Anda di halaman 1dari 19

Tipe-Tipe Kelompok Sosial

Sudah menjadi fakta sosiologis-antropologis bahwa adanya kemajemukan


atau keragamaan kepulauan menjadi fondasi bagi kemajemukan bangsa
Indonesia yang di dalamnya menyimpan kekayaan etnik-suku, agama,
bahasa, tradisi dan adat istiadat. Adanya kemajemukan ini sebenarnya
menjadi kekayaan kultural yang begitu tinggi nilainya, sekaligus
menyimpan berbagai aneka macam keindahan dan tebaran pesona yang
mengundang decak kagum bagi siapa pun yang menghayati dan
menikmatinya, seperti aneka tarian, arsitektur rumah adat, candi, kerajinan
tangan dan jenis makanan. Begitu pula dengan adanya keragamaan
sistem sosial di dalam masyarakat (nusantara) memunculkan pula
mekanisme dan pola kepemimpinan yang satu sama lain memiliki keunikan
atau kekhasan. Agama dan identitas etnik terkadang berpengaruh pula
dalam jalinan pola kemasyarakatan dengan semangat toleransi dan
pluralisme yang begitu tinggi.

Dalam suatu masyarakat pastilah terdapat berbagai ragam jenis dan corak
kelompok sosial, terlebih lagi dalam masyarakat multikultural seperti
Indonesia. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang tersusun atas
kemajemukan-kemajemukan dalam setiap aspek kehidupan, mulai dari
keadaan geografis, kepentingan-kepentingan masyarakatnya, suku
bangsanya, sampai pada ras manusianya. Berbagai tipe kelompok sosial
dalam masyarakat dapat diklasifikasikan ke dalam tipe-tipe tertentu.
Adapun tipe-tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kelompok Sosial menurut Proses Terbentuknya


Menurut proses terbentuknya, kelompok sosial dapat dibedakan menjadi:

a. Kelompok semu
Kelompok semu merupakan kelompok orang-orang yang bersifat
sementara. Kelompok sosial ini tidak memiliki struktur, ikatan, kesadaran
jenis, atau aturan. Biasanya kelompok semu ini terjadi secara spontan atau
tiba-tiba. Sebagai contoh yang mungkin sering dilihat yaitu berkumpulnya
orang-orang ketika terjadi peristiwa tabrakan. Orang-orang yang berkumpul
tadi tidak ada yang memerintahkan untuk berkumpul. Mereka juga tidak
memiliki aturan, bukan atas dasar kesadaran perasaan yang sama, dan
juga mereka tidak mempunyai ikatan antara satu dengan lainnya. Ketika
proses evakuasi tabrakan tersebut telah selesai, maka satu per satu orang
meninggalkan tempat tersebut. Akhirnya tempat tersebut kembali sepi. Hal
ini berarti kelompok tersebut adalah semu dan bersifat sementara. Adapun
ciri-ciri kelompok semu adalah:

1) tidak direncanakan karena terjadi secara spontan,

2) tidak terorganisasi sehingga tidak berstruktur,


3) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung
lama(langgeng),

4) tidak ada kesadaran kelompok, dan

5) kehadirannya bersifat sementara.

Atas dasar ciri-cirinya tersebut, maka kelompok semu ini juga dapat
dibedakan menjadi 3, yaitu:

1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan merupakan berkumpulnya orang-orang pada saat tertentu
secara cepat tanpa ada ikatan organisasi. Himpunan manusia yang
termasuk kerumunan, yaitu:

a) Penonton pasif (formal audience)


Penonton pasif (formal audience), yaitu kerumunan yang mempunyai pusat
perhatian dan tujuan yang sama erat dan mempunyai sifat pasif. Pada
kelompok sosial ini interaksi sosialnya sangat dibatasi bahkan dihindari.
Masing-masing individu mempunyai perhatian tertentu yang tidak ingin
diganggu.Contohnya penonton di dalam gedung film dan pendengar
khotbah. Khotbah adalah bagian dari suatu peristiwa ibadah. Dalam
khotbah terjadi komunikasi searah yaitu orang yang berkhotbah kepada
para pendengar. Suasana khotbah diharapkan khidmat dan tertib sehingga
pendengar khotbah dilarang berbicara. Mereka harus mendegarkan, dan
jika terjadi suara atau pembicaraan akan ditegur oleh orang di sebelahnya.
Pendengar khotbah sangat pasif karena hanya mendengarkan materi dari
peristiwa tersebut.
b) Kelompok ekspresif (planned expressive group)
Kelompok ekspresif (planned expressive group), yaitu kerumunan yang
mementingkan tujuan dari pada pusat perhatian. Orang-orang berkumpul
dengan tujuan yang sama tanpa memandang apa yang menarik perhatian
mereka. Contohnya orang yang berkumpul di pantai untuk berekreasi,
orang yang sedang pesta, dan sebagainya.
Turis yang berada di pantai untuk menikmati pemandangan pada saat
liburan datang dari berbagai kelompok sosial dengan tujuan yang sama.
Mereka bertujuan untuk berlibur dan memilih daerah pantai sebagai tempat
berlibur. Pusat perhatian mereka mungkin saja berbeda-beda seperti ada
yang sedang memperhatikan ombak, ada yang memperhatikan tiupan
angin, dan sebagainya.

c) Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds)


Kelompok saling tidak senang (inconvinient causal crowds), yaitu kerumunan
sementara yang tidak menyukai kehadiran orang lain sebab dapat
menghambatnya untuk mencapai tujuan. Contohnya orang yang sedang
antri karcis. Orang tersebut agak kurang senang bila ada orang lain karena
kehadiran orang lain tersebut dapat menghambatnya mencapai tujuan.
Setiap orang yang mengantri karcis akan mempunyai harapan untuk
segera mendapatkan karcis. Semakin banyak orang berantri, maka
semakin kecil peluang untuk memperoleh karcis. Oleh karena itu, orang
lain dianggap sebagai penghambat untuk mencapai tujuan. Tetapi perlu
diingat bahwa budaya mengantri adalah budaya yang baik dan perlu
dikembangkan.

d) Kerumunan panik (panic causal crowds)


Kerumunan panik (panic causal crowds), yaitu kerumunan orang yang dalam
keadaan panik untuk menyelamatkan diri dari bahaya. Contohnya ketika
sedang terjadi gempa semua orang berkumpul di depan rumah.
Suatu tragedi yang sangat memilukan pernah terjadi di Nanggroe Aceh
Darusalam, tepatnya pada tanggal 26 Desember 2004. Pasalnya terjadi
gempa bumi yang mencapai kekuatan 9 skala ricther yang mengakibatkan
munculnya gelombang pasang, yang dikenal dengan tsunami. Karena
cepat dan dahsyatnya bencana tersebut, banyak orang tidak sempat
menyelamatkan diri. Bahkan orang yang berhasil menyelamatkan diri
sekali pun harus melalui perjuangan yang keras dan harus melawan
kepanikan yang sangat luar biasa. Semua orang diliputi oleh kepanikan
yang tinggi, saling berebut kesempatan agar dapat menyelamatkan diri.
Dari hal tersebut dapat dibayangkan bagaimana kacau dan paniknya
keadaan pada saat itu.

e) Kerumunan emosional (acting lawless crowds)


Kerumunan emosional (acting lawless crowds), yaitu kerumunan yang
menggunakan kekuatan fisik untuk melawan norma-norma pergaulan hidup
yang bersangkutan, contohnya pengeroyokan.
f) Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd)
Kerumunan tak bermoral (immoral lawless crowd),yaitu kerumunan orang
yang tindakannya melawan norma pergaulan hidup dan tidakmempunyai
tujuan yang jelas. Contohnya kumpulan orang yang mabuk dan
pecandu narkotika dan obat-obatan terlarang.
2) Massa (mass)
Massa mempunyai kemiripan ciri dengan kerumunan tetapi proses
terbentuknya agak berbeda. Pada massa ada sebagian pembentukan yang
disengaja dan ada sebagian yang terjadi secara spontan. Contohnya
adalah pengumpulan orang-orang di sebuah lapangan/jalan untuk
melakukan demonstrasi.

3) Publik (public)
Terbentuknya publik hampir sama dengan massa tetapi tidak dalam tempat
yang sama. Publik mempunyai anggota yang tersebar tanpa batas wilayah
formal. Contohnya adalah publik pendengar pidato presiden yang disiarkan
oleh Radio. Para hadirin yang datang pada pidato tersebut merupakan
massa. Sedangkan seluruh pendengar radio yang memperhatikan pidato
adalah publik.

b. Kelompok nyata
Kelompok sosial yang nyata mempunyai berbagai bentuk tetapi ada satu
ciri yang sama, yaitu kehadirannya bersifat tetap. Hampir pada semua
kelompok sosial yang terjadi di masyarakat merupakan kelompok nyata.

Adapun bentuk-bentuk kelompok nyata adalah:

1) Kelompok statistik (statistick group)


Kelompok statistik merupakan kelompok dalam arti analitis saja. Ciri-ciri
dari kelompok ini adalah:

a) tidak direncanakan tetapi bukan berarti terjadi secara spontan,

b) tidak terorganisir dalam satu wadah tertentu,

c) tidak ada interaksi, interelasi, dan komunikasi yang berlangsung lama


(langgeng),

d) tidak ada kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya bersifat tetap.

Kelompok statistik ini biasanya digunakan sebagai sarana penelitian. Agar


penelitian mudah dilakukan, maka masyarakat dikelompokkan sesuai
dengan kepentingannya. Contohnya kelompok laki-laki dan wanita,
kelompok anak-anak, kelompok pengusaha, dan sebagainya.

2) Kelompok kemasyarakatan (societal group)


Kelompok kemasyarakatan adalah kelompok yang di dalamnya terdapat
persamaan kepentingan pribadi diantara para anggotanya, tetapi
kepentingan tersebut bukanlah kepentingan bersama. Kelompok
kemasyarakatan mempunyai ciri-ciri:

a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,

b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,

c) kemungkinan ada interaksi, interelasi, dan komunikasi,

d) kemungkinan terjadi kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya tetap.
Kelompok kemasyarakatan dapat mempunyai wilayah yang tidak terbatas.
Contohnya kelompok yang memiliki kesamaan warna kulit, kelompok
masyarakat suku Jawa, dan sebagainya.

3) Kelompok sosial (social group)


Kelompok sosial oleh para ahli sosiologi sering disebut kelompok
masyarakat khusus. Sering kali kelompok ini terjadi karena ikatan
pekerjaan, usia, jenis kelamin, tempat tinggal, dan sebagainya. Ciri-ciri
kelompok sosial adalah:

a) tidak direncanakan tetapi sudah ada dengan sendirinya,

b) kemungkinan berkelompok dalam suatu wadah tertentu,

c) ada interaksi dan interelasi sehingga terjadi komunikasi,

d) ada kesadaran berkelompok, dan

e) kehadirannya tetap.

Kelompok sosial agak berbeda dengan kelompok terdahulu karena di


antara para anggotanya sudah terjadi interaksi dan interelasi yang terus
menerus sehingga terjadi komunikasi. Contohnya kelompok teman
bermain, tetangga, dan sebagainya.

4) Kelompok asosiasi (associational group)


Kelompok asosiasi mempunyai bentuk yang tetap. Ciri-ciri kelompok
asosiasi adalah:

a) terjadi karena sengaja direncanakan/dibuat,

b) terorganisir dalam suatu wadah,

c) ada interaksi, interalasi, dan komunikasi secara terus menerus,

d) kesadaran berkelompok sangat kuat, dan

e) kehadirannya bersifat tetap.

Kelompok asosiasi paling mudah dikenali karena adanya wadah tertentu.


Contohnya partai politik, perkumpulan olah raga, dan sebagainya.

2. Kelompok Sosial menurut Ikatannya


Kelompok sosial ini didasarkan atas keeratan ikatan antaranggotanya.
Ferdinand Tonies (Dalam Soerjono Soekanto, 402 ; 2005) membagi
kelompokini menjadi 2 yaitu, Gemeinschaft dan Gesellschaft. Kedua
kelompok ini oleh Djojodiguno kemudian dikenalkan dengan istilah
Paguyuban dan Patembayan.
a. Paguyuban (gemeinschaft)
Paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama di mana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah
serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut adalah rasa cinta dan rasa
kesatuan batin yang memang telah dikodratkan. Kehidupan tersebut juga
bersifat nyata dan organis, sebagaimana dapat diumpamakan dengan
organ tubuh manusia atau hewan. Bentuk paguyuban terutama akan dapat
dijumpai di dalam keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, dan
lain sebagainya.

Paguyuban pada dasarnya merupakan kelompok sosial yang terjadi karena


ikatan darah (garis keturunan) misalnya perkawinan, kerabat, suku bangsa,
dan sebagainya. Pada kelompok sosial ini, rasa kebersamaan, solidaritas
sosial, dan perasaan sangat kuat diantara anggotannya. Contoh dari
paguyuban yaitu perkumpulan keluarga Minang di Jakarta, Perkumpulan
Darah Martowikraman, dan sebagainya. Selain itu paguyuban juga
dipengaruhi oleh ikatan tempat (paguyuban yang terdiri dari orang-orang
yang berdekatan tempat tinggal) dan paguyuban karena jiwa-pikiran.
Paguyuban karena jiwa-pikiran merupakan suatu gemeinschaft yang terdiri
dari orang-orang yang walaupun tidak mempunyai hubungan darah
ataupun tempat tinggalnya tidak berdekatan, akan tetapi mereka
mempunyai jiwa dan pikiran, serta ideologi yang sama. Ikatan dalam
paguyuban semacam ini biasanya tidak sekuat paguyuban karena darah
atau keturunan.
b. Patembayan (gesellschaft)
Patembayan merupakan kelompok sosial yang terbentuk atas dasar
kepentingan tertentu. Seseorang akan menjadi anggota patembayan
dengan memperhitungkan untung rugi. Jadi, pada kelompok sosial ini
masing-masing anggota menggunakan rasionya untuk bergabung dalam
kelompok. Bila anggota merasa sudah tidak perlu lagi terhadap kelompok,
maka ia dapat keluar dari kelompok tersebut. Oleh karena itu, ikatan
antaranggotanya bersifat longgar. Contohnya perusahaan, Perkumpulan
PKK, dan sebagainya.

3. Komunitas
Komunitas merupakan kelompok sosial yang dibatasi oleh wilayah
geografis yang jelas. Komunitas ini sering dinamakan dengan istilah
masyarakat setempat. Dasar dalam suatu komunitas yaitu batas wilayah
dan kesadaran berkelompok. Contohnya RT, RW, Kelurahan, SMA Y, dan
sebagainya.

Adapun unsur-unsur perasaan yang terdapat dalam komunitas adalah:


1. Seperasaan, unsur seperasaan ini sebagai akibat seseorang yang berusaha
untuk mengidentifikasikan dirinya dengan sebanyak mungkin orang yang
berada dalam kelompok tersebut.
2. Sepenanggungan, setiap individu sadar akan perannya dalam kelompok dan
keadaan masyarakat atau kelompoknya sendiri.
3. Saling memerlukan, individu yang tergabung dalam masyarakat setempat
merasakan dirinya tergantung pada komunitasnya yang meliputi kebutuhan
fisik maupun psikologis.
Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat (komunitas), dapat
digunakan 4 (empat) kriteria yang saling berkaitan, yaitu:

1. jumlah penduduk,
2. luas, kekayaan, dan kepadatan penduduk,
3. fungsi-fungsi khusus anggota komunitas terhadap seluruh masyarakat atau
komunitas, dan
4. organisasi masyarakat setempat atau komunitas yang bersangkutan.
4. Organisasi Sosial
Kelompok sosial yang paling jelas keberadaannya adalah asosiasi.
Kelompok asosiasi ini mempunyai struktur yang jelas dan memiliki
kesadaran kelompok yang kuat, tetapi ikatan kelompoknya relatif longgar.
Semakin berkembang tingkat kehidupan masyarakat, maka semakin
berkembang pula ragam kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut,
maka dibuatlah wadah-wadah yang dapat mengorganisir anggota
kelompok. Oleh karena itu, perkembangan kelompok asosiasi menjadi
organisasi sosial semakin nyata. Organisasi merupakan kesatuan orang-
orang dengan struktur dan pembagian kerja yang jelas. Jadi, pengertian
organisasi sosial adalah kesatuan orang-orang dengan struktur dan
pembagian kerja yang jelas sebagai akibat hubungan sosial yang terjadi di
dalam masyarakat.

a. Ciri-ciri organisasi sosial


Organisasi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki keanggotaan yang bersifat formal. Artinya, untuk menjadi


anggota organisasi tersebut harus melalui seleksi yang ditetapkan oleh
organisasi. Dalam organisasi sosial ada ikatan formal pada anggota untuk
mematuhi aturan yang ditetapkan organisasi.

2) Status dan peran dari masing-masing anggota sesuai dengan


struktur organisasi sehingga jelas. Anggota memainkan perannya sesuai
dengan status yang dimilikinya.

3) Rumusan organisasi jelas. Tujuan yang telah ditetapkan organisasi


sudah jelas dan dijunjung tinggi oleh seluruh anggota. Setiap kegiatan
yang dilakukan oleh anggota tidak boleh menyimpang dari tujuan
organisasi. Visi dan misi organisasi telah dipahami oleh seluruh anggota.
4) Memiliki identitas yang jelas. Identitas merupakan suatu simbol yang
menunjukkan organisasi. Biasanya identitas menjadi suatu kebanggaan
para anggota. Identitas mencakup tujuan dan informasi tentang organisasi
yang bersifat kolektif. Identitas ini dapat berupa kartu anggota, logo,
bendera, dan sebagainya.

Dalam sebuah organisasi sosial, faktor keanggotaan sangat penting karena


dapat menunjukkan status dan peran masing-masing anggota. Karena
dengan keanggotaan yang jelas dapat ditetapkan pula pembagian kerja
yang lebih jelas dan rinci. Misalnya tugas hak dan kewajiban sebagai ketua
organisasi, sekretaris, bendahara, seksi, dan sebagainya akan berbeda
dengan tugas, hak, dan kewajiban anggota biasa. Beberapa aspek yang
berhubungan erat dengan keanggotaan organisasi ( Huky) yaitu:

1) Keanggotaan diperoleh melalui suatu syarat dengan kualifikasi


tertentu. Seseorang baru dapat diterima sebagai anggota apabila telah
memenuhi syarat tersebut.

2) Seorang anggota mempunyai hak dan kewajiban yang telah


ditetapkan. Dalam hal ini seorang anggota akan dituntut untuk
melaksanakan kewajibannya.

3) Keanggotaan seseorang dalam organisasi karena adanya dorongan


minat terhadap tujuan organisasi tersebut. Dalam organisasi, anggota
dapat mengembangkan dan menyalurkan keinginannya.

4) Program kerja disesuaikan dengan tujuan organisasi tersebut.


Organisasi sosial akan membuat program kerja yang bertujuan untuk
memberikan layanan sosial dan kepuasan sosial. Misalnya organisasi
ekonomi (perusahaan) akan membuat program kerja untuk mencapai
keuntungan maksimal.

5) Keanggotaan organisasi pada umumnya tercatat dengan daftar


keanggotaan. Hal ini akan sangat memudahkan untuk mengatur jalannya
organisasi.

6) Organisasi mempunyai sifat relatif langgeng sesuai dengan


keberadaan organisasi itu. Walaupun sifatnya langgeng tetapi
keanggotaannya memiliki ikatan yang relatif longgar, artinya ketika seorang
anggota sudah tidak cocok bergabung dengan organisasi, maka ia dapat
keluar dari organisasi tersebut.

b. Tata hubungan dalam organisasi sosial


Dalam sebuah organisasi, antaranggota terjadi hubungan sosial.
Hubungan ini sangat penting untuk melaksanakan jalannya organisasi.
Sistem manajemen yang handal dalam organisasi berhubungan erat
dengan tata hubungan struktur organisasi. Tata hubungan tersebut agar
dapat berlangsung dengan baik dibutuhkan syarat-syarat sebagai berikut:

1) Ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial, yang dapat
diterima oleh anggota kelompok.

2) Adanya pola tingkah laku yang standar dan menjadi pedoman


tingkah laku anggota.

3) Ada otoritas atau kekuasaan yang dapat memaksa tata hubungan


sosial anggota.

4) Ada pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam kelompok


dan lapisan sosial tertentu untuk memudahkan koordinasi.

5) Anggota-anggota yang berada pada berbagai bidang dapat


bekerjasama secara harmonis dan nyaman (favourable).
c. Tipe-tipe organisasi sosial
Organisasi sosial dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:

1) Organisasi formal
Organisasi formal mempunyai pembatasan kewenangan dan tanggung
jawab serta sistem kerja yang jelas dan tegas. Tujuan organisasi formal
adalah untuk mencapai ketentuan resmi yang telah ditetapkan oleh
organisasi. Untuk mencapi tujuan tersebut diperlukan kedisiplinan dari para
anggotanya. Hubungan kerja para anggotanya diatur secara formal dalam
batas kewenangan yang jelas dan tegas. Pemimpin organisasi mempunyai
kewenangan untuk menerapkan peraturan organisasi sesuai dengan
status/ kedudukannya. Contoh organisasi formal yaitu kelurahan,
perusahaan, koperasi, dan sebagainya. Ciri-ciri organisasi formal, yaitu:

a) pola komunitas relatif mapan,

b) disiplin kerja diatur secara formal,

c) pengorganisasian jelas,

d) ada keahlian tertentu, dan

e) tujuan organisasi jelas.

2) Organisasi informal
Organisasi informal tidak memiliki struktur kerja yang didasarkan atas
ketentuan resmi. Organisasi informal dalam mencapai tujuannya
didasarkan atas hubungan pribadi antaranggotanya. Jalannya roda
organisasi informal ditentukan oleh kesadaran anggotanya yang tidak
terpengaruh oleh jabatan struktural. Organisasi ini dapat dilakukan di mana
saja tanpa perlu tempat khusus yang resmi (tidak memerlukan kantor). Ciri-
ciri organisasi informal, yaitu:

a) hubungan sosial bersifat informal,

b) jumlah anggotanya relatif kecil,

c) pembentukan organisasi atas dasar kepentingan bersama,

d) disiplin kerja didasarkan atas kesadaran pribadi bukan pada aturan


yang memaksa, dan

e) adanya kegemaran anggota yang relatif sama di luar organisasi.

Contoh organisasi informal yaitu Kelompok Rukun Tani, paguyuban


kesenian daerah, dan sebagainya.

[color-box]

Raharjo, Puji. 2009. Sosiologi 2: untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Hubungan Kelompok Sosial dengan Masyarakat Multikultural - Pada kesempatan yang
lalu saya sudah posting tentangPengertian, contoh dan ciri dari kelompok sosial.
Sehingga, pada saat ini, saya ingin melanjutkan materi yang kemarin, dengan topik
yang sama yakni kelompok sosial. Namun, dengan judul yang berbeda, judulnya adalah
Hubungan kelompok sosial dengan masyarakat multikultural.

Sebelum ke inti pembahasan kita, marilah kita tahu terlebih dahulu apa yang dimaksud
dengan masyarakat multikultural. Menurut Furnival, masyarakat multicultural adalah
masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih kelompok yang secara cultural dan ekonomi
terpisah-pisah serta memiliki struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain.

Kelompok sosial memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat multikulturan, yaitu
hubungan sebagai berikut.

1. Kelompok sosial sebagai unsur pembentuk masyarakat multikultural


Salah satu unsur yang membentuk masyarakat multikultural adalah adanya kelompok
sosial. Sehingga kelompok sosial bukanlah satu satunya unsur pembentuk masyarakat
multikultural. Kelompok sosial yang ada di masyarakat kita itu lah yang membentuk
masyarakat multikultural.

2. Kelompok sosial sebagai dinamisator masyarakat multikultural


Dalam masyarakat multikultural terdiri dari berbagai kelompok sosial yang beraneka
ragam. Sehingga dengan adanya kelompok sosial yang ada dalam masyarakat
multikultural dapat menyeimbangkan keadaan ketika masyarakat mengalami sebuah
konflik.

3. Kelompok sosial sebagai pengikat masyarakat multikultural


Dalam sebuah kelompok sosial perlu adanya ikatan antara individu dengan kelompok
dalam masyarakat agar kehidupan masyarakat yang multikultural dapat berjalan dengan
baik dan dapat terhindar dari konflik. Pengikat hanya dapat dilakukan dengan bentuk
kesetiaan para anggota kelompok tersebut.
PERBEDAAN KERUMUNAN DAN KELOMPOK SOSIAL

Di kalangan para ahli sosiologi, kelompok sosial mempunyai beragam definisi sesuai pemahaman
ahli yang menyampaikannya. Namun, dari definisi-definisi yang disampaikan oleh para ahli, dapat
kita ambil kesimpulan bahwa kelompok sosial mempunyai pengertian "sejumlah individu yang
berinteraksi dan memiliki hubungan sehingga mengakibatkan kebersamaan dan rasa memiliki". Dari
pengertian diatas, dapat kita simpulkan bahwa suatu kumpulan individu baru bisa disebut sebagai
kelompok sosial jika telah memenuhi dua kriteria, yaitu jika telah terorganisasi (baik secara formal
maupun informal) serta adanya kesadaran akan keanggotaan individu dalam kelompoknya.
Kelompok sosial sendiri terbentuk karena adanya gregariousness yaitu naluri manusia untuk selalu
bersama.

Kerumunan dapat diartikan individu-individu yang bergabung atau menghimpunkan diri untuk
mengerubungi sesuatu. Kerumunan lebih mudah dihasut dan digerakkan daripada massa dan publik.
Objek yang menjadi perhatian kerumunan adalah kejadian yang sedang terjadi saat itu. Dalam
menyikapi kejadian tersebut, kerumunan seringkali menggunakan cara-cara yang emosional dan
diluar rasional. Sulit dilakukan kontrol terhadap kerumunan karena kadar kesadaran mereka tinggi
namun hanya bersifat sementara karena biasanya kerumunan tidak berstruktur, jadi sulit untuk
mendapatkan bentuk kerumunan yang sama seperti bentuk sebelumnya.

PERILAKU KERUMUNAN dan Penjelasannya - Dalam konsep ilmusosial kerumunan menjadi penting
setelah Le Bon menerbitkan buku The Crowd:A study of the Popular Mind (judul asli: La Foule, 1985).

Konsep Kerumunan (Le Bon):

Dalam pengertian sehari-hari istilah kerumunan berartisejumlah individu yang karena satu dan lain
hal kebetulan berkumpul bersama. Perasaandan pikiran seluruh individu dalam kumpulan orang
tersebut berhaluan sama dankesadaraan perseorangan lenyap. Kerumunan mempunyai ciri baru
yang semula tidak dijumpai pada masing-masing anggotaDikala menjadi bagian kerumunan, individu
yang dikenal sebagai warga negara baik dan belum pernah terlibat tindak pidana, bisa berubah
menjadi individu yang mampumelakukan hal yang dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah
dilakukannya.

1. Kerumunan (Kornblum):
Sejumlah besar orang yang berkumpul bersama dalam jarak dekat
2. Kerumunan (Giddens):
Sekumpulan orang dalam jumlah relatif besar yang langsung berinteraksi satu dengan yang lain di
tempat umum
3. Kerumunan(Light, Keller dan Calhoun):
- sekumpulan orang yang berkumpul di sekitar seseorang atau suatu kejadian, sadar akan kehadiran
orang lain dan dipengaruhi oranglain

Jenis Jenis Kerumunan


A. Jenis Kerumunan (Blummer)
1. Kerumunan sambil lalu (Casual Crowd): Kerumunan dimana para anggotanyadatang dan pergi,
hanya sambil lalu memberikan perhatian pada sasaran tertentu. Mis,sekumpulan orang yang
memperhatikan pedagang kaki lima, kecelakan di jalan raya,dll

2. Kerumunan Konvensional: Sekumpulan orang yang berada di suatu tempat untuk suatu tujuan
yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Contoh kerumunan di stasiun, bandara, terminal

3. Kerumunan Ekspresif (expressive crowd): Kerumunan konvensional dapat berubahsifatnya


manakala para anggotanya menyatakan perasaan mereka secara meluap-luapdan menampilkan
perilaku yang biasanya tidak ditampilkan ditempat lain

4. Kerumunan bertindak (acting crowd): Sekumpulan orang yang memusatkan perhatian pada suatu
hal yang merangsang kemarahan mereka dan membangkitkanhasrat untuk bertindak

B. Jenis Kerumunan (Horton dan Hunt)


1. Huru-hara: Perilaku kerumunan yang oleh Blummer dikategorikan sebagai kerumunan bertindak
2. Orgy: Kerumunan yang didalamnya orang melakukan pelampiasan secara berlebihanyang
biasanya tidak dibenarkan oleh aturan, seperti bermabuk-mabukan, melakukan pergaulan bebas
3. Panik: Kerumunan karena terjangkit rasa takut saat menghadapi bahaya sedangkan jalan keluar
sangat terbatas. Dalam keadaan panik orang seringkali cenderung melakukan tindakan sendiri-
sendiri yang justru mempergawat keadaan.
MAKALAH SOSIOLOGI - HUBUNGAN ANTARKELOMPOK
Posted by Iladiena Zulfa on 06.09 in Kuliah, UIN Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelompok. Ya, kelompok adalah hal yang tidak asing lagi dalam kehidupan
manusia. Tentunya dalam bermasyarakat. Dapat dikatakan, bahwa kelompok adalah hal
pokok yang harus ada dalam kehidupan. Dalam beberapa kelompok, tentu pasti terjadi sebuah
hubungan. Hubungan tersebut bisa mengacu pada hal positif, maupun hal negatif.
Dewasa ini, banyak masyarakat yang kurang menyadari dan kurang peka terhadap
adanya hubungan antar kelompok. Padahal, setiap hari kita mengalami dan melakukan hal
tersebut. Kembali pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri tanpa orang lain. Hal itulah yang menyebabkan adanya hubungan diantara berbagai
kelompok.
Kita, sebagai generasi muda, patut menyadari dan lebih mengetahui seluk beluk
terjadinya hubungan antar kelompok. Karena hubungan tersebut tidak bisa terlepas dari
kehidupan manusia. Oleh karena itu, ini tugas kita bersama, untuk lebih mengetahui apa itu
hubungan antar kelompok dan bagaimana hal tersebut bisa terjadi dan apa manfaatnya bagi
kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah
Apa itu hubungan antar kelompok?
Bagaimana hubungan antar kelompok bisa terjadi?
Mengapa hubungan antar kelompok bisa terjadi?
Siapa pelaku dari hubungan antar kelompok
Dimana hubungan antar kelompok terjadi?
Kapan hubungan antar kelompok terjadi?

C. Tujuan Penulisan
1. Menumbuhkan rasa toleransi antar kelompok dalam masyarakat.
2. Mengetahui nilai-nilai positif dalam hubungan antar kelompok.
3. Mengetahui hal-hal keagamaan yang terdapat dalam hubungan antar kelompok
4. Menumbuhkan tenggang rasa dalam diri pelaku hubungan antar kelompok.
5. Mempelajari hal-hal positif dari hubungan antar kelompok dan menerapkannya ke dalam
kehidupan sehari-hari.

D. Metode Penelitian
Pada pembuatan makalah ini, metode yang kami gunakan dalam mengumpulkan data adalah
dengan mengakses melalui internet dan merangkum dari buku pengantar sosiologi.

E. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Pada bagian ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan, metode penulisan
dan sistematika penulisan.
BAB II. PEMBAHASAN
Berisi mengenai identifikasi Hubungan Antar Kelompok
BAB III. PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran.
REFERENSI
Berisi tentang sumber penulisan makalah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hubungan Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok adalah hubungan antara dua kelompok atau lebih yang
memiliki ciri khusus. Pettigrew (1968: 277) mendefinisikan inter-group relation sebagai the
social interactions between any two or more groups.
Dalam pembahasan ini kita melihat tipologi kelompok menurut Robert Bierstedt,
yaitu pembagian dalam empat tipe kelompok yaitu statistical group, societal group, social
group, dan associational group .
Dalam pembahasan kita mengenai hubungan Antarkelompok, yang dimaksudkan
kelompok mencakup keempat tipe kelompok yang disebutkan oleh Bierstedt tersebut.
Dengan demikian kita menggunakan konsep kelompok dalam arti luas.

B. Klasifikasi Kelompok yang Terlibat dalam Hubungan Antarkelompok


Dalam bahasan ini, kata kelompok dalam konsep hubungan Antarkelompok
diklasifikasikan oleh Kinloch (1979). Kata kelompok dalam konsep hubungan antarkelompok
mencakup semua kelompok yang diklasifikasikan berdasarkan kriteria ciri sebagai berikut :
Fisiologis : seperti, ras (pengelompokan berdasarkan kriteria fisik)
Kebudayaan : seperti, kelompok etnik (persamaan bahasa, adat kebiasan,
wilayah, sejarah, sikap, dan seistem politik)
Ekonomi : seperti, etnosentrisme, persaingan dan perbedaan kekuasaan
Perilaku : seperti, seksisme, ageisme, dan rasialisme

C. Dimensi Hubungan Antar Kelompok


Hubungan antar kelompok tentunya tidak secara tiba-tiba terbentuk, melainkan melalui
akumulasi dan beberapa hubungan sosial yang sebelumnya sudah terbentuk. Seperti sikap,
perilaku, dan gerakan sosial yang muncul diantara dua kelompok yang saling berhubungan.
Dalam hal ini, akan dimengerti jika kita berada dalam suatu kelompok.

- Kelompok Minoritas dan Mayoritas


Pembahasan mengenai hubungan antarkelompok merupakan pembahasan mengenai
stratifikasi sosial, bilamana kita berbicara mengenai dua kelompok yang berada dalam strata
berbeda atas dasar adanya ketidaksamaan dalam berbagai bidang, kekuasaan, prestasi,
privilese.
Suatu bentuk hubungan yang banyak disoroti dalam kajian terhadap hubungan antar
kelompok ialah hubungan mayoritas-minoritas. Kinloch mendefinisikan mayoritas sebagai
suatu kelompok kekuasaan; kelompok tersebut menganggap dirinya normal, sedangkan
kelompok lain (yang oleh kinloch dinamakan kelompok minoritas) dianggap tidak normal
serta lebih rendah karena dinilai mempunyai ciri tertentu; atas dasar anggapan tersebut
kelompok lain tersebut mengalami exploitasi dan diskriminasi. Ciri tertentu yang
dimaksudkan disini ialah ciri fisik, ekonomi, budaya, dan perilaku. Dalam definisi kinloch ini
kelompok mayoritas di tandai oleh adanya kelebihan kekuasaan, konsep mayoritas tidak
dikaitkan dengan jumlah anggota kelompok.
Menurut kinloch mayoritas dapat saja terdiri atas sejumlah kecil orang yang berkuasa atas
sejumlah besar orang lain. Kalau kita berpegangan pada definisi ini, maka dimasa ini masih
berlakunya sistem Aparteid kelompok kulit putih direpublik africa selatan merupakan
kelompok mayoritas karena menguasai kaum kulit hitam meskipun jumlah orang klit putih
jauh lebih kecil dari pada jumlah orang kulit hitam. Dari segi ini penting diperhatikan karena
ada ilmuan sosial yang berpendapat bahwa konsep mayoritas didasarkan pada keunggulan
jumlah anggota.

Kinloch juga mengaitkan hubungan sosial antara kelompok mayoritas dan kelompok
Minoritas. Apabila kita ingin mengkaji hubungan sosial antara kelompok maka kita harus
melihat dari beberapa dimensi :
1. Dimensi Sejarah, mengarah pada proses tumbuh dan berkembangnya hubungan sosial antar
kelompok. Dapat dilihat bagaimana kontak pertama terjadi dan selanjutnya berkembang.
2. Dimensi Sikap, mengkaji hubungan sosial antar kelompok dari dimensi sikap maka harus
dilihat dari sikap anggota kelompok terhadap kelompok lainnya. Hal ini biasanya
menyangkut masalah stereotip dan prasangka.
3. Dimensi Gerakan Sosial, melihat pada gerakan sosial yang sering dilancarkan oleh suatu
kelompok untuk membebaskan diri dari dominasi kelompok lainnya. Gerakan sosial tentunya
dipicu oleh rasa kekecewan dan penderitaan lahir dan batin. Dengan demikian, gerakan sosial
terlihat sebagai usaha untuk mengubah hubungan sosial antar kelompok yang sudah ada atau
mempertahankan tatanan yang sudah ada. Tetapi, gerakan ini akan mengarah juga pada
gerakan sosial yang negatif yang suatu saat akan akan berubah menjadi gerakan sosial yang
bersifat agresif.
4. Dimensi Perilaku, menyagkut perilaku anggota suatu kelompok terhadap anggota kelompok
yang lain. Hal ini tentunya menyangkut pada perilaku diskriminasi dan pemeliharaan jarak
sosial.
5. Dimensi Institusi, telah mendasari hubungan antar kelompok yang meliputi institusi yang ada
dalam masyarakat seperti institusi sosial, politik, ekonomi, dll. Institusi ini dapat memperkuat
pengendalian sosial, sikap, dan hubungan antar kelompok, salah satunya dimensi sikap yang
sering kali diperkuat oleh institusi sosial yang ada dimasyarakat.

D. Pola Hubungan Antar Kelompok


Banton, misalnya, mengemukakan bahwa kontak antara dua kelompok ras dapat diikuti
proses sebagai berikut, yaitu :
1. Akulturasi
Terjadi ketika kebudayaan kedua kelompok ras yang bertemu mulai berbaur dan berpadu.
Contohnya hilangnya kebudayaan asli daerah akibat interaksi paksa dengan pemerintah
colonial Belanda.
2. Dominasi
Terjadinya suatu kelompok ras menguasai kelompok lain. Dalam kaitannya dengan dominasi,
Kornblum menyatakan bahwa terdapat empat macam kemungkinan proses yang dapat terjadi
dalam suatu hubungan antar kelompok, yaitu :
a. Genosida
Pembunuhan secara sengaja dan sistematis terhadap anggota kelompok tertentu. Contohnya:
pembunuhan orang Yahudi oleh pemerintah Nazi Jarman
b. Pengusiran
Contohnya: pengusiran warga Palestina oleh pemerintah Israel dari tepi Barat Sungai Jordan.
c. Perbudakan
Contoh: sistem kerja rodi yang dilakukan pada penjajahan Jepang di Indonesia.
d. Segregasi
Suatu pemisahan antara kulit putih dan kulit hitam di Afrika Selatan pada masa politik
apartheid.
e. Aslimilasi
Penggabungan antara suatu kelompok dengan kelompok lain dan menimbulkan suatu
kebudayaan baru, juga menghilangkan kebudayaannya masing-masing.
3. Paternalisme
Suatu bentuk dominasi kelompok ras pendatang atas kelompok ras pribumi.
Banton membedakan tiga macam masyarakat sebagai berikut:
a. Masyarakat metropolitan (di daerah asal pendatang)
b. Masyarakat klonial yang teridiri atas para pendatang dan sebagian masyarakat pribumi.
c. Masyarakat pribumi yang dijajah.
4. Integrasi.
Suatu pola hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak
memberikan perhatian khusus pada perbedaan ras tersebut.
5. Pluralisme
Pola hubungan yang mengakui dan menerima adanya KEMAJEMUKAN atau
KEANEKARAGAMAN dalam suatu kelompok masyarakat. Kemajemukan dimaksud
misalnya dilihat dari segi agama, suku, ras, adat-istiadat, dll.

Ahli lain, yakni Lieberson, mengklasifikasikan pola hubungan antar kelompok menjadi dua
pola, berikut:
a. Pola dominasi kelompok pendatang atas pribumi (migrant superordination). Contohnya
adalah kedatangan bangsa Eropa ke Asia, Afrika, dan Amerikan
b. Pola dominasi kelompok pribumi atas kelompok pendatang (indigenous superordination).
Contohnya adalah dominasi kelompok kulit putih Prancis atas kelompok pendatang dari
Aljazair, Cina, ataupun Turki.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hubungan antar kelompok terjadi karena adanya ikatan dan keterkaitan saling
memerlukan. Karena, tidak ada suatu kelompok manusia yang bisa menjalani hidup dengan
baik tanpa adanya hubungan dengan kelompok lain.
Hubungan tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik kebutuhan
moril maupun kebutuhan materil. Jadi, hubungan antar kelompok itu adalah hubungan yang
sangat penting dan sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

B. Saran
Manfaatkanlah hubungan antar kelompok untuk hal-hal positif.
Terapkanlah hal-hal positif dari hubungan antar kelompok ke dalam kehidupan sehari-hari.
Bersikap toleranlah kepada kelompok lain.
Hindarilah etnosentrisme, rasisme dan hal-hal yang mengacu pada perpecahan diantara
kelompok.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto,Kamanto, Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia,Jakarta, 2004.
https://wikipedia.org

Anda mungkin juga menyukai