Anda di halaman 1dari 4

http://animecheck.

net/code-breaker-sub-indo-1/

https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=201402150
55049AAisUIy
http://azukimiho-safelink.blogspot.com/2014/12/rail-wars-
bd-episode-1-12-end-subtitle.html

MARIFATULLAH DAN MARIFATURRASUL (


MENGENAL ALLAH DAN RASUL-NYA)
Ajaran pokok dari aqidah Islam adalah Marifatullah dan Marifaturrasul. Oleh karenanya kedua
perkara ini wajib diketahui pertama kali. Sebab seseorang belum dikatakan beriman kalau belum
mengimani Allah dan Rasul-Nya dengan benar dan semua amal ibadahnya tidak sah. Al Imam al
Ghazali mengatakan :
.
Tidak sah ibadah seseorang kecuali setelah mengenal Allah dengan benar.

A. Marifatullah
Marifatullah artinya mengetahui bahwasanya Allah ada. Jadi wajib diyakini bahwa Allah ada
pada Azal artinya tiada permulaan bagi adanya Allah.
Allah berfirman:
)10 : (
Maknanya: Tidak ada keraguan bagi adanya Allah )Q.S. Ibrahim: 10)
Allah juga berfirman :
( 3 : (
Makananya : Dialah yang Awwal )tidak ada permulaan bagi adanya Allah( )Q.S. al Hadid: 3(
Al Bukhari dalam shahihnya, al Baihaqi dan Abu Bakr ibn al Jarud meriwayatkan dari Imran
bin al Hushain bahwasanya Rasulullah kedatangan rombongan dari yaman, Mereka mengatakan
kepada Nabi: Wahai Rasulallah kami datang kepadamu untuk memperdalam tentang agama dan
hendak bertanya tentang permulaan makhluk ini, lalu Nabi menjawab:
.
Maknanya: Allah ada sebelum segala sesuatu selain-Nya ada, dan arsy-Nya berada di atas air
dan telah ditulis setiap sesuatu di al Lauh al Mahfuzh.
Mereka pada awalnya hanya menanyakan tentang permulaan alam )makhluk(, tetapi Nabi
menjawabnya dengan jawaban yang lebih penting dari hal itu, yaitu dengan sabdanya:
yakni bahwa hanya Allah yang ada pada azal, tidak ada permulaaan bagi ada-Nya,
pada azal tidak ada sesuatupun selain Allah artinya pada azal belum ada zaman (waktu), tempat
dan benda.
Kemudian Nabi menambahkan jawaban bagi mereka bahwa air dan arsy diciptakan sebelum
makluk yang lain, Nabi memberi tahu kepada mereka bahwa air diciptakan sebelum arsy.
Karena nabi ketika berkata kepada mereka : memberikan pemahaman kepada
kita bahwa air diciptakan sebelum arsy.

B. Marifaturrasul
Sedangkan Marifaturrasul yaitu mengetahui bahwasanya Muhammad adalah rasul Allah;
penyampai ajaran dari Allah, beliau jujur (benar) di dalam menyampaikan ajarannya baik dalam
masalah Iijab (mewajibkan suatu perkara), Tahrim (mengharamkan suatu perkara) dan dalam
mengabarkan tentang peristiwa yang terjadi pada masa lampau dan yang akan terjadi di masa
mendatang di dunia, di alam barzakh dan alam akherat.

C. Hukum Mengetahui Dalil Akal


Barangsiapa yang meyakini kedua perkara tersebut )Marifatullah dan Marifaturrasul ( tanpa
ragu sedikitpun maka orang tersebut dikatakan orang yang arif billah dan rasul-Nya, Orang
mukmin kepada Allah dan rasulnya baik dia tahu dalilnya secara akal (dalil akli) atau tidak.
Dalam masalah ini Mutazilah menyimpang dari jalur kebenaran, karena mereka mensyaratkan
untuk sahnya iman keharusan mengetahui dalil akli.
Sedangkan Ahlussunnah tidak mensyaratkan hal itu, akan tetapi mereka memandang mengetahui
dan menggunakan dalil atas wujudnya Allah dengan dalil akal walaupun secara global (ijmal)
hukumnya wajib. Dalil akal yang global ini bisa dicerna oleh setiap mukmin walaupun dia tidak
tahu urutan dalil ini, seperti dikatakan alam ini berubah, dan setiap yang berubah baharu, berarti
alam ini baharu, dan itu berarti harus ada yang menjadikannya baharu yaitu Allah taala. Jadi
barangsiapa yang bisa menggunakan akalnya secara benar, akalnya akan menunjukkannya
kepada hal itu .
Penggunaan dalil secara ijmal ini pasti dimliki oleh setiap muslim baik yang alim maupun yang
awam yang disebut dengan Istidlal Thabii. Ketidakmampuan menggunakan dalil secara ijmal ini
dimungkinkan hanya bagi seorang muslim yang tinggal di puncak pegunungan (masyarakat
primitif) yang mendengar beberapa orang mengatakan bahwa makhluk ini diciptakan oleh Tuhan
yang berhak disembah kemudian ia membenarkan apa yang dikatakannya itu tanpa terfikir sama
sekali dalam benaknya akan dalil dari hal itu. Keimanan yang seperti ini dapat diterima artinya
keimanannya juga sah, orang itu dihukumi mukmin. Namun wajib baginya menggunakan dalil
akal akan kebenaran keyakinannya.
Seorang mukmin yang tidak dapat mengetengahkan dalil menurut Ahlul Haq dia berdosa )ashi( .
Karena Allah memerintahkan kepada kita untuk memikirkan makhluk ciptaan-Nya agar kita
dapat mengambil dalil dari keadaan alam ini terhadap adanya Allah

D. Kewajiban Setelah Marifatullah dan Marifaturrasul


Kemudian setelah mengetahui adanya Allah dan keesaan-Nya (meyakini bahwa hanya Dialah
yang berhak disembah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu-pun), wajib bagi kita
mengetahui sifat-sifat yang wajib bagi Allah yang lain yang berjumlah tiga belas sifat yaitu: Al
Qidam, al Baqa, al Mukhalafatu lil hawadits, Qiyamuhu binafsihi, al Wahdaniyyah, al Hayah, al
Qudrah, al Iradah, al Ilmu, as-Samu, al Bashar, dan al Kalam.
Dalil ijmali (global) untuk sifat-sifat wajib ini adalah seperti dikatakan: Andaikata Allah tidak
bersifat dengan sifat-sifat ini maka alam ini tidak akan ada. Istidlal ( menggunakan dalil ) dengan
dalil ijmali ini cukup sebagai istidlal yang wajib.
Sedangkan mengetahui dalil-dalil secara terperinci )tafshili( hukumnya tidak wajib ain,
melainkan fardlu kifayah. Jadi apabila di antara kaum muslimin telah ada yang mengetahui sifat-
sifat yang lain yang berjumlah tiga belas itu dan pokok-pokok keyakinan yang lain dengan dalil
akal maka gugurlah dosa dari kaum muslimin yang lain.
Hal ini dikarenakan dalil-dalil yang terperinci itu dibutuhkan untuk membantah syubhah-
syubhah kaum atheis )yang tidak percaya akan adanya Allah( dan para ahli bidah dalam Itiqad.
Jadi kalau ada seorang mulhid bertanya kepada orang-orang Islam: Berikan padaku dalil akal
sebagai bukti akan adanya Allah?. Maka dalam hal ini harus ada yang membantah pertanyaan ini
yang jelas-jelas bisa mengacau aqidah kita yaitu dengan menggunakan dalil rasio yang terperinci
(tafshili), karena atheis ini jelas apabila diketengahkan kepadanya ayat-ayat al Quran semisal:
((( ,) ( ,)( ,) ( )
dan lain sebagainya, si atheis tersebut akan mengatakan : Saya tidak percaya dengan kitab suci
kalian, saya tidak mau kalian menyebutkan satu ayatpun dari kitab suci kalian.
Kalau demikian bagaimana kita bisa menolak dan membantah syubhah-syubhah mereka ini?
Contoh lain dari syubhah mereka, kalau andaikata seorang penyembah matahari berkata:
Sesungguhnya sesembahanku ini bisa dicerna oleh panca indera, nampak jelas dan memberikan
manfaat pada manusia, hawan, tumbuh-tumbuhan, air dan udara,.Bagaimana dikatakan agamaku
ini tidak benar sedangkan kami dan kalian tahu bahwa sesembahan kami ada dan juga dapat
dicerna dengan pandangan mata. Bagaimana kalian katakan agamaku ini tidak benar ?.
Penyembah matahari ini apabila disebutkan ayat al Quran akan sama-sama juga mengatakan
saya tidak percaya dengan kitab suci kalian, saya ingin dalil dengan rasio, kalau kalian dapat
menemukan dalilnya dengan akal dan bisa membantahku maka saya menyerah kepada kalian,
kalau tidak bagaimana kalian memintaku untuk beriman dengan agama kalian? Maka bagaimana
kita memberikan bantahan kepada mereka???
Mereka yang menyangkal bahwa ilmu tauhid tidak mencakup penjelasan dalil-dalil akal dan
nakli dan bahwa ilmu ini sangat dibutuhkan sekali, tidak akan dapat membungkam si kafir tadi.
Yang dapat membungkam pernyataan-pernyataan orang kafir semacam itu hanyalah seorang
sunni yang mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk, dari batas, bentuk dan ukuran, dan dari
berada di suatu tempat dan arah. Maka seorang sunni ini akan menjawabnya: Apa yang kamu
sembah ini mempunyai ukuran dan bentuk maka ia membutuhkan kepada yang menjadikannya
dengan ukuran dan bentuk tersebut. Sedangkan sesembahan yang haq (benar) adalah dzat yang
maujud (ada) yang tidak mempunyai ukuran dan bentuk, Ia tidak membutuhklan kepada yang
lainnya. Sedangkan matahari yang kamu sembah tidak sah secara akal bahwa dia menjadikan
dirinya sendiri dengan ukuran dan bentuk seperti itu. Adapun Yang berhak disembah adalah
sesembahan kita yang ada (maujud) tapi tidak menyerupai seluruh yang ada. Dengan demikian
terbungkamlah si penyembah matahari tadi.

E. Dalil tentang Perintah untuk Menggunakan Dalil Akal


Banyak ayat yang mengisyaratkan adanya perintah untuk menggunakan dalil akli diantaranya
firman Allah:

Maksudnya bahwasanya pada diri kalian ada dalil akan adanya Allah.
Berdasarkan ayat tersebut sebagian ulama tauhid membuat sebuah contoh dalil akli yaitu:
Sebelum saya ada, saya tidak ada. Dan setiap yang ada setelah sebelumnya tidak ada pasti ada
yang membuatnya ada (menciptakannya). Berarti saya pasti ada yang menjadikan ada (
menciptakan).
Dari perkataan ini dapat disimpulkan bahwa yang menciptakan saya tidak mungkin menyerupai
saya dan yang lainnya yang sama-sama baharu seperti saya. Yang menciptakan saya tiada lain
adalah Allah taala.

Pusat Kajian Islam SYAHAMAH

http://saif01.wordpress.com/2009/07/12/ma%E2%80%99rifatullah-dan-ma%E2%80%99rifaturrasul-

mengenal-allah-dan-rasul-nya/

http://www.japanwaarodu.club/2014/03/anime-fatestay-night-episode-1-25-end.html

http://www.lulusubs.org/2011/09/break-blade-movie-series-subtitle.html

http://www.japanwaarodu.club/2014/04/break-blade-movie-series-1-6-end-sub.html

http://kawaii-desu.net/nisemonogatari-episode-1-11-sub-indo/

Anda mungkin juga menyukai