
analgetik akan berkurang

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian Terapi antibiotik sistemik yang dipilih berdasarkan
antibiotik pemeriksaan sensitifitas umumnya diperlukan

3. Perubahan pola tidur b.d pruritus


Tujuan: pencapaian tidur yang nyenyak
Kriteria Hasil :
Mencapai tidur yang nyenyak
Melaporkan pereedaan rasa gatal
Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur pada malam hari.
Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
Mengalami pola tidur/istrahat yang memuaskan

INTERVENSI RASIONAL

Bantu pasien melakukan gerak badan secara Gerak badan memberikan efek yang
teratur menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan
pada sore hari

Jaga kamar tidur agar tetap memiliki fentilasi dan Udara kering akan membuat kulit terasa gatal
kelembaban yang baik Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi

Cegah dan obati kulit yang kering Pruritus noeturnal mengganggu tidur yang normal

Anjurkan kepada klien menjaga kulit selalu tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit
lembab yangkering dan gatal biasanya tidak dapat
disembuhkan tetapi bisa dikendalikan
Anjurkan klien menghindari minuman kafein Kafein memiliki efek puncak 2 4 jam sesudah di
menjelang tidur dimalam hari konsumsi
Anjurkan klien mengerjakan hal hal yang ritual Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan
dan rutin menjelang tidur terjaga menjadi keadaan tertidur.

4. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
Tujuan : Dalam 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas jaringan lunak.
Kriteria hasil :
- Lesi akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan peradangan pada
area lesi.
- Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.

INTERVENSI RASIONAL
Kaji kondisi lesi, banyak dan besarnya bula, serta Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari
apakah adanya order khusus dari tim dokter tujuan yang diharapkan.
dalam melakukan perawatan luka.

Buat kondisi balutan dalam keadaan bersih dan Kondisi bersih dan kering akan menghindari
kering kontaminasi komensal, serta akan menyebabkan
respon inflamasi lokal dan akan memperlambat
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka sebaiknya dilakukan setiap hari
Lakukan perawatan luka steril setiap hari. untuk membersihkan debris dan menurunkan kontak
Bersihkan luka dan drainase dengan cairan kuman masuk ke dalam lesi. Intervensi dilakukan
nacl 0,9% atau antiseptic jenis iodine providum dalam kondisi steril sehingga mencegah kontaminasi
dengan cara swabbing dari arah dalam ke luar. kuman ke lesi pemfigus.
Bersihkan bekas sisa iodine providum dengan Pembersihan debris (sisa fagositosis, jaringan mati)
normal saline dengan cara swabbing dari arah dan kuman sekitar luka dengan mengoptimalkan
dalam keluar kelebihan dari iodine providum sebagai antiseptic
Tutup luka dengan kassa steril dan jangan dan dengan arah dari dalam keluar dapat mencegah
menggunakan dengan plester adhesif kontaminasi kuman kejaringan luka.
Antiseptik iodine providum mempunyai kelemahan
dalam menurunkan proses epitelisasi jaringan
sehingga memperlambat pertumbuhan luka, maka
harus dibersihkan dengan alkohol atau normal
saline.
Penutupan secara menyeluruh dapat menghindari
kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan
dengan lesi pemfigus.
Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan untuk mencegah
aktifitas kuman yang bisa masuk. Peran perawat
mengkaji adanya reaksi dan riwayat alergi antibiotik,
serta memberikan antibiotik sesuai pesenan dokter.
5. Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkat.
Kriteria hasil :
-mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan
yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

INTERVENSI RASIONAL

Kaji perubahan dari gangguan persepsi dan Menentukan bantuan individual dalam menysusun
hubungan dengan derajat ketidakmampuan. renxana perawatan dan pemilihan intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau disfungsi Beberapa pasien dapat menerima secara efektif
pada pasien. kondisi perubahan fungsi yang dialaminya,
sedangkan yang lain mempunyai kesulitan dalam
menerima perubahan fungsi yang dialaminya,
sehingga memberikan dampak pada kondisi koping
maladaptif
Bina hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik antara profesional pelayanan
kesehatan dan penderita psoriasis merupakan
hubungan yang mencakup pendidikan, serta
dukungan. Setelah hubungan tersebut diciptakan,
pasien harus lebih memiliki keyakinan diri dan
pemberdayaan dalam melaksanakan program terapi.
Bantu pasien unutk mendapatkan mekanisme Pengenalan terhadap strategi koping yang berhasil
koping yang efektif dijalankan oleh penderita psoriasis lainnya dan saran-
saran untuk mengurangi atau menghadapi situasi
penuh stres dirumah, disekolah atau tempat kerja
akan memfasilitasi ekspektasi pasien yang lebih
positif
Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
pasien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal membantu perkembangan harga diri serta
untuk dirinya memengaruhi proses rehabilitasi
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan Pasien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
minat atau partisipasi dalam aktivitas pengertian tentang peran individu masa mendatang
rehabilitasi
6. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi, ketidaktahuan
program dan pengobatan
Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit
Kriteria evaluasi :
-Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan
komplikasi.
-Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya komplikasi
INTERVENSI RASIONAL
Kaji tingkat pengetahuan pasien dan Pengetahuan pasien dan orang tua yang baik dapat
keluarga tentang psoariasis menurunkan resiko komplikasi
Jelaskan pentingnya istirahat Seseorang dengan psoriasis memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal dan menghindari panas
yang berlebihan, serta perspirasi. Kebiasaan menggaruk
dan menggososk bagian yang gatal akan
memperpanjang lamanya penyakit.
Meningkatkan cara hidup sehat seperti Meningkatkan sistem imun dan pertahanan terhadap
intake makanan yang baik, keseimbangan infeksi.
antara aktivitas dan istrahat, monitor status
kesehatan dan adanya infeksi
Jelaskan tentang kondisi penyakit dan Perawat harus menjelaskan dengan perasaan yang peka
pentingnya penatalaksanaan psoriasis bahwa sampai saat ini masih belum terdapat pengobatan
untuk penyembuhan total penyakit psoriasis bahwa
penanganan seumur hidup tidak diperlukan bahwa
keadaan ini dapat dihilangkan, serta dikendalikan.
Patofisologi psoriasis perlu ditinjau kembali termasuk
faktor pencetusnya, yaitu setiap iritasi atau cidera pada
kulit (luka tersayat, abrasi, terbakar cahaya matahari)
setiap penyakit yang baru saja dialami (misalnya :
infeksi streptokokus pada faring) dan stress emosional.
Perlu di tegaskan bahwa trauma yang berulang ulang
pada kulit disamping lingkungan yang tidak mendukung
(hawa dingin) atau preparat tertentu (litium, penyekat-
beta, indomentasin) dapat membuat psoriasis. Pasien
harus diingatkan bahwa pemakaian obat obat tanpa
resep dokter dapat memperburuk penyakit psioriasis
yang ringan
Identifikasi sumber sumber pendukung Keterbatasan aktivitas dapat mengganggu kemampuan
yang memungkinkan untuk pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari hari
mempertahankan perawatan dirumah yang
dibutuhkan
Beri penjelasan untuk perawatan dirumah Bahan untuk penyuluhan yang sudah dicetak dapat
disediakan untuk memperkuat diskusi tatap muka
dengan pasien mengenai pedoman terapi dan berbagai
masalah lainnya.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dermatitis atopik ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal, yang
berhubungan dengan atopi. Kata atopi pertama diperkenalkan oleh Coca (1928), yaitu istilah yang
dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat kepekaan dalam
keluarganya, misalnya : asma bronchial, rinitis alergik, konjungtivitis alergik dan dermatitis atopik.
Penyebabnya ialah ditemukan Riwayat stigmata atopi (herediter) berupa asma bronchial, rinitis
alergik, dermatitis atopic dalam keluarganya, peningkatan jumlah IgE dalam serum, penurunan
Imunitas seluler dan respons terhadap reaksi hipersensitivitas tipe lambat, sehingga berakibat
meningkatnya kerawanan terhadap infeksi virus, bakteri, dan jamur, alergi terhadap berbagai alergen,
kelembaban rendah, keringat berlebihan, dan bahan iritan, faktor psikologik.
Gejala utama dermatitis atopik ialah gatal (pruritus). Akibat garukan akan terjadi kelainan kulit
yang bermacam-macam, misalnya papul, likenifikasi dan lesi ekzematosa berupa eritema, papulo-
vesikel, erosi, ekskoriasi, dan krusta. Dermatitis atopik dapat terjadi pada masa bayi (infantil), anak,
maupun remaja dan dewasa.
Diagnosis Dermatitis atopik ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan adanya riwayat atopik
(dalam keluarga maupun sendiri).

2. Saran
Diharapkan kepada mahasiswa dapat mempelajari dan memahami tentang penyakit dermatitis
atopic dan pencegahannya.
Dalam bidang keperawatan, mempelajari suatu penyakit itu penting, dan diharapkan kepada
mahasiswa mampu membuat konsep teoritis suatu penyakit tersebut beserta asuhan keperawatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bruner dan Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Elizabeth, J Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC)
Kowalak, dkk. 2012. Patofisiologi. Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Mutaqqin Arief dan Sari Kumala. 2012. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika.
Rahariyani, Loetfia Dwi. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Integumen. Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT).
Sri Adi dan Suria Djuanda. 2010. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : FKUI
http://sobodadjian.blogspot.com/2012/12/kti-bab-1-dermatitis.html?m=1 Djuanda, Prof. DR.
Adhi, dkk. 2002. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Brunner dan Suddart. 2002. Keperawatan Medical-Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Volume 3.
Mansyoer, arief, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius FKUI
Jilid 2.
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika jilid 2.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberi kami hidayat-nya sehingga
penyusun makalah deangan judul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DERMATITIS
yang diberikan dosen kepada mahasiswa sebagai latihan untuk mendokumentasisi Asuhan
keperawatan .

Penulis menyadari atas keterbatasan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan tugas ini,
olehnya itu ,penulis sangat mengharapkan masukan yang berupa kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnanya makalah ini. Akhirnya penulis mengucapakan terima kasih atas
kerja samanya dari rekan rekan kelompok dan kepada semua pihak yang telah membantu kami....

PALOPO Juni 2015

PENYUSUN

KELOMPOK 4
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN MASALAH UTAMA DERMATITIS

DI

SUSUN OLEH ;

KELOMPOK 4

KALAS : A PROGRAM B SEMESTER 2

1. NURHANI SJAMSUDDIN

2.DEVI ALIF UTAMI

3. ILMIATI SYAMSUDDIN

4. YUSRIANTI

5. ADRIANA B

STIKES KURNIA JAYA PERSADA PALOPO TAHUN

2015

Anda mungkin juga menyukai