Anda di halaman 1dari 4

Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri

yang menyebabkan penyakit kusta (penyakit Hansen) yaitu infeksi menahun


yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar
otak dan medulla spinalis), kulit, selaput lendir hidung, buah zakar (testis)
dan mata. Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M.
leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat (basil). Mycobacterium
leprae mirip dengan Mycobacterium tuberculosis dalam besar dan
bentuknya.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf
tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari
masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan
medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin
menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak
menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya
sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang
menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai.
Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada
saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan
mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul,
karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma
yang dihasilkan oleh testis.

Cara Penularan
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang
penderita lepra berat dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan menyebar
ke udara. Sekitar 50% penderita mungkin tertular karena erhubungan dekat
dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui
tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak
menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra
lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh
kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan
kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling
sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih
sering ditemukan pada pria.
Gejala
Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga
gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul
pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan
penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang
mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
. Lepra tuberkuloid
ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang
datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah
merusak
saraf-sarafnya.
Lepra lepromatosa
ditandai dengan munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih
besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut
tubuh, termasuk alis dan bulu mata
Lepra perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki
gambaran kedua bentuk lepra Jika keadaannya membaik, maka akan
menyerupai lepra Tuberkuloid, jika kaeadaannya memburuk, maka akan
menyerupai lepra lepromatosa. . Selama perjalanan
penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan
tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf
tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi,
bisa diberikan kostikosteroid atau talidomid.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan melalui pewarnaan Ziehl-Neelsen dari apusan
irisan kulit dan pemeriksaan histologis dari biopsi kulit.
Pengobatan
Pengobatan dengan rifampisin, dapson, klofazimin dengan cepat
membuat pasien menjadi tidak infeksius, tetapi tidak dapat mengubah
kerusakan sel dan deformitas yag telah terjadi, yang harus di tatalaksana
dengan pembedahan perbaikan ( remedial surgery ).
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan
menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap
obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 macam obat,
terutama pada penderita lepra lepromatosa.
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah
dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini
menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson.
Efek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala
yang menyerupai flu.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin,
klaritromisin dan ofloksasin.
Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena
bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan
sampai 6 bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian
dokter. Banyak penderita lepra lepromatosa yang mengkonsumsi dapson
seumur hidupnya.
Pencegahan
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan
penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa mencegah atau
memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita cenderung mengalami
masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan isolasi. Lepra hanya
menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan
itupunm tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra
dan hanya orang yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang
memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak
memiliki resiko tertular.
Cara Penularan
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang
penderita lepra berat dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan menyebar
ke udara. Sekitar 50% penderita mungkin tertular karena erhubungan dekat
dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga mungkin ditularkan melalui
tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak
menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi.
Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra tuberkuloid) atau berat (lepra
lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh
kuman ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan
kepulauan Samudra Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling
sering mulai dari usia 20-an dan 30-an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih
sering ditemukan pada pria.
Gejala
Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga
gejalanya baru muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul
pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan
penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang
mungkin terjadi dan kebutuhan akan antibiotik.
. Lepra tuberkuloid
ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang
datar. Daerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah
merusak
saraf-sarafnya.
Lepra lepromatosa
ditandai dengan munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih
besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut
tubuh, termasuk alis dan bulu mata
Lepra perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki
gambaran kedua bentuk lepra Jika keadaannya membaik, maka akan
menyerupai lepra Tuberkuloid, jika kaeadaannya memburuk, maka akan
menyerupai lepra lepromatosa. . Selama perjalanan
penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi kekebalan
tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf
tepi dan kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata.
Pengobatan yang diberikan tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi,
bisa diberikan kostikosteroid atau talidomid.

Anda mungkin juga menyukai