A. Hasil Penelitian
1. Uji Organoleptik
Uji organoleptik adalah uji yang memerlukan panca indera, yaitu indera
satunya meliputi uji hedonik. Pada uji organoleptik ini diperlukan panelis
yang palingdisukai. Uji organoleptik meliputi warna, rasa, aroma, dan penilaian
secara keseluruhan menggunakan uji hedonik. Sampel yang diuji untuk parameter
tempe yang telah dipotong-potong seperti dadu, kemudian tempe disajikan dengan
kode tertentu dan kepada para panelis diminta untuk memberikan skor yang sesuai
a. Warna
tempe bedasarkan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna tempe
biji nangka dengan penambahan kacang merah 0% (R) memiliki rata-rata 3,16
dengan standar deviasi 0,59, persentase penambahan kacang merah 10% (F1)
kacang merah 20% (F2) memiliki rata-rata 3,09 dengan standar deviasi 0,75,
36
37
penambahan kacang merah 30% (F3) memiliki rata-rata 3,09 dengan standar
deviasi 0,55, persentase penambahan kacang merah 40% (F4) memiliki rata-rata
3,26 dengan standar deviasi 0,52, dan persentase penambahan kacang merah 50%
(F1) memiliki rata-rata 2,26 dengan standar deviasi 0,28. Hasil ujistatistik
adanya pengaruh nyata penambahan kacang merah terhadap warna tempe biji
nangka. Penilaian uji organoleptik tempe biji nangka terhadap warna tempe biji
Tabel 7
Uji Organoleptik Penambahan Kacang Merah
Terhadap Warna Tempe Biji Nangka
Median
Formula Rerata s.d. P
(minimum-maximum)
R 3.00 (2.00 5.00) 3.16 0.59
F1 3.00 (2.00 5.00) 3.15 0.76
F2 3.00 (2.00 - 5.00) 3.09 0.75
0.0005
F3 3.00 (2.00 - 4.00) 3.09 0.55
F4 3.00 (2.00 - 4.00) 3.26 0.52
F5 2.00 (2.00 - 4.00) 2.26 0.28
b. Aroma
tempe bedasarkan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aroma tempe
biji nangka dengan penambahan kacang merah 0% (R) memiliki rata-rata 2,31
dengan standar deviasi 0,62, persentase penambahan kacang merah 10% (F1)
kacang merah 20% (F2) memiliki rata-rata 2,59 dengan standar deviasi 0,42,
penambahan kacang merah 30% (F3) memiliki rata-rata 0,59 dengan standar
38
deviasi 0,63, persentase penambahan kacang merah 40% (F4) memiliki rata-rata
2,94 dengan standar deviasi 0,58, dan persentase penambahan kacang merah 50%
(F1) memiliki rata-rata 2,61 dengan standar deviasi 0,92. Hasil uji statistik
adanya pengaruh nyata penambahan kacang merah terhadap aroma tempe biji
nangka. Penilaian uji organoleptik tempe biji nangka terhadap aroma tempe biji
Tabel 8
Uji Organoleptik Penambahan Kacang Merah
Terhadap Aroma Tempe Biji Nangka
Median
Formula Rerata s.d. P
(minimum-maximum)
R 2.00 (2.00 - 4.00) 2.31 0.62
F1 2.00 (1.00 - 4.00) 2.41 0.61
F2 2.00 (2.00 - 3.00) 2.59 0.42
0.0005
F3 3.00 (1.00 - 4.00) 2.59 0.63
F4 3.00 (2.00 - 4.00) 2.94 0.58
F5 3.00 (1.00 - 4.00) 2.61 0.92
c. Rasa
tempe bedasarkan uji hedonik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasa tempe
biji nangka dengan penambahan kacang merah 0% (R) memiliki rata-rata 2,10
kacang merah 20% (F2) memiliki rata-rata 2,29 dengan standar deviasi 0,64,
deviasi 0,61, persentase penambahan kacang merah 40% (F4) memiliki rata-rata
39
3,20 dengan standar deviasi 0,46, dan persentase penambahan kacang merah 50%
(F1) memiliki rata-rata 3,05 dengan standar deviasi 0,74. Hasil uji statistik
adanya pengaruh nyata penambahan kacang merah terhadap rasa tempe biji
nangka. Penilaian uji organoleptik tempe biji nangka terhadap rasa tempe biji
Tabel 9
Uji Organoleptik Penambahan Kacang Merah
Terhadap Rasa Tempe Biji Nangka
Median
Formula Rerata s.d. P
(minimum-maximum)
R 2.00 (1.00 - 3.00) 2.10 0.68
F1 2.00 (1.00 - 4.00) 2.19 0.65
F2 2.00 (1.00 - 4.00) 2.29 0.64
0.0005
F3 2.00 (1.00 - 4.00) 2.45 0.61
F4 3.00 (2.00 - 4.00) 3.20 0.46
F5 3.00 (1.00 - 4.00) 3.05 0.74
d. Tekstur
penambahan kacang merah dilakukan dengan indera peraba yang menilai tempe
bedasarkan uji hedonik Hasil penelitian menunjukkan bahwa tekstur tempe biji
nangka dengan penambahan kacang merah 0% (R) memiliki rata-rata 2,90 dengan
standar deviasi 0,60, persentase penambahan kacang merah 10% (F1) memiliki
20% (F2) memiliki rata-rata 2,94 dengan standar deviasi 0,51 penambahan kacang
merah 30% (F3) memiliki rata-rata 2,84 dengan standar deviasi 0,62, persentase
penambahan kacang merah 40% (F4) memiliki rata-rata 3,39 dengan standar
deviasi 0,56, dan persentase penambahan kacang merah 50% (F1) memiliki rata-
40
rata 2,70 dengan standar deviasi 0,64. Hasil uji statistik didapatkan P-value
nyata penambahan kacang merah terhadap tekstur tempe biji nangka. Penilaian
uji organoleptik tempe biji nangka terhadap tekstur tempe biji nangka dengan
Tabel 10
Uji Organoleptik Penambahan Kacang Merah
Terhadap Tekstur Tempe Biji Nangka
Median
Formula Rerata s.d. P
(minimum-maximum)
R 3.00 (2.00 - 5.00) 2.90 0.60
F1 3.00 (1.00 - 4.00) 2.79 0.63
F2 3.00 (2.00 - 3.00) 2.94 0.51
0.0005
F3 3.00 (2.00 - 4.00) 2.84 0.62
F4 3.00 (2.00 - 4.00) 3.39 0.56
F5 3.00 (1.00 - 4.00) 2.70 0.64
e. Penerimaan Keseluruhan
nangka dengan penambahan kacang merah dilakukan dengan indera yang menilai
kacang merah 10% (F1) memiliki rata-rata 2,52 dengan standar deviasi 0,55,
persentase penambahan kacang merah 20% (F2) memiliki rata-rata 2,76 dengan
standar deviasi 0,55, penambahan kacang merah 30% (F3) memiliki rata-rata 2,78
dengan standar deviasi 0,50, persentase penambahan kacang merah 40% (F4)
memiliki rata-rata 3,49 dengan standar deviasi 0,57, dan persentase penambahan
kacang merah 50% (F1) memiliki rata-rata 2,79 dengan standar deviasi 0,80. Hasil
41
penerimaan keseluruhan tempe biji nangka. Penilaian uji organoleptik tempe biji
Tabel 11
Uji Organoleptik Penambahan Kacang Merah
Terhadap Penerimaan Keseluruhan Tempe Biji Nangka
Median
Formula Rerata s.d. P
(minimum-maximum)
R 3.00 (2.00 - 4.00) 2.61 0.60
F1 2.00 (2.00 - 4.00) 2.52 0.55
F2 3.00 (2.00 - 3.00) 2.76 0.55
0.0005
F3 3.00 (2.00 - 4.00) 2.78 0.50
F4 4.00 (2.00 - 4.00) 3.49 0.57
F5 3.00 (1.00 - 4.00) 2.79 0.80
Pengujian analisis kadar lemak pada tempe biji nangka didapatkan kadar
lemak kontrol sebesar 0,770 % dan pada produk yang paling disukai yaitu
presentase 40% (F4) didapatkan kadar lemak sebesar 0,722 %. Hasil kadar lemak
Tabel 12
Hasil Uji Kadar Lemak Tempe Biji Nangka
dengan Penambahan Kacang Merah
Pengujian analisis serat kasar pada tempe biji nangka didapatkan kadar
serat kasar kontrol sebesar 2,9395 % dan pada produk yang paling disukai yaitu
presentase 40% (F4) didapatkan kadar serat kasar sebesar 2,7453 %. Hasil kadar
Tabel 13
Hasil Uji Serat Kasar Tempe Biji Nangka
dengan Penambahan Kacang Merah
B. Pembahasan
1. Uji Organoleptik
kacang merah.
a. Warna
Secara visual faktor warna sangat menentukan mutu. Warna juga dapat
pencampuran atau pengolahan juga dapat ditandai dengan warna yang seragam
dan merata. Warna merupakan komponen yang sangat penting dalam menentukan
kualitas atau derajat penerimaan dari suatu bahan pangan. Suatu bahan pangan
yang dinilai enak dan teksturnya baik tidak akan dimakan apabila memiliki warna
yang kurang sedap dipandang atau telah menyimpang dari warna yang
43
seharusnya. Penentuan mutu suatu bahan pangan tergantung dari beberapa faktor,
tetapi sebelum faktor lain diperhitungkan secara visual faktor warna tampil lebih
3.5 3.26
3.16 3.15 3.09 3.09
3
rata-rata skor warna
2.5 2.26
1.5
0.5
0
0% (R) 10 (F1) 20 (F2) 30% (F3) 40% (F4) 50% (F5)
Formulasi
Gambar 6
Diagram Penilaian Uji Organoleptk Tempe Biji Nangka terhadap Warna
Tempe Biji Nangka dengan Penambahan Kacang Merah
Warna tempe biji nangka berkisar antara putih hingga putih kecoklatan.
kacang merah terhadap warna tempe biji nangka. Hal ini diduga karena adanya
diterima selama proses pemanasan sehingga warna kacang merah cerah menjadi
bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi baik dengan asam
maupun dengan basa. Dalam media asam antosianin berwarna merah, dan pada
tempe biji nangka dengan penambahan kacang merah sebesar 40% dengan rata-
rata 3,26 yang dinyatakan pada kriteria suka. Sedangkan warna tempe bij nangka
yang paling rendah rata-ratanya yaitu formula 50% dengan nilai rata-rata sebesar
dengan penambahan kacang merah sebasar 40% (F4) dan kurang menyukai
penambahan kacang merah sebesar 50% (F5). Hal itu dikarenakan adanya
penambahan kacang merah yang lebih banyak pada formula 50% (F5) sehingga
kandungan antosianin pada tempe biji nangka lebih banyak yang menyebabkan
warna tempe biji nangka menjadi lebih gelap. Menurut Zuraidah (2005), daya
tarik suatu jenis makanan dipengaruhi oleh warna sebagai salah satu komponen
yang dapat dilihat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam menjaga
mutu. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai antosianin.
45
b. Aroma
atau bau dianggap penting karena cepat dapat memberikan hasil penilaian
terhadap produk terkait diterima atau tidaknya suatu produk. Timbulnya aroma
atau bau ini karena zat bau tersebut bersifat volatil (mudah menguap), sedikit larut
3.5
2.94
3
2.59 2.59 2.61
rata-rata skor aroma
2.41
2.5 2.31
1.5
0.5
0
0% (R) 10 (F1) 20 (F2) 30% (F3) 40% (F4) 50% (F5)
formulasi
Gambar 7
Diagram Penilaian Uji Organoleptk Tempe Biji Nangka terhadap Aroma
Tempe Biji Nangka dengan Penambahan Kacang Merah
46
penambahan kacang merah terhadap aroma tempe biji nangka. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya bau asam seperti tape atau alkohol yang disebabkan
oleh biji nangka yang terfermentasi. Hal ini kemungkinan terjadi karena adanya
komponen karbohidrat yang diurai oleh kapang. Oleh karena itu semakin banyak
penambahan kacang merah maka aroma asam seperti tape atau alkohol akan
tempe biji nangka dengan penambahan kacang merah sebesar 40% dengan rata-
rata 2,94 yang dinyatakan pada kriteria suka.Aromatempe bij nangka yang paling
rendah rata-ratanya yaitu formula 0% dengan nilai rata-rata sebesar 2,31 yang
dengan penambahan kacang merah sebasar 40% (F4) dan kurang menyukai
merah maka aroma asam seperti tape atau alkohol akan semakin menghilang dan
menjadi aroma jamur khas tempe. Menurut Ayu (2010), aroma khas dari tempe
kedelai yang ditambahkan dengan angkak ditunjukkan dengan adanya bau seperti
tape atau alkohol yang disebabkan oleh beras terfermentasi yang kemungkinan
c. Rasa
dalam cita-rasa pangan. rasa adalah sensasi yang diterima oleh alat pencecap kita
yang berada di rongga mulut. Rasa ditimbulkan oleh senyawa yang larut dalam air
yang berinteraksi dengan reseptor pada lidah dan indera perasa (trigeminal) pada
rongga mulut. Saat ini ada 5 rasa dasar yang dapat dikenali oleh lidah manusia
3.5 3.2
3.05
3
rata-rata skor rasa
2.29 2.45
2.5 2.19
2.1
2
1.5
0.5
0
0% (R) 10 (F1) 20 (F2) 30% (F3) 40% (F4) 50% (F5)
Formulasi
Gambar 8
Diagram Penilaian Uji Organoleptk Tempe Biji Nangka terhadap Rasa
Tempe Biji Nangka dengan Penambahan Kacang Merah
48
Rasa tempe biji nangka berkisar antara tidak dominan sampai dominan
kacang merah. Hasil uji statistik menyatakan bahwa terdapat pengaruh nyata
penambahan kacang merah terhadap rasa tempe biji nangka. Hal ini diduga
karena adanya rasa manis dari biji nangka yang disebabkan adanya senyawa yang
Berdasarkan hasil uji statistik rasa tempe biji nangka yang telah digoreng
pada formula 4 yakni penambahan kacang merah sebanyak 40% dengan kriteria
suka, sedangkan skor terendah (2,1) didapat pada kontrol yakni penambahan
tempe biji nangka dengan penambahan kacang merah 40% dimana rasa tempe biji
nangka kacang merah adalah khas tempe yang renyah dengan rasa kacang
merahnya terasa, berbeda dari rasa tempe pada umumnya.Rasa tempe biji nangka
dipengaruhi oleh jumlah penggunaan biji nangka dan kacang merah. Semakin
banyak penggunaan kacang merah akan mengurangi tingkat kemanisan pada biji
yang dihasilkan oleh biji nangka karena adanya senyawa yang mempunyai
struktur kimia tertentu. Teori hidroksil menyatakan bahwa senyawa yang dapat
hidroksil.
49
d. Tekstur
Tekstur merupakan salah satu atribut mutu yang penting, terkadang lebih
penting daripada bau, rasa, dan warna. Tekstur merupakan sensasi tekanan yang
dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah, dan ditelan) ataupun
dihasilkan pada tempe biji nangka dengan variasi penambahan kacang merah
4
3.39
3.5
rata-rata skor tekstur
Gambar 9
Diagram Penilaian Uji Organoleptk Tempe Biji Nangka terhadap
Tekstur Tempe Biji Nangka dengan Penambahan Kacang Merah
50
Tekstur tempe biji nangka berkisar tidak padat sampai sangat padat. Hasil
merah terhadap tempe biji nangka. Hal tersebut dikarenakan adanya penambahan
mengikat biji biomassa kapang ini berperan penting dalam pembentukan tekstur
tempe.
yaitu tekstur tempe biji nangka dengan penambahan kacang merah sebesar 40%
dengan rata-rata 3,39 yang dinyatakan pada kriteria suka. Tekstur tempe bij
nangka yang paling rendah rata-ratanya yaitu formula 50% dengan nilai rata-rata
tekstur tempe biji nangka dengan penambahan kacang merah 40%, dimana tekstur
tempe biji nangka kacang merah adalah padat dan agak keras. Proses perebusan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan tekstur. Selama proses
perebusan, maka kadar air yang ada pada biji kacang akan meningkat, sehingga
dihasilkan. Waktu perebusan biji nangka selama 30 menit berbeda dengan waktu
perebusan kacang merah yaitu hanya 20 menit yang dikarenakan ukuran biji
nangka lebih besar dibandingkan kacang merah, sehingga jika waktu perebusan
kacang merah lebih lama maka tekstur kacang merah akan lebih cepat
51
Miselium yang kurang lebat menyebabkan tempe mudah terburai. Hal ini dapat
disebabkan oleh jenis laru atau inokulum yang digunakan, lama fermentasi, dan
pengaturan aerasi yang berhubungan dengan jumlah lubang pada kantung plastik.
e. Penerimaan Keseluruhan
sampel tempe biji nangka yang diuji berdasarkan seluruh parameter yang ada
keseluruhan dapat mengetahui sampel mana yang disukai oleh panelis dan yang
nantinya dipakai sebagai acuan untuk memilih formulasi yang paling disukai
panelis.
4
3.49
keseluruhan
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0% (R) 10 (F1) 20 (F2) 30% (F3) 40% (F4) 50% (F5)
Fromulasi
Gambar 10
Diagram Penilaian Uji Organoleptk Tempe Biji Nangka terhadap Penerimaan
Keseluruhan Tempe Biji Nangka dengan Penambahan Kacang Merah
Hal ini diduga karena warna, aroma, rasa dan tekstur yang dihasilkan setiap
formulasi 40% memiliki rata-rata tertinggi yaitu 3,49 yang dinyatakan dengan
kriteria suka, sedangkan nilai rata-rata terendah pada formulasi 10% yaitu 2,52
Tempe biji nangka formulasi 40% dengan nilai 3,49 memiliki warna
putih kecoklatan yang disukai panelis, aroma pada formulasi tersebut disukai oleh
panelis, rasa tempe biji nangka pada formulasi tersebut disukai oleh panelis, serta
tekstur tempe biji nangka pada formulasi tersebut disukai oleh panelis. Tempe biji
nangka formulasi 10% dengan nilai 2,52 memiliki warna putih, rasa tempe biji
nangka pada formulasi tersebut kurang disukai oleh panelis, serta tekstur tempe
2. Kadar lemak
tubuh manusia. Selain itu lemak juga merupakan sumber energi yang lebih efektif
dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak atau lemak
terbaik hasil uji sensori. Sampel yang digunakan adalah tempe segar yang telah
Hasil analisis kadar lemak menunjukkan bahwa kadar lemak pada formula
4 dengan penambahan kacang merah sebesar 40% (0,722%) lebih kecil dari kadar
lemak kontrol tanpa penambahan kacang merah (0,770%). Hal ini diduga karena
terjadinya penurunan kadar lemak setelah perebusan yang disebabkan karena sifat
lemak yang tidak tahan panas, selama proses pemasakan lemak mencair bahkan
menguap (volatile) menjadi komponen lain seperti flavor (Winarso, 2003). Hal
sebesar 1,1 gramsedangkan kacang merah rebus sebesar 0,9 gram/100 gram BDD
menggunakan ragi tempe jenis Rhizopus pada pembuatan tempe biji nangka.
antibiotika pada proses enzimatiknya yang berguna untuk peningkatan protein dan
penguraian lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta memecah pati menjadi
54
perebusan dan perendaman dapat menurunkan kadar lemak pada tepung kacang
merah.
Tabel 14
Kandungan Lemakpada Bahan Baku Tempe Biji Nangka per 62,5 g
No Berat Lemak
Perlakuan Bahan Baku
(gram) (gram)
1 Kontrol (R) Biji nangka 62,5 0,0625
2 Formula 40% (F) Biji nangka 37,5 0,004
Kacang merah kering 25 0,275
Jumlah 0,279
dengan asam atau alkali mendidih, dan terdiri dari selulosa dengan sedikit lignin
dan pentosa. Serat kasar juga merupakan kumpulan dari semua serat yang tidak
bisa dicerna, komponen dari serat kasar ini yaitu terdiri dari selulosa, pentosa,
Hasil analisis kadar serat kasar menunjukkan bahwa serat kasar pada
formula 4 dengan penambahan kacang merah sebesar 40% (2,74532%) lebih kecil
dari kadar serat kasar kontrol tanpa penambahan kacang merah (2,9395%). Hal ini
dapat mempengaruhi kadar serat kasar. Penurunan serat ini dapat terjadi karena
larutnya serat larut air ke dalam media perebusan yang dipercepat oleh adanya
lebih cepat larut ke dalam media perebusan. Menurut Nisviaty (2006), serat yang
larut air dapat berupa gum, pektin, dan beberapa hemiselulosa larut air. Senyawa
55
dengan kondisi netral (Yuanita, 2009). Hal tersebut dibuktikan oleh kandungan
serat kacang merah kering sebesar 26,3 gram sedangkan kandungan serat kacang
merah rebus sebesar 2,6 gram/ BDD (Berat Dapat Dimakan) (Mahmud,dkk.,
2009 ).