Anda di halaman 1dari 13

KARST

Karst merupakan istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari


bahasa Slovenia(kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah ini di negara asalnya
sebenarnya tidak berkaitan dengan batugamping dan proses pelarutan, namun saat ini istilah kras
telah diadopsi untuk istilah bentuklahan hasil proses perlarutan. Ford dan Williams (1989)
mendefini-sikan karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari
batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst
dicirikan oleh:

1. terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran dan bentuk,
2. langkanya atau tidak terdapatnya drainase/ sungai permukaan, dan
3. terdapatnya goa dari sistem drainase bawah tanah.

Karst tidak hanya terjadi di daerah berbatuan karbonat, tetapi terjadi juga di batuan lain yang
mudah larut dan mempunyai porositas sekunder (kekar dan sesar intensif), seperti batuan gipsum
dan batugaram. Namun demikian, karena batuan karbonat mempunyai sebaran yang paling luas,
karst yang banyak dijumpai adalah karst yang berkembang di batuan karbonat. Oleh karenanya
bahsan buku ini selanjutnya hanya akan mengu-raikan karst batuan karbonat.

Karstifikasi

Karstifikasi atau proses permbentukan bentuk-lahan karst didominasi oleh proses pelarutan.
Proses pelaturan batugamping diawali oleh larutnya CO2 di dalam air membentuk H2CO3.
Larutan H2CO3 tidak stabil terurai menjadi H dan HCO32-. Ion H inilah yang selanjutnya
menguraikan CaCO3 menjadi Ca2+ dan HCO32- Secara ringkas proses pelarutan dirumuskan
dengan reaksi sebagai berikut.

CaCO3 + H2O + CO2 Ca2+ + 2 HCO3-

Faktor Karstifikasi

Karstifikasi dipengaruhi oleh dua kelompok faktor, faktor pengontrol dan faktor pendorong.
Faktor pengontrol menentukan dapat tidaknya proses karstifikasi berlangsung, sendangkan faktor
pendorong menentukan kecepatan dan kesempurnaan proses karstifikasi.
Faktor Pengontrol

1. Batuan mudah larut, kompak, tebal, dan mempunyai banyak rekahan


2. Curah hujan yang cukup
3. Batuan terekspos di ketinggian yang memung-kinkan perkembangan sirkulasi air/drainase
secara vertikal.

Faktor pendorong

1. Temperatur
2. Penutupan hutan

Batuan yang mengandung CaCO3 tinggi akan mudah larut. Semakin tinggi kandungan
CaCO3, semakin berkembang bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan kestabilan
morfologi karst setelah mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak, maka setiap kenampakan
karst yang terbentuk seperti karen dan bukit akan cepat hilang karena proses pelarutan itu sendiri
maupun proses erosi dan gerak masa batuan, sehingga kenampakan karst tidak dapat
berkembang baik. Ketebalan menentukan terbentuknya sikulasi air secara vertikal lebih. Tanpa
adanya lapisan yang tebal, sirkulasi air secara vertikal yang merupakan syarat karstifikasi dapat
berlangsung. Tanpa adanya sirkulasi vertikal, proses yang terjadi adalah aliran lateral seperti
pada sungai-sungai permukaan dan cekungan-cekungan tertutup tidak dapat terbentuk. Rekahan
batuan merupakan jalan masuknya air membentuk drainase vertikal dan berkembangnya sungai
bawah tanah serta pelarutan yang terkonsentrasi.

Curah hujan merupakan media pelarut utama dalam proses karstifikasi. Semakin besar curah
hujan, semakin besar media pelarut, sehingga tingkat pelarutan yang terjadi di batuan karbonat
juga semakin besar. Ketinggian batugamping terekspos di permukaan
menentukan sirikulasi/drainase secara vertikal. Walupun batugamping mempunyai lapisan
tebal tetapi hanya terekspos beberapa meter di atas muka laut, karstifikasi tidak akan terjadi.
Drainase vertikal akan terjadi apabila julat/jarak antara permukaan batugamping dengan muka
air tanah atau batuan dasar dari batugamping semakin besar. Semakin tinggi permukaan
batugamping terekspose, semakin beser julat antara permuka-an batugamping dengan muka air
tanah dan semakin baik sirkulasi air secara vertikal, serta semakin intensif proses karstifikasi.

Temperatur mendorong proses karstifikasi terutma dalam kaitannya dengan aktivitas organisme.
Daerah dengan temperatur hangat seperti di daerah tropis merupakan tempat yang ideal bagi
perkembangan organisme yang selanjutnya menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah.
Temperatur juga menetukan evaporasi, semakin tinggi temperatur semakin besar evaporasi yang
pada akhirnya akan menyebabkan rekristalisasi larutan karbonat di permukaan dan dekat
permukaan tanah. Adanya rekristalisasi ini akan membuat pengerasan permukaan (case
hardening) sehingga bentuklahan karst yang telah terbentuk dapat dipertahankan dari proses
denudasi yang lain (erosi dan gerak masa batuan).

Kecepatan reaksi sebenarnya lebih besar di daerah temperatur rendah, karena konsentrasi
CO2 lebih besar pada temperatur rendah. Namun demikian tingkat pelarutan di daerah tropis
lebih tinggi karena ketersediaan air hujan yang melimpah dan aktivitas organisme yang lebih
besar..

Penutupan hutan juga merupakan faktor pendorong perkembangan karena hutan yang lebat akan
mempunyai kandungan CO2 dalam tanah yang melimpah akibat dari hasil perombakan sisa-sisa
organik (dahan, ranting, daun, bangkai binatang) oleh mikro organisme. Semakin besar
konsentrasi CO2 dalam air semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap batugamping. CO2 di
atmosfer tidaklah bervariasi secara signifikan, sehingga variasi proses karstifikasi sangat
ditentukan oleh CO2 dari aktivitas organisme.

Speleogenesis

Teori Klasik Perkembangan Karst

Teori tentang perkembangan karst pertama menjelaskan bahwa gua berkembang di mintakat
(zona) vados oleh pergerakan air melului rekahan batuan. Tahapan dari pergerakan karst adalah
sebagai berikut:

Tahap I : Rekahan (bidang perlapisan dan atau struktur) terlarut


Tahap II : Sungai bawah tanah mulai terbentuk
Tahap III : Sungai mengikis saluran hingga membentuk gua-gua

Teori vados ditentang oleh oleh Davies (1930). Davies berpendapat bahwa tidak mungkin gua
terbentuk di mintakat vados mengingat kenyataannya adalah dalam mintakat voadose yang
terjadi adalah pembentukan ornamen gua yang dalam hal ini adalah proses pengendapan bukan
proses pelarutan maupun pengikisan. Dengan argumen ini selanjutnya Davies mengemukaan
toeri baru yang dikenal dengan deep phreatic theory. Teori menjelaskan bahwa gua terbentuk di
bawah muka air tanah oleh gerakan hidraulik air.
Tahap I : Gua terbentuk jauh di bawah muka freatik
Tahap II : Muka freatik turun karena kawasan karst terangkat atau muka air laut turun,
ehingga gua berada di mintakat vados
Tahap III : Pembentukan ornamen gua

Teori Davies seiring dengan perkembangan ilmu ditentang oleh teori yang mengatakan
bahwa air tanah tidak mungkin mampu melarutkan batugamping, karena air tanah pada
umumnya telah jenuh. Teori yang kemudian dipercaya adalah water table theory (Seinnerton,
1932) yang menjelaskan bahwa gua terbentuk di dekat muka airtanah (water table). Teori
didukung oleh teori baru tentang mixing theory dan kenyataan bahwa sebagain besar gua adalah
gua horisontal.

Teori Modern

Teori modErn tentang pembentukan gua tidak memisahkan ketiga


teori tersebut.Hasil laboraotorium dan penelitian lapangan modern menunjukkan bahwa gua
dapat terbentuk baik, di mintakat vadose, phreatic, maupun di dekat muka air tanah. Ford dan
William (1989) menjelaskan bahwa terdapat empat tipe gua berdasarkan gentiknya yang
ditunjukkan pada Gambar 2. Kondisi pertama terbentuk bila frekuensi rekahan sangat jarang
dengan batugamping. Berturut-turut hingga ke kondisi empat terbentuk bila rekahan
batugamping sangat rapat.

BENTUK LAHAN KARST

Perkembangan bentuklahan karst sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain.
Variasi tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mengontrol perkembangannya,
seperti batuan, struktur geologi, vegetasi, dan iklim. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama
menentukan intensitas dan kecepatan karstifikasi. Hasil dari proses karstifikasi tersebut adalah
bentuklahan karst.

Bentuklahan karst makro

Morfologi karst makro di suatu wilayah dapat meliputi beberapa kombinasi dari bentukan negatif
berupa dolin, uvala, polje, atau ponor; dan bentukan positif berupa kegel, mogote, atau pinacle
(Sweeting, 1972, Trudgil, 1985; White, 1988; dan Ford dan williams, 1996).
Dolin dan uvala

Dolin merupakan cekungan-cekungan tertutup berbentuk bulat atau lonjong dengan diameter
beberapa meter hingga lebih kurang satu kilometer (Ford dan Williams, 1996). Beberapa istilah
untuk menyebut dolin di artikel tentang karst meliputi sinkhole, sink, swallow holes, cockpits,
blue holes, dan cenote (Blom, 1991). Kemiringan lereng miring hingga terjal bahkan vertikal
dengan kedalaman beberapa meter hingga ratusan meter. Menurut genesanya Ford dan Williams
(1996) mengklasifikasi dolin menjadi dolin pelarutan (solution), dolin runtuhan (colapse), dan
dolin amblesan (subsidence), dan dolinsuffosion.

Doline pelarutan terbentuk karena pelarutan terjadi tidak merata, dalam hal ini pelarutan
terkonsentrasi di bagian tengah. Terkonsentrasinya pelarutan dapat terjadi karena perbedaan
mineralogi batuan atau keberadaan kekar. Selanjutnya Ford dan Williams (1996) menbedaan
lebih lanjut dolin pelarutan menjadi point recharge doline dandrawdown doline. Point recharge
doline terbentuk dengan diawali oleh terbentuknyaprotocave, sehingga aliran permukaan
terkonsentrasi.

Dolin runtuhan terbentuk apabila goa atau conduit dekat permukaan runtuh karena tidak kuat
menahan atapnya. Dolin tipe ini mempunyai lereng sangat curam. Tiga mekanisme yang
membentuk dolin runtuhan menurut Ford dan Williams (1996) adalah a) pelarutan di atas goa
sehingga menurunkan kekuatan atap goa; b) pelarutan atap goa dari bawah; dan c) penurunan
muka air tanah di atas atap goa.

Dolin amblesan terjadi apabila lapisan gamping berada di permukaan sesar atau lipatan,
sehingga endapan aluvial yang ada di permukaan terbawa ke bawah melalui celah-celah patahan
atau mengikuti struktur lipatan di bawahnya.

Dolin suffosion terjadi pada endapan alochton yang mengendap di atas batugamping. Infiltrasi
melalui endapan tersebut membawa material halus ke sistem kekar di bawahnya yang
berhubungan dengan goa-goa dalam tanah. Dengan demikian endapaan di atasnya menjadi
cekung.

Uvala merupakan gabungan dari dolin-dolin (Sweeting, 1972). White (1988) mengistilahkan
uvala sebagai compound sinks. Uvala terbentuk pada perkembangan karst yang lebih lanjut.
Bentuk tidak teratur. dengan diamater pada umumnya 500 1000 m dan kedalaman 100 200 m
(Sweeting, 1972).
Polje

Polje berasal dari bahasa Slovenia yang berarti ladang yang dapat ditanami (Sweeting, 1972).
Istilah tersebut di daerah tersebut tidak ada kaitannya dengan bentuklahan karst. Namun
demikian saat ini istilah polje telah diadopsi dalam terminologi bentuklahan karst. Gams (1978)
membuat kriteria untuk polje sebagai berikut:

1. berlantai datar, dapat berupa batuan dasar atau sedimen lepas seperti alluvium,
2. cekungan tertutup dengan lereng terjal paling tidak pada salah satu sisinya, dan
3. mempunyai drainase karst.

Gams juga menyatakan bahwa lebar dari lembah datar paling sedikit 400 m, tetapi hal ini masih
belum pasti. Cvijic (1893) mengambil 1 km sebagai batas terendah. Kenyataannya, polje
mempunyai ukuran yang beragam. Gams selanjutnya mengklasifikasi polje menjadilima macam,
yaitu border polje, piedmont polje, peripheral polje, overflow polje, dan baselevel polje.

Border polje didominasi oleh masukan allogenic. Polje tipe ini berkembang apabila muka air
tanah pada batuan nonkarst terlampar hingga batuan karbonat. Struktural
poljeperkembangannya dikontrol oleh struktur geologi. Dolin tersebut biasanya berasosiasi
dengan graben atau cekungan sesar miring dan dengan batuan impermeable di
dalamnya.Baselevel polje terbentuk apabila regional muka air tanah memotong muka tanah.
Dolin ini pada umumnya berada di bagian bawah (outflow) dari kawasan karst.

Bentuklahan Karst Mikro

Morfologi mikro daerah karst dalam literatur dan artikel karst diistilahkan dengankarren (bahasa
Jerman) atau lapies (bahasa Prancis). Dimensi karren bervariasi dari 1 hingga 10 meter,
sedangkan mikro karen mempunyai demensi kurang dari 1 cm (Ford dan Williams, 1996).
Karren dapat diklasifikasikan menjadi empat kelompok, yaitu bentuk membulat, bentuk
memanjang yang terkontrol oleh kekar, bentuk linier yang terkontrol proses hidrolik, dan bentuk
poligonal.

1. Bentuk membulat

Micropit : ukuran kurang dari 1 cm.

Pits : bulat atau lonjong, bentuk tidak teratur, diameter > 1 cm.
Pans : bulat atau lonjong dengan bentuk tidak teratur, dasar horisontal berupa batuan dasar atau
endapan isian.

Heelprints atau Trittkarren : dinding terjal di bagaian ujung, dasar datar, terbuka di bagian
bawah, diameter 10 30 cm.

Shafts atau well : bagian dasar saling berhubungan membentuk protocave yang mengatus air ke
mintakat epikarst.

1. Bentuk linier : terkontrol kekar

Microfissures : dasar kacip, panjang beberapa cm dengan kedalaman kurang dari 1 cm.

Splitkarren : kenamapakan pelarutan yang dikontrol oleh kekar, stylolite atau vein. Dasar lancip,
panjang bervariasi dari sentimeter hingga beberapa meter, kedalaman beberapa sentimeter.
Kedua ujungnya dapat terbuka atau tertutup.

Grikes atau Kluftkaren : hasil solusional yang dikontrol oleh kekar mayor atau sesar. Panjang 1
hingga 10 meter. Apabila di bawah tanah disebut cutter. Kumpulan kluftkarren dipisahkan satu
dengan lainnya dengan clint.

1. Bentuk linier : terkontrol oleh hidrodinamik

Microrills : lebar lebih kurang 1 mm. Aliran air terkontrol oleh tenaga kapilar, gravitasi, atau
angin.

Saluran pelarutan secara gravitatif

Rillenkarren : kumpulan saluran mulai dari igir, lebar 1 3 cm. Dipicu oleh air hujan. Bagian
bawah menghilang.

Solutional runnels : Saluran mengikuti hukum Horton. Berkembang mulai dari sebelah bawah
erosi lembar. Pada singkapan batuan dicirikan oleh tepi yang curam (Rinnenkarren), bulat jika
tertutup tanah (Rundkarren). Saluran meluas ke arah bawah. Lebar 3 30 cm, panjang 1 10 m.
Pola aliran linier, dendritik, atau sentripetal.
Decantation runnels : pelarutan terjadi di bagian atas pada satu titik, ke arah bawah saluran
menyempit. Ukuran bervariasi hingga mencapai panjang lebih dari 100 m, seperti wall karren
(wandkarren), Maanderkarren.

Decantation flutings : pelarut berasal dari sumber diffuse pada lereng atas. Saluran padat, ke arah
bawah kadang-kadang semakin berkurang.

Fluted scallops atau solution ripples : flute seperti ripple dengan arah sesuai arah aliran. Banyak
variasi dari scallop. Banyak ditemukan sebagai komponen dari cockling pattern di singkapan
batuan berlereng curam.

1. Bentuk poligonal

Karrenfield : istilah umum untuk hamparan karren yang tersingkap.

Limestone pavement : tipe dari karrenfield yang didominasi oleh clints yang teratur (flachkarren)
dan grikes (kluftkarren).

Pinnacle karst : topografi yang runcing-runcing, kadang terbuka karena erosi tanah.Arete,
pinacle, dan stone forest kadang mempunyai pinacle dengan tinggi 45 m dan sapasi 50 m.

Ruiniform karst : Grike yang lebar dengan clint yang sudah terdegradasi. Bentuk peralihan
ke tors.

Corridor karst (labyrinth karst, giant grike land) : skala besar dari grike dan clints dengan lebar
beberapa meter dan panjang hingga 1 km.

Coastal karren : karren di darah pantai atau lakustrin, termasuk intertidal dan
subtidalnotch, pits, pans, mikropits.

Klasifikasi Karst

Topografi karst telah banyak ditemukaan di berbagai tempat di belahan bumi dengan berbagai
tipe. Peneliti karst telah mencoba mejelaskan variasi karst dan mengklasifikasi tipe-tepe karst.
Klasifikasi karst secara umum dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu 1) klasifikasi
yang didasarkan pada perkembangan (Cvijic), 2) klasifikasi yang didasarkan pada morfologi, dan
3) klasifikasi yang disarkan pada iklim (Sawicki, Lehmann, Sweeting). Beberapa klasifikasi karst
adalah klasifikasi Cvijic dan Sweeting.
Klasifikasi Cvijic (1914)

Cvijic membagi topografi karst menjadi tiga kelompok, yaitu holokarst, merokarst, dan karst
transisi.

Holokarst merupakan karst dengan perkembangan paling sempurna, baik dari sudut pandang
bentuklahannya maupun hidrologi bawah permukaannya. Karst tipe ini dapat terjadi bila
perkembangan karst secara horisontal dan vertikal tidak terbatas; batuan karbonat masif dan
murni dengan kekar vertikal yang menerus dari permukaan hingga batuas dasarnya; serta tidak
terdapat batuan impermeable yang berarti. Karst tipe holokarst yang dicontohkan oleh
Cvijic adalah Karst Dinaric, Lycia, dan Jamaica. Di Indonesia, karst tipe ini jarang ditemukan,
karena besarnya curah hujan menyebabkan sebagian besar karst terkontrol oleh proses fluvial.

Merokarst merupakan karst dengan perkem-bangan tidak sempurna atau parsial dengan hanya
mempunyai sebagian ciri bentuklahan karst. Merokarst berkembang di batugamping yang relatif
tipis dan tidak murni, serta khususnya bila batugamping diselingi oleh lapisan batuan napalan.
Perkembangan secara vertikal tidak sedalam perkembangan holokarst denga evolusi relief yang
cepat. Erosi lebih dominan dibandingkan pelarutan dan lsungai permukaan berkembang.
Merokarst pada umumnya tertutup oleh tanah, tidak ditemukan karen, dolin, goa, swallow
hole berekembang hanya setempat-setempa. Sistem hidrologi tidak kompleks, alur sungai
permukaan dan bawah permukaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Drainase bawah tanah
terhambat oleh lapisan impermeabel. Contoh dari karst ini adalah karst di Batugamping
Carbonferous Britain, Irlandia, Galicia Polandia, Moravia karst Devonian, dan karst di Prancis
utara. Contoh merokarst diantaranya adalah karst di sekitar Rengel Kabupaten Tuban.

Karst Transisi berkembang di batuan karbonat relatif tebal yang memungkinkan perkembangan
bentukan karst bawah tanah, akan tetapi batuan dasar yang impermeabel tidak sedalam di
holokarst, sehingga evolusi karst lebih cepat; lembah fluvial lebih banyak dijumpai, polje hampir
tidak ditemukan. Contoh dari karst transisi menurut Cvijic adalah Karst Causses Prancis, Jura,
Plateux Balkan Timur, dan dan Dachstein. Contoh holokarst diIndonesia yang pernah dikunjungi
penulis antara lain Karst Gunung Sewu (Gunungkidul, Woonogiri, dan Pacitan), Karst
Karangbolong (Gombong), dan Karst Maros (Sulawesi Selatan).

Klasifikasi Gvozdeckij (1965)


Gvozdeckij menklasifikasi karst berdasarkan pengamatannya di Uni Soviet (sekarang Rusia).
Menurut dia karst dibedakan menjadi bare karst, covered karst, soddy karst, buried karst, tropical
karst, dan permafrost karst.

Bare karst lebih kurang sama dengan karst Dinaric (holokarst)

Covered karst merupakan karst yang terbentuk bila batuan karbonat tertutup oleh lapisan
aluvium, material fluvio-glacial, atau batuan lain seperti batupasir.

Soddy karst atau soil covered karst merupakan karst yang di batugamping yang tertutup oleh
tanah atau terra rosa yang berasal dari sisa pelarutan batugamping.

Buried karst merupakan karst yang telah tertutup oleh batuan lain, sehingga bukti-bukti karst
hanya dapat dikenalai dari data bor.

Tropical karst of cone karst merupakan karst yang terbentuk di daerah tropis.

Permafrost karst merupakan karst yang terbentuk di daerah bersalju.

Klasifikasi Sweeting (1972)

Karst menurut Sweeting diklasifikasi kan menjadi true karst, fluviokarst, Glaciokarst, tropical
karst, Arid an Semi Rid Karst. Klasifikasi Sweeting terutama didasarkan pada iklim.

True karst merupakan karst dengan perkembang-an sempurna (holokarst). Karst yang
sebenarnya harus merupakan karst dolin yang disebabkan oleh pelarutan secara vertikal, semua
karst yang bukan tipe dolin karst dikatakan sebagai deviant. Contoh dari true karst menurut
Sweeting adalah Karst Dinaric.

Fluviokarst dibentuk oleh kombinasi antara proses fluvial dan proses pelarutan. Fluviokarst
pada umumnya terjadi di daerah berbatugamping yang dilalui oleh sungai alogenik (sungai
berhilir di daerah non karst). Sebaran batugamping baik secara lateral maupun vertikal jauh lebih
kecil daripada true karst. Perkembangan sikulasi bawah tanah juga terbatas disebabkan oleh
muka air tanah lokal. Mataair muncul dari lapisan impermeable di bawah batugamping maupun
dekat muka air tanah lokal. Lembah sungai permukaan dan ngarai banyak ditemukan. Bentukan
hasil dari proses masuknya sungai permukaan ke bawah tanah dan keluarnya sungai bawah
kembali ke permukaan seperti lembah buta dan lembah saku merupakan fenomena umum yang
banyak dijumpai. Goa-goa di fluviokarst terbentuk di perbatasan antara batugamping dan batuan
impermeabel di bawahnya oleh sungai alogenik dan berasosiasi dengan perkembangan sungai di
daerah karst. Permukaan batugamping di fluviokarst pada umumnya tertutup oleh tanah yang
terbaentuk oleh erosi dan sedimetasi proses fluvial. Singkapan batugamping (bare
karst) ditemukan bila telah terjadi erosi yang pada umumnya disebabkan oleh penggungulan
hutan.

Glasiokarst dan Nival Karst

Glasiokarst merupakan karst yang terbentuk karena karstifikasi didominasi oleh prises glasiasi
dan proses glasial di daerah yang berbatuan gamping. Nival karst merupakan karst yang
terbentuk karena proses karstifikasi oleh hujan salju (snow) pada linkungan glasial dan
periglasial. Glasiokarst terdapat di daerah berbatugamping yang mengalami glasiasi atau pernah
mengalami glasiasi. Glasiokarst dicirikan oleh kenampakan-kenamapakan hasil penggosan,
erosi, dan sedimentasi glacier. Hasil erosi glacier pada umumnya membentuk limstone
pavement. Erosi lebih intensif terjadi di sekitar kekar menhasilkan cekungan dengan lereng terjal
memisahkan pavement satu dengan lainnya. Dolin-dolin terbentuk terutama disebabkan oleh
hujan salju. Pencairan es menhasilkan ngarai, pothole, dan goa, Karakteristik lain dari glasiokarst
adalah goa-gaoa yang terisi oleh oleh es dan salju. Contoh dari galsiokarst adalah karst di lereng
atas pegunungan Alpen.

Tropical karst berbeda dengan karst di iklim sedang dan kutub terutama disebabkan oleh
presipitasi dan evaporasi yang besar. Presipitasi yang yang besar menghasilkan aliran permukaan
sesaat yang lebih besar, sedangkan evaporasi menhasilkan rekristalisasi larutan karbonat
membentuk lapisan keras di permukaan. Hal ini menyebabkan dolin membulat seperti di iklim
sedang jarang ditemukan digantikan oleh dolin berbentuk bintang yang tidak beraturan. Dolin
tipe ini sering disebut kocpit. Di antara dolin ditemukan bukit-bukit yang tidak teratur disebut
dengan bukit kerucut.

Karst tropis secara lebih rinci dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. kegelkarst (sinoid karst, cone karst, atau karst a piton)


2. turmkarst (karst tower, pinacle karst, atau karst a tourelles)

Kegelkarst dicirikan oleh kumpulan bukit-bukit berbentuk kerucut yang sambung


menyambung.. Sela antar bukit kerucut membentuk cekungan dengan bentuk seperti bintang
yang dikenal dengan kockpit. Kockpit seringkali membentuk pola kelurusan sebagai akibat
kontrol kekar atau sesar. Depresi atau kockpit yang terkontrol kekar atau sesar ini oleh Lemann
disebut gerichteter karst (karst oriente). Contoh kegelkarst di Indonesia antara lain Karst
Gunungsewu dan Karst Karangbolong.

Gambar 5. Foto udara dan foto lapangan dari tipe kegel karst, Bedoyo Gunungkidul.

Secara lebih rinci tipe ini disebut dengan Kegel Karst Residual

(Haryono dan Day, 2004)

Turmkarst/menara karst/pinacle karst merupakan tipe karst kedua yang sering dijumpai di
daerah tropis. Tipe karst ini dicirikan oleh bukit-bukit dengan lereng terjal, biasanya ditemukan
dalam kelompok yang dipisahkan satu sama lain dengan sungai atau dataran aluvial. Tower karst
berkembang apbila pelarutan lateral oleh muka air tanah yang sangat dangkal atau oleh sungai
alogenik yang melewati singkapan batugamping. Beberapa ahli beranggapan bahwa turmkarst
merupakan perkembangan lebih lanjut dari kegelkarst karena kondisi hidrologi tertentu.
Distribusi dan sebaran bukit menara pada umumnya dikontrol oleh kekar atau sesar.

Ukuran bukit menara sangat bervariasi dari pinacle kecil hingga blok dengan ukuran beberapa
kilometer persegi. Permukaan tidak teratur disebabkan oleh depresi-depresi dan koridor dengan
dedalaman hingga 150 meter. Kontak dari bukit menara dengan dataran aluvium merupakan
tempat pemumculan mataair dan perkembangan goa. Telaga dan rawa juga sering ditemukan di
kaki dari bukit-bukit menara. Rawa yang relatif bersifat asam selanjutnya akan mempercepat
pelarutan secara lateral membentuk bukit-bukit yang semakin curam hingga tegak. Bila muka
tanah turun, rawa akan teratus dan ditutupi oleh endapan koluvium dari rombakan bukit menara,
sehingga bukit menara berubah menjadi tidak curam.

Karst menara dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, bukit menara merupakan bukit
sisa batugamping yang terisolir diantara rataan batugamping yang telah tertutup oleh endapan
aluvium. Kedua, bukit menara merupa-kan bukit sisa dari batugamping yang berada di dataran
dengan batuan non karbonat.

Tipe Karst yang Lain

Selain klasifikasi di atas, literatur atau peneliti karst lain telah memberi nama tertentu untuk
suatu kawasan karst. Penamaan yang digunakan hanya dimaksudkan untuk memberi nama tanpa
bermasud mengklasifikasi secara sistematis. Beberapa tipe karst yang sering digunakan dan
sering muncul di literatur karst antara lain labirynt karst dan polygonal karst.

Labyrint karst merupakan karst yang dicirikan oleh koridor-koridor atau ngarai memanjang
yang terkontrol oleh kekar atau sesar. Morfologi karst tersusun oleh blok-blok batugamping yang
dipisahkan satu sama lain oleh ngarai/koridor karst. Karst tipe ini terbentuk karena pelarutan jauh
lebih intensif di jalur sesar dan patahan.

Gambar 6. Foto udara dan foto lapangan


dari tipe karst labirint yang dicirikan oleh
lembah-lembah memanjang yang
terkontrol oleh struktur. Jalan berada di
dasar lembah (Haryono dan Day, 2004)

Karst Poligonal merupakan penamaan yang didasarkan dari sudut pandan morfometri dolin.
Karst tipe ini dapat berupa karst kerucut maupun karst menara. Karst dikatakan poligonal apabila
ratio luas dolin dangan luas batuan karbonat mendekati satu atau satu. dengan kata lain semua
batuan karbonat telah berubah menjadi kumpulan dolin-dolin dan dolin telah bergambung satu
dengan lainnya.

Ad/A = 1

Ad : Luas keseluruhan dolin

A : Luas keseluruhan batuan karbonat

Anda mungkin juga menyukai