Kelompok Sosial Golom Jadi
Kelompok Sosial Golom Jadi
Dalam suatu masyarakat pastilah terdapat berbagai ragam jenis dan corak
kelompok sosial, terlebih lagi dalam masyarakat multikultural seperti
Indonesia. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tersusun atas
kemajemukan-kemajemukan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari
keadaan geografis, kepentingan-kepentingan masyarakatnya, suku
bangsanya, sampai pada ras manusianya. Berbagai tipe kelompok sosial
dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe tertentu.
Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kelompok semu
Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat
sementara. Kelompok sosial ini tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran
jenis, atau aturan. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau
tiba-tiba. Sebagai contoh yang mungkin sering dilihat yaitu berkumpulnya
orang-orang ketika terjadi peristiwa tabrakan. Orang-orang yang berkumpul
tadi tidak ada yang memerintahkan untuk berkumpul. Mereka juga tidak
memiliki aturan, bukan atas dasar kesadaran perasaan yang sama, dan
juga mereka tidak mempunyai ikatan antara satu dengan lainnya. Ketika
proses evakuasi tabrakan tersebut telah selesai, maka satu per satu orang
meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut kembali sepi. Hal
ini berarti kelompok tersebut adalah semu dan bersifat sementara. Adapun
ciri-ciri kelompok semu adalah:
Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:
1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu
secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang
termasuk kerumunan, yaitu:
3) Publik (public)
Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat
yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah
formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan
oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan
massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato
adalah publik.
b. Kelompok nyata
Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu
ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Hampir pada semua
kelompok sosial yang terjadi di masyarakat merupakan kelompok nyata.
e) kehadirannya tetap.
Kelompok kemasyarakatan dapat mempunyai wilayah yang tidak terbatas.
Contohnya kelompok yang memiliki kesamaan warna kulit, kelompok
masyarakat suku Jawa, dan sebagainya.
e) kehadirannya tetap.
3. Komunitas
Komunitas merupakan kelompok sosial yang dibatasi oleh wilayah
geografis yang jelas. Komunitas ini sering dinamakan dengan istilah
masyarakat setempat. Dasar dalam suatu komunitas yaitu batas wilayah
dan kesadaran berkelompok. Contohnya RT, RW, Kelurahan, SMA Y, dan
sebagainya.
1. jumlah penduduk,
2. luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk,
3. fungsi-fungsi khusus anggota komunitas terhadap seluruh masyarakat atau
komunitas, dan
4. organisasi masyarakat setempat atau komunitas yang bersangkutan.
4. Organisasi Sosial
Kelompok sosial yang paling jelas keberadaannya adalah asosiasi.
Kelompok asosiasi ini mempunyai struktur yang jelas dan memiliki
kesadaran kelompok yang kuat, tetapi ikatan kelompoknya relatif longgar.
Semakin berkembang tingkat kehidupan masyarakat, maka semakin
berkembang pula ragam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
maka dibuatlah wadah-wadah yang dapat mengorganisir anggota
kelompok. Oleh karena itu, perkembangan kelompok asosiasi menjadi
organisasi sosial semakin nyata. Organisasi merupakan kesatuan orang-
orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas. Jadi, pengertian
organisasi sosial adalah kesatuan orang-orang dengan struktur dan
pembagian kerja yang jelas sebagai akibat hubungan sosial yang terjadi di
dalam masyarakat.
1) Ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial, yang dapat
diterima oleh anggota kelompok.
1) Organisasi formal
Organisasi formal mempunyai pembatasan kewenangan dan tanggung
jawab serta sistem kerja yang jelas dan tegas. Tujuan organisasi formal
adalah untuk mencapai ketentuan resmi yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Untuk mencapi tujuan tersebut diperlukan kedisiplinan dari para
anggotanya. Hubungan kerja para anggotanya diatur secara formal dalam
batas kewenangan yang jelas dan tegas. Pemimpin organisasi mempunyai
kewenangan untuk menerapkan peraturan organisasi sesuai dengan
status/ kedudukannya. Contoh organisasi formal yaitu kelurahan,
perusahaan, koperasi, dan sebagainya. Ciri-ciri organisasi formal, yaitu:
c) pengorganisasian jelas,
2) Organisasi informal
Organisasi informal tidak memiliki struktur kerja yang didasarkan atas
ketentuan resmi. Organisasi informal dalam mencapai tujuannya
didasarkan atas hubungan pribadi antaranggotanya. Jalannya roda
organisasi informal ditentukan oleh kesadaran anggotanya yang tidak
terpengaruh oleh jabatan struktural. Organisasi ini dapat dilakukan di mana
saja tanpa perlu tempat khusus yang resmi (tidak memerlukan kantor). Ciri-
ciri organisasi informal, yaitu:
[color-box]
Raharjo, Puji. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hubungan Kelompok Sosial dengan Masyarakat Multikultural - Pada kesempatan yang
lalu saya sudah posting tentangPengertian, contoh dan ciri dari kelompok sosial.
Sehingga, pada saat ini, saya ingin melanjutkan materi yang kemarin, dengan topik
yang sama yakni kelompok sosial. Namun, dengan judul yang berbeda, judulnya adalah
Hubungan kelompok sosial dengan masyarakat multikultural.
Sebelum ke inti pembahasan kita, marilah kita tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan masyarakat multikultural. Menurut Furnival, masyarakat multicultural adalah
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang secara cultural dan ekonomi
terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.
Kelompok sosial memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat multikulturan, yaitu
hubungan sebagai berikut.
Di kalangan para ahli sosiologi, kelompok sosial mempunyai beragam definisi sesuai pemahaman
ahli yang menyampaikannya. Namun, dari definisi-definisi yang disampaikan oleh para ahli, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa kelompok sosial mempunyai pengertian "sejumlah individu yang
berinteraksi dan memiliki hubungan sehingga mengakibatkan kebersamaan dan rasa memiliki". Dari
pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kumpulan individu baru bisa disebut sebagai
kelompok sosial jika telah memenuhi dua kriteria, yaitu jika telah terorganisasi (baik secara formal
maupun informal) serta adanya kesadaran akan keanggotaan individu dalam kelompoknya.
Kelompok sosial sendiri terbentuk karena adanya gregariousness yaitu naluri manusia untuk selalu
bersama.
Kerumunan dapat diartikan individu-individu yang bergabung atau menghimpunkan diri untuk
mengerubungi sesuatu. Kerumunan lebih mudah dihasut dan digerakkan daripada massa dan publik.
Objek yang menjadi perhatian kerumunan adalah kejadian yang sedang terjadi saat itu. Dalam
menyikapi kejadian tersebut, kerumunan seringkali menggunakan cara-cara yang emosional dan
diluar rasional. Sulit dilakukan kontrol terhadap kerumunan karena kadar kesadaran mereka tinggi
namun hanya bersifat sementara karena biasanya kerumunan tidak berstruktur, jadi sulit untuk
mendapatkan bentuk kerumunan yang sama seperti bentuk sebelumnya.
PERILAKU KERUMUNAN dan Penjelasannya - Dalam konsep ilmusosial kerumunan menjadi penting
setelah Le Bon menerbitkan buku The Crowd:A study of the Popular Mind (judul asli: La Foule, 1985).
Dalam pengertian sehari-hari istilah kerumunan berartisejumlah individu yang karena satu dan lain
hal kebetulan berkumpul bersama. Perasaandan pikiran seluruh individu dalam kumpulan orang
tersebut berhaluan sama dankesadaraan perseorangan lenyap. Kerumunan mempunyai ciri baru
yang semula tidak dijumpai pada masing-masing anggotaDikala menjadi bagian kerumunan, individu
yang dikenal sebagai warga negara baik dan belum pernah terlibat tindak pidana, bisa berubah
menjadi individu yang mampumelakukan hal yang dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah
dilakukannya.
1. Kerumunan (Kornblum):
Sejumlah besar orang yang berkumpul bersama dalam jarak dekat
2. Kerumunan (Giddens):
Sekumpulan orang dalam jumlah relatif besar yang langsung berinteraksi satu dengan yang lain di
tempat umum
3. Kerumunan(Light, Keller dan Calhoun):
- sekumpulan orang yang berkumpul di sekitar seseorang atau suatu kejadian, sadar akan kehadiran
orang lain dan dipengaruhi oranglain
2. Kerumunan Konvensional: Sekumpulan orang yang berada di suatu tempat untuk suatu tujuan
yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh kerumunan di stasiun, bandara, terminal
4. Kerumunan bertindak (acting crowd): Sekumpulan orang yang memusatkan perhatian pada suatu
hal yang merangsang kemarahan mereka dan membangkitkanhasrat untuk bertindak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok. Ya, kelompok adalah hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan
manusia. Tentunya dalam bermasyarakat. Dapat dikatakan, bahwa kelompok adalah hal
pokok yang harus ada dalam kehidupan. Dalam beberapa kelompok, tentu pasti terjadi sebuah
hubungan. Hubungan tersebut bisa mengacu pada hal positif, maupun hal negatif.
Dewasa ini, banyak masyarakat yang kurang menyadari dan kurang peka terhadap
adanya hubungan antar kelompok. Padahal, setiap hari kita mengalami dan melakukan hal
tersebut. Kembali pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri tanpa orang lain. Hal itulah yang menyebabkan adanya hubungan diantara berbagai
kelompok.
Kita, sebagai generasi muda, patut menyadari dan lebih mengetahui seluk beluk
terjadinya hubungan antar kelompok. Karena hubungan tersebut tidak bisa terlepas dari
kehidupan manusia. Oleh karena itu, ini tugas kita bersama, untuk lebih mengetahui apa itu
hubungan antar kelompok dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan apa manfaatnya bagi
kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Apa itu hubungan antar kelompok?
Bagaimana hubungan antar kelompok bisa terjadi?
Mengapa hubungan antar kelompok bisa terjadi?
Siapa pelaku dari hubungan antar kelompok
Dimana hubungan antar kelompok terjadi?
Kapan hubungan antar kelompok terjadi?
C. Tujuan Penulisan
1. Menumbuhkan rasa toleransi antar kelompok dalam masyarakat.
2. Mengetahui nilai-nilai positif dalam hubungan antar kelompok.
3. Mengetahui hal-hal keagamaan yang terdapat dalam hubungan antar kelompok
4. Menumbuhkan tenggang rasa dalam diri pelaku hubungan antar kelompok.
5. Mempelajari hal-hal positif dari hubungan antar kelompok dan menerapkannya ke dalam
kehidupan sehari-hari.
D. Metode Penelitian
Pada pembuatan makalah ini, metode yang kami gunakan dalam mengumpulkan data adalah
dengan mengakses melalui internet dan merangkum dari buku pengantar sosiologi.
E. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
Berisi mengenai identifikasi Hubungan Antar Kelompok
BAB III. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
REFERENSI
Berisi tentang sumber penulisan makalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hubungan Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok adalah hubungan antara dua kelompok atau lebih yang
memiliki ciri khusus. Pettigrew (1968: 277) mendefinisikan inter-group relation sebagai the
social interactions between any two or more groups.
Dalam pembahasan ini kita melihat tipologi kelompok menurut Robert Bierstedt,
yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statistical group, societal group, social
group, dan associational group .
Dalam pembahasan kita mengenai hubungan Antarkelompok, yang dimaksudkan
kelompok mencakup keempat tipe kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt tersebut.
Dengan demikian kita menggunakan konsep kelompok dalam arti luas.
Kinloch juga mengaitkan hubungan sosial antara kelompok mayoritas dan kelompok
Minoritas. Apabila kita ingin mengkaji hubungan sosial antara kelompok maka kita harus
melihat dari beberapa dimensi :
1. Dimensi Sejarah, mengarah pada proses tumbuh dan berkembangnya hubungan sosial antar
kelompok. Dapat dilihat bagaimana kontak pertama terjadi dan selanjutnya berkembang.
2. Dimensi Sikap, mengkaji hubungan sosial antar kelompok dari dimensi sikap maka harus
dilihat dari sikap anggota kelompok terhadap kelompok lainnya. Hal ini biasanya
menyangkut masalah stereotip dan prasangka.
3. Dimensi Gerakan Sosial, melihat pada gerakan sosial yang sering dilancarkan oleh suatu
kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lainnya. Gerakan sosial tentunya
dipicu oleh rasa kekecewan dan penderitaan lahir dan batin. Dengan demikian, gerakan sosial
terlihat sebagai usaha untuk mengubah hubungan sosial antar kelompok yang sudah ada atau
mempertahankan tatanan yang sudah ada. Tetapi, gerakan ini akan mengarah juga pada
gerakan sosial yang negatif yang suatu saat akan akan berubah menjadi gerakan sosial yang
bersifat agresif.
4. Dimensi Perilaku, menyagkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok
yang lain. Hal ini tentunya menyangkut pada perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak
sosial.
5. Dimensi Institusi, telah mendasari hubungan antar kelompok yang meliputi institusi yang ada
dalam masyarakat seperti institusi sosial, politik, ekonomi, dll. Institusi ini dapat memperkuat
pengendalian sosial, sikap, dan hubungan antar kelompok, salah satunya dimensi sikap yang
sering kali diperkuat oleh institusi sosial yang ada dimasyarakat.
Ahli lain, yakni Lieberson, mengklasifikasikan pola hubungan antar kelompok menjadi dua
pola, berikut:
a. Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant superordination). Contohnya
adalah kedatangan bangsa Eropa ke Asia, Afrika, dan Amerikan
b. Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordination).
Contohnya adalah dominasi kelompok kulit putih Prancis atas kelompok pendatang dari
Aljazair, Cina, ataupun Turki.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antar kelompok terjadi karena adanya ikatan dan keterkaitan saling
memerlukan. Karena, tidak ada suatu kelompok manusia yang bisa menjalani hidup dengan
baik tanpa adanya hubungan dengan kelompok lain.
Hubungan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan
moril maupun kebutuhan materil. Jadi, hubungan antar kelompok itu adalah hubungan yang
sangat penting dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
B. Saran
Manfaatkanlah hubungan antar kelompok untuk hal-hal positif.
Terapkanlah hal-hal positif dari hubungan antar kelompok ke dalam kehidupan sehari-hari.
Bersikap toleranlah kepada kelompok lain.
Hindarilah etnosentrisme, rasisme dan hal-hal yang mengacu pada perpecahan diantara
kelompok.
DAFTAR PUSTAKA