Anda di halaman 1dari 9

RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN

AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK


TAHUN 2009-2014

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agropolitan adalah kota pertanian (agro=pertanian, politan=kota) atau
kota di daerah lahan pertanian. Agropolitan adalah kota pertanian yang
tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis
serta mampu melayani, mendorong kegiatan pembangunan pertanian
(agrobisnis) di wilayah sekitarnya. Konsep agropolitan mencoba untuk
mengakomodasi dua hal utama, yaitu menerapkan sektor pertanian sebagai
sumber pertmbuhan ekonomi utama dan diberlakukannya ketentuan-
ketentuan mengenai otonomi daerah.
Kawasan atau daerah yang disebut sebagai daerah Agropolitas dan
Agropolitan yang berbasis komoditas unggulan adalah suatu daerah yang
bertumpu dari hasil pertanian dan memiliki komoditas unggulan. Daerah
tersebut tidak saja menjadi pemasok dari komoditas unggulan yang
dihasilkan, tetapi juga menghasilkan sesuatu produk olahan dari produksi
pertanian yang siap dipasarkan dan menjadi ciri khas daerahnya.
Menurut Friedman dan Douglass (1975), konsep agropolitan adalah
konsep pembangunan yang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat perdesaan, membagi manfaat ekonomi secara lebih adil dan
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Beberapa upaya
yang dilakukan untuk merealisasikan konsep agropolitan tersebut antara lain:
1. Merubah daerah perdesaan dengan cara memperkenalkan gaya hidup kota
(urbanism) yang telah disesuaikan pada lingkungan desa tertentu.
2. Memperluas hubungan sosial di perdesaan sampai ke luar batas desa,
sehingga terbentuk suatu ruang sosio ekonomi dan politik yang lebih luas
atau Agropolitan District.
3. Memperkecil keretakan dalam proses pembangunan.
4. Menstabilkan pendapatan desa-kota dan memperkecil kesenjangannya.
5. Menggunakan tenaga kerja yang ada secara lebih efektif.
6. Menyusun suatu pemerintahan dan perencanaan yang sesuai dengan
lingkungannya dan mampu memberikan prioritas pembangunan dan
pelaksanaannya pada penduduk daerahnya.
7. Menyediakan sumber-sumber keuangan untuk membangun agropolitan.
Konsep agropolitan lebih difokuskan untuk mewujudkan pembangunan
perdesaan mandiri sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh tiap-tiap wilayah
desa itu sendiri, dimana keterkaitan dengan perekonomian kota diminimalkan.
Berdasarkan potensi yang ada terkait dengan sumber daya alam khususnya

I-1
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

agropolitan, wilayah Jawa Timur Selatan merupakan salah satu wilayah yang
potensial untuk dikembangkan. Pembangunan wilayah Jawa Timur Selatan
melalui konsep agropolitan merupakan pengembangan suatu kawasan yang
terdiri dari beberapa pusat-pusat pelayanan setara kota.
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
Propinsi Jawa Timur yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian. Hal
tersebut tampak dari pendapatan daerah Kabupaten Gresik tiap tahunnya
sebagian besar disumbang oleh sektor pertanian dan peternakan. Kabupaten
Gresik banyak menghasilkan aneka jenis tanaman pangan, sayuran, buah-
buahan, perkebunan dan hasil-hasil peternakan bahkan telah ada pusat
pengembangan tanaman-tanaman hias.
Pembangunan wilayah Kabupaten Gresik melalui konsep agropolitan
merupakan pengembangan suatu kawasan yang terdiri dari beberapa pusat-
pusat pelayanan. Pengembangan agropolitan merupakan suatu pendekatan
pembangunan di kawasan-kawasan melalui prinsip pengembangan wilayah
(melibatkan penataan ruang, kelembagaan, infrastruktur dan permodalan),
keterpaduan dan pemberdayaan masyarakat (kemitraan dan partisipasi
masyarakat dengangambaran konseptual dari struktur pengembangan
kawasan agropolitan yang mencakup: (a) pusat-pusat kegiatan utama; (b)
sebaran kegiatan-kegiatan permukiman dan pertanian; (c) keterkaitan pusat-
pusat kegiatan produksi; (d) orientasi pusat-pusat permukiman (hilir dan
hulu); (e) orientasi hubungan keluar dari wilayah pemasaran. Oleh karena itu,
pengembangan kawasan agropolitan perlu diberikan insentif yang dapat
mendorong perkembangannya agar kawasan agropolitan pada wilayah
perencanaan dapat mempunyai daya saing yang sehat dengan kawasan
lainnya, terutama dalam mengoptimalkan keunggulan komparatifnya.
Pengembangan kawasan agropolitan perlu dipandang sebagai bagian tak
terpisahkan dari kawasan lain dalam sistem pengembangan wilayah secara
menyeluruh.

1.2 Identifikasi Masalah


Pemanfaatan potensi sumber daya alam yang ada khususnya yang
terkait dengan pengembangan pertanian dalam arti luas maka diupayakan
suatu pendekatan melalui produk pengaturan yang berupa pedoman
pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah
(agropolitan). Hal ini perlu dilakukan agar para pelaku pembangunan dapat
memanfaatkan lahan yang ada untuk berbagai kegiatan yang berbasis kepada
pertanian. Konsepsi mengenai agropolitan dalam penataan ruang lebih

I-2
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

diarahkan kepada bagaimana memberikan arahan pengelolaan tata ruang


suatu wilayah agropolitan, khususnya kawasan sentra produksi pangan
nasional atau daerah.
Kabupaten Gresik merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang
memiliki potensi besar untuk dikembangkan menjadi kawasan agropolitan
terutama yang berasal dari sub sektor pertanian (tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan, perikanan) dan sektor peternakan. Namun pada saat ini
manajemen pengolahan dan pemasaran hasil produksi belum mendapat
perhatian khusus karena terbatasnya kemampuan para petani dan peternak
serta masih rendahnya kualitas SDM yang ada juga kurangnya penerapan
teknologi-teknologi untuk mengolah komoditas-komoditas yang ada di
Kabupaten Gresik. Hal ini mengindikasikan perlunya kajian mengenai
pengembangan Kabupaten Gresik sebagai kawasan agropolitan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan yang terkait dengan hal tersebut.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah, maka rumusan masalah dalam
laporan studi ini antara lain:
1. Bagaimana karakteristik pertanian Kabupaten Gresik yang dapat
mendukung pengembangan kawasan agropolitan di kabupaten tersebut?
2. Bagaimana potensi dan masalah kawasan agropolitan Kabupaten Gresik?
3. Bagaimana arahan rencana pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Gresik?

1.4 Tujuan dan Sasaran


1.4.1 Tujuan
Tujuan dalam laporan studi ini antara lain:
1. Mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik pertanian Kabupaten
Gresik yang dapat mendukung pengembangan kawasan agropolitan di
kabupaten tersebut.
2. Mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan masalah yang ada terkait
dengan pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Gresik.
3. Menyusun arahan rencana sistem pengembangan kawasan agropolitan di
Kabupaten Gresik.

1.4.2 Sasaran
8. Tersusunnya rencana pengembangan industri komoditas sektor pertanian
yang meliputi pengembangan sub sistem agropolitan input, proses dan
output maupun jasa penunjang melalui scenario pengembangan prioritas
pengembangan komoditas terpilih.
1. Tersusunnya rencana zonasi kawasan agropolitan
2. Tersusunnya rencana struktur ruang agropolitan sesuai sector pendukung
pengembangan kawasan agropolitan

I-3
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

3. Tertatanya sistem transportasi yang mendukung kegiatan pemasaran dan


pola aliran barang dari lokasi produksi ke penyimpanan sementara
(gudang atau cold storage), ke tempat dirstribusi barang hingga ke tujuan
pemasaran ataupun pengolahan, dan pasar eksternal (outlet).
4. Tertatanya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan industri
masyarakat seperti tersedianya jaringan irigasi, listrik, air bersih,
transportasi, dan telekomunkasi pada setiap kawasan pengembangan
komoditas dalam upaya pengembangan komoditas unggulan.
9. Tertatanya Kawasan Industri Masyarakat dengan komoditas unggulan dari
sektor pertanian, perkebunan, dan pariwisata melalui pendekatan ruang
dan pengisian ruang melalui skenario pengembangan prioritas kawasan
(berjenjang) maupun jenis komoditas yang dikembangkan dalam masing-
masing kawasan industri tersebut.
10. Pengembangan aspek sosial ekonomi masyarakat yang merupakan salah
satu komponen penting dalam Pengembangan Agropolitan Kawasan
Kabupaten Gresik
11. Pemanfaatan ruang kawasan hutan dan sekitarnya dengan segenap
sumber dayanya sesuai dengan pengembangan komoditas.
12. Tertatanya sarana jasa pelayanan investasi, permodalan, dan sistem
informasinya mengenai kendala dan persoalan dalam upaya
pemberdayaan kegiatan usaha produktif masyarakat.
13. Tersusunnya indikasi program Rencana Induk Pengembangan Kawasan
Agropolitan di Kabupaten Gresik.

1.5 Ruang Lingkup


1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dalam studi ini adalah Kabupaten Gresik yang
mempunyai posisi strategis berada antara 7' LS - 8' LS dan 112' BT - 133' BT.
Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian
antara 0-12 meter di atas permukaan laut kecuali sebagian kecil di bagian
uatara (Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas
permukaan laut. Batas-batas administratif Kabupaten Gresik yaitu:
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Timur : Selat Madura dan Kota Surabaya
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan

I-4
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

Peta orientasi wilayah studi (Propinsi Jawa Timur) peta 1.1

I-5
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

dan peta wilayah studi (Kawasan Agropolitan Kabupaten Gresik) dapat dilihat
pada dan 1.2.

I-6
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

1.5.2 Ruang Lingkup Materi


Pengkajian materi-materi di atas akan melibatkan beberapa aspek
yang berkaitan dengan perencanaan kawasan agropolitan yaitu:
1. Aspek kebijaksanaan pembangunan daerah.
2. Aspek sosial dan kelembagaan yakni meliputi aspek kependudukan,
ketenagakerjaan, serta kelembagaan lokal.
3. Aspek ekonomi yang terdiri dari struktur perekonomian dan peluang
usaha serta sumber-sumber biaya pembangunan.
4. Aspek sektoral yang merupakan aspek pengembangan wilayah yang
mencakup perekonomian, sektor perumahan, kependudukan,
ketegakerjaan, serta kelembagaan lokal.
5. Aspek institusional yang mencakup lembaga yang merencanakan,
melaksanakan, dan mengawasi pembangunan wilayah.
6. Aspek fisik dan non fisik yang meliputi jaringan transportasi, sarana
penunjang sektor agropolitan dan sumber daya buatan lainnya, serta
kajian daya dukung lingkungan pembangunan.
7. Aspek produk rencana tata ruang yang ada seperti Rencana Tata Ruang
Wilayah dan Rencana Induk Pengembangan Agropolitan.
8. Aspek Peraturan dan Perundangan yang ada, khususnya pembangunan
sektor agropolitan daerah.
Berdasarkan hasil analisis dari setiap aspek tersebut diharapkan
diperoleh informasi sebagai berikut:
1. Tujuan dan arah kebijaksanaan Pembangunan Daerah,
2. Perkiraan dan perkembangan jumlah penduduk, penyebaran penduduk,
3. Kondisi infrastruktur,
4. Potensi kawasan agropolitan,
5. Struktur dan pola pemanfaatan ruang dan rencana tata ruang mengenai
kawasan agropolitan,
6. Keserasian dan permasalahan perencanaan pemanfaatan ruang sektoral.
Berdasarkan beberapa informasi lapangan di atas, maka dapat disusun
pokok-pokok masalah tata ruang, seperti: persebaran penduduk, sistem
infrastruktur, dan lain-lain untuk menjadi dasar dalam penyusunan Rencana
Tata Ruang Kawasan Agropolitan.
1.5.3 Dimensi Waktu Perencanaan
Pelaksanaan Rencana Induk Pengembangan Kawasan Agropolitan
Kabupaten Gresik ini dalam kurun waktu 20 tahun yaitu dalam rentang tahun
2009 2029.

1.6 Dasar Hukum Pengembangan Kawasan Agropolitan


Dasar hukum yang digunakan dalam Perencanaan Pengembangan
Kawasan Agropolitan Kabupaten Gresik adalah:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria.

I-7
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

2. Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak Atas


Tanah dan Benda-benda diatasnya.
3. Undang-undang No.11 Tahun 1974 tentang Pengairan beserta Peraturan
Pemerintahnya
4. Undang-undang No.14 Tahun 1992 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
5. Undang-undang No.24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, beserta
Peraturan Pemerintah yg terkait
6. Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
7. Undang-undang No.82 Tahun 2001 tentang Pemanfaatan Air
8. Undang-undang No. 6 Tahun 2002 tentang Normalisasi Air
9. Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, serta
Peraturan Pemerintah yg terkait
10. Undang-undang No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Pemerintah Daerah
11. Undang-undang No.38 Tahun 2004 tentang Jalan
12. Peraturan Pemerintah No 69 Tahun 1996 tentang Hak dan Kewajiban dan
Tata cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang
13. Peraturan Pemerintah No 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional
14. Peraturan Pemerintah No 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Pelestarian Alam
15. Peraturan Pemerintah No 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan
16. Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang Wilayah
17. Peraturan Menteri PU Nomor 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai
18. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 327?
KPTS/M/2002 tentang Penetapan Enam Pedoman Bidang Penataan Ruang
19. Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 11 Tahun 1991 tentang
Penetapan Kawasan Lindung di Propinsi Jawa Timur.
20. Undang-undang No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Daerah

1.7 Sistematika Pembahasan


Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, ruang lingkup
yang meliputi ruang lingkup wilayah, ruang lingkup materi, serta dasar hukum
pengembangan kawasan agropolitan Kabupaten Gresik.

I-8
RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN
AGROPOLITAN KABUPATEN GRESIK
TAHUN 2009-2014

Bab II Tinjauan Pustaka


Berisi tinjauan teori yang digunakan dalam penyusunan kawasan agropolitan
Kabupaten Gresik yang meliputi definisi agropolitan, pengembangan wilayah,
penataan ruang, dan konsep-konsep pengembangan kegiatan pertanian.
Bab III Tinjauan Kebijakan
Berisi mengenai kebijakan tata ruang dan kebijakan sektoral yang yang terkait
pengembangan agropolitan untuk wilayah perencanaan Kabupaten Gresik
baik dalam lingkup regional, kota maupun lokal.
Bab IV Gambaran Umum
Berisi gambaran umum Kabupaten Gresik, gambaran umum Kabupaten Gresik
yang meliputi karakteristik fisik dasar, sosial demografi, penggunaan lahan,
sosial ekonomi, sosial budaya, transportasi, sarana dan prasarana.
Bab V Metode Penelitian
Berisi mengenai sistematika proses penyusunan Kawasan Agropolitan
Kabupaten Gresik yang meliputi: jenis penelitian, metode pencarian dan
pengumpulan data, metode analisis, dan pengolahan data serta desain survei.
Bab VI Organisasi Proyek
Berisi mengenai organisasi dan pembagian kerja serta jadwal kegiatan.

I-9

Anda mungkin juga menyukai