Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Dasar Teori


II.1.1 Fluida
Fluida ialah zat yang tidak dapat menahan perubahan bentuk (distorsi)
secara permanen dapat berupa gas atau cairan baik dalam keadaan diam
ataupun bergerak. Bila kita mencoba mengubah bentuk suatu massa fluida,
maka didalam fluida itu akan terbentuk lapisan-lapisan dimana lapisan yang
satu meluncur diatas yang lain hingga mencapai bentuk yang baru. Selama
perubahan bentuk itu terdapat tegangan geser (shear stress) yang besarnya
bergantung pada viskositas fluida dan laju luncur. Tetapi bila fluida itu
sudah mendapatkan bentuk akhirnya, semua tegangan geser itu akan hilang
(Geankoplis, 2003).

Gambar II.1 Fluida


Dimana:
F1 = Gaya1 (N)
F2 = Gaya2 (N)
PA1= Tekanan pada penampang1 (N/m2)
PA2= Tekanan pada penampang2 (N/m2)
A1 = Luas Penampang1 (m2)
A2 = Luas penampang2 (m2)

II.1.2 Jenis-jenis Fluida


Fluida dapat berada dalam keadaan diam atau bergerak. Fluida diam
disebut fluida statis dan fluida bergerak disebut fluida dinamis.
Berdasarkan definisi, fluida seharusnya berubah bentuk secara terus
menerus ketika pergeseran tegangan(tekanan) dari besaran yang diberikan
a. Fluida Statis
Fluida statis adalah fluida yang berada dalam fasa tidak bergerak
(diam) atau fluida dalam keadaan bergerak tetapi taka da perbedaan
kecepatan antara partikel fluida tersebut atau bisa dikatakan bahwa

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan kecepatan seragam
sehingga tidak memiliki gaya geser (Nurhayati, 2014).
Zat cair dan gas dikatakan sebagai fluida karena kedua zat tersebut
dapat mengalir. Zat cair termasuk fluida yang tidak dapat dimampatkan,
sedangkan gas termasuk fluida yang dapat dimampatkan sehingga
volumenya akan berkurang jika ditekan. Berikut merupakan hukum-
hukum dasar fluida statis:
1. Hukum Pokok Hidrostatika

Pa = Pb
Po + 1.g1.h1 = Po + 2.g2.h2
1.h1 = 2.h2

Hukum pokok hidrostatika menyatakan bahwa semua titik yang


terletak pada suatu bidang datar di dalam suatu jenis zat cair
memiliki tekanan yang sama. Tekanan hidrostatis disebabkan oleh
fluida tak bergerak. Tekanan hidrostatis yang dialami oleh suatu titik
di dalam fluida diakibatkan oleh gaya berat fluida yang berada di atas
titik tersebut. Contohnya ketika menyelam dari permukaan laut,
tekanan hidrostatis akan semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh
gaya berat yang dihasilkan oleh udara dan zat cair. Secara sistematis
persamaan hukum hidrostatis adalah sebagai berikut:
2. Hukum Pascal
Melalui penelitian Blaise Pascal, tekanan diberikan pada fluida
yang memenuhi sebuah ruangan tertutup, tekanan tersebut akan
diteruskan oleh fluida ke segala arah dengan besar yang sama tanpa
mengalami pengurangan. Hukum pascal dapat ditulis sebagai berikut:

P1 = P2
F1 F2
=
A1 A 2

3. Hukum Archimedes
Konsep terapung, melayang, atau tenggelamnya suatu benda di
dalam fluida merupakan hukum Archimedes. Benda yang dicelupkan
sebagian atau seluruhnya ke dalam fluida, akan mengalami gaya ke
atas. Besar gaya ke atas tersebut sama dengan berat fluida yang
dipindahkan oleh benda (Rustiawan, 2013). Secara matematis, hukum
Archimedes adalah sebagai berikut:

Laboratorium Transportasi Fluida II-2


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJUAN PUSTAKA

FA = mc.g dimana mc = c.Vc


FA = c.Vc.g

b. Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah fluida berupa zat cair maupun gas yang
bergerak, mempunyai kecepatan yang konstan terhadap waktu dan tidak
mengalami perubahan volume (Nurhayati, 2014).
Hukum-hukum yang berlaku pada fluida bergerak berbeda dengan
hukum-hukum pada fluida diam. Sebagai contoh, selain bergantung pada
massa jenis fluida dan ketinggian, tekanan dalam fluida yang bergerak
juga dipengaruhi oleh kecepatan aliran fluida. Berikut merupakan
hukum-hukum fluida bergerak:
1. Asas Kontinuitas
Air yang mengalir di dalam pipa air dianggap mempunyai debit
yang sama di titik yang bebas, atau jika ditinjau 2 tempat, maka:
Debit aliran 1 = Debit aliran 2, atau:

Q1 = Q2
A1.v1 = A2.v2
d12.v1 = d22.v2

Keterangan:
Q = debit (m3/s)
A = luas penampang (m2)
v = kecepatan fluida (m/s)
D = diameter (m)

2. Prinsip Bernouli
Hukum Bernouli adalah hukum yang berlandaskan pada hukum
kekekalan energi yang dialami oleh aliran fluida. Hukum ini
menyatakan bahwa jumlah tekanan (P), energi kinetik per satuan
volume, dan energi potensial per satuan volume memiliki nilai yang
sama pada setiap titik sepanjang aliran fluida. Persamaan
matematisnya sebagai berikut:

P1 + .v12 + .g.h1 = P2 + .v22 + .g.h2

Dengan: P = tekanan (N/m2)


v = kecepatan aliran fluida (m/s)

II-3 Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = ketinggian pipa dari tanah (m)
= massa jenia fluida
Fluida pada dasarnya terbagi atas dua kelompok besar berdasarkan
sifatnya, yaitu fluida cairan dan fluida gas. Fluida diklasifikasikan dapat
diklasifikasikan berdasarkan hal berikut:

a. Berdasarkan kemampuan menahan tekanan:


1. Fluida incompressible (tidak termampatkan)
Fluida incompressible adalah fluida yang tidak dapat dikompressi
atau volumenya tidak dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga -
nya (massa jenisnya) konstan.
2. Fluida compressible (termampatkan):
Fluida compressible adalah fluida yang dapat dikompressi atau
volumenya dapat ditekan menjadi lebih kecil sehingga -nya (massa
jenisnya) tidak konstan.
b. Berdasarkan struktur molekulnya :
1. Cairan
Fluida yang cenderung mempertahankan volumenya karena
terdiri atas molekul-molekul tetap rapat dengan gaya kohesif yang
relatif kuat dan fluida cairan praktis tak compressible.
2. Gas
Fluida yang volumenya tidak tertentu karena jarak antar molekul-
molekul besar dan gaya kohesifnya kecil sehingga gas akan memuai
bebas sampai tertahan oleh dinding yang mengukungnya. Pada fluida
gas, gerakan momentum antara molekulnya sangat tinggi, sehingga
sering terjadi tumbukan antar molekul.
c. Berdasarkan tegangan geser yang dikenakan :
1. Fluida Newton
Fluida yang memiliki hubungan linear antara besarnya tegangan
geser yang diberikan dengan laju perubahan bentuk yang diakibatkan.
2. Fluida non Newton
Fluida yang memiliki hubungan tidak linear antara besarnya
tegangan geser dengan laju perubahan bentuk sudut.
d. Berdasarkan sifat alirannya :
1. Fluida bersifat Turbulen
Fluida bersifat turbulen alirannya mengalami pergolakan
(berputar-putar).
2. Fluida bersifat Laminar (stream line)
Fluida bersifat laminer alirannya memiliki lintasan lapisan batas
yang panjang, sehingga dikatakan juga aliran berlapis-lapis.

Laboratorium Transportasi Fluida II-4


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJUAN PUSTAKA

Gambar II.2 Fluida Turbulen dan Laminer


II.1.3 Pengertian Sedimentasi
Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi
fluida jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan lebih
tinggi. Larutan suspensi terdiri dari campuran fasa cair dan fasa padat yang
bersifat settleable (dapat diendapkan karena perbedaan densitas antara
fasanya). Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan continue.
Proses batch sering digunakan untuk skala laboratorium sedangkan
continue dipergunakan dalam proses komersil dengan mempertimbangkan
kecepatan pengendapan terminal dari partikel-partikelnya. Percobaan skala
laboratorium dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan
fluida atau konveksi karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari
perbedaan suhu (Mc. Cabe, 1985).

Gambar II.3 Contoh Proses Sedimentasi


Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi
fluida jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan lebih
tinggi. Larutan suspensi terdiri dari campuran fasa cair dan fasa padat yang
bersifat settleable (dapat diendapkan karena perbedaan densitas antara
fasanya). Proses sedimentasi dapat dilakukan secara batch dan continue.
Proses batch sering digunakan untuk skala laboratorium sedangkan
continue dipergunakan dalam proses komersil dengan mempertimbangkan
kecepatan pengendapan terminal dari partikel-partikelnya. Percobaan skala
laboratorium dilakukan pada suhu uniform untuk menghindari gerakan
fluida atau konveksi karena perbedaan densitas yang dihasilkan dari
perbedaan suhu (Mc. Cabe, 1985).

II-5 Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1.4 Macam-Macam Sedimentasi


Pemisahan suspensi menjadi fluida jernih supernatant dan slurry
yang agak padat mengandung padatan konsentrasi yang lebih tinggi disebut
sedimentasi. Komersial sedimentasi suspensi air dilakukan secara proses
continous dengan alat thickener atau tangki besar yang menerima suspensi
atau slurry cair pada sisi tengah tangki, yang membiarkan membanjiri
larutan supernatant, dan menghasilkan suatu sludge dari bawah tangki.
Berdasarkan proses sedimentasi dapat dibagi menjadi dua yaitu batch
sedimentasi dan continous sedimentasi.
dz
Slope
dt
a. Batch Sedimentasi = v1
Proses Batch sering dipergunakan untuk skala laboratorium yang
menggambarkan proses sedimentasi sederhana, sedangkan proses.
Percobaan skala laboratorium dilakukan pada suhu Uniform untuk
menghindari gerakan fluida atau konveksi karena perbedaan densitasnya
yang dihasilkan dari perbedaan suhu.
Kecepatan pengendapan dapat ditentukan dengan mengamati tinggi
interface (antarfasa) sebagai fungsi waktu yang diberikan dan
menggambarkan tangen pada kurva yang diperoleh dari :

Kecepatan pengendapan (sedimentation rate) dapat dihitung dengan


rumus:
1
v1 =
1 0
Keterangan:
v1: Kecepatan pengendapan (cm/menit)
Zi :Tinggi interface 1(cm)
Z : Tinggi interface 2 (cm)
t1 : Waktu pengendapan (menit)

Laboratorium Transportasi Fluida II-6


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJUAN PUSTAKA

A
ZONA

B
(a)

B
C
D

C
Gambar II.4 Sedimentasi dengan Proses Batch
Keterangan :
A = Larutan suspensi yang seragam (konsentrasi tertentu)
B = Zona pengendapan setelah waktu t
C = Kecepatan kompresi zona D
D = Tinggi interface versus waktu pengendapan
(Geankoplis, C.J., 2003)
b. Continous Sedimentasi
Operasi tangki Continue sedimentasi atau thickeners bergantung
pada karakteristik yang serupa dari slurry ketika mengindikasikan
batch sedimentasi.
Perbedaan antara batch sedimentasi dan Continue sedimentasi
adalah pada konsentrasi padatan di ketinggian berbeda pada thickener.
Dalam pengendapan continous, feed masuk melalui lubang tengah dan
dimasukkan ke dalam ketinggian 1 sampai 3 ft dibawah permukaan
cairan dengan tujuan untuk meminimalisir gangguan. Fluida yang masuk
melalui bawah dengan suspensi padatan melalui feed, kemudian secara
radial keluar melalui tengah dan atas secara melimpah. Perbedaan utama
dengan batch sedimentasi adalah tidak adanya zona B pada komposisi
yang serupa sebagai feed, kecuali saat kondisi mendekati secara langsung
dari bawah sumber feed ketika continousase horizontal antara fluida
jernih dan sludge adalah sumber di bawah dari sumber feed (Brown, 1971).
c. Semi-Batch Sedimentasi
Pada sedimentasi semi-batch, hanya ada cairan keluar saja, atau
cairan masuk saja. Jadi, kemungkinan yang ada bisa berupa slurry yang
masuk atau beningan yang keluar.
Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi,
proses sedimentasi terbagi menjadi empat tipe, yaitu:
1. Tipe Sedimentasi 1
Tipe sedimentai 1 digunakan untuk mengendapkan partikel bebas.
Untuk mendesain tangki pengendapan yang sempurna didasarkan pada

II-7 Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
penghilangan semua partikel yang memiliki kecepatan pengendapan yang
lebih besar dari pada kecepatan pengendapan yang telah ditentukan.
Desain ini tidak diprngaruhi oleh kedalaman tangki pengendapan tetapi
dipengaruhi oleh kecepatan massa pertikel. Tipe sedimentasi ini
digunakan untuk partikel dalam larutan suspensi yang memiliki
konsentrasi padatan rendah. Partikel yang mengendap dengan sendirinya
tanpa adanya interaksi dengan partikel yang lainnya. Tipe sedimentasi ini
banyak digunakan dalam penghilangan partikel tanah dan grif dari
buangan limbah.
2. Tipe Sedimentasi II
Tipe ini lebih sering disebut dengan flokulasi karena pada kondisi
diam atau tenang partikel suspensi dalam air akan secara alami
membentuk kumpulan-kumpulan flok. Dengan penambahan bahan kimia
akan mempercepat proses flokulasi ini. Penambahan bahan kimia ini
menyebabkan ukuran partikel dan kecepatan pengendapan semakan
besar.
3. Tipe Sedimentasi III (Zona Pengendapan)
Ketika komsentrasi padatan tinggi tekanan atau gaya antar partikel
mengakibatkan partikel tersebut tidak dapat mengendap atau sulit
mengndap karena terjadi rintangan-rintangan dari partikel lain yang
berada disekitarnya.
4. Tipe Sedimentasi IV
Proses sedimentasi disini akan terjadi hanya jika partikel yang
memiliki konsentrasi yang sudah dibentuk ini ditekan. Penekanan ini
berasal dari berat partikel yang secara konstan ditambahkan ke
strukturnya melalui sedimentasi dari liquid jernih (supernatant)

II.1.5 Faktor-Faktor yang Memperngaruhi Proses Sedimentasi


Besarnya kecepatan pengendapan tergantung pada beberapa faktor,
yaitu :
a. Konsentrasi
Dengan semakin besarnya konsentrasi, gaya gesek yang dialami
partikel karena partikel lain semakin besar sehingga drag force-nya pun
semakin besar. Hal ini disebabkan karena dengan semakin besarnya
konsentrasi berarti semakin banyak jumlah partikel dalam suatu
suspensi yang menyebabkan bertambah gaya gesek antara suatu partikel
dengan partikel yang lain. Drag force atau gaya seret ini bekerja pada
arah yang berlawanan dengan gerakan partikel dalam fluida. Dalam hal
ini gaya drag ke atas dan gerakan partikel ke bawah. Gaya seret ini
disebabkan oleh adanya transfer momentum yang arahnya tegak lurus
permukaan partikel dalam bentuk gesekan. Maka dengan adanya drag

Laboratorium Transportasi Fluida II-8


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJUAN PUSTAKA

force yang arahnya berlawanan dengan arah partikel ini akan


menyebabkan ya total untuk mengendapkan partikel gerakan partikel
menjadi lambat karena semakin kecilnya gaya total ke bawah sehingga
kecepatan pengendapan semakin turun.
b. Ukuran Partikel
Ukuran partikel berpengaruh langsung terhadap diameter partikel.
Jika ukuran partikel semakin besar maka semakin besar pula permukaan
dan volumenya. Luas permukaan partikel berbanding lurus dengan gaya
apungnya. Hal ini disebabkan gaya ke atas (gaya drag dan gaya apungnya)
semakin besar sehingga gaya total untuk mengendapkanpartikel semakin
kecil sehingga kecepatan pengendapan semakin menurun.

Gambar II.5 Ukuran Partikel


c. Jenis Partikel
Jenis partikel berhubungan dengan densitas partikel yang
berpengaruhterhadap gaya apung dan gaya gravitasi yang dapat
mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu parikel dalam suatu fluida
yang statis. Densitas partikel yang semakin besar akan menyebabkan
gaya apung semakin kecil sedangkan gaya gravitasi semakin besar,
sehingga resultan gaya kebawah yang merupakan penjumlahan dari gaya
drag, gaya apung, dan gaya gravitasi akan semakin besar pula. Ini berarti
kecepatan pengendapan akan semakin besar.

d. Densitas partikel suspensi


Dengan adanya perbedaan densitas dari partikel suspensi dimana ada
salah satu partikel suspensi yang memiliki densitas lebih besar dari
partikel suspensi lainnya maka kecepatan pengendapan akan semakin
besar pula.

Gambar II.6 Suspensi

II-9 Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
e. Adanya perbedaan fasa cair dan fasa padat yang bersifat mudah
mengendap
Dengan perbedaan antara fasa dari larutan suspensi yang mudah
mengendap tersebut, maka kecepatan pengendapan dari larutan tersebut
akan semakin besar (larutan suspensi akan mudah mengendap secara
gravitasi).
f. Temperatur
Kelarutan semakin meningkat dengan naiknya suhu,jadi dengan
meningkatnyasuhu maka pembentukkanendapan akan berkurang
disebabkan banyak endapan yang berada pada larutannya.
g. Sifat alami pelarut
Garam anorganik mudah larut dalam air dibandingkan dengan pelarut
organik seperti alkohol atau asam asetat.Perbedaan kelarutan suatu zat
dalam pelarut organik dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran
antara dua zat.Setiap pelarut memiliki kapasitas yang bebeda dalam
melarutkan suatu zat,begitu juga dengan zat yang berbeda memiliki
kelarutan yang bebeda pada pelarut tertentu.
h. Pengaruh ion sejenis
Kelarutan endapan akan berkurang jika dilarutkan dalam larutan yang
mengandung ion sejenis dibandingkan dalam air saja.
i. Pengaruh pH
Kelarutan endapan garam yang mengandung anion dari asam lemah
dipengaruhi oleh pH, hal ini disebabkan karena penggabungan proton
dengan anion endapannya. Misalnya endapan AgI akan semakin larut
dengan adanya kenaikan pH disebabkan H+ akan bergabung dengan I-
membentuk HI.
j. Pengaruh hidrolisis
Jika garam dari asam lemah dilarutkan dalam air maka akan
dihasilkan perubahan konsentrasi H+,dimana hal ini akan menyebabkan
kation garam tersebut mengalami hidrolisis dan hal ini akan
meningkatkan kelarutan garam tersebut.
k. Pengaruh ion kompleks
Kelarutan garam yang tidak mudah larut akan semakin meningkat
dengan adanya pembentukkan kompleks antara ligan dengan kation
garam tersebut.Sebagai contoh,AgCl akan naik kelarutannya jika
ditambahkan larutan NH3,hal ini disebabkan karena terbentuknya
kompleks Ag(NH3)2Cl (Droste, 1997).

II.1.6. Gaya yang Bekerja pada Proses Sedimentasi


Gerakan partikel melalui fluida memerlukan bekerjanya suatu gaya
luar pada partikel itu. Gaya ini disebabkan oleh perbedaan densitas antar

Laboratorium Transportasi Fluida II-10


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS
BAB II TINJUAN PUSTAKA

partikel dan fluida, atau dapat pula diakibatkan oleh adanya medan listrik
atau medan magnet. Dalam subbab ini kita hanya membahas gaya gravitasi
dan gaya sentrifugal saja, yang disebabkan oleh perbedaan densitas.
Ada tiga gaya yang bekerja pada partikel yang dalam keadaan
bergerak di dalam fluida :
1. Gaya gravitasi (Fg)
Gaya yang ditimbulkan akibat gaya gravitasi bumi yang besarnya
dinyatakan dengan persamaan berikut :
Fg mg
Gambar gaya gravitasi dapat ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar II.7 Gaya Gravitasi pada Larutan


2. Gaya apung (Fb)
Gaya ini arahnya sejajar dengan gaya gravitasi tetapi mempunyai arah
yang berlawanan arah. Jika partikel yang jatuh dianggap mempunyai
massa sebesar m kg dengan kecepatan (v), densitas (,) densitas fluida
(), kg /m3 dan (Vp) adalah volume partikel.
Maka besar daya apung yang bekerja pada partikel sebesar :
mg
Fb V p g
p

dimana, m / p adalah volume partikel ( Vp ) dalam m3 dan g adalah


kecepatan gravitasi dalam m/s2.
3. Gaya drag (Fd)
Gaya ini terjadi jika ada gerakan relatif antar fluida dan partikel dan
bekerja melawan arah gerakan dari partikel dan sejajar arah gesekan,
tetapi berlawanan arah. Harga drag force sebanding dengan kecepatan
v 2 / 2 . Harga ini dilipatkan dengan densitas fluida dan luas permukaan
partikel yang terproyeksi pada arah gerakan partikel.

II.1.7 Mekanisme Proses Sedimentasi

II-11 Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Geankoplis (2003), berdasarkan ada tidaknya pengaruh
terhadap jatuhnya suatu partikel yang akan mengendap, proses sedimentasi
terbagi menjadi tiga
yaitu:

Gambar II.8 Sedimentasi Batch


1. Free Settling
Peristiwa ini terjadi jika jumlah partikel dalam pengendapan cukup
sedikit, partikel cukup jauh dari dinding dan jarak antara partikel satu
dengan partikel yang lain cukup jauh, sehingga jatuhnya partikel dalam
suatu fluida tidak dipengaruhi oleh dinding dan faktor benturan dengan
partikel lain, maka laju pengendapan akan semakin cepat.
2. Hindered Settling
Hindered terjadi apabila konsentrasi padatan itu tinggi, maka pertikel
tidak dapat mengendap secara bebas, karena aliran pertikel yang satu
akan mempengaruhi aliran disekitar partikel yang lain. Karena jumlah
partikel cukup banyak, maka partikel yang satu dengan partikel yang lain
akan saling berdesakan, sehingga kecepatan pengendapan partikel akan
semakain kecil. Dalam pengamatan di laboratorium, kondisi seperti ini
dapat terjadi jika digunakan peralatan dengan diameter kecil, maka
partikel yang mengendap tersebut dipengaruhi oleh halangan (hindered)
3. Kompresi
Pada zona ini partikel-partikel berada dalam keadaan yang sangat
dekat dengan partikel-partikel lainnya. Liquid yang berada diantara
partikel-partikel tersebut akan dikeluarkan menuju ke zona liquid yang
jernih yang berada di atasnya, dari proses ini akan diperoleh endapan
yang diharapkan (Geankoplis, C.J., 2003).

Laboratorium Transportasi Fluida II-12


Program Studi D3 Teknik Kimia
FV - ITS

Anda mungkin juga menyukai