Anda di halaman 1dari 9

DKI Jakarta saat ini memiliki sebanyak 564 pusat perbelanjaan.

Di mana ,
sebanyak 132 adalah pusat perbelanjaan yang dikategorikan sebagai
mall,432 masuk kategori hipermart , pusat grosir, pertokoan, pasar tradisional,
dan swalayan. Kondisi ini membuat wilayah Jakarta sudah mulai jenuh dan
padat, serta kerap kali menyebabkan kepadatan lalu lintas di sekitar pusat
perbelanjaan tersebut.

Menurut proyeksi Research Colliers International Indonesia, selama


tahun 2012 hingga 2013 di Jakarta akan ada tambahan 21 pusat
perbelanjaan baru. Total luas lantainya mencapai 827.376 m2, dengan 45% di
antaranya berada di Jakarta. Di antara pasokan mal-mal baru tersebut,
separuhnya sudah melebihi 50% tahap konstruksi.

Yayat Supriatna, Planolog Universitas Trisakti yang juga Sekjen Ikatan


Ahli Perencanaan (IAP), mengatakan jumlah pusat belanja di sejumlah kota
besar lain di dunia tidak mencapai 100 mall. Jakarta dinilai sebagai kota
megapolitan yang mempunyai jumlah mall terbanyak di dunia, yaitu
mencapai lebih dari 130 mall.

Menurut Yayat, Jakarta sudah tumbuh di luar kendali sehingga banyak


kawasan yang semula tidak direncanakan menjadi kawasan bisnis justru
beralih fungsi menjadi kawasan komersial dan ada invasi serta penetrasi
kawasan yang semula untuk hunian menjadi kawasan komersial akibat
ketidaktegasan penengakan rencana tata ruang wilayah (RTRW) DKI Jakarta.

MALL DAN KEMACETAN LALU LINTAS DI JAKARTA :

Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus


Ridwan menepis tudingan yang mengatakan mall adalah sumber kemacetan
lalu lintas dan tudingan tersebut sangat tidak beralasan.

Menurutnya kemacetan yang terjadi di berbagai kota bukan disebabkan


oleh banyaknya pusat perbelanjaan. Faktanya macet terjadi di hari kerja dan
mulai dari pagi. Dan itu jauh sebelum jam buka mall yang rata-rata dibuka
pukul 09.00 wib. Jadi sangat tidak beralasan kami dituduh sebagai biang
kemacetan. Selain itu tambahnya justru pada hari Sabtu dan Minggu di mana
mall ramai dipenuhi pengunjung, jalanan justru lebih lengang dari hari biasa.
Memang betul pada peak hours pagi hari sebelum mall buka kemacetan
di Jakarta cukup parah yang disebabkan oleh banyaknya kebutuhan
perjalanan masyarakat baik untuk keperluan bekerja, ke sekolah maupun
untuk kepentingan private yaitu hampir 80%. Sedangkan untuk kepentingan
shopping baik ke mall/pasar, dan lain-lain hanya 12% nya saja . Jadi secara
kuantitas penyumbang kemacetan terbesar memang bukan disebabkan oleh
adanya masyarakat yang berbelanja ke mall. Namun keberadaan mall di sini,
turut memberikan andil terjadinya kemacetan yang semakin parah di Jakarta.

Dengan adanya mall yang menawarkan berbagai macam kegiatan


seperti perbelanjaan yang lengkap, pusat hiburan keluarga, arena mainan
anak, dan restoran cepat saji tentu saja akan mempengaruhi kinerja ruas
jalan yang berada tepat di sekitar Mall. Dampak tersebut berupa
meningkatnya kepadatan lalu lintas dan menurunnya kecepatan jalan itu
sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan bangkitan lalu lintas di
sekitar area mall tersebut.

Berdasarkan data di Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya, daftar mal yang
menimbulkan kemacetan baru di wilayah Jakarta yakni Plaza Semanggi, Cibubur
Junction, Citos, Mal Taman Anggrek, Tamini Square, Mal Ciputra, Atrium Plaza,
ITC Mangga Dua, Blok M Plaza, Pasaraya Manggarai, Ramayana Kramatjati, Mal
Ambasador, Slipi Jaya, ITC Roxy Mas, Grand Indonesia.

Selain itu juga Central Park, FX Plaza, ITC Mangga Dua, Pasar Pagi Mangga Dua,
Mal Kelapa Gading, Mal Sunter, Kelapa Gading Trade Center, Pluit Village, WTC
Mangga Dua, Mal Artha Gading, Sports Mal Kelapa Gading, Mal of Indonesia,
Emporium Pluit Mall, La Piaza, Koja Trade Mall, Pusat Perbelanjaan Blok A Tanah
Abang, ITC Cempaka Putih, Gandaria City, dan Pejaten Village.
Bangkitan lalu lintas menurut Tamin (2000) mencakup 2 (dua)
pergerakan lalu lintas, yaitu :
a. Lalu lintas yang meninggalkan suatu lokasi ;
b. Lalu lintas yang menuju / tiba ke suatu lokasi.

Bangkitan dan tarikan mall dan itc tersebut tergantung pada dua aspek
tata guna lahan, yaitu :
a. Jenis Tata Guna Lahan : jenis tata guna lahan yang berbeda akan
mempunyai ciri bangkitan lalu lintas yang berbeda pula. Baik itu
berkaitan dengan jumlah arus lalu lintasnya, jenis lalu lintasnya maupun
intensitas lalu lintas pada waktu tertentu;
b. Jumlah Aktivitas ( dan Intensitas ) pada Tata Guna Lahan tersebut
:semakin tinggi tingkat penggunaan sebidang tanah, semakin tinggi pula
pergerakan arus lalu lintas yang dihasilkan.

Meningkatnya pemanfaatan lahan untuk kepentingan komersial seperti


mall, semakin menurunnya kemampuan ruas jalan di Ibu kota Jakarta untuk
menampung volume kendaraan sebagai akibat tidak sebandingnya antara
pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan jalan , membudayanya
masyarakat menggunakan kendaran pribadi dan rendahnya kualitas
pelayanan angkutan umum serta rendahnya tingkat disiplin berlalu lintas,
menjadikan Jakarta semakin sulit mengatasi permasalahan kemacetan.

Berikut ini penulis akan menunjukkan fakta-fakta bahwa mall memang


betul-betul turut andil dalam memperparah kemacetan di Jakarta. Contoh-
contoh yang ditunjukkan di sini hanya sebagian kecil saja dari sejumlah mall
yang ada di Jakarta.
a. Ambasador dan ITC Kuningan :
Melintasi jalan Prof. Dr. Satrio, Karet - Kuningan serasa di neraka.
Selalu macet dan macet. Salah satu faktor penyebab utamanya adalah
dengan adanya keberadaan mall Ambasador dan ITC Kuningan.
kenapa keberadaan mall Ambasador dan ITC Kuningan malah tambah
bikin macet ruas jalan Prof. Dr. Satrio ?
1). Kapasitas parkir kurang , flow arus kendaraan keluar masuk kurang
terkelola dengan baik, drop in/drop out pada lobby berdekatan
dengan pintu masuk sehingga menghambat kelancaran kendaraan
dari ruas jalan Prof. Dr. Satrio masuk ke areal mall Ambasador dan
akibatnya terjadi antrean panjang yang mengganggu kelancaran
arus lalu lintas yang lain;
2). Intensitas penyebrang jalan baik yang akan masuk / keluar mall
Ambasador / ITC Kuningan sangat tinggi dengan melalui zebra
cross jalan Prof. Dr. Satrio sehingga mengganggu kelancaran arus
lalu lintas.
3). Banyaknya angkot dan taxi yang menaikkan / menurunkan
penumpang di Jalan bahkan banyak pula yang ngetem serta adanya
pemanfaatan trotoar untuk parkir sepeda motor.
b. Mall Plaza Semanggi :
Keberadaan akses pintu masuk Plaza Semanggi di Jalan Jendral
Gatot Subroto yang berada tepat dipertemuan dua arus lalu lintas dari
Jendral Sudirman maupun dari arah Slipi menuju arah timur, berdekatan
dengan halte bus dan pintu gerbang Tol Semanggi I mengakibatkan
kemacetan parah khususnya pada peak hours sore dan malam hari
hingga mengakibatkan menguncinya arus lalu lintas di Bundaran
Semanggi dan berdampak kemacetan hingga dari arah Grogol, Cawang,
Sudirman, dan Thamrin.
Hasil diskusi yang kami dapat :

Sungguh luar biasa pembangunan Mall di Jakarta yang semakin meningkat,


apakah ini karena warga Jakarta yang mempunyai hasrat belanja yang berlebihan
atau menjadi agenda rutin setiap hari libur khususnya hari sabtu dan minggu
mereka ngemall. Pusat perbelanjaan hampir dapat kita jumpai di sepanjang Jalan
di Jakarta.

Salah satu Penyebab kemacetan juga berasal dari adanya Mall yang jumlahnya
tidak ideal. Dan lahan hijau di Kota Jakarta sangat kecil dan sedikit, tidak heran
Jakarta sering banjir. Dan yang saya tahu saat ini mall sedang dalam proses
pembuatan adalah Kuningan City, padahal di sana sudah ada dua mall yang
berdekatan yaitu Mall Ambassador dan ITC Kunigan. Dan masih banyak lagi
kawasan yang menjadi pusat belanja lebih dari satu.

Saran :

Saya sebagai warga Jakarta ingin memberikan saran untuk kemajuan Jakarta,
Untuk peraturan pembangunan pusat perbelanjaan atau mall sebaiknya di kaji
ulang dan memperketat izin pembuatan Mall dan apabila di kawasan yang
tersebut sudah ada Mall jangan di tambah lagi, kalau bisa di Mall itu harus ada
halaman hijau terbuka.
Kelompok 3 :

Celena Tania (2)


Cynthia Anggita (3)
Nathalia Caroline Hartanto (14)
Nico Yonatan (15)
BAB 1
PENGENALAN
KONSEP,
ELEMEN, DAN
PRINSIP DESIGN

Anda mungkin juga menyukai